Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

PENGELOLAAN SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI TA 5122

TINJAUAN KRITIS TERHADAP UNDANG UNDANG PERTAMBANGAN N0. 11 TAHUN 1967 TENTANG KETENTUAN KETENTUAN POKOK PERTAMBANGAN

DIBUAT OLEH :

Nama NIM

: LIA MEDY TANDY : 221 12 011

Dosen : Prof. Dr. Ir. Rudi Sayoga Gautama

Jurusan Rekayasa Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung SEM I 2012/2013

Judul Kajian : Undang-undang Pertambangan N0. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (UUKPP 1967) Dikritisi oleh Lia Medy Tandy

1. Pendahuluan
Undang-undang Pertambangan N0. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (UUKPP 1967), merupakan undang undang pertambangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia menggantikan UU N0. 37 Prp / 1960 tentang Pertambangan dengan berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan dari dibuatnya UU Pokok Pertambangan yang baru yaitu Undang-undang Pertambangan N0. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (UUKPP 1967), menggantikan UU N0. 37 Prp / 1960 tentang Pertambangan, adalah dengan maksud untuk mempercepat terlaksananya pembangunan ekonomi nasional dan memperkembangkan usaha-usaha pertambangan di Indonesia di masa tersebut untuk menuju masyarakat indonesia yang adil dan makmur materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila. Untuk mendukung UUKPP 1967 ini, pada tahun 1969 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Pelaksanaan UUKPP N0.11/1967 ini. Kemudian pada tahun 1980, terbit PP N0. 27/1980, yang mengatur tentang penggolongan Bahan Galian Gol. A, B, dan C

2. Rangkuman
Sejalan dengan paradigma pembangunan yang diterapkan oleh Pemerintahan Orde Baru, dimana konsep kebijaksanaan pertambangan yang diterapkan berorientasi pada pengembangan sektor industri sebagai pendukung utama pembangunan. Hal tersebut terlihat dari parameter yang digunakan sebagai tolok ukurnya, yaitu berkisar pada besaranbesaran investasi, penerimaan Negara, volume dan nilai ekspor atau devisa yang dihasilkan

dari sumbangan sektor pertambangan terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Nasional. Kebijakan ini merupakan implementasi dari Ketetapan TAP MPRS N0. XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaharuan Kebijakan ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, kemudian dikeluarkannya Undang-Undang N0.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (UUPMA), setelah itu Pemerintah menerbitkan Undang-undang Pertambangan N0. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (UUKPP 1967). Dibuatnya Undang-undang Pertambangan N0. 11 tahun 1967 tentang KetentuanKetentuan Pokok Pertambangan (UUKPP 1967) bertujuan untuk mempercepat terlaksananya pembangunan ekonomi nasional dan memperkembangkan usaha-usaha pertambangan di Indonesia di masa tersebut dan masa yang akan datang, mengingat pada saat dibuatnya UUKPP 1967 tersebut, bangsa Indonesia sedang dalam peralihan Pemerintahan Orde baru yang ditandai dengan menekankan paradigma pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang didukung dengan pendekatan stabilitas nasional.

3. Kritik
1) Orientasi

Sejak dari konsiderens sudah terlihat bahwa UUKPP 1967 ini berorientasi kepada eksploitasi. Ketentuan menimbang huruf a menyatakan bahwa guna mempercepat terlaksananya pembangunan ekonomi Nasional dalam menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila, maka perlulah dikerahkan semua dana dan daya untuk mengolah dan membina segenap kekuatan ekonomi potensil di bidang pertambangan menjadi kekuatan ekonomi yang riil. Eksploitasi tambang yang diusung oleh UUKPP 1967 ini, memang sejalan dengan politik pembangunan ekonomi yang digerakkan oleh rezim yang berkuasa pada saat itu. Orientasi seperti itu semakin terlihat pada ketentuan Menimbang huruf b, dimana UUKPP 1967 ini, dikeluarkan dalam rangka memperkembangkan usaha-usaha pertambangan di Indonesia dimasa sekarang dan dikemudian hari. Landasan filosofis ini menyiratkan tujuan dari UUKPP 1967 untuk mengembangkan usaha-usaha pertambangan, memberikan warna bagi isi UUKPP 1967 pasal demi pasal.

2)

Keberpihakan

Misi eksploitasi dan pro-kapital terlihat jelas pada isi dan batang tubuh UUKPP 1967 ini. Hal ini tergambar salah satunya dari ketentuan yang terdapat pada pasal 5 sampai dengan pasal 12 yang mengatur tentang Bentuk dan Organisasi Perusahaan Pertambangan. Menurut pasal 5 UUKPP 1967 ini, Usaha pertambangan dapat dilaksanakan oleh (a) Instansi pemerintah yang ditunjuk oleh menteri ; (b) Perusahaan Negara ; (c) Perusahaan Daerah ; (d) Perusahaan dengan modal bersama antara Negara dan daerah ; (e) Koperasi ; (f) Badan atau perseorangan swasta yang memenuhi syarat-syarat yang dimaksud dalam pasal 12 ayat 91) ; (g) Perusahaan dengan modal bersama antara Negara dan/atau daerah dengan Koperasi dan/atau badan/perseorangan swasta yang memenuhi syarat-syarat yang dimaksud pada pasal 12 ayat (1) ; .. (n) Pertambangan Rakyat. Usaha pertambangan bahan galian Gol.A (Strategis) memang dilaksanakan oleh (a) Instansi Pemerintah, dan (b) Perusahaan Negara (Pasal 6). Tetapi, pihak swasta (yang berbadan hukum di Indonesia) dapat pula mengusahakan bahan galian Gol.A tersebut apabila Menteri berpendapat bahwa berdasarkan pertimbangan ekonomi dan perkembangan pertambangan lebih menguntungkan bagi Negara (Pasal 7). Begitupun dengan kegiatan penambangan bahan galian Gol. B (Vital), biosa dilakukan baik oleh Negara atau daerah maupun badan atau perseorangan swasta (Pasal 9 ayat 2). Menteri bahkan dapat menunjuk pihak lain sebagai kontraktor untuk melaksanakan pekerjaanpekerjaan yang belum atau tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Instansi pemerintah atau perusahaan Negara selaku pemegang Kuasa pertambangan (KP). Ketentuan inilah yang menjadi dasar bagi adanya Kontrak Karya dalam bidang pertambangan baik dengan pihak modal dalam negeri maupun modal asing (Penjelasan Pasal 10). Pelaksanaan ketentuan yang pro-kapital seperti inilah yang bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 33 ayat 2, yaitu cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Walaupun demikian, UU pada Pasal 5 huruf n, tetap memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengusahakan pertambangan melalui apa yang disebut dengan Pertambangan Rakyat. Dimana dijelaskan bahwa Pertambangan Rakyat adalah satu usaha pertambangan bahan-bahan galian baik Gol.A dan B maupun Gol. C yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara bergotong royong dengan menggunakan peralatan sederhana untuk pencaharian sendiri.

Pertambangan Rakyat memabng bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat untuk dapat melaksanakan kegiatan pertambangan. Tetapi usaha tersebut tetap harus berdasarkan Ijin Pertambangan Rakyat atau Kuasa Pertambangan (KP) dari Pemerintah setempat (Pasal 11). Dengan demikian, dapat dilihat dengan jelas bahwa UU ini berpihak terhadap pemilik modal atau swasta dalam Usaha Pertambangan. 3) Pengelolaan Dan Implementasinya Pengelolaan pertambangan yang diatur dalam UUKPP 1967 pada prinsipnya bersifat sentralistik (Pasal 1 dan 4, ayat 1), yang menyatakan bahwa Semua bahan galian yang terdapat dalam wilayah hokum pertambangan Indonesia merupakan endapan-endapan alam sebagai karunia Tuhan YME, adalah kekayaan nasional bangsa Indonesia, oleh karenanya dikuasai dan dipergunakan oleh Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. UUKPP 1967 membagi bahahan Gallian menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu : Golongan A (Strategis) ; Golongan B (Vital) ; Golongan C (Tidak termasuk Gol.A dan Gol.B). Pelaksanaan Penguasaan Negara dan pengaturan usaha pertambangan bahan galian Gol A dan Gol. B dilakukan oleh Menteri (Pasal 4 ayat 1). Sedangkan Pelaksanaan Penguasaan Negara dan pengaturan usaha pertambangan bahan galian Gol. C dilakukan oleh Pemda/Provinsi (Pasal 4 ayat 2). UUKPP 1967 ini bahkan menyatakan, bahwa dengan memperhatikan kepentingan pembangunan daerah dan Negara, Menteri (Pusat) dapat menyerahkan pengaturan usaha pertambangan bahan galian Gol. B (vital) tertentu kepada Pemda/Provinsi (Pasal 4 ayat 3). 4) Hak Masyarakat Adat Hak tanah adalah hak atas sebidang tanah pada permukaan bumi menurut hukum Indonesia (Pasal 2,huruf b). kegiatan Usaha Pertambangan mengakui hak tanah masyarakat yang terkena kegiatan pertambangan, dimana pemegang KP diwajibkan untuk mengganti kerugian akibat dari usahanya terhadap segala sesuatu yang berada diatas tanah kepada yang berhak atas tanah tersebut baik di dalam lingkungan daerah KP maupun diluarnya, dengan tidak memandang apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja maupun yang dapat atau tidak dapat diketahui terlebih dahulu (Pasal 25 ayat 1).

walaupun demikian, dalam UU ini, prioritas tetap diberikan kepada UP , sehingga apabila telah didapat ijin pertambangan atas suatu daerah/wilayah menurut hokum yang berlaku, maka kepada para pemilik tanah dipaksa untuk memperbolehkan pekerjaan pertambangan oleh pemegang KP atas tanah yang bersangkutan atas dasar mufakat (Pasal 26). Pada pada Pasal 31 ayat 2 UUKPP menyatakan ; dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun dan/atau dengan denda setinggi-tingginya lima puluh ribu rupiah, barang siapa yang melakukan usaha pertambangan sebelum memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap yang berhak atas tanah. Begitu juga sebaliknya< pasal 32 menyatakan (1) dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun dan/atau dengan denda setinggi-tingginya lima ribu rupiah, barang siapa yang tidak berhak atas tanah merintangi atau mengganggu usaha pertambangan yang sah, atau (2) dihukum dengan hukuman kurunganselama-lamanya tiga bulan dan/atau dengan denda setinggi-tingginya sepuluh ribu rupiah, barangsiapa yang berhak atas tanah merintangi atau mengganggu usaha pertambangan yang sah, setelah pemegang KP memenuhi syarat-syarat sebagaimanayang tercantum di UUKPP Pasal 26 dan 27 ini. Pada UUKPP 1967 tidak mengatur tentang penyelesaian sengketa dalam pengelolaan pertambangan. Namun pada pasal 27 UUKPP 1967 terdapat petunjuk tentang bagaimana mengatur jalan keluarnya jika tidak tercapai mufakat tentang ganti kerugian terhadap hak tanah yang terkena kegiatan usaha pertambangan.

4. Kesimpulan
1) Bahwa Undang-undang Pertambangan N0. 11 tahun 1967 tentang KetentuanKetentuan Pokok Pertambangan (UUKPP 1967), merupakan undang undang pertambangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia untuk menggantikan UU N0. 37 Prp / 1960 tentang Pertambangan dengan berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945. 2) Meninjau alasan dikeluarkannya UUKPP 1967 ini tidaklah memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat atau pemerintah tidak berpihak kepada rakayat kecil, bertolak belakang dengan pihak swasta yang sangat diuntungkan dengan adanya UUKPP 1967 ini. 3) Untuk melengkapi UUKPP N0.11 tahun 1967 ini pemerintah menerbitkan beberapa Peraturan Pemerintah yang tertuang dalam PP N0.32/1969 ; PP N0. 27/1980 ; PP N0.79/1992, dan PP N0. 75/2001

4) Kebijakan hukum pertambangan yang diterapkan pada UUKPP 1967 tidak cocok lagi untuk dipakai di era otonomi daerah sekarang ini, dan telah di gantikan dengan UU N0. 4 Tahun 2009.

5. Referensi
Azheri Busyra, 2006, Kajian Terhadap UU N0. 11 Tahun 1967 menyangkut Pemberdayaan Hak-hak Masyarakat Adat, Universitas Andalas, Padang. Sururi Akhmad, 2012, Cara menulis Kajian Kritis Terhadap Artikel atau Buku, Rahaweng. psdg.bgl.esdm.go.id/kepmen_pp_uu/uu_11_1967 www.bappenas.go.id, UUD 1945 www.gugustunasbangsa.blogspot.com
www.unmit.org legal_indonesialaw_PP

Anda mungkin juga menyukai