Anda di halaman 1dari 31

Belajar

Belajar
Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan didalam diri seseorang, mencakup penambahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Suatu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman terorganisir.

Ciri Pengertian Belajar


Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, perubahan itu mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Perubahan tersebut harus relatif mantap Tingkah laku yang berubah meliputi aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.

HASIL BELAJAR
Kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar Tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar.

Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Faktor Internal yaitu faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minal dan sebagainya Faktor eksternal ialah faktor yang datang dari luar diri si anak seperti kebersihan rumah, udara lingkungan dan sebagainya. Jadi jelas bahwa hasil belajar sangat tergantung dari kesiapan siswa itu sendiri dan faktor lain yang mendukung termasuk faktor guru di sekolah.

Gaya belajar anak


Visual, yang lebih cenderung belajar dengan menggunakan indera pengllihatan. Mereka lebih mudah menyerap informasi secara visual baik data teks seperti tulisan, huruf, dan data gambar seperti foto atau diagram. Auditory yang menggunakan indera pendengaran. Anakanak lebih cepat menyerap data berupa bahasa atau nada. Kinestetik. Mereka lebih cenderung belajar dengan gerakan dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar tipe visual


Lebih mudah mengingat dengan melihat Lebih suka membaca Lebih mudah menangkap pelajaran lewat materi bergambar Memiliki kepekaan kuat terhadap warna Tertarik pada seni lukis, pahat, dan gambar, daripada musik Mudah menghafal tempat dan lokasi

Ciri-ciri gaya belajar Auditory


Mudah ingat dari apa yang didengar atau dibicarakan dengan temanteman atau lingkungannya Senang dibacakan atau mendengar cerita dibanding membaca cerita sendiri Suka menuliskan kembali sesuatu Senang membaca dengan suara keras Pandai bercerita Bisa mengulangi apa yang didengarnya, baik nada atau irama Lebih suka humor lisan dibandingkan humor tulisan Senang diskusi, bicara, bertanya, atau menjelaskan sesuatu dengan panjang Mudah mempelajari bahasa asing

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik


Gemar menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya Suka mengerjakan sesuatu yang memungkinkan tangannya sangat aktif Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar Banyak melakukan gerakan fisik Ketika membaca, ia menunjuk kata-kata dalam bacaan dengan jari tangannya Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu dengan peragaan atau gerakan daripada menjelaskan

Kendala tipe belajar model visual Tidak suka berbicara di depan kelompok dan tidak suka
mendengarkan orang lain Tahu apa yang harus dikatakan tapi tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata Ditandai dengan sering terlambat menyalin pelajaran di papan tulis dan tulisan tangan berantakan Sering lupa jika harus menyampaikan pesan secara verbal kepada orang lain Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan

Kendala tipe belajar model auditory:


Cenderung banyak omong Tidak bisa belajar dalam suasana berisik atau ribut Lebih memperhatikan informasi yang didengarnya sehingga kurang tertarik untuk memperhatikan hal baru di sekitarnya

Kendala tipe belajar model kinestetik


Sulit mempelajari hal yang abstrak seperti simbol matematika atau peta Tidak bisa belajar di sekolah yang konvensional di mana guru menjelaskan dan murid diam Kapasitas energinya cukup tinggi sehingga bila tidak disalurkan akan berpengaruh terhadap konsentrasi belajarnya

Keuntungan mengenali gaya belajar


Menciptakan cara belajar yang menyenangkan bagi anak. Mengurangi konflik yang timbul sebagai akibat dari belajar. Menimbulkan motivasi belajar.

REWARD

REINFORCEMENT

PUNISHMENT

REINFORCEMENT
RESPONS TERHADAP SUATU TINGKAH LAKU YANG DAPAT MENINGKATKAN KEMUNGKINAN BERULANGNYA KEMBALI TINGKAH LAKU TERSEBUT

TUJUAN PEMBERIAN REINFORCEMENT


Meningkatkan perhatian siswa Membangkitkan dan memelihara motivasi siswa Memudahkan siswa belajar, dan Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif

JENIS REINFORCEMENT
REINFORCEMENT (PENGUATAN) POSITIF Sesuatu rangsangan (stimulus) yang memperkuat atau mendorong suatu respon (tingkah laku tertentu). Penguatan positif berbentuk reward (ganjaran, hadiah atau imbalan) baik berupa verbal maupun non verbal. REINFORCEMENT (PENGUATAN) NEGATIF Sesuatu rangsangan (stimulus) yang mendorong seseorang untuk menghindari respon tertentu yang konsekuensi atau dampaknya tidak memuaskan (menyakitkan atau tidak menyenangkan). Penguatan negatif berbentuk hukuman (punishment) atau pengalaman yang tidak menyenangkan.

REINFORCEMENT POSITIF
PENGUATAN VERBAL Komentar berupa kata-kata pujian, dukungan, pengakuan, dorongan yang dipergunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Komentar yang merupakan balikan atau informasi kepada siswa mengenai penampilannya. Bentuk Penguatan Verbal: Kata-kata: Bagus, Ya, Benar, Tepat, Bagus sekali, dsb. Kalimat: Pekerjaanmu baik sekali, Saya senang dengan pekerjaanmu, Pekerjaanmu makin lama makin baik, dsb.

Bentuk Penguatan Non-Verbal


Penguatan berupa mimik dan gerakan badan: senyuman, anggukan, acungan ibu jari, tepukan tangan Penguatan dengan cara mendekati: mendekati siswa untuk menunjukkan perhatian atau kesenangannya terhadap pekerjaan atau penampilan siswa Penguatan dengan sentuhan: menepuk bahu, menjabat tangan, mengelus kepala Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan: memberi kesempatan melakukan suatu kegiatan yang disenangi anak (pemimpin paduan suara, dibolehkan menggunakan alat musik pada jam bebas, diminta membantu teman lain dalam pelajaran tertentu, memimpin barisan, dll) Penguatan berupa simbol atau benda: komentar tertulis secara positif pada buku siswa, piagam penghargaan, hadiah (kartu bergambar, alat tulis, dll)

Dampak Positif Reward


Menimbulkan respon positif Menciptakan kebiasaan yang relatif kokoh di dalam diri siswa Menimbulkan perasaan senang dalam melakukan suatu pekerjaan yang mendapat imbalan Menimbulkan antusiasme semangat untuk terus melakukan pekerjaan, dan Semakin percaya diri

Dampak Negatif Reward Siswa merasa bahwa tidak ada lagi korelasi antara keberhasilan atau kesuksesan dengan imbalan yang akan diraihnya Siswa tidak mampu memahami bahwa keberhasilannya dalam belajar merupakan kewajiban fundamental Tidak dapat memahami bahwa fungsi yang harus dilakukannya adalah sebagai pelajar yang tekun belajar

Tujuan Punishment
Mencegah tingkah laku atau kebiasaan yang tidak diharapkan atau yang bertentangan dengan norma sehingga anak akan berhati-hati dalam melakukan sesuatu Bentuk pelurusan tingkah laku

Bentuk Punishment

Teguran Peringatan Ancaman dengan hukuman simbolis: nilai angka yang rendah Pemberian tugas tambahan Hukuman fisik: berdiri di depan kelas, pukulan ringan,menjewer, dsb

Dampak Pemberian Punishment

Dapat menghancurkan perasaan siswa Bersikap membangkang Menumbuhkan rasa benci Acuh tak acuh Cenderung mengulangi kesalahan

PENERAPAN REINFORCEMENT Pemberian reinforcement positif (reward) dilakukan dengan penuh kehangatan dan keantusiasan (sikap dan gaya guru termasuk suara, mimik, dan gerakan badan) Pemberian reinforcement positif (reward) menunjukkan kebermaknaan. Siswa memahami hubungan antara tingkah laku dan penampilannya dengan penguatan yang diberikan kepadanya Menghindari penggunaan respon yang negatif. Guru tidak segera menyalahkan anak bila dalam pembelajaran anak kurang tepat Reinforcement diberikan segera setelah munculnya tingkah laku atau respon siswa yang diharapkan

Reinforcement verbal dan non-verbal dilakukan secara bervariasi


Pemberian hukuman (punishment) kepada siswa hendaknya didasari perasaan sayang bukan atas dasar rasa benci atau dendam Hindari hukuman yang bersifat fisik (memukul, menjewer, menendang) atau psikologis (melecehkan atau mencemoohkan) Hindari pemberian hukuman kepada siswa dihadapan teman-temannya (merusak harga diri siswa)

Jika hukuman terpaksa dilakukan:


Hukuman harus bersifat edukatif, proporsional, tidak berlebih-lebihan, tidak keluar dari bentuk kesalahan yang dilakukan anak. Berdampak positif kepada anak untuk meninggalkan kebiasaan buruknya dan mengganti dengan kebiasaan yang baik Dijelaskan kekeliruan atau kesalahannya dan alasan mengapa tingkah laku atau kebiasaan itu harus diberhentikan. Alasan bersifat rasional dan objektif, tidak bersifat subjektif dan alasan yang tidak masuk akal

Kekerasan di Sekolah
Saat SD, guru adalah sosok yang sangat kukagumi, kusayangi sekaligus kutakuti. Kagum? Kok bisa ya guru-guru itu membuat otakku jadi lebih berisi. Sayang? Karena aku sadar mereka begitu perhatian kepada aku dan temantemanku. Takut? Iya takut. Takut dihukum kalo melakukan kesalahan. Hukumannya pun ga tanggung-tanggung. Bikin tangan sampe memar dan luka-luka. Kebetulan aku jarang sekali dihukum. Hukuman yang pernah kuterima hanya 2 kali Hukuman pertama kuterima saat kelas 3 SD. Waktu itu satu kelas dihukum semua. Saat itu si ibu guru baru selesai menilai ulangan harian. Beliau tampak sedikit kecewa dengan nilai kami. Tidak ada yang mendapat nilai sempurna. Nilai tertinggi diperoleh temanku. Dari 10 soal, 8 benar. Sedangkan aku hanya 7 benar. Setiap anak dipanggil ke depan kelas. Sampai juga giliranku untuk menerima hukuman. Sesuai dengan jumlah salah dalam ulanganku, cubitan 3 kali di lengan itu kuterima dan tidak pernah kulupakan. Hukuman kedua dan terakhir yang kuterima saat kelas 5 SD. Saat itu pengumpulan PR. Tiba-tiba si ibu mengumumkan tiga nama untuk maju ke depan. Ibu guru bilang kalo kami ngga menyalin soal di buku PR. Jadi, kami harus dihukum, Hantaman penggaris papan tulis melukai jari-jari tanganku. Sejak itu aku bertekad tidak akan melakukan kesalahan lagi.

Seorang murid kelas satu SD yang sedang diajari matematika tiba-tiba saja meraup wajah gurunya dan sang guru membalasnya dengan senyuman. Kemudian anak itu kembali berulah kali ini bibir gurunya ditusuktusuk pinsil. Apakah gurunya harus memarahi anak muridnya itu? Ternyata tidak. Kembali sang guru melanjutkan memberi pelajaran tanpa hirau dengan kelakuan muridnya. Kenyataannya tidak ada perilaku nakal lagi. Murid dan gurunya tampak asyik membahas soal hingga pelajaran berakhir (Jakarta, April 2008)

Seorang anak kelas 2 (dua) Sekolah Dasar (selanjutnya disingkat dengan SD) tiba-tiba menangis di kelas. Bukan karena kemarahan guru atau kenakalan teman sekelasnya tapi karena rasa takut yang teramat sangat dengan soal ulangan matematika. Guru wali kelas tanpa raut wajah marah menghampiri anak tersebut, dipangkunya si anak dan Guru memintanya untuk berhenti menangis. Setelah itu, si anak tetap mengerjakan soal ulangan matematikanya hingga selesai dipangkuan gurunya. Pada saat pengumuman hasil ulangan, tak disangka si anak menjadi salah satu murid dengan nilai terbaik (Maria, 2008).

Diskusikan: @ kelmpk: 5 orang.


Bila anak SD kelas 2 melakukan kesalahan, bentuk perlakuan apa yang tepat dilakukan guru kelas tersebut. Efek psikologis seperti apa yang akan terjadi pada anak bila anak sering mendapatkan hukuman. Bentuk reward seperti apa yang tepat diberikan pada anak yang berprestasi bila anak tersebut sedang berada di kelas rendah dan di kelas tinggi.

Anda mungkin juga menyukai