Belajar
Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan didalam diri seseorang, mencakup penambahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Suatu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman terorganisir.
HASIL BELAJAR
Kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar Tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar.
Kendala tipe belajar model visual Tidak suka berbicara di depan kelompok dan tidak suka
mendengarkan orang lain Tahu apa yang harus dikatakan tapi tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata Ditandai dengan sering terlambat menyalin pelajaran di papan tulis dan tulisan tangan berantakan Sering lupa jika harus menyampaikan pesan secara verbal kepada orang lain Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
REWARD
REINFORCEMENT
PUNISHMENT
REINFORCEMENT
RESPONS TERHADAP SUATU TINGKAH LAKU YANG DAPAT MENINGKATKAN KEMUNGKINAN BERULANGNYA KEMBALI TINGKAH LAKU TERSEBUT
JENIS REINFORCEMENT
REINFORCEMENT (PENGUATAN) POSITIF Sesuatu rangsangan (stimulus) yang memperkuat atau mendorong suatu respon (tingkah laku tertentu). Penguatan positif berbentuk reward (ganjaran, hadiah atau imbalan) baik berupa verbal maupun non verbal. REINFORCEMENT (PENGUATAN) NEGATIF Sesuatu rangsangan (stimulus) yang mendorong seseorang untuk menghindari respon tertentu yang konsekuensi atau dampaknya tidak memuaskan (menyakitkan atau tidak menyenangkan). Penguatan negatif berbentuk hukuman (punishment) atau pengalaman yang tidak menyenangkan.
REINFORCEMENT POSITIF
PENGUATAN VERBAL Komentar berupa kata-kata pujian, dukungan, pengakuan, dorongan yang dipergunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Komentar yang merupakan balikan atau informasi kepada siswa mengenai penampilannya. Bentuk Penguatan Verbal: Kata-kata: Bagus, Ya, Benar, Tepat, Bagus sekali, dsb. Kalimat: Pekerjaanmu baik sekali, Saya senang dengan pekerjaanmu, Pekerjaanmu makin lama makin baik, dsb.
Dampak Negatif Reward Siswa merasa bahwa tidak ada lagi korelasi antara keberhasilan atau kesuksesan dengan imbalan yang akan diraihnya Siswa tidak mampu memahami bahwa keberhasilannya dalam belajar merupakan kewajiban fundamental Tidak dapat memahami bahwa fungsi yang harus dilakukannya adalah sebagai pelajar yang tekun belajar
Tujuan Punishment
Mencegah tingkah laku atau kebiasaan yang tidak diharapkan atau yang bertentangan dengan norma sehingga anak akan berhati-hati dalam melakukan sesuatu Bentuk pelurusan tingkah laku
Bentuk Punishment
Teguran Peringatan Ancaman dengan hukuman simbolis: nilai angka yang rendah Pemberian tugas tambahan Hukuman fisik: berdiri di depan kelas, pukulan ringan,menjewer, dsb
Dapat menghancurkan perasaan siswa Bersikap membangkang Menumbuhkan rasa benci Acuh tak acuh Cenderung mengulangi kesalahan
PENERAPAN REINFORCEMENT Pemberian reinforcement positif (reward) dilakukan dengan penuh kehangatan dan keantusiasan (sikap dan gaya guru termasuk suara, mimik, dan gerakan badan) Pemberian reinforcement positif (reward) menunjukkan kebermaknaan. Siswa memahami hubungan antara tingkah laku dan penampilannya dengan penguatan yang diberikan kepadanya Menghindari penggunaan respon yang negatif. Guru tidak segera menyalahkan anak bila dalam pembelajaran anak kurang tepat Reinforcement diberikan segera setelah munculnya tingkah laku atau respon siswa yang diharapkan
Kekerasan di Sekolah
Saat SD, guru adalah sosok yang sangat kukagumi, kusayangi sekaligus kutakuti. Kagum? Kok bisa ya guru-guru itu membuat otakku jadi lebih berisi. Sayang? Karena aku sadar mereka begitu perhatian kepada aku dan temantemanku. Takut? Iya takut. Takut dihukum kalo melakukan kesalahan. Hukumannya pun ga tanggung-tanggung. Bikin tangan sampe memar dan luka-luka. Kebetulan aku jarang sekali dihukum. Hukuman yang pernah kuterima hanya 2 kali Hukuman pertama kuterima saat kelas 3 SD. Waktu itu satu kelas dihukum semua. Saat itu si ibu guru baru selesai menilai ulangan harian. Beliau tampak sedikit kecewa dengan nilai kami. Tidak ada yang mendapat nilai sempurna. Nilai tertinggi diperoleh temanku. Dari 10 soal, 8 benar. Sedangkan aku hanya 7 benar. Setiap anak dipanggil ke depan kelas. Sampai juga giliranku untuk menerima hukuman. Sesuai dengan jumlah salah dalam ulanganku, cubitan 3 kali di lengan itu kuterima dan tidak pernah kulupakan. Hukuman kedua dan terakhir yang kuterima saat kelas 5 SD. Saat itu pengumpulan PR. Tiba-tiba si ibu mengumumkan tiga nama untuk maju ke depan. Ibu guru bilang kalo kami ngga menyalin soal di buku PR. Jadi, kami harus dihukum, Hantaman penggaris papan tulis melukai jari-jari tanganku. Sejak itu aku bertekad tidak akan melakukan kesalahan lagi.
Seorang murid kelas satu SD yang sedang diajari matematika tiba-tiba saja meraup wajah gurunya dan sang guru membalasnya dengan senyuman. Kemudian anak itu kembali berulah kali ini bibir gurunya ditusuktusuk pinsil. Apakah gurunya harus memarahi anak muridnya itu? Ternyata tidak. Kembali sang guru melanjutkan memberi pelajaran tanpa hirau dengan kelakuan muridnya. Kenyataannya tidak ada perilaku nakal lagi. Murid dan gurunya tampak asyik membahas soal hingga pelajaran berakhir (Jakarta, April 2008)
Seorang anak kelas 2 (dua) Sekolah Dasar (selanjutnya disingkat dengan SD) tiba-tiba menangis di kelas. Bukan karena kemarahan guru atau kenakalan teman sekelasnya tapi karena rasa takut yang teramat sangat dengan soal ulangan matematika. Guru wali kelas tanpa raut wajah marah menghampiri anak tersebut, dipangkunya si anak dan Guru memintanya untuk berhenti menangis. Setelah itu, si anak tetap mengerjakan soal ulangan matematikanya hingga selesai dipangkuan gurunya. Pada saat pengumuman hasil ulangan, tak disangka si anak menjadi salah satu murid dengan nilai terbaik (Maria, 2008).