Anda di halaman 1dari 5

Ketika “Putus” Menjadi Sebuah Awal dari Happy Ending

Apa sih susahnya mencari pasangan hidup?


Ah, gampang kok. Siapa bilang susah? Tapi kenapa ya sampai sekarang aku belum juga punya
pasangan? Ya, tentu saja karena cari pasangan hidup itu kan tidak..gampang. (hal 5)

Mungkin monolog seperti diatas sering dialami oleh para wanita lajang yang hingga usia diatas
tigapuluh tahun masih juga belum memiliki pasangan hidup. Umumnya para wanita di Asia yang telah
berusia diatas tigapuluh tahun dan belum memiliki pasangan akan menghadapi situasi dimana begitu
banyak pertanyaan yang diajukan pada dirinya seperti "Kenapa belum menikah?", "Sampai kapan mau
hidup sendiri?, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan budaya timur menganggap laki-laki atau wanita
dewasa yang masih hidup sendiri sering dianggap pribadi yang "tidak lengkap". Karena itu seorang
wanita dewasa yang masih hidup melajang biasanya mulai lebih serius lagi dalam mencari
pasangannya. Tanpa disadari semakin dewasa seseorang, semakin bervariasi saringan yang dipakai
untuk menyeleksi calon pasangannya. Pengalaman, keyakinan, keluarga, kondisi sosial ekonomi,
pendidikan biasanya mempengaruhi bagaimana kriteria yang akan ditetapkan dalam mencari
pasangan hidup.

Novel karya Ita Siregar "Just Looking for Daniel" (Mencari Daniel) ini sepertinya mencoba
untuk mengungkap apa yang dirasakan dan dialami wanita dewasa dalam mencari pasangan
hidupnya. Sairara (Rara) tokoh dalam novel ini adalah wanita lajang yang berusia diatas tigapuluh
tahun yang hidup normal dan menikmati hidupnya sebagai tenaga pengajar bahasa bagi para
ekspatariat yang berkeja di Jakarta. Sebenarnya Rara adalah wanita yang supel dan memiliki banyak
kawan, dan iapun sempat beberapa kali memiliki pacar, namun hingga usianya yang ketigapuluh dua
kisah cintanya selalu kandas.

Terdesak oleh keluarga dan kawan-kawannya yang mulai mempertanyakan dan


mengkhawatirkan soal pasangan hidupnya Rara diam-diam telah menentukan kriteria pria yang
diimpikannya untuk menjadi calon pasangan hidupnya kelak.

Kelima kriteria itu adalah :

Pria yang seumur dengannya


Berambut ikal dan mempunyai sepasang mata hitam
Calon ibu mertua yang baik dan pintar masak
Tidur memakai piyama
Bernama….Daniel

Kelima kriteria itu memang terdengar kekanak-kanakan, namun itulah kriteria yang Rara
pegang teguh hingga kini yang ia susun ketika masih duduk di bangku sekolah. Tentu saja selama
masa pencariannya ia dihadapkan pada kenyataan bahwa semua kriteria itu tak mungkin dipenuhi.

Sampai suatu ketika, diam-diam seorang pria (Feby) yang bekerja dalam gedung yang sama
dengan Rara mulai mengaguminya. Dalam satu kesempatan pria tersebut mencoba mendekati dan
berkenalan dengan Rara. Terpesona oleh ketampanan dan kehangatan Feby tanpa disadarinya benih-
benih cinta mulai terjalin diantara mereka berdua, sayang perbedaan agama membuat cinta mereka
akhirnya kandas ditengah jalan. Rara tak berani mengambil resiko meneruskan hubungannya dengan
Feby karena tuntutan keluarganya yang selalu menekankan agar ia memiliki pasangan hidup yang
seagama.

Dalam satu pesta keluarga besarnya, seorang kerabat Rara memberitahukan bahwa dirinya
akan diperkenalkan dengan pria (Edgar) yang baru saja pulang dari Jerman dan berharap Rara bisa
berkenalan dan siapa tahu mereka bisa berjodoh.

Esoknya Rara bertemu dengan Edgar, yang ternyata adalah pria sempurna di matanya.
Lupalah Rara dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkannya itu dan ia mulai menjalin cinta dengan
Edgar. Tak disangka-sangka Edgar menuntutnya untuk segera menikah. Rara terperangah karena
baginya tak mungkin secepat itu mereka harus menikah.

Walau tema dari novel terlihat sederhana, namun alur cerita dalam novel ini tak sesederhana
tema-nya dan menarik untuk disimak. Tokoh-tokoh dalam novel ini tampil apa adanya dan tak
mengada-ada sehingga novel ini terasa dekat dengan pembacanya. Gambaran suasana pekerjaan,
kafe, makanan, guyubnya keluarga besar Rara terungkap dengan menarik. Eksplorasi kisah cinta
antara Rara dengan Feby dan perasaan-perasaan yang mereka alami ketika menerima kenyataan
bahwa mereka tak bisa bersatu terungkap dengan baik tanpa harus menjadi cengeng. Hubungan
antara Rara dan Edgar juga menarik untuk diikuti, pembaca akan dibuat bertanya-tanya akankah Edgar
kelak akan menikahi Rara dan kehidupan macam apa yang telah dialami Edgar di Jerman sehingga ia
ingin segera menikahi Rara. Semua itu baru akan terungkap di bab-bab akhir novel ini sehingga
pembaca akan sulit melepaskan novel ini untuk memperoleh jawaban apakah Rara akhirnya
menemukan "Daniel" seperti yang diimpikannya selama ini?

Namun, bagi penikmat novel “Happily ever after” agaknya tidak akan menyukai novel yang satu
ini. Karena pada akhirnya tidak jelas siapa pasangan hidup yang akan dipilih Rara akhirnya. Di cuplikan
akhir novel hanya diceritakan bahwa Rara akhirnya bertemu dengan Pria yang berhasil memenuhi
kriteria pria idamannya yaitu Jeremy musuh bebuyutannya sendiri. Meskipun begitu bagi penulis
sepertinya ini juga adalah ending terbaik bagi orang-orang yang membenci cerita “sad ending”.

Jus’t Looking for Daniel diberi label Metro-Lit oleh penerbitnya pada cover buku ini. Dari segi
pengemasan novel ini cukup menarik karena disajikan dalam warna-warni yang cerah seperti layaknya
novel-novel genre chick./ teen-lit. Namun jika pembaca telah membacanya tampaknya novel ini lebih
‘dewasa’ dibanding warna dan desain covernya.

Novel ini sebaiknya dibaca oleh kalangan dewasa. Yaitu rentang umur 18 tahun ke
atas dikarenakan konflik yang dilibatkan tidak akan mudah dipahami bagi kalangan di bawah
umur.
Just Looking for Daniel
Judul
(Mencari Daniel)
Penulis Ita Siregar
Penerbit Gradiens Book
Cetakan I, Oktober 2005
Tebal 296 hal
KETIKA PUTUS MENJADI AWAL DARI SEBUAH
HAPPY ENDING
Resensi Novel

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh :

Maudiny Salma Yulanda,

NIS : 151610319

SEKOLAH MENEGAH ATAS NEGERI 10 BANDUNG

JALAN CIKUTRA NOMOR 77 BANDUNG

2017/2018

Anda mungkin juga menyukai