Anda di halaman 1dari 8

Febriyan Rachmawati 09/289442/GE/06764

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Kesehatan sebagai hak asasi manusia secara tegas diamanatkan oleh Undangundang Dasar 1945, dimana dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Di dunia internasional, konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 juga menyatakan bahwa Health is a fundamental right, yang mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan serta meningkatkan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat sebagai investasi. Kesehatan adalah salah satu unsur dari masyarakat Indonesia yang sejahtera, yaitu tercapainya hak atas hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui sistem kesehatan yang dapat menjamin terlindunginya masyarakat dari berbagai risiko yang dapat mem-pengaruhi kesehatan dan tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan merata. Kesehatan sebagai investasi akan menghasilkan penduduk yang sehat dan produktif sebagai SDM pembangunan yang berkelanjutan serta memiliki daya saing global. Keadaan masa depan masyarakat Indonesia yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, baik jasmani, rohani maupun sosial, dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, dan memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai Indonesia Sehat 2025.

Febriyan Rachmawati 09/289442/GE/06764

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) diarahkan untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UndangUndang Dasar (UUD) 1945, yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum;

mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Arah pembangunan kesehatan jangka panjang juga sudah tercantum secara ringkas dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. Untuk dapat memberikan kejelasan yang lebih spesifik dari arah pembangunan kesehatan tersebut, maka dipandang perlu ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional di bidang kesehatan, yang merupakan penjabaran dari RPJPN tahun 2005-2025, dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan nasional di bidang kesehatan untuk masa 20 tahun ke depan, yang mencakup kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.. Pembangunan kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan secara

berkesinambungan dalam tiga dekade telah cukup berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Secara umum derajat kesehatan masyarakat telah menunjukan perbaikan seperti dilihat dari angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan. Angka kematian bayi menurun dari 46 pada tahun 1997 (SDKI) menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 (Proyeksi BPS). Demikian juga angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 pada tahun 1997 menjadi 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005. Umur harapan hidup meningkat dari 41 tahun pada tahun 1960 menjadi 69 tahun pada tahun 2005. Prevalensi gizi kurang (underweight) pada balita, menurun dari 37,5 % pada tahun 1989 menjadi 26,5 % pada tahun 2005. Prospek ke depan pembangunan SDM diarahkan pada peningkatan kualitas SDM, yang ditandai

Febriyan Rachmawati 09/289442/GE/06764

dengan meningkatnya IPM dan Indeks Pembangunan Gender (IPG), serta tercapainya penduduk tumbuh seimbang di Indonesia. Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, program departemen kesehatan sesuai nasional summet bidang kesra meliputi Peningkatan pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan masyarakat. Peningkatan kesehatan masyarakat, guna mempercepat pencapaian target Millenium Devolepment Goals (MDGs) dan pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana.

I.2 Rumusan Masalah a. Apa pentingnya pembangunan kesehatan? b. Bagaimana pembangunan kesehatan di Indonesia ini? c. Apa saja sasaran yang akan dicapai dengan pembangunan kesehatan d. Bagaimana upaya peningkatan derajat kesehatan di Indonesia? e. Apa saja hambatan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan?

Febriyan Rachmawati 09/289442/GE/06764

BAB II PEMBAHASAN

Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa terdapat berbagai indikator yang menunjukkan bahwa terjadi korelasi positif antara derajat kesehatan masyarakat dengan produktivitas yang merupakan perwujudan kualitas sumberdaya manusia yang baik. Produktivitas itu akan memperkuat ketahanan ekonomi dan pada gilirannya akan memperkuat ketahanan suatu bangsa. Ketahanan bangsa

menunjukkan kualitas bangsa yang baik, yang selama ini diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indonesia telah melakukan pembangunan kesehatan dalam kurun waktu tiga dekade belakangan ini. Pembangunan kesehatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan kualitas SDM Indonesia menjadi semakin baik. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dari 0,586 pada tahun 2000 pada peringkat ke-112 dari 175 negara menjadi 0,692 pada tahun 2002 pada peringkat ke-111 dari 177 negara. Meskipun demikian, derajat kesehatan di Indonesia masih jauh tertinggal dari beberapa negara tetangga. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pun belum setinggi negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Singapura. Pembangunan kesehatan merupakan tugas kita bersama guna meningkatkan derajat kesehatan negara kita dalam waktu singkat secara optimal. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu unsur dari peningkatan pembangunan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM ini merupakan subyek dan sekaligus obyek pembangunan. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan mencapai empat sasaran, yaitu meningkatnya usia harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 76 tahun, menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi 26 per 100.000 kelahiran hidup, menurunkan angka kematian ibu melahirkan dari 266 per 100.000 kelahiran hidup dan

Febriyan Rachmawati 09/289442/GE/06764

menurunnya prevalansi gizi kurang pada anak balita dari 25,8 persen menjadi 20 persen. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan lebih mengutamakan

kepentingan umum dari pada kepentingan perorangan maupun golongan. Upaya kesehatan yang bermutu diselenggarakan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta harus lebih mengutamakan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit. Selain itu, upaya kesehatan harus dilaksanakan pula secara profesional, berhasil guna dan berdaya guna dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi daerah. Pembangunan kesehatan diarahkan agar memberikan manfaat yang sebesar-sebesarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat, serta dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan penyelenggaraan

pembangunan kesehatan terdapat beberapa tantangan yang dihadapi. Tantangan tersebut antara lain: rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang terlihat dari masih tingginya angka kematian bayi (AKB), angka kematian anak balita (AKABA) dan angka kematian ibu melahirkan (AKI) serta tingginya proporsi anak balita yang mengalami gizi kurang. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kesenjangan kualitas kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah, terutama pada daerah terpencil. Kesenjangan tersebut meliputi jumlah, penyebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan yang ada di daerah terpencil. Upaya penurunan AKI merupakan tantangan yang berat. Masalah kesehatan masyarakat lainnya yang dihadapi adalah beban ganda penyakit yaitu di satu pihak masih banyaknya penyakit infeksi yang harus ditangani namun di lain pihak mulai meningkatnya penyakit tidak menular. Tantangan lain adalah beberapa penyakit infeksi cenderung meningkat kembali (re-emerging diseases) seperti penyakit TB, DBD, malaria dan Anthrax. Penyakit infeksi baru juga telah muncul utamanya yang disebabkan karena virus (new emerging diseases)

Febriyan Rachmawati 09/289442/GE/06764

seperti: HIV/AIDS, SARS, flu burung (avian influenza), ebola, West Nile Encephalitis. Tanatangan lain ialah bentuk Negara Indonesia yang berupa negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang besar. Hal tersebut juga mempengaruhi upaya pembangunan kesehatan. Dengan bentuk Negara yang berupa kepulauan, Negara akan sulit melakukan pemerataan pelayanan kesehatan terutama untuk daerah yang terpencil dan mempunyai akses yang sulit. Selain itu, penduduk Indonesia akan bertambah banyak dengan piramida yang terus berubah. Penduduk usia lanjut dan usia produktif akan bertambah besar proporsinya. Sementara itu penduduk usia muda (bayi dan anak), meskipun proporsinya menurun, jumlahnya tetap meningkat. Begitu pula kemiskinan dengan segala akibatnya terhadap kesehatan tetap ada terus sampai tahun 2025, walaupun jumlahnya sudah menurun.

Febriyan Rachmawati 09/289442/GE/06764

BAB III PENUTUP

Untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan pada tahun 2025, kita harus menggunakan pola paradigma baru kesehatan yaitu menempatkan masyarakat sebagai subjek. Masyarakat diberdayakan agar mandiri memenuhi kebutuhan kesehatan berkesinambungan dan mengembangkan prakarsa membangun lingkungan sehat dengan melibatkan masyarakat seperti kegiatan sanitasi total berbasis masyarakat. Untuk itu, kita harus berupaya secara terus menerus melakukan peningkatan dan perbaikan meningkatkan lingkungan sehat seperti yang sudah ditargetkan dalam program 100 hari bidang kesehatan. Selain itu, diperlukan perilaku masyarakat yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community). Pembangunan kesehatan diprioritaskan pada pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta upaya kesehatan khususnya upaya promotif dan preventif yang ditunjang oleh pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut diberikan perhatian khusus kepada pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, daerah tertinggal, daerah bencana, daerah perbatasan, daerah terpencil termasuk pulau-pulau kecil, dengan

memperhatikan kesetaraan gender. Selain itu, penyelenggaraan pembangunan kesehatan diutamakan bagi penduduk rentan, yakni ibu, bayi, anak, usia lanjut dan keluarga miskin yang dilaksanakan melalui berbagai peningkatan. Peningkatan tersebut meliputi: upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, obat dan perbekalan

pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan. Upaya-upaya

tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan IPTEK, globalisasi dan
7

Febriyan Rachmawati 09/289442/GE/06764

demokratisasi dengan semangat kemitraan, dan kerjasama lintas sektor. Guna mendukung pembangunan kesehatan diperlukan manajemen kesehatan yang mantap, meliputi administrasi kesehatan, sistem informasi kesehatan, pengembangan IPTEK dan hukum kesehatan yang handal. Dengan mengetahui konsep pembangunan kesehatan, diharapkan kita sebagai calon analis geografi dapat melakukan upaya-upaya dalam pembangunan kesehatan menuju peningkatan mutu SDM yang produktif. Upaya tersebut dilakukan mulai dari diri kita sendiri yaitu dengan menjaga kesehatan diri dan kebersihan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan. Selanjutnya upaya yang dapat kita lakukan adalah sosialisasi mengenai kesehatan. Kegiatan tersebut penting dan jika dilakukan secara intensif oleh berbagai pihak akan menyukseskan keberhasilan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan yang berpengaruh kepada peningkatan kualitas SDM.

Anda mungkin juga menyukai