Anda di halaman 1dari 19

3.

1 Letak, Kedudukan, dan Administratif


Pulau Poteran merupakan salah satu pulau yang terletak di Kabupaten Sumenep,
Madura, Jawa Timur. Letak geografis Pulau Poteran terletak antara 113,92
0
-114,08
0
LS dan
7,02
0
-7,12
0
BT. Pulau ini merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di sebelah tenggara
Pulau Madura. Pulau ini terletak pada Kecamatan Talango di Kabupaten Sumenep. Letak Pulau
Poteran merupakan pulau yang paling dekat dengan Kabupaten Sumenep. Batas wilayah Pulau
Poteran meliputi:
Utara : Selat Talango
Selatan : Selat Madura
Timur : Selat Sapudi
Barat : Selat Talango

Gambar 3.x Peta Wilayah Perencanaan (KURANG BATAS)
Sumber: Peta Rupa Bumi Indonesia, 2014
Luas wilayah Pulau Poteran ini mencapai 50.27 km
2
dan terdiri dari 8 desa, 62
dusun, 105 RW, dan 307 RT. Desa yang paling luas yaitu Desa Gapurana dengan luas
9,28 km
2
(18.46%). Sedangkan desa dengan luas paling kecil adalah Desa Talango
dengan luas 3,67 km
2
(7,3%). Berikut luas masing-masing desa di Pulau Poteran dapat
dilihat pada tabel 3.x
Tabel 3.x Luas Desa di Pulau Poteran
No Desa Jumlah Dusun Luas (Km
2
) Persentase (%)
1 Padike 7 5.69 11.32
2 Cabbiya 6 5.41 10.76
3 Essang 7 5.49 10.92
4 Kombang 6 6.31 12.55
5 Poteran 8 5.99 11.92
6 Palasa 8 8.43 16.77
7 Gapurana 14 9.28 18.46
8 Talango 6 3.67 7.3
Jumlah 62 50.27 100
Sumber: Kecamatan Talango dalam Angka, 2013

3.2 Iklim
Klimatologi berasal dari dua kata Yunani, yaitu klima yang diartikan sebagai kemiringan
(slope) bumi yang mengarah pada pengertian lintang tempat dan logos yang berarti ilmu.
Jadi, klimatologi adalah ilmu yang yang membahas sintesis atau statistik unsur-unsur cuaca
hari demi hari dalam periode tertentu (beberapa tahun) di suatu tempat pada wilayah
tertentu. Iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen
atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang (Trewartha dan
Horn, 1995). Kondisi iklim wilayah Pulau Poteran yang letaknya berada di selatan garis
ekuator yang dikelilingi oleh Laut Jawa dan Selat Madura menjadikan Pulau Poteran yang
dipengaruhi iklim tropis terbagi menjadi dua musim, yaitu musim hujan/basah antara bulan
Novenber-Juni dan musim kemarau/kering antara bulan Juli-Oktober. Rata-rata penyinaran
terlama di bulan Agustus dan terendah di bulan Februar dengan lama penyinaran matahari
78%.. Rata-rata curah hujan sebesar 1479 mm.
Pulau Poteran memiliki rata-rata suhu sekitar 27 C. Suhu tertinggi terjadi pada tahun 2006
yaitu 32 C dan terendah di tahun 1980 yaitu 24 C. Selain itu, Pulau Poteran memiliki
kelembaban rata-rata sekitar 78%-87%.

Gambar 3. Tingkat Suhu di Pulau Poteran (Celcius)
Sumber: BMKG Kalianget 2007

Gambar 3. Tingkat Kelembaban Pulau Poteran (PC)
Sumber: BMKG Kalianget 2013

Gambar 3. Curah Hujan Pulau Poteran (mm/tahun)
Sumber: BMKG Kalianget 2013
3.3 Topografi
Topografi dalam arti luas adalah permukaan tanah atau dapat diartikan sebagai
ketinggian suatu tempat yang dihitung dari permukaan air laut sehingga dapat diketahui elevasi
tanah aslinya.
Pulau Poteran termasuk dalam pulau yang bertopografi landai dengan tingkat
kemiringan rata rata <30% dan berada pada ketinggian 0-500 meter dari permukaan laut
(m dpl) dengan luas 50,27 km
2
atau 100% dari luas Pulau Poteran, sehingga tergolong
dalam kategori dataran rendah. Desa dengan dataran paling tinggi adalah Desa Kombang
yaitu 86 m dpl. Sedangkan dataran paling rendah adalah Desa Talango yaitu 50 m dpl.
Topografi masing-masing desa di Pulau Poteran dapat dilihat pada tabel 4.x.
Tabel 4.x Topografi Tiap Desa di Pulau Poteran
No Desa Tinggi DPL (meter)
1 Padike 54
2 Cabbiya 62
3 Essang 67
4 Kombang 86
5 Poteran 80
6 Palasa 65
7 Gapurana 58
8 Talango 50
Rata
-rata
65,25
Sumber: Kecamatan Talango dalam Angka, 2013

3.4 Jenis Tanah
Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organic.
Menurut Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss, mengatakan bahwa tanah terbentuk dari bahan
induk yang telah mengalami modfikasi pelapukan akibat dinamika faktor iklim. Macam-macam jenis tanah adalah
tanah gambut, alluvial, regosol, latosol, latosol, grumosol, podsolik merah kuning, podsol, andosol, mediteran merah-
kuning, gleisol, dan paddy soil.
Jenis tanah Pulau Poteran adalah Latosol 27,26%, Mediteran Merah-Kuning 57,69%, dan Alluvial yang
hanya sebesar 15,08%. Untuk lebih jelasnya, lihat tabel 3.2.2.
Tabel 3. Tabel Jenis Tanah Pulau Poteran
No Jenis Tanah Luas Presentase
1. Alluvial 785,17 15,08
2. Mediteran Merah-Kuning 1.835,03 57,69
3. Latosol 472,07 27,26
Jumlah

5.026,71 100
Sumbe: Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan TalangoTahun 2010

3.5 Geologi
Geologi merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan tentang evolusi bumi secara
menyeluruh beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya hingga sekarang, yang dapat
dikenali dalam batuan (Holmes, 1965). Sehingga, kondisi geologi meliputi komposisi,
pembentukan, dan proses pembentukan batuan yang ada di dalam kerak bumi. Kondisi geologi
Pulau Poteran meliputi banyak batuan keras berwarna putih atau yang disebut dengan batu
gamping. Batu gamping merupakan batuan sedimen yang tersusun oleh mineral kalsium
karbonat (CaCo3). Kondisi Geologi di Pulau Poteran menunjukkan adanya dominasi pada jenis
tanah Asosiasi Litosol sebesar 27,26% dan Mediteran (tanah merah) sebesar 57,26%
(persebaran).

Gambar 4.x Tanah Asosiasi Litosol (kiri) dan Tanah Merah Mediteran (kanan)
Sumber: Survei Primer, 2014
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak
begitu tebal. Tanah litosol dibentuk oleh proses pelapukan secara sempurna batuan beku dan
sedimen. Jenis tanah ini bersifat meniris, tahan terhadap erosi. Tanah ini memiliki ciri butiran
kasar berupa kerikil, miskin unsur hara dan pH rendah (4,5 5,0). Tanah litosol tidak subur
sehingga kurang baik untuk pertanian. Hal tersebut dikarenakan tanah litosol miskin akan unsur
N sehingga perlu pemupukan sempurna untuk pertanian. Oleh karena kurang subur, tanah
litosol hanya cocok bagi tanamantanaman besar di hutan. Sedangkan tanah mediteran adalah
tanah hasil proses pelapukan batuan kapur keras (limestone) dan batuan sedimen. Tanah
dengan bahan induk batu kapur mempunyai nilai pH tanah yang lebih tinggi dibanding yang
berasal dari bahan induk Batu Pasir. Permasalahan utama jenis tanah ini adalah pada
ketersediaan air dan tingginya pH tanah yang seringkali di atas 7 (alkalis). Tanah yang
cenderung alkalis merupakan kendala bagi tanaman, sebab bersifat mengikat fosfat.Tanah
mediteran merupakan tanah pertanian yang subur di daerah kapur daripada jenis tanah kapur
yang lainnya. Warna tanah ini kemerahan sampai coklat dan bersifat kurang subur, tidak cocok
untuk dijadikan lahan pertanian, namun cocok untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan
jambu mete. Tanah-tanah Mediteran Merah dan Litosol di Pulau Poteran berkembang pada
kondisi iklim kering.

3.6 Hidrologi
Kondisi hidrologi digambarkan dengan adanya potensi-potensi air yang berada di
permukaan, seperti sungai, waduk, sumur dan sumber air. Kedalaman air permukaan di
kawasan Pulau Poteran memiliki rata-rata 25 50 meter dari permukaan tanah. Hal tersebut
dikarenakan terdapat jenis batuan gamping dan kapur yang berada di permukaan sehingga
menyulitkan dalam penggalian air tanah.
Keseluruhan Pulan Poteran dikelilingi oleh air laut serta memiliki wilayah daratan yang
cenderung datar. Sehingga tidak terdapat sungai yang mengalir karena tidak terdapat sumber
air dari hulu menuju hilir.

3.7 Vegetasi
Di Pulau Poteran memiliki banyak variasi jenis vegetasi. Salah satu jenis vegetasi yang
banyak dijumpai adalah tanaman obat cabai jamu (Pepper retrofractum). Tanaman ini memiliki
keunggulan dapat tumbuh di lahan kering berbatu. Keberadaan tanggul batu di pematang
tegalan dapat dijadikan media merambatnya cabai jamu secara alami. Buah Cabai Jamu
memiliki khasiat sebagai obat sakit perut, masuk angin, beri-beri, rematik, tekanan darah
rendah, kolera influenza, sakit kepala, lemah syahwat, bronkitis, dan sesak napas. Karena itu,
cabai jamu banyak dibutuhkan sebagai bahan pembuatan jamu tradisional dan obat pil/kapsul
modern serta bahan campuran minuman. Cabai Jamu memiiki nilai ekonomis tinggi, pasarnya
juga tidak akan sulit. Yang lebih unik lagi, sekali menanam produksinya bisa diambil hingga 50
tahun lebih. Jauh lebih berharga dibandingkan tanaman lain, yang rata-rata produktivitasnya
kurang dari 20 tahun. Selain itu untuk jenis vegetasi yang jarang terdapat di Pulau Poteran
adalah tanaman kelapa. Hal ini dikarenakan menurut penduduk, pohon kelapa dapat
membahayakan mereka sehingga banyak pohon kelapa yang hampir habis ditebang.

Gambar 4.x Pohon Cabai Jamu yang terdapat di Pulau Poteran
Sumber: Survei Primer, 2014
3.8 Kebencanaan
Definisi bencana menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana yaitu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam
dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, keruaskan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Beberapa
bencana yang pernah dan rawan terjadi di Pulau Poteran, antara lain:
3.8.1 Rawan Longsor dan Abrasi
Faktor alam yang menjadi penyebab terjadinya longsor adalah kondisi topografi, jenis
tanah, curah hujan, abrasi laut, dan lain-lain. Di samping faktor alam juga ada faktor lain yang
menjadi penyebab, antara lain penambangan, penggundulan hutan, bendungan, dan lain-lain
(RTRW Kabupaten Sumenep Tahun 2009-2029). Kawasan yang berpotensi rawan longsor
terdapat di seluruh wilayah Pulau Poteran. Berikut tabel tingkat kerawanan longsor daratan
pada seiap desa di Pulau Poteran.
Tabel 3.x Tingkat Kerawanan Longsor Daratan di Pulau Poteran
No Desa Tingkat Kerawanan
1 Padike Potensi Tinggi
2 Cabbiya Potensi Rendah
3 Essang Potensi Rendah
4 Kombang Potensi Rendah
5 Poteran Potensi Rendah
6 Palasa Potensi Rendah
7 Gapurana Potensi Rendah
8 Talango Potensi Sedang
Sumber: Perencanaan Profil Daerah Rawan Bencana Kabupaten Sumenep, 2009


PETA

3.8.2 Rawan Kebakaran
Dari hasil investigasi terhadap kawasan rawan bencana kebakaran dapat disimpulkan
bahwa kawasan rawan kebakaran akan terjadi pada kawasan permukiman padat atau di sekitar
pasar yang tidak memiliki hidran air. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupatenn
Sumenep Tahun 2009-2029 bahwa potensi kebakaran pada Pulau Poteran termasuk rendah.
Tetapi Pulau Poteran tidak memiliki hidran air yang berfungsi sebagai sumber air untuk
memadamkan api jika pasokan air yang dibawa di truk pemadam habis.

3.8.3 Angin Kencang
Bencana angin kencang terjadi pada bulan Juli. Bencana tersebut terjadi pada setiap
desa di pulau poteran. Bencana angin kencang yang terjadi mengganggu produksi rumput laut.
Bencana tersebut akan merusak tempat pembudidayaan rumput laut yang ada di sekitar pesisir.
Masyarakat Pulau Poteran memiliki pembatas/tanggul/pagar yang ada di tepi pesisir (terbuat
dari bambu) untuk menghalang angin kencang. Tetapi pagar tersebut tidak dapat menahan
angin kencang. Pagar tersebut diganti dengan bahan beton oleh PNPM, tetapi pada
kenyataannya pagar masih sering rusak jika sudah musim angin kencang datang. Akibat dari
bencana angin kencang yang terjadi adalah nelayan tidak berani untuk berlayar, banyak pohon
yang tumbang sehingga merobohkan rumah masyarakat dan kerusakan gudang kayu. Pasca
terjadi bencana, peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan ini adalah memberikan
bantuan berupa uang dan untuk kerusakan kecil, penduduk tidak meminta bantuan pemerintah.

3.8.4 Kekeringan
Kekeringan dapat dibagi menjadi kekeringan alamiah, kekeringan pertanian, dan
kekeringan sosial ekonomi. Kekeringan alamiah apabila terkait dengan tingkat curah hujan di
bawah normal dalam satu musim. Penyebab terjadinya kekeringan adalah faktror alami, faktor
teknis administratif, dan faktor perilaku pengguna air. Di Pulau Poteran pernah terjadi bencana
kekeringan di Desa Padike. Kekeringan tersebut terjadi pada Bulan Januari sampai Maret.
Bencana kekeringan mengakibatkan komoditas pertanian seperti jagung dan padi tidak dapat
ditanam. Para petani daratan beralih menjadi penjaring ikan pada saat kekeringan.

3.8.5 Abrasi
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak (Setiyono, 1996). Kekuatan abrasi ditentukan oleh besar-kecilnya gelombang
yang menghempas ke pantai. Pada pantai yang berlereng terjal dan berbatuan cadas,
gelombang mengawali kikisannya dengan membentuk notch (torehan), lereng vertikal yang
cekung (concave) ke arah daratan (lereng menggantung, overhanging). Bentukan lereng yang
cekung ini memberi peluang kerja bagi gaya berat dari batuan di atas (overhanging), dan
menjatuhkannya ke bawah. (hallaf, 2006). Abrasi pada pulau Poteran terjadi dan dapat dilihat
efeknya pada setiap desa di pulau Poteran, selain itu memiliki efek yang bervariasi pada tiap
desa pada pulau Poteran. Dampak abrasi yang merupakan pengurangan tepi pantai pada pulau
Poteran berdampak pada penggunaan lahan di sekitar tepi pantai, contohnya terjadinya
pengurangan lahan makam pada desa Talango karena mengalami pengurangan tepi pantai
sepanjang 100 meter pada 3 tahun terakhir. Dampak lain juga terjadinya kerusakan tanggul
penahan ombak disetiap desa yang dibangun oleh pemerintah melalui bantuan PNPM pada
tahun 2011, tanggul tersebut hanya bertahan selama 3 tahun dan belum terdapat usaha
perbaikan dari pemerintah setempat. secara detail, abrasi di Pulau Poteran dapat dilihat di peta
berikut ini.
PETA


ANALISIS

4.1. Analisis Kemampuan Lahan
(kurang narasi!)
4.2. Analisis Kesesuaian Lahan
(kurang narasi!)
4.3. Analisis Klimatologi
Analisa klimatologi menggunakan menggunakan analisis deskriptif yang didasari dari
teori yang dikembangkan oleh F. W. Junghuhn. Junghuhn membuat teori dengan mengaitkan 3
faktor utama yaitu: ketinggian, suhu, dan jenis vegetasi. Untuk mengetahui hasil analisis suhu
yang mengacu dari teori Junghuhn dimana terdapat pengklasifikasian iklim berdasarkan
ketinggian tempat dan mengaitkan iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi
optimal pada suhu di habitatnya. Junghuhn mengklasifikasikan iklim menjadi 4, yaitu:

a. Daerah Panas/ Tropis
Daerah dengan iklim panas atau tropis merupakan daerah yang memiliki ketinggian tempat antara
0 - 600 m diatas permukaan laut. Daerah dengan iklim panas atau tropis memiliki suhu 22 C
26,3 C, dengan vegetasi padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa.
b. Daerah Sedang
Daerah dengan iklim sedang merupakan daerah yang memiliki ketinggian tempat antara 600 -
1.500 m diatas permukaan laut. Daerah dengan iklim sedang memiliki suhu 17,1 C 22 C,
dengan vegetasi padi, tembakau, teh, kopi, kina, sayur sayuran.
c. Daerah Sejuk
Daerah sejuk merupakan daerah yang memiliki ketinggian tempat antara 1.500 - 2.500 m diatas
permukaan laut. Daerah yang memiliki iklim sejuk memiliki suhu 11,1 C 17,1 C, dengan
vegetasi kopi, teh, kina, sayur-sayuran.
d. Daerah Dingin
Daerah dengan iklim dingin merupakan daerah yang memiliki ketinggian tempat antara lebih dari
2.500 m diatas permukaan laut. Daerah yang memiliki suhu 6,2 C11,1 C, dengan vegetasi
rata - rata tidak ada tanaman budidaya yang bisa tumbuh didaerah tersebut.

Berdasarkan kondisi eksisting, Pulau Poteran yang termasuk dalam kategori dataran rendah
dengan ketinggian berkisar antara 0 500 m dan suhu berkisar antara 22
0
C 31
0
C, maka
vegetasi yang cocok untuk ditanam dengan ketinggan dan suhu yang adalah kelapa, tebu,
karet, dan padi. Berikut ini kriteria yang sesuai dengan masing masing vegetasi yang cocok
ditanam di Pulau Poteran:

Vegetasi Ketinggian Suhu Iklim Angin Jenis Tanah
Tebu 0 1.400 m. 24
0
C
30
0
C.
Tumbuh di
daerah beriklim
tropik dan
subtropik,
dengan daerah
penyebaran
antara 35
0
LS
dan 39
0
LU.
Curah hujan
1.500 3.000
mm/ tahun.
Sangat
dibutuhkan
radiasi sinar
matahari.
Kelembapan
udara <80%.
Angin
dengan
kecepatan
10 km/ jam.
Tanah
grumosol
dan tanah
regosol.
Karet Tumbuh 25
0
C Tumbuh pada Angin yang Tanah
pada dataran
rendah
dengan
ketinggian
200 m.
35
0
C. daerah tropis
antara 15
0
LS dan
15
0
LU
Curah hujan
2.500 4.000
mm/ tahun.
tidak terlalu
kencang.
mediteran.
Kelapa <200 m. 22
0
C
32
0
C.
sinar matahari
>5.5 jam/ hari.
radiasi matahari
>16 MJ/ m
2
.
curah hujan per
tahun 2000
2500 mm/
tahun.
kelembaban 75-
85%.
0 10 m/
detik.
Tanah
Latosol
Padi 0 1.500 m. 23
0
C. Curah hujan 1.500
2.000 mm/ tahun.
Tanah
alluvial,
tanah
andosol,
dan tanah
grumosol.
Jagung dataran
rendah
sampai
dataran
tinggi
dengan
ketinggian
1.800 m
(Rukmana,
1997).
21
0
C
30
0
C.
Curah hujan 100-
125 mm/bulan
Tanah
Andosol,
Latosol,
Grumosol,
Pasir,
Gambut

Berdasarkan analisis yang dilakukan diatas, dapat dilihat bahwa vegetasi yang ada di
Pulau Poteran adalah jagung, kedelai, singkong, bawang, dan kacang - kacangan. Dengan
dilakukan analisis deskriptif berdasarkan teori F. W. Junghuhn maka dapat dikembangkan
vegetasi tebu, kelapa, karet, dan padi.

4.4. Analisis Sumber Daya Lokal
Analisis sumber daya lokal dilakukan menggunakan Content Analysis terhadap
komoditas pertanian, perikanan dan sumber daya alam lainnya. Berdasarkan hasil Content
Analysis terhadap data transkrip wawancara, didapatkanlah hasil sebagai berikut :

Komoditas Penyebutan Keterangan
Rumput Laut 3 (T1, 3); (T2, 14); (T7, 8)
Jagung 6 (T2, 5); (T5, 9); (T3, 4); (T7, 9); (T8, 12); (T6, 14)
Kedelai 1 (T1, 5)
Singkong 2 (T2, 5); (T6, 14)
Bawang 2 (T7, 10); (T8, 12)
Kacang-kacangan 3 (T5, 9); (T7, 10); (T6, 14)
Rajungan 3 (T3, 7); (T2, 14); (T8, 19)
Teri Nasi 4 (T3, 7); (T7, 8); (T8, 19); (T6, 10)
Kelapa Sawit 1 (T3, 4)
Cabe 2 (T3, 5); (T7, 9)
Kelapa 2 (T7, 10); (T8, 12)
Ikan Kakap 1 (T8, 19)
Ikan Tongkol 1 (T8, 19)
Cumi-cumi 1 (T8, 19)
Sapi 3 (T3, 19); (T7, 12); (T8, 15)
Kambing 3 (T3, 19); (T7, 12); (T8, 15)
Ayam 3 (T3, 19); (T7, 12); (T8, 15)
Terumbu Karang 2 (T3, 7); (T8, 15)
Mangrove 3 (T3, 7); (T6, 8); (T2, 9)

Berdasarkan hasil Content Analysis diatas, dapat disimpulkan bahwa sumber daya alam
yang menjadi komoditas utama di Pulau Poteran adalah Jagung di sisi daratan dan teri nasi di
sisi perairan. Hal ini diperkuat dengan beberapa kalimat dari narasumber sebagai berikut :
Desa Poteran merupakan penghasil teri nasi terbesar di Pulau Poteran. Di sini
terdapat dua gudang penyimpanan teri sebelum dikirim ke Sumenep untuk di ekspor ke
berbagai negara (Abdul Salam, Pak Sekretaris Desa Poteran).

Komoditas pertanian paling dominan di Pulau Poteran adalah jagung, hasil
panen di Desa Poteran saja, bisa mencapai 20 ton. Apalagi jika digabung dengan
produksi pertanian di desa-desa lainnya di Pulau Poteran (Maryoto, Ketua GAPOKTAN
Desa Essang).



Potensi Masalah

Nama Desa Potensi Masalah
Talango - Sumur tidak mengalami kekeringan
pada musim kemarau
- Tanah subur deket bibir pantai
berbagai macam vegetasi ada di sana
yaitu kedondong, pisang, jagung, cabe
jamu, semangka, manga, mengkudu,
jambu air, jati dan mahoni
- Hasil peternakan di Desa Talango
adalah ayam, sapi, dan kambing

- Tiga bulan terdapat angin kencanh
yaitu angin puting beliung
menyebabkan kerusakan gudang
kayu.
- Karena angin barat terjadi
kerusakan gudang garam ndi dekat
pelabuhan terjadi pada bulan
Oktober hingga Maret.
- Pada bagian utara di pantai
barubarat terjadi kerusakan tanggul
3 tahun setelah dibangun
- Selama 3 tahun terjadi
pengurangan bibir pantai kurang
lebih 100 meter menyebabkan
hilangnya makam.
- Dilakukan penebangan pohon
kelapa secara besar-besaran
karena merusak perumahan
penduduk


Cabbiya - Terdapat banyak variasi jenis vegetasi,
salah satunya tanaman obat Cabe
Jamu
-Terdapat lokasi tambang non logam
berupa batu kapur dan gamping yang
digunakan untuk bahan bangunan, jalan
dan plengsengan (pembatas/penahan
pantai)
- Kedalaman efektif tanah mencapai
50 meter karena kondisi geologi
yang berupa batuan gamping dan
kapur
- Bencana angin kencang yang
terjadi tiap tahun mengakibatkan
terganggunya seluruh kegiatan
penduduk
Padike - Jenis tanah merupakan jenis tanah
mediteran yang merupakan tanah yang
subur dan cocok ditanami jagung dan
tanaman perkebunan seperti sayur -
sayuran.
- Tidak semua tanah yang ada di
Desa Padike memiliki jenis
mediteran, pada kelerengan
tertentu terdapat jenis tanah litosol
yang merupakan jenis tanah yang
gersang dan hanya bisa
ditumbuhin tanaman hutan.
- Pertanian di Desa Padike
semuanya menggunakan sistem
tadah hujan dan tidak memiliki
sistem irigasi.
Gapurana - Jenis tanah berwarna merah yang
cocok ditanami jagung, kelapa sawit
- Terdapat bencana berupa angin
barat dimana angin tersebut
- Masing-masing rumah telah memiliki
sumur sendiri dan penduduk lebih
mudah untuk mendapatkan air bersih
- Kamar mandi tersebar di rumah
penduduk
- Vegetasi :jagung dan kelapa sawit
- Memiliki jenis batuan gamping
bermanfaat untuk pupuk
mengakibatkan pohon rubuh
sehingga banyak rumah penduduk
yang rusak
Poteran - Jenis tanah berwarna merah cocok
ditanami tumbuhan jagung, kelapa sawit
- Memiliki jenis batuan gamping yang
bermanfaat untuk bahan pupuk,
pembasmi hama dan menaikkan pH
tanah
- Beberapa rumah memiliki sumur
kedalaman 5 meter yang digunakan
secara pribadi
- Sumur kedalamannya 10 meter
masih digunakan secara bersama-
sama di beberapa rumah
Essang - Jenis tanah merupakan jenis tanah
mediteran yang merupakan tanah yang
subur dan cocok untuk ditanami
- vegetasi : jagung
- Tidak semua tanah yang ada di
Desa Essang memiliki jenis
mediteran, pada kelerengan
tertentu terdapat jenis tanah litosol
yang merupakan jenis tanah yang
gersang dan hanya bisa
ditumbuhin tanaman hutan.
- Sumur kedalamannya 10 meter
masih digunakan secara bersama-
sama di beberapa rumah
Kombang - Jenis tanah merupakan jenis tanah
mediteran yang merupakan tanah yang
subur dan cocok untuk ditanami
- vegetasi : jagung bawang
- Terdapat bencana berupa angin
barat dimana angin tersebut
mengakibatkan pohon rubuh
sehingga banyak rumah penduduk
yang rusak
- Sumur dibagian pesisir terasa asin
tidak layak digunakan
- Sumur kedalamannya 10 meter
masih digunakan secara bersama-
sama di beberapa rumah
Palasa - Pertanian ketela dan semangka.
Ketela dapat tumbuh cukup mudah
menggunakan air tanah hujan.
- Sumur kedalamannya hingga 50
meter digunakan secara bersama-
sama di beberapa rumah
- Sumur di bagian utara tetasa asin
sehingga tidak layak digunakan
- Terumbu karang hancur karena
ketidaktahuan masyarakat akan
pentingnya terumbu karang
sehingga habitat biota laut berada
agak jauh ke tengah laut



LAMPIRAN

Nama Narasumber Wawancara Terkait Vegetasi dan Sumber Daya Alam
T1 = Imam, Desa Talango
T2 = Waris Sampodi, Desa Padike
T3 = Angkasawiryo, Desa Gapurana
T4 = Pak Maryadi, Desa Cabbiya
T5 = Pak Sudarmanto, Desa Palasa
T6 = Abdul Salam, Desa Poteran
T7 = H. Salim, Desa Essang
T8 = Saleh Mukandar, Desa Kombang

Anda mungkin juga menyukai