Anda di halaman 1dari 5

BAB II Tinjauan Pustaka A.

Patofisiologi TBC pada Anak Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (basil tahan asam). Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui percikan ludah. Masuknya kuman tuberculosis kedalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan tubuh. 1. Etiologi Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 4 m dan tebal 0,3 0,6 m (Suyono, et al 2001). Mycobacterium tuberculosis termasuk dalam bakteri tahan asam. Berikut ini sifatsifat bakteri Mycobacterium tuberculosis: 1. Bentuk 2. Spora 3. Sifat : Batang : Tidak ada : Tahan asam dan tidak tahan panas

4. Basil dapat hidup 8-10 hari ketika dalam percikan bahak,. 2. Patofisiologi M. Tuberkulosis terhirup dari udara M. Bovis masuk ke paru-paru Menempel pada bronchiole atau alveolus Memperbanyak setiap 18 dan 24 jam

Lesi primer menyebabkan kerusakan jaringan

Poliferasi sel epitel di sekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dan organ yang terinfeksi (tuberkel). Basil menyebar melalui kelenjar getah bening, menuju kelenjar regional dan menimbulkan reaksi eksudasi Erosi pembuluh darah Basil meneybar ke daerah yang dekat dan jauh (TB milier)

Meluas ke seluruh paru-paru (bronchi atau pleura)

Otak

Ginjal

Tulang

B. Penatalaksanaan pada Klien Anak TB Fase pengobatan yang diberikan kepada pasien dibagi menjadi dua fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Fase intensif diberikan selama 2-3 bulan pertama, kemudian dilanjutkan dengan fase lanjutan yang diberikan pada 4-7 bulan. Dalam fase pengobatan pasien penderita TBC obat yang digunakan adalah obat utama dan obat tambahan. Jenis dan Dosis Obat TB pada Anak

C. Patofisiologi Asma pada Anak


Asma adalah suatu penyakit obstruktif pada jalan nafas yang bersifat reversibel yang ditandai dengan inflamasi. Pada anak yang rentan, inflamasi menyebabkan episode mengi kambuhan, sesak napas, dada sesak, dan batuk, terutama pada malam hari atau pagi hari. Episode asma ini berhubungan dengan keterbatasan atau obstruksi aliran napas yang reversibel dan dapat sembuh dengan sendirinya atau dengan pengobatan. Usia anak merupakan faktor yang signifikan, karena serangan pertama pada kebanyakan kasus terjadi pada anak usia 3-8 tahun (Wong, 2008).

Asma merupakan penyakit yang diturunkan secara poligenik dan multifaktorial. Faktor genetik melibatkan lokus histokompatibilitas (HLA) dan tanda genetik pada molekul IgG. Faktor-faktor pencetus di antaranya adalah: Allergen: serbuk bunga, polusi udara, spora, debu Iritan: asap rokok, bau menyengat, spray Terkena bahan kimia Aktivitas/olah raga Udara dingin Perubahan cuaca/suhu Perubahan lingkungan Demam dan infeksi Hewan: kucing, anjing, kuda, hewan pengerat Medikasi: nonsteroidal aspirin, antiinflammatory drugs (NSAIDs), antibiotik, blockers Dorongan emosi yang kuat: rasa takut, marah, tertawa, menangis Bahan aditif makanan: bahan pengawet sulfat

Makanan:

kacang-

Faktor kehamilan, tiroid

endokrinal: kelainan

kacangan, produk susu

Alergen

Sal. Napas Masuk lagi

IgE

nempel Reseptor sel mast

Bronkokontriksi menurunkan cAMP Sekresi mukus dan edema Sulit ekspirasi dan edema Mediator: Histamin, lekotekrin, bradikinin, peroksidasi pengeluaran Degradasi dinding sal. Napas dan degranulasi sel mast

Tingkat Asma Tingkat 4: Asma persisten berat Tingkat 3: Asma persisten sedang Tingkat 2: Asma persisten ringan Tingkat 1: Asma intermiten ringan

Gejala berlanjut Gejala pada malam hari yang sering Peak flow forced expiratory (PEF) atau

Gejala harian Gejala malam hari lebih dari satu kali per minggu PEF atau FEV1

Gejala muncul lebih dari dua kali dalam satu minggu, namun tidak tiap hari Gejala malam hari lebih dari dua kali dalam satu bulan PEF 80% prediksi PEF variabilitas atau dari FEV1 nilai

Gejala muncul kurang dari dua kali dalam satu minggu Gejala yang muncul

pada malam hari kurang atau sama dengan dua kali dalam satu bulan Nilai PEF atau FEV1 80% dari nilai prediksi PEF variabilitas <20%

expiratory

>60% to <80% dari nilai prediksi PEF >30% variabilitas

volume in 1 second (FEV1) 60% dari nilai prediksi PEF >30% variabilitas

20% to 30%

D. Penatalaksanaan Klien Asma 1. Pengendalian alergen. Hal yang perlu dilakukan oleh keluarga adalah a. Menjaga kebersihan rumah dari pajanan debu b. Menjaga kelembapan di dalam rumah untuk menghilangkan debu c. Menjauhkan anak dari bulu binatang seperti kucing/anjing 2. Terapi obat. Pengobatan digolongkan menjadi dua kategori, yaitu a. Pengobatan jangka panjang untuk pencegahan seperti pengendalian inflamasi b. Pengobatan segera untuk penyelamatan medis (mengatasi eksaserbasi) Adapun jenis obat dalam asma adalah sebagai berikut 1) Bronkodilator/ agonis adrenergik- (albuterol, metaproterenol, dan terbutalin) untuk eksaserbasi akut dan pencegahan bronkospasme. Obat inhalasi memiliki awitan kerja yang lebih cepat daripada obat oral. 2) Kortikosteroid: seperti prednison, hidrokostison, deksametason, dsb untuk meredakan inflamasi yang berkepanjangan. Steroid oral diberikan jangka pendek untuk asma persisten berat dan mengakibatkan efek samping jika diberikan jangka panjang seperti osteoporosis, hipertensi, ganguan mekanisme imun, dll, sedangkan steroid inhalasi diberikan jangka panjang untuk menurunkan kebutuhan terhadap steroid oral (National Asthma Education and Prevention Program, 1997 dalam Wong, 2008) 3) Natrium kromolin (non steroid) diberikan melalui nebulise atau MDI dapat menghambat aktivasi dan pelepasan mediator dari eosinofil dan sel epitelial, menghambat penyempitan jalan napas akut akibat pajanan suhu dingin atau latihan fisik. 4) Mokoliti: banyak minum air 3. Fisioterapi dada mencakup postural drainase, perkusi, dan vibrasi. Juga diajarkan latihan bernapas dalam untuk batuk efektif. Terapi ini membantu relaksasi fisik dan mental, memperbaiki postur, serta memperkuat otot-otot pernapasan. Tidak dianjurkan selama eksaserbasi asma akut tanpa komplikasi (National Asthma Education and Prevention Program, 1997 dalam Wong, 2008) Penatalaksanaan Medik pada Status Asmatikus Status asmatikus adalah kondisi anak yang terus menunjukkan gawat napas meskipun berbagai tindakan terapeutik sudah dilakukan. Anak biasanya terlihat di unit gawat darurat dan

memerlukan hospitalisasi (perawatan intensif) untuk observasi ketat dan pemantauan kardiorespiratori yang kontinu. Adapun terapi yang dilakukan adalah sebagai berikut a. b. c. Perbaikan ventilasi seperti pemasangan nasal kanul atau masker Koreksi dehidrasi dan asidosis berdasarkan hasil AGD dan elektrolit serum Beri inhalasi agonis-2 untuk meredakan bronkospasme dengan cepat bersamaan dengan kostikosteroid (oral atau intravena) d. Untuk anak yang tidak berespons terhadap kedua terapi, beri epinefrin subkutan (1:1000) dengan dosis 0,01 ml/kg, dosis maksimal 0.3 ml, atau terbutalin subkutan

e.

Pantau pemberian cairan yang berlebihan atau anak diberi cairan IV dan dipuasakan, untuk kemungkinan terjadi edema pulmonal.

Anda mungkin juga menyukai