Anda di halaman 1dari 4

REVIEW FILM TENTANG DIENG

Dieng merupakan salah satu gunungapi yg terdapat di pulau jawa yang pernah meletus hebat pada zaman dahulu. Letusan gunungapi tersebut meninggalkan jejak-jejak vulkanisnme yang berupa kawah dan sisa-sisa letusan lain. Sampai sekarang Dieng masih beraktivitas vulkanik yang ditandai dengan adanya mataair panas dan gunung lumpur. Fenomena tersebut terjadi karena adanya air hujan yang meresap ke dalam tanah (infiltrasi) hingga kontak langsung dengan batuan induk yang merupakan batu panas. Kontak tersebut menyebabkan air terkontaminasi dengan belerang dan menghasilkan uap air yang keluar ke permukaan. Di Dieng banyak terdapat basin yang terisi air yaitu telaga yag digunakan sebagai penyimpan air. Salah satu telaga yang ada di sana ialah telaga warna. Warna air telaga yang berwarana disebabkan oleh kandungan belerang yang tinggi dengan indikasi bau seperti telur busuk. Dieng yang masih berativitas vulkanik tentunya dapat sewaktu-waktu

membahayakan, misalnya mengeluarkan gas ke permukaan. 60 tahun belakangan ini tercatat bahwa Dieng telah meletus dengan intensitas besar sebanyak 3 kali. Letusan tersebut menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan akibat lahar yang dikeluarkan dan gas beracun yang dikeluarkan gunungapi mencemari udara, namun setelah it tanah menjadi subur. Meskipun kondisi Dieng berbahaya, banyak penduduk yang tinggal di dataran tinggi Dieng. Masyarakat nampaknya tidak peduli terhadap bahaya yang mengancam. Kepadatan penduduk Dieng tinggi dengan dominasi penduduk kaum muda. Sebagian besar penduduk Dieng bermatapencaharian sebagai petani yang memanfaatkan lahan Dieng yang memiliki tanah subur akibat vulkanisme. Sebagian besar petani mengusahakan tanaman kntang,

sayuran dan tembakau. Tingginya keuntungan dari usaha pertanian tersebut memicu para pendatang untuk ikut mengusahakan pertanian di Dieng sehingga meningkatkan jumlah penduduk dan meningkatkan pula tekanan penduduk terhadap lahan. Kondisi udara Dieng yang sejuk dan lembab cocok untuk pertanian kentang sehingga pertanian kentang merupakan usaha utama masyarakat Dieng. Dalam 20 tahun terakhir ini kentang merupakan komoditas utama Dieng yang menggeser keberadaan jamur. Untuk pertanian kentang dengan sistem terasering yaitu pembuatan teras. Usaha pertanian

kentang terus meningkat untuk memenuhi permintaan pasar akan kentang yang semakin tinggi sehingga masyarakat memperluas lahan pertanian hingga di lereng-lereng yang curam. Akibatnya, di di bangian atas gunung/ bukit tidak ada lereng yang tersisa karena semua lereng telah dibangun teras. Bahkan, masyarakat bertindak gegabah dengan membakar hutan. Pembakaran hutan dilakukan secara illegal untuk membuat teras guna perluasan lahan pertanian kentang. Akibatnya, lahan hutan di Dieng semakin berkurang. Kini lahan di Dieng telah mengalami degradasi/ kerusakan lahan yang mengakbatkan terjadinya penurunan potensi sumberdaya alam. Permasalahan kerusakan lahan dipicu oleh adanya tekanan penduduk yang tinggi terhadap lahan. Penduduk Dieng dengan selalu berupaya memperluas lahan pertanian kentang demi memperoleh pendapatan yang lebih banyak dari produksi kentang hingga kawasan hutan dengan kemiringan curam pun dijadikan lahan pertanian. Padahal hal tersebut tidak sesuai dengan peruntukkannya. Hal tersebut menyebabkan terjadinya erosi pada lahan kentang di bagian atas gunung/ bukit yang kemudian memicu terjadinya tanah longsor terutama pada musim penghujan. Air hujan yang jatuh mengikis lapisan tanha pada bagian atas gunung/ bukit lalu menuruni lereng dengan mengangkut lapisan-lapisan tanah yang dilaluinya. Akibatnya, tanha

menjadi tipis dan laju sedimnentasi pada saluran air, sungai dan telaga semakin tinggi. Sedimentasi tersebut menyebabkan terjadinya penyumbatan saluran air oleh tanah dan penyusutan debit air Sungai Serayu. Menetahui kondisi tanah di Dieng yang semakin tipis bahkan nyaris tidak ada, masyarakat menggunakan pupuk untuk pertanian kentang agar produktivitas kentang tetap banyak. Pupuk yang digunakan tidak hanya yang alami (kandang) tetapi juga pupuk kimia. Untuk mencegah serangan hama, masyarakat juga menggunakan pestisida kimia. Perilaku masyarakat Dieng cenderung tidak memperhatikan daya dukung dan daya tamping lingkungan. Demi meningkatkan pundi-pundi uang, mereka memanfaatkan alam dengan seenaknya sehingga merusak lahan. Akibatnya, pada musim penghujan sering terjadi banjir yang berupa campuran air dan tanah yang menyerupai lumpur. Banjir lumpur tersebut merusak jalan-jalan utama dan jalan di sekitar obyek wisata, membawa sampah serta berbau karena pupuk sehingga mengurangi nilai keindahan (estetika) kawasan wisata Dieng. Pemaslahan-permaslah yang ada di Dieng anatar lain ialah penurunan jumlah wisatawan Dieng, terjadinya eriso, sedimentasi dan tanah longsor, Pendangkalan yang berakibat pada penyusutan debt alr sungai Serayu, banjir lumpur yang terjadi pada musim penhujan, pencemaran pada tanah, air dan udara akibat peggunaan pupuk dan pestisida dan meningkatnya gas beracun. Permaslaha-permasaan tsb tentunya mengancam kelestarian fungsi lingkungan dan ekosistem Dieng. Potensi sumberdaya alam Dieng kini telah mengalami penurunan akibat kerusakan lahan yang terjadi. Untuk mengurangi tingkat kerusakan lahan yang terjadi perlu dilakukan konservasi tanha dan air dengan menghijuakan kembali kawasan hutan di bagian atas gunung/ bukit di Dieng. Seperti kita

ketahui, kawasan hutan perlu dijaga dan dipertahankan agar tetap lestari. Hal ini karena hutan merupakan kawasan lindung yang memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan kondisi lahan dan air yang ada di suatu wilayah. Selain itu, sistem terserung untuk pertanian kentang perlu diperbaiki sesuai dengah kaidah konservasi yaitu dengan pembuatan teras yang mengikuti garis kontur.

Anda mungkin juga menyukai