Anda di halaman 1dari 5

Tugas Evaluasi Sumberdaya Manusia

KEMISKINAN

Kemiskinan merupakan fenomena global yang dialami oleh negara berkembang. Persoalan kemiskinan tidak hanya ditinjau dari jumlah dan persentase penduduk miskin, tetapi juga indeks kedalaman dan keparahan dari kemiskinan di suatu daerah. Jumlah penduduk miskin, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih buruk daripada daerah perkotaan. Namun demikian, masalah kemiskinan di perkotaan jauh lebih kompleks meskipun jumlah penduduk miskinnya lebih sedikit dibandingkan pedesaan. Maka dari itu, pemerintah negara harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin. Selain itu, kebijakan yang dilakukan harus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada Maret tahun 2007 sebanyak 405.700 jiwa atau 4,61%. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2008 yang berjumlah 379.600 jiwa (4,29%), jumlah penduduk miskin berkurang 261.00 jiwa. Pada Maret 2009 hingga Maret 2010, jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta terus mengalami penurunan yaitu sebanyak 3,62% menjadi 3,48%. Indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan mengalami fluktuasi meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2008 lalu menurun terus hingga tahun 2010. Indeks kedalaman kemiskinan 0,59 pada Maret 2007 meningkat menjadi 0,72 pada Maret 2008, sedangkan indeks keparahan kemiskinan meningkat dari 0,12 menjadi 0,19 pada periode yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan semakin jauh dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin tinggi. Pada Maret 2009 hingga Maret 2010, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan di DKI Jakarta mengalami penurunan. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Timur pada Maret tahun 2007 sebanyak 27,51% mengalami penurunan sekitar 1,86% pada tahun 2008. Jumlah penduduk miskin
Febriyan Rachmawati 09/289442/GE/06764

Tugas Evaluasi Sumberdaya Manusia

pada Maret 2008 yang berjumlah 1.098.300 jiwa (25,65%). Kemiskinan di Nusa Tenggara Timur terus mengalami penurunan hingga tahun 2010. Hal tersebut ditunjukkan dari persentase jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Timur sebanyak 23,31% (2009) menjadi 23,03% (2010). Indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan mengalami fluktuasi yaitu tetap (konstan) dari tahun 2007 ke tahun 2008 lalu menurun pada tahun 2009 kemudian meningkat pada tahun 2010. Indeks kedalaman kemiskinan 4,87 pada Maret 2007 dan 2008 menurun menjadi 4,14 pada Maret 2009 kemudian menjadi 4,74 di tahun 2010. Indeks keparahan kemiskinan mengalami perubahan dari 1,34 meningkat menjadi 1,35 lalu turun menjadi 1,14 dan kemudian meningkat lagi di tahun 2010 menjadi 1,43. Pada tahun 2007 hingga 2009, Nusa Tenggara Timur memiliki bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit. Pada tahun 2010 rata-rata pengeluaran penduduk miskin Nusa Tenggara Timur semakin jauh dari garis kemiskinan, namun ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin tinggi Kemiskinan di Sulawesi Selatan memiliki kecenderungan yaitu jumlah penduduk miskin pada Maret tahun 2007 sebanyak 14,11% mengalami penurunan menjadi 13,34% pada Maret 2008. Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan terus mengalami penurunan hingga tahun 2010 yaitu sebanyak 11,6%. Indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan Sulawesi Selatan mengalami penurunan secara

berkelanjutan dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Penurunan indeks kedalaman kemiskinan ialah 2,6 pada Maret 2007 menjadi 1,91 di tahun 2010. Besarnya nilai indeks keparahan kemiskinan Sulawesi Selatan secara berurutan dari tahun 2007 hingga 2010 adalah 0,68; 0,67; 0,55 dan 0,49. Pada tahun 2007 hingga 2010 rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit. Kecenderungan kemiskinan di Irian Barat juga sama dengan ketiga provinsi yang telah diulas di atas. Jumlah penduduk miskin di Irian Barat pada Maret tahun 2007 sebanyak 39,31% mengalami penurunan sekitar 4,19% pada tahun 2008. Kemiskinan di Irian Barat terus mengalami penurunan hingga tahun 2010. Hal tersebut ditunjukkan dari
Febriyan Rachmawati 09/289442/GE/06764

Tugas Evaluasi Sumberdaya Manusia

persentase jumlah penduduk miskin di Irian Barat sebanyak 35,71% pada tahun 2009 menjadi 34,88% pada tahun 2010. Indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan mengalami fluktuasi yaitu menurun dari tahun 2007 ke tahun 2008 lalu meningkat terus pada tahun 2009 dan 2010. Indeks kedalaman kemiskinan 12,97 pada Maret 2007 menurun menjadi 9,18 pada Maret 2008 kemudian mengalami kenaikan menjadi 9,75 pada tahun 2009 dan 10,47 pada tahun 2010. Indeks keparahan kemiskinan pun mengalami fluktuasi serupa yaitu sebesar 5,66 pada tahun 2007, 3,5 pada tahun 2008, 3,57 pada tahun 2009 dan 4,3 pada tahun 2010. Pada tahun 2007 hingga 2008, ratarata pengeluaran penduduk miskin Irian Barat semakin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit. Pada tahun 2009 dan 2010, rata-rata pengeluaran penduduk miskin dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di Irian Barat berkebalikan dengan kondisi di tahun sebelumnya. Perbedaan kecenderungan (trend) kemiskinan keempat provinsi tersebut di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain potensi daerah dan tingkat kualitas sumberdaya manusia. Potensi daerah dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Perbedaan kualitas sumberdaya manusia penduduk masing-masing provinsi dapat dilihat dari tingkat buta huruf penduduk, jumlah pengangguran dan indeks pembangunan manusia (IPM). Berdasarkan ulasan trend kemiskinan di atas dapat diketahui urutan kemiskinan dari keempat provinsi yang telah dibahas adalah Irian Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan kemudian DKI Jakarta. DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan paling rendah dibandingkan dengan 3 provinsi lain. Faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan tersebut adalah tingkat buta huruf di DKI Jakarta paling rendah, nilai IPM paling tinggi dan pertumbuhan ekonomi sangat tinggi karena DKI Jakarta merupakan pusat perekonomian Indonesia. Tingkat buta huruf tertinggi dari keempat provinsi di atas terdapat di provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terendah dibandingkan 4 provinsi lain. Tingginya tingkat pendidikan masyarakat dapat dilihat dari angka partisipasi sekolah. Angka partisipasi sekolah tertinggi ialah di DKI Jakarta. Laju pertumbuhan ekonomi terendah adalah di Nusa Tenggara Timur. Keempat faktor tersebut dapat mengindikasikan tingkatan kemiskinan
Febriyan Rachmawati 09/289442/GE/06764

Tugas Evaluasi Sumberdaya Manusia

suatu daerah. Pada dasarnya tingkat kemiskinan tergantung keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia. Provinsi yang memiliki IPM tinggi berarti telah dapat membangun kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik dibandingkan provinsi lain yang nilai IPMnya lebih rendah. Kemiskinan dapat diminimalisasi dengan peningkatan pendidikan dan pemeliharaan kesehatan. Pendidikan dan latihan tidak hanya menambah pengetahuan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja sehingga dapat meningkatkan

produktivitas kerja sehingga penghasilan pun meningkat. Tingkat kesehatan yang baik juga akan meningkatkan produktivitas kerja. Selain peningkatan kualitas manusia, kemiskinan juga dapat diminimalisasi dengan peningkatan lapangan pekerjaan dan usaha yang potensi daerah.

DAFTAR PUTAKA Anonim. 2012. Angka Partispasi Sekolah ( A P S ) Menurut Provinsi Tahun 2003-2010, Badan Pusat Statistik,

http://bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=28&notab=2 diakses tanggal 10 April 2012. Anonim. 2012. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Nasional, 1996-2010, Badan Pusat Statistik,

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=26&notab= 2 diakses tanggal 10 April 2012. Anonim. 2012. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, 2007-2009 (Maret), 2010-2011, Badan Pusat Statistik,

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=23&notab= 1 diakses tanggal 10 April 2012. Anonim. 2012. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi, 2006-2010(Persen), Badan Pusat Statistik, http://bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=52&notab=3 diakses tanggal 10 April 2012.
Febriyan Rachmawati 09/289442/GE/06764

Tugas Evaluasi Sumberdaya Manusia

Anonim. 2012. Meta Data Subdit Statistik Kerawanan Sosial, Badan Pusat Statistik, http://bps.go.id/aboutus.php?id_subyek=23&tabel=1&fl=2 diakses tanggal 10 April 2012. Anonim. 2012. Persentase Penduduk Buta Huruf menurut Kelompok Umur Tahun 20032010, Badan Pusat Statistik,

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=28&notab= 5 diakses tanggal 10 April 2012. Avenzona, Ahmad dan Karyono, Yoyo. 2008. Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Febriyan Rachmawati 09/289442/GE/06764

Anda mungkin juga menyukai