Pulau Poteran merupakan salah satu pulau yang terletak di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Letak geografis Pulau Poteran terletak antara 113,92 0 -114,08 0 LS dan 7,02 0 -7,12 0 BT. Pulau ini merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di sebelah tenggara Pulau Madura. Pulau ini terletak pada Kecamatan Talango di Kabupaten Sumenep. Letak Pulau Poteran merupakan pulau yang paling dekat dengan Kabupaten Sumenep. Batas wilayah Pulau Poteran meliputi: Utara : Selat Talango Selatan : Selat Madura Timur : Selat Sapudi Barat : Selat Talango
Gambar 3.x Peta Wilayah Perencanaan (KURANG BATAS) Sumber: Peta Rupa Bumi Indonesia, 2014 Luas wilayah Pulau Poteran ini mencapai 50.27 km 2 dan terdiri dari 8 desa, 62 dusun, 105 RW, dan 307 RT. Desa yang paling luas yaitu Desa Gapurana dengan luas 9,28 km 2 (18.46%). Sedangkan desa dengan luas paling kecil adalah Desa Talango dengan luas 3,67 km 2 (7,3%). Berikut luas masing-masing desa di Pulau Poteran dapat dilihat pada tabel 3.x Tabel 3.x Luas Desa di Pulau Poteran No Desa Jumlah Dusun Luas (Km 2 ) Persentase (%) 1 Padike 7 5.69 11.32 2 Cabbiya 6 5.41 10.76 3 Essang 7 5.49 10.92 4 Kombang 6 6.31 12.55 5 Poteran 8 5.99 11.92 6 Palasa 8 8.43 16.77 7 Gapurana 14 9.28 18.46 8 Talango 6 3.67 7.3 Jumlah 62 50.27 100 Sumber: Kecamatan Talango dalam Angka, 2013
3.2 Iklim Klimatologi berasal dari dua kata Yunani, yaitu klima yang diartikan sebagai kemiringan (slope) bumi yang mengarah pada pengertian lintang tempat dan logos yang berarti ilmu. Jadi, klimatologi adalah ilmu yang yang membahas sintesis atau statistik unsur-unsur cuaca hari demi hari dalam periode tertentu (beberapa tahun) di suatu tempat pada wilayah tertentu. Iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang (Trewartha dan Horn, 1995). Kondisi iklim wilayah Pulau Poteran yang letaknya berada di selatan garis ekuator yang dikelilingi oleh Laut Jawa dan Selat Madura menjadikan Pulau Poteran yang dipengaruhi iklim tropis terbagi menjadi dua musim, yaitu musim hujan/basah antara bulan Novenber-Juni dan musim kemarau/kering antara bulan Juli-Oktober. Rata-rata penyinaran terlama di bulan Agustus dan terendah di bulan Februar dengan lama penyinaran matahari 78%.. Rata-rata curah hujan sebesar 1479 mm. Pulau Poteran memiliki rata-rata suhu sekitar 27 C. Suhu tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu 32 C dan terendah di tahun 1980 yaitu 24 C. Selain itu, Pulau Poteran memiliki kelembaban rata-rata sekitar 78%-87%.
Gambar 3. Tingkat Suhu di Pulau Poteran (Celcius) Sumber: BMKG Kalianget 2007
Gambar 3. Tingkat Kelembaban Pulau Poteran (PC) Sumber: BMKG Kalianget 2013
Gambar 3. Curah Hujan Pulau Poteran (mm/tahun) Sumber: BMKG Kalianget 2013 3.3 Topografi Topografi dalam arti luas adalah permukaan tanah atau dapat diartikan sebagai ketinggian suatu tempat yang dihitung dari permukaan air laut sehingga dapat diketahui elevasi tanah aslinya. Pulau Poteran termasuk dalam pulau yang bertopografi landai dengan tingkat kemiringan rata rata <30% dan berada pada ketinggian 0-500 meter dari permukaan laut (m dpl) dengan luas 50,27 km 2 atau 100% dari luas Pulau Poteran, sehingga tergolong dalam kategori dataran rendah. Desa dengan dataran paling tinggi adalah Desa Kombang yaitu 86 m dpl. Sedangkan dataran paling rendah adalah Desa Talango yaitu 50 m dpl. Topografi masing-masing desa di Pulau Poteran dapat dilihat pada tabel 4.x. Tabel 4.x Topografi Tiap Desa di Pulau Poteran No Desa Tinggi DPL (meter) 1 Padike 54 2 Cabbiya 62 3 Essang 67 4 Kombang 86 5 Poteran 80 6 Palasa 65 7 Gapurana 58 8 Talango 50 Rata -rata 65,25 Sumber: Kecamatan Talango dalam Angka, 2013
3.4 Jenis Tanah Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organic. Menurut Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss, mengatakan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modfikasi pelapukan akibat dinamika faktor iklim. Macam-macam jenis tanah adalah tanah gambut, alluvial, regosol, latosol, latosol, grumosol, podsolik merah kuning, podsol, andosol, mediteran merah- kuning, gleisol, dan paddy soil. Jenis tanah Pulau Poteran adalah Latosol 27,26%, Mediteran Merah-Kuning 57,69%, dan Alluvial yang hanya sebesar 15,08%. Untuk lebih jelasnya, lihat tabel 3.2.2. Tabel 3. Tabel Jenis Tanah Pulau Poteran No Jenis Tanah Luas Presentase 1. Alluvial 785,17 15,08 2. Mediteran Merah-Kuning 1.835,03 57,69 3. Latosol 472,07 27,26 Jumlah
5.026,71 100 Sumbe: Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan TalangoTahun 2010
3.5 Geologi Geologi merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan tentang evolusi bumi secara menyeluruh beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya hingga sekarang, yang dapat dikenali dalam batuan (Holmes, 1965). Sehingga, kondisi geologi meliputi komposisi, pembentukan, dan proses pembentukan batuan yang ada di dalam kerak bumi. Kondisi geologi Pulau Poteran meliputi banyak batuan keras berwarna putih atau yang disebut dengan batu gamping. Batu gamping merupakan batuan sedimen yang tersusun oleh mineral kalsium karbonat (CaCo3). Kondisi Geologi di Pulau Poteran menunjukkan adanya dominasi pada jenis tanah Asosiasi Litosol sebesar 27,26% dan Mediteran (tanah merah) sebesar 57,26% (persebaran).
Gambar 4.x Tanah Asosiasi Litosol (kiri) dan Tanah Merah Mediteran (kanan) Sumber: Survei Primer, 2014 Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Tanah litosol dibentuk oleh proses pelapukan secara sempurna batuan beku dan sedimen. Jenis tanah ini bersifat meniris, tahan terhadap erosi. Tanah ini memiliki ciri butiran kasar berupa kerikil, miskin unsur hara dan pH rendah (4,5 5,0). Tanah litosol tidak subur sehingga kurang baik untuk pertanian. Hal tersebut dikarenakan tanah litosol miskin akan unsur N sehingga perlu pemupukan sempurna untuk pertanian. Oleh karena kurang subur, tanah litosol hanya cocok bagi tanamantanaman besar di hutan. Sedangkan tanah mediteran adalah tanah hasil proses pelapukan batuan kapur keras (limestone) dan batuan sedimen. Tanah dengan bahan induk batu kapur mempunyai nilai pH tanah yang lebih tinggi dibanding yang berasal dari bahan induk Batu Pasir. Permasalahan utama jenis tanah ini adalah pada ketersediaan air dan tingginya pH tanah yang seringkali di atas 7 (alkalis). Tanah yang cenderung alkalis merupakan kendala bagi tanaman, sebab bersifat mengikat fosfat.Tanah mediteran merupakan tanah pertanian yang subur di daerah kapur daripada jenis tanah kapur yang lainnya. Warna tanah ini kemerahan sampai coklat dan bersifat kurang subur, tidak cocok untuk dijadikan lahan pertanian, namun cocok untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan jambu mete. Tanah-tanah Mediteran Merah dan Litosol di Pulau Poteran berkembang pada kondisi iklim kering.
3.6 Hidrologi Kondisi hidrologi digambarkan dengan adanya potensi-potensi air yang berada di permukaan, seperti sungai, waduk, sumur dan sumber air. Kedalaman air permukaan di kawasan Pulau Poteran memiliki rata-rata 25 50 meter dari permukaan tanah. Hal tersebut dikarenakan terdapat jenis batuan gamping dan kapur yang berada di permukaan sehingga menyulitkan dalam penggalian air tanah. Keseluruhan Pulan Poteran dikelilingi oleh air laut serta memiliki wilayah daratan yang cenderung datar. Sehingga tidak terdapat sungai yang mengalir karena tidak terdapat sumber air dari hulu menuju hilir.
3.7 Vegetasi Di Pulau Poteran memiliki banyak variasi jenis vegetasi. Salah satu jenis vegetasi yang banyak dijumpai adalah tanaman obat cabai jamu (Pepper retrofractum). Tanaman ini memiliki keunggulan dapat tumbuh di lahan kering berbatu. Keberadaan tanggul batu di pematang tegalan dapat dijadikan media merambatnya cabai jamu secara alami. Buah Cabai Jamu memiliki khasiat sebagai obat sakit perut, masuk angin, beri-beri, rematik, tekanan darah rendah, kolera influenza, sakit kepala, lemah syahwat, bronkitis, dan sesak napas. Karena itu, cabai jamu banyak dibutuhkan sebagai bahan pembuatan jamu tradisional dan obat pil/kapsul modern serta bahan campuran minuman. Cabai Jamu memiiki nilai ekonomis tinggi, pasarnya juga tidak akan sulit. Yang lebih unik lagi, sekali menanam produksinya bisa diambil hingga 50 tahun lebih. Jauh lebih berharga dibandingkan tanaman lain, yang rata-rata produktivitasnya kurang dari 20 tahun. Selain itu untuk jenis vegetasi yang jarang terdapat di Pulau Poteran adalah tanaman kelapa. Hal ini dikarenakan menurut penduduk, pohon kelapa dapat membahayakan mereka sehingga banyak pohon kelapa yang hampir habis ditebang.
Gambar 4.x Pohon Cabai Jamu yang terdapat di Pulau Poteran Sumber: Survei Primer, 2014 3.8 Kebencanaan Definisi bencana menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yaitu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, keruaskan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Beberapa bencana yang pernah dan rawan terjadi di Pulau Poteran, antara lain: 3.8.1 Rawan Longsor dan Abrasi Faktor alam yang menjadi penyebab terjadinya longsor adalah kondisi topografi, jenis tanah, curah hujan, abrasi laut, dan lain-lain. Di samping faktor alam juga ada faktor lain yang menjadi penyebab, antara lain penambangan, penggundulan hutan, bendungan, dan lain-lain (RTRW Kabupaten Sumenep Tahun 2009-2029). Kawasan yang berpotensi rawan longsor terdapat di seluruh wilayah Pulau Poteran. Berikut tabel tingkat kerawanan longsor daratan pada seiap desa di Pulau Poteran. Tabel 3.x Tingkat Kerawanan Longsor Daratan di Pulau Poteran No Desa Tingkat Kerawanan 1 Padike Potensi Tinggi 2 Cabbiya Potensi Rendah 3 Essang Potensi Rendah 4 Kombang Potensi Rendah 5 Poteran Potensi Rendah 6 Palasa Potensi Rendah 7 Gapurana Potensi Rendah 8 Talango Potensi Sedang Sumber: Perencanaan Profil Daerah Rawan Bencana Kabupaten Sumenep, 2009
PETA
3.8.2 Rawan Kebakaran Dari hasil investigasi terhadap kawasan rawan bencana kebakaran dapat disimpulkan bahwa kawasan rawan kebakaran akan terjadi pada kawasan permukiman padat atau di sekitar pasar yang tidak memiliki hidran air. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupatenn Sumenep Tahun 2009-2029 bahwa potensi kebakaran pada Pulau Poteran termasuk rendah. Tetapi Pulau Poteran tidak memiliki hidran air yang berfungsi sebagai sumber air untuk memadamkan api jika pasokan air yang dibawa di truk pemadam habis.
3.8.3 Angin Kencang Bencana angin kencang terjadi pada bulan Juli. Bencana tersebut terjadi pada setiap desa di pulau poteran. Bencana angin kencang yang terjadi mengganggu produksi rumput laut. Bencana tersebut akan merusak tempat pembudidayaan rumput laut yang ada di sekitar pesisir. Masyarakat Pulau Poteran memiliki pembatas/tanggul/pagar yang ada di tepi pesisir (terbuat dari bambu) untuk menghalang angin kencang. Tetapi pagar tersebut tidak dapat menahan angin kencang. Pagar tersebut diganti dengan bahan beton oleh PNPM, tetapi pada kenyataannya pagar masih sering rusak jika sudah musim angin kencang datang. Akibat dari bencana angin kencang yang terjadi adalah nelayan tidak berani untuk berlayar, banyak pohon yang tumbang sehingga merobohkan rumah masyarakat dan kerusakan gudang kayu. Pasca terjadi bencana, peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan ini adalah memberikan bantuan berupa uang dan untuk kerusakan kecil, penduduk tidak meminta bantuan pemerintah.
3.8.4 Kekeringan Kekeringan dapat dibagi menjadi kekeringan alamiah, kekeringan pertanian, dan kekeringan sosial ekonomi. Kekeringan alamiah apabila terkait dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. Penyebab terjadinya kekeringan adalah faktror alami, faktor teknis administratif, dan faktor perilaku pengguna air. Di Pulau Poteran pernah terjadi bencana kekeringan di Desa Padike. Kekeringan tersebut terjadi pada Bulan Januari sampai Maret. Bencana kekeringan mengakibatkan komoditas pertanian seperti jagung dan padi tidak dapat ditanam. Para petani daratan beralih menjadi penjaring ikan pada saat kekeringan.
3.8.5 Abrasi Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak (Setiyono, 1996). Kekuatan abrasi ditentukan oleh besar-kecilnya gelombang yang menghempas ke pantai. Pada pantai yang berlereng terjal dan berbatuan cadas, gelombang mengawali kikisannya dengan membentuk notch (torehan), lereng vertikal yang cekung (concave) ke arah daratan (lereng menggantung, overhanging). Bentukan lereng yang cekung ini memberi peluang kerja bagi gaya berat dari batuan di atas (overhanging), dan menjatuhkannya ke bawah. (hallaf, 2006). Abrasi pada pulau Poteran terjadi dan dapat dilihat efeknya pada setiap desa di pulau Poteran, selain itu memiliki efek yang bervariasi pada tiap desa pada pulau Poteran. Dampak abrasi yang merupakan pengurangan tepi pantai pada pulau Poteran berdampak pada penggunaan lahan di sekitar tepi pantai, contohnya terjadinya pengurangan lahan makam pada desa Talango karena mengalami pengurangan tepi pantai sepanjang 100 meter pada 3 tahun terakhir. Dampak lain juga terjadinya kerusakan tanggul penahan ombak disetiap desa yang dibangun oleh pemerintah melalui bantuan PNPM pada tahun 2011, tanggul tersebut hanya bertahan selama 3 tahun dan belum terdapat usaha perbaikan dari pemerintah setempat. secara detail, abrasi di Pulau Poteran dapat dilihat di peta berikut ini. PETA
ANALISIS
4.1. Analisis Kemampuan Lahan (kurang narasi!) 4.2. Analisis Kesesuaian Lahan (kurang narasi!) 4.3. Analisis Klimatologi Analisa klimatologi menggunakan menggunakan analisis deskriptif yang didasari dari teori yang dikembangkan oleh F. W. Junghuhn. Junghuhn membuat teori dengan mengaitkan 3 faktor utama yaitu: ketinggian, suhu, dan jenis vegetasi. Untuk mengetahui hasil analisis suhu yang mengacu dari teori Junghuhn dimana terdapat pengklasifikasian iklim berdasarkan ketinggian tempat dan mengaitkan iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal pada suhu di habitatnya. Junghuhn mengklasifikasikan iklim menjadi 4, yaitu:
a. Daerah Panas/ Tropis Daerah dengan iklim panas atau tropis merupakan daerah yang memiliki ketinggian tempat antara 0 - 600 m diatas permukaan laut. Daerah dengan iklim panas atau tropis memiliki suhu 22 C 26,3 C, dengan vegetasi padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa. b. Daerah Sedang Daerah dengan iklim sedang merupakan daerah yang memiliki ketinggian tempat antara 600 - 1.500 m diatas permukaan laut. Daerah dengan iklim sedang memiliki suhu 17,1 C 22 C, dengan vegetasi padi, tembakau, teh, kopi, kina, sayur sayuran. c. Daerah Sejuk Daerah sejuk merupakan daerah yang memiliki ketinggian tempat antara 1.500 - 2.500 m diatas permukaan laut. Daerah yang memiliki iklim sejuk memiliki suhu 11,1 C 17,1 C, dengan vegetasi kopi, teh, kina, sayur-sayuran. d. Daerah Dingin Daerah dengan iklim dingin merupakan daerah yang memiliki ketinggian tempat antara lebih dari 2.500 m diatas permukaan laut. Daerah yang memiliki suhu 6,2 C11,1 C, dengan vegetasi rata - rata tidak ada tanaman budidaya yang bisa tumbuh didaerah tersebut.
Berdasarkan kondisi eksisting, Pulau Poteran yang termasuk dalam kategori dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 500 m dan suhu berkisar antara 22 0 C 31 0 C, maka vegetasi yang cocok untuk ditanam dengan ketinggan dan suhu yang adalah kelapa, tebu, karet, dan padi. Berikut ini kriteria yang sesuai dengan masing masing vegetasi yang cocok ditanam di Pulau Poteran:
Vegetasi Ketinggian Suhu Iklim Angin Jenis Tanah Tebu 0 1.400 m. 24 0 C 30 0 C. Tumbuh di daerah beriklim tropik dan subtropik, dengan daerah penyebaran antara 35 0 LS dan 39 0 LU. Curah hujan 1.500 3.000 mm/ tahun. Sangat dibutuhkan radiasi sinar matahari. Kelembapan udara <80%. Angin dengan kecepatan 10 km/ jam. Tanah grumosol dan tanah regosol. Karet Tumbuh 25 0 C Tumbuh pada Angin yang Tanah pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m. 35 0 C. daerah tropis antara 15 0 LS dan 15 0 LU Curah hujan 2.500 4.000 mm/ tahun. tidak terlalu kencang. mediteran. Kelapa <200 m. 22 0 C 32 0 C. sinar matahari >5.5 jam/ hari. radiasi matahari >16 MJ/ m 2 . curah hujan per tahun 2000 2500 mm/ tahun. kelembaban 75- 85%. 0 10 m/ detik. Tanah Latosol Padi 0 1.500 m. 23 0 C. Curah hujan 1.500 2.000 mm/ tahun. Tanah alluvial, tanah andosol, dan tanah grumosol. Jagung dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1.800 m (Rukmana, 1997). 21 0 C 30 0 C. Curah hujan 100- 125 mm/bulan Tanah Andosol, Latosol, Grumosol, Pasir, Gambut
Berdasarkan analisis yang dilakukan diatas, dapat dilihat bahwa vegetasi yang ada di Pulau Poteran adalah jagung, kedelai, singkong, bawang, dan kacang - kacangan. Dengan dilakukan analisis deskriptif berdasarkan teori F. W. Junghuhn maka dapat dikembangkan vegetasi tebu, kelapa, karet, dan padi.
4.4. Analisis Sumber Daya Lokal Analisis sumber daya lokal dilakukan menggunakan Content Analysis terhadap komoditas pertanian, perikanan dan sumber daya alam lainnya. Berdasarkan hasil Content Analysis terhadap data transkrip wawancara, didapatkanlah hasil sebagai berikut :
Berdasarkan hasil Content Analysis diatas, dapat disimpulkan bahwa sumber daya alam yang menjadi komoditas utama di Pulau Poteran adalah Jagung di sisi daratan dan teri nasi di sisi perairan. Hal ini diperkuat dengan beberapa kalimat dari narasumber sebagai berikut : Desa Poteran merupakan penghasil teri nasi terbesar di Pulau Poteran. Di sini terdapat dua gudang penyimpanan teri sebelum dikirim ke Sumenep untuk di ekspor ke berbagai negara (Abdul Salam, Pak Sekretaris Desa Poteran).
Komoditas pertanian paling dominan di Pulau Poteran adalah jagung, hasil panen di Desa Poteran saja, bisa mencapai 20 ton. Apalagi jika digabung dengan produksi pertanian di desa-desa lainnya di Pulau Poteran (Maryoto, Ketua GAPOKTAN Desa Essang).
Potensi Masalah
Nama Desa Potensi Masalah Talango - Sumur tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau - Tanah subur deket bibir pantai berbagai macam vegetasi ada di sana yaitu kedondong, pisang, jagung, cabe jamu, semangka, manga, mengkudu, jambu air, jati dan mahoni - Hasil peternakan di Desa Talango adalah ayam, sapi, dan kambing
- Tiga bulan terdapat angin kencanh yaitu angin puting beliung menyebabkan kerusakan gudang kayu. - Karena angin barat terjadi kerusakan gudang garam ndi dekat pelabuhan terjadi pada bulan Oktober hingga Maret. - Pada bagian utara di pantai barubarat terjadi kerusakan tanggul 3 tahun setelah dibangun - Selama 3 tahun terjadi pengurangan bibir pantai kurang lebih 100 meter menyebabkan hilangnya makam. - Dilakukan penebangan pohon kelapa secara besar-besaran karena merusak perumahan penduduk
Cabbiya - Terdapat banyak variasi jenis vegetasi, salah satunya tanaman obat Cabe Jamu -Terdapat lokasi tambang non logam berupa batu kapur dan gamping yang digunakan untuk bahan bangunan, jalan dan plengsengan (pembatas/penahan pantai) - Kedalaman efektif tanah mencapai 50 meter karena kondisi geologi yang berupa batuan gamping dan kapur - Bencana angin kencang yang terjadi tiap tahun mengakibatkan terganggunya seluruh kegiatan penduduk Padike - Jenis tanah merupakan jenis tanah mediteran yang merupakan tanah yang subur dan cocok ditanami jagung dan tanaman perkebunan seperti sayur - sayuran. - Tidak semua tanah yang ada di Desa Padike memiliki jenis mediteran, pada kelerengan tertentu terdapat jenis tanah litosol yang merupakan jenis tanah yang gersang dan hanya bisa ditumbuhin tanaman hutan. - Pertanian di Desa Padike semuanya menggunakan sistem tadah hujan dan tidak memiliki sistem irigasi. Gapurana - Jenis tanah berwarna merah yang cocok ditanami jagung, kelapa sawit - Terdapat bencana berupa angin barat dimana angin tersebut - Masing-masing rumah telah memiliki sumur sendiri dan penduduk lebih mudah untuk mendapatkan air bersih - Kamar mandi tersebar di rumah penduduk - Vegetasi :jagung dan kelapa sawit - Memiliki jenis batuan gamping bermanfaat untuk pupuk mengakibatkan pohon rubuh sehingga banyak rumah penduduk yang rusak Poteran - Jenis tanah berwarna merah cocok ditanami tumbuhan jagung, kelapa sawit - Memiliki jenis batuan gamping yang bermanfaat untuk bahan pupuk, pembasmi hama dan menaikkan pH tanah - Beberapa rumah memiliki sumur kedalaman 5 meter yang digunakan secara pribadi - Sumur kedalamannya 10 meter masih digunakan secara bersama- sama di beberapa rumah Essang - Jenis tanah merupakan jenis tanah mediteran yang merupakan tanah yang subur dan cocok untuk ditanami - vegetasi : jagung - Tidak semua tanah yang ada di Desa Essang memiliki jenis mediteran, pada kelerengan tertentu terdapat jenis tanah litosol yang merupakan jenis tanah yang gersang dan hanya bisa ditumbuhin tanaman hutan. - Sumur kedalamannya 10 meter masih digunakan secara bersama- sama di beberapa rumah Kombang - Jenis tanah merupakan jenis tanah mediteran yang merupakan tanah yang subur dan cocok untuk ditanami - vegetasi : jagung bawang - Terdapat bencana berupa angin barat dimana angin tersebut mengakibatkan pohon rubuh sehingga banyak rumah penduduk yang rusak - Sumur dibagian pesisir terasa asin tidak layak digunakan - Sumur kedalamannya 10 meter masih digunakan secara bersama- sama di beberapa rumah Palasa - Pertanian ketela dan semangka. Ketela dapat tumbuh cukup mudah menggunakan air tanah hujan. - Sumur kedalamannya hingga 50 meter digunakan secara bersama- sama di beberapa rumah - Sumur di bagian utara tetasa asin sehingga tidak layak digunakan - Terumbu karang hancur karena ketidaktahuan masyarakat akan pentingnya terumbu karang sehingga habitat biota laut berada agak jauh ke tengah laut
LAMPIRAN
Nama Narasumber Wawancara Terkait Vegetasi dan Sumber Daya Alam T1 = Imam, Desa Talango T2 = Waris Sampodi, Desa Padike T3 = Angkasawiryo, Desa Gapurana T4 = Pak Maryadi, Desa Cabbiya T5 = Pak Sudarmanto, Desa Palasa T6 = Abdul Salam, Desa Poteran T7 = H. Salim, Desa Essang T8 = Saleh Mukandar, Desa Kombang