Anda di halaman 1dari 2

Pembongkaran Siola Disoal DPRD

Selasa, 07/09/2010 | 10:39 WIB SURABAYA- DPRD Kota Surabaya mempersoalkan pembongkaran bagian dalam gedung Siola. Masalahnya, bangunan Siola masuk kategori cagar budaya tipe A. Jika masuk tipe ini maka semua harus utuh seperti aslinya. Proses pembongkaran kami sinyalir tidak sesuai prosedur. Setelah dilakukan penelusuran ternyata gedung bagian dalam yang dibongkar di lantai 2 dan 4. Sedangkan bangunan asli yang harus dilindungi sebagai aset cagar budaya terdiri dari lantai 1,2, dan 3, kata anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya Erick Reginal Tahalele, Selasa (7/9). Atas tindakan tersebut, menurut Erick, jelasjelas penyewanya telah menyalahi aturan. Tindakan mereka bisa dijerat hukum. Menurut dia, kalau pembongkarannya di lantai empat tidak mempersoalkan, karena bangunan lantai empat merupakan bentuk struktur tambahan. Artinya, bangunan tersebut tidak asli dari bangunan zaman dulu. Seperti diberitakan sebelumnya, gedung Siola dikontrak PT Tunjungan City Hopefull (TCH) dengan masa kontrak selama 5 tahun terhitung sejak 2010-2015. Nilai kontrak tahun pertama sebesar Rp 1,4 miliar. Sedangkan nilai kontrak tahun berikutnya naik sebesar 6,5 persen/tahun. Gedung tersebut rencananya dipakai untuk bisnis ruang pertemuan. Disinggung upaya mengembalikan jumlah lantai menjadi tiga lantai, Erick menegaskan, proses pengembalian patut didukung. Namun, semua harus dilakukan penelitian, apa yang dibongkar bangunan lama atau tambahan. Sebab, apapun alasannya bangunan yang masuk cagar budaya tipe A tidak boleh dibongkar. Saya melihat ada upaya mengelabuhi aturan, terangnya. Anggota Komisi C DPRD Surabaya, Simon Lekatompessy mendukung pernyataan Erick. Menurut dia, pembongkaran yang dilakukan tidak bisa dibenarkan. Jika ternyata dalam pembongkaran investor telah mendapat izin, maka pihak yang mengeluarkan izin harus di persoalkan. Saya sudah telepon Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudparta) pemkot, cagar budaya di Siola masuk tipe A sehingga tidak bisa dibongkar seenaknya, kata dia. Simon menegaskan, pihaknya akan segera berkoordinasi untuk memanggil Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) yang terkait. Bahkan tim cagar budaya juga akan di panggil untuk menjelaskan persoalan ini. Pasalnya, proses pembongkarannya diduga menyalahi aturan. Kami akan panggil pihak-pihak terkait. Kami akan mengusut keluarnya izin, siapa yang bersalah harus bertanggungjawab, ungkapnya. Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Baktiono juga menolak pembongkaran cagar budaya tipe A. Namun, dia berharap harus ada klarifikasi yang jelas dari pihak yang bersangkutan. Untuk itu, dewan juga akan memanggil tim cagar budaya untuk dimintai keterangan. Kalau tim cagar budaya membolehkan dibongkar kan tidak masalah, ucap politisi PDIP ini. Kepala Disbudparta Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan, pihak penyewa memang mengubah bagian dalam gedung Siola. Tujuannya ingin mengembalikan ke bentuk cagar budaya yang asli. Namun bila pelaksanaannya ternyata ada penyimpangannya pihaknya akan menegurnya. Kalau benar kami meminta agar penyewanya mengembalikan seperti bentuk aslinya, katanya. Aminudin Kasdi, salah satu Tim Cagar Budaya menyatakan, proses pembongkaran sudah dikonsultasikan dengan Tim Cagar Budaya. Dari hasil pembicaraan, Siola masuk dalam cagar budaya tipe A berarti tidak bisa diubah seenaknya. Sesuai laporan, pembongkaran yang dilakukan untuk mengembalikan ke dalam bentuk aslinya. Berarti

proses yang dilakukan tidak menyalahi aturan. Tapi kami perlu membuktikan di lapangan dulu, apakah benar ada pembongkaran bagian dalam gedung yang menyimpang. Ini yang penting, katanya. pur

Anda mungkin juga menyukai