Anda di halaman 1dari 20

SUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BATU GINJAL A.

DEFINISI Batu ginjal adalah batu yang terbentuk dan deposit mineral, umumnya kalsium oksalat dan kalsium fosfat serta asam urat dan kristal-kristal lain yang ditemukan sepanjang traktus urinarius. B. ETIOLOGI 1. Faktor endogen: faktor genetik - famili pada hiperkalsium 2. Faktor eksogen: faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan, mineral dalam air minum Teori terbentuknya batu 1. Teori inti matriks Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organik sebagai inti antara lain mukopolisakarida dan muhoprotein yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu. 2. Teori super saturasi Terjadinya kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urin seperti sistin, asam urat dan Ca. oksalat 3. Teori presipitasi Perubahan pH pada urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. 4. Teori berkurangnya faktor penghambat Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, piropospat Faktor eksogen yang mempengaruhi kalkuligenesis

1. Infeksi saluran kemih (ISK) ISK dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing. 2. Obstruksi dan stasis urin akan mempermudah terjadinya infeksi 3. Jenis kelamin Batu saluran kencing banyak terjadi pada pria 4. Ras Banyak terjadi pada ras Afrika dan Asia 5. Air minum Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu. 6. Pekerjaan Kejadian meningkat pada orang yang bekerja lebih banyak duduk C. MANIFESTASI KLINIK Nyeri hebat di pinggang, mual, muntah, diaphoresis, cemas, hewaturi. D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Diagnosis batu saluran kencing dapat ditegakkan dengan beberapa cara, yaitu: 1. Gambarkan klinis 2. Laboratorium Pada pemeriksaan urine didapatkan hematuria, dan bila terjadi obstruksi lama akan menyebabkan penurunan fungsi ginjal 3. Pielografi intravena Dapat melihat besarnya batu, letaknya dan adanya tanda-tanda obstruksi, terutama untuk batu yang tidak tembus sinar.

4. Sistoskopi Dapat membantu pada keadaan yang meragukan di dalam bui-bui 5. Ultrasonografi Dapat melihat bayangan batu baik di ginjal maupun di dalam bui-bui, dan adanya tanda-tanda dostruksi urin 6. Pielografi retrograd Dilakukan terutama pada jenis baru yang radiolusen E. PENATALAKSANAAN MEDIK Tujuan pengelolaan batu saluran kencing adalah: 1. Menghilangkan obstruksi 2. Mengobati infeksi 3. Menghilangkan rasa nyeri 4. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi. Untuk mencapai tujuan ini, langkah-langkah yang dapat diambil adalah: 1. Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu 2. Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kencing: a. Rasa nyeri b. Obstruksi disertai perubahan pada ginjal c. Infeksi

d. Adanya gangguan fungsi ginjal 3. Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri 4. Analisis batu 5. Mencari latar belakang terjadinya batu 6. Mengusahakan pencegahan terjadi rekurensi.

F. ANALISA DATA PRE OPERASI NO DATA PENYEBAB Konsentrasi Ca oksalat meningkat, Ca fosfat menurun, asam urat meningkat, absorbsi oksalat berlebih, defisiensi sitrat, dehidrasi, infeksi, statis urine, immolisasi, terapi antasida, diamax, vit D, laksatif (aspirin dosis tinggi) Batu ginjal Obstruksi Tekanan Hidrostatik meningkat Distensi pada piala ginjal serta ureter proksimal Frekuensi/dorongan kontraksi ureteral meningkat Trauma ginjal Pelepasan mediator nyeri (bradikinin, serotonin, histamine) Saraf afferent NE Thalamus Saraf efferent Nyeri dipersepsikan MASALAH KEPERAWATAN Nyeri

1 DS: - Klien mengatakan nyeri di daerah perut bagian bawah tembus ke belakang DO: - Klien tampak meringis - Klien tidak bisa beristirahat - Nyeri tekan pada perut bagian bawah - Klien tampak mengelus-elus daerah perut

2 DS: - Klien mengatakan merasa susah BAK, BAK tidak lancar, sering BAK terputus-putus - Klien sering merasa ingin BAK tapi tidak bisa keluar DO: - Distensi pada abdomen bagian bawah (daerah sympisis) - Hematuria - Retensi urine 3 DS: - Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya karena munculnya tiba-tiba, klien tidak tahu penyebabnya sehingga klien bertanya tentang penyakitnya DO: - Klien tampak tidak paham dengan kondisi penyakitnya - Klien bertanya tentang penyakitnya

Batu ginjal Obstruksi Penurunan reabsorbsi dan sekresi turbulen Gangguan fungsi ginjal Penurunan produksi urine

Perubahan eliminasi urine: retensi urine

Gangguan fungsi ginjal Perubahan status kesehatan Kurang terpajan informasi Misinterpretasi informasi

Kurang pengetahuan

G. ANALISA DATA POST OPERASI NO DATA PENYEBAB Batu ginjal Tindakan operasi Adanya luka insisi bedah Incontinuitas jaringan kulit Jaringan mengeluarkan zat kimia (bradikinin, serotonin, histamin) Saraf afferent NE Thalamus Saraf efferent Dipersepsikan Hospitalisasi Kurang informasi Stressor bagi klien Cemas MASALAH KEPERAWATAN Nyeri

1 DS: - Klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi DO: - Klien tampak gelisah - Ekspresi wajah klien tampak meringis - Klien tampak berhatihati dengan daerah bekas operasi - TTV dalam keadaan abnormal

2 DS: - Klien mengatakan merasa cemas dengan kondisi/ keadaan penyakitnya DO: - Klien tampak gelisah, cemas - Ekspresi wajah nampak tegang - Tanda-tanda vital dalam keadaan abnormal 3 DS : DO: - Nampak adanya luka operasi yang dibalut dengan verband - Terpasang infus

Ansietas

Adanya luka insisi bedah Buffer pertahanan terganggu Port de entry kuman patogen melalui insisi bedah

Risiko tinggi terhadap infeksi

- Terpasang kateter - Terpasang drain H. RENCANA PERAWATAN PRE OPERASI NO 1 DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri berhubungan dengan T RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA RENCANA TINDAKAN) : Nyeri berkurang/teratasi : - Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang - Ekspresi wajah tampak rileks - Klien dapat mengontrol nyeri dengan melakukan teknik napas dalam. : - Kaji intensitas nyeri, lokasi dan karakteristik nyeri. - Atur posisi yang nyaman bagi klien - Anjurkan klien untuk relaksasi dengan menarik napas dalam - Ukur/observasi TTV - Kolaborasikan pemberian analgetik 2 Perubahan eliminasi urine: retensi T urine berhubungan dengan adanya batu di jaringan ginjal, iritasi ginjal K ditandai dengan: DS: - Klien mengatakan merasa susah BAK, BAK tidak lancar, sering : Gangguan eliminasi urine, retensi urine berkurang/teratasi : - Klien dapat BAK spontan - Produksi urine kembali normal 30- 50 cc /jam - Kandung kemih kosong saat dipalpasi

peningkatan dorongan kontraksi K ureteral, trauma jaringan ditandai dengan: DS: - Klien mengatakan nyeri di daerah perut bagian bawah tembus ke belakang DO: - Klien tampak meringis - Nyeri tekan pada perut bagian bawah (daerah sympisis) - Klien tampak mengelus-elus daerah perut bagian bawah I

BAK terputus-putus

: - Monitor pemasukan dan

- Klien sering merasa ingin BAK tapi pengeluaran cairan dan catat tidak bisa keluar DO: - Hematuria - Retensi urine - Distensi pada abdomen bagian bawah (daerah sympisis) karakteristik urine - Monitor pola pengosongan dan perubahan pola pengosongan kandung kemih - Anjurkan klien untuk banyak minum - Kaji dan catat bila ada distensi urine dengan palpasi di supra publik dan penurunan pengeluaran urine 3 Kurangnya pengetahuan klien T tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi K ditandai dengan: DS: - Klien mengatakan tidak tahu tentang penyebab penyakitnya DO: I : Klien menunjukkan perubahan pengetahuan : - Klien tahu tentang penyakitnya dan tujuan tindakan/pengobatan - Klien dan keluarga berpartisipasi dalam pengobatan dan perawatan : - Beri kesempatan kepada klien/ keluarga untuk menanyakan masalahnya - Diskusikan penyakit, dan efek samping - Identifikasi tanda/gejala memerlukan evaluasi medik, contoh hematuria, nyeri berulang - Melibatkan klien dan keluarga dalam perawatan dan pengobatan.

- Klien bertanya tentang dan kondisi penyakitnya

I.

RENCANA PERAWATAN POST OPERASI NO 1 DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri berhubungan dengan T RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA RENCANA TINDAKAN) : Nyeri hilang/berkurang dalam jangka waktu 3 hari perawatan : - Nyeri berkurang/hilang - Klien tampak rileks - Tanda-tanda vital dalam batas normal I : - Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10) - Observasi tanda-tanda vital - Berikan tindakan kenyamanan seperti perubahan posisi - Ajarkan teknik latihan napas dalam, pedoman imajinasi - Penatalaksanaan analgetik sesuai indikasi 2 Ansietas berhubungan dengan T kurangnya informasi tentang pengobatan dan perawatan selanjutnya, ditandai dengan: DS: I K : Ansietas teratasi dalam jangka waktu 3 hari perawatan : - Cemas berkurang/hilang - Klien nampak tenang : - Buat hubungan saling percaya dengan klien/orang terdekat - Berikan informasi tentang penyakitnya dan teknik pengobatannya - Dorong pasien/orang terdekat

terputusnya/rusaknya kontinuitas jaringan ditandai dengan: DS: - Klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi DO: - Klien tampak gelisah - Ekspresi wajah klien tampak meringis - Klien tampak berhati-hati dengan daerah bekas operasi - TTV dalam keadaan abnormal K

- Klien mengatakan merasa cemas dengan kondisi/keadaan penyakitnya DO: - Klien tampak gelisah, cemas

- Ekspresi wajah nampak tegang - Tanda-tanda vital dalam keadaan abnormal

untuk menyatakan masalah/ perasaan - Beri penguatan informasi klien yang telah diberikan sebelumnya

Risiko tinggi terhadap infeksi

: Infeksi tidak terjadi dan mencapai

berhubungan dengan insisi bedah/ waktu penyembuhan adanya luka operasi dan prosedur K invasif, ditandai dengan: DS: DO: - Nampak adanya luka operasi dibalut dengan verband - Terpasang infus - Terpasang kateter - Terpasang drain I : - Tidak ada tanda-tanda infeksi : - Awasi tanda-tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernafasan cepat, gelisah - Observasi daerah luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik aseptik dan septik - Ganti balutan dengan sering, pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang masa penyembuhan. - Kolaborasikan pemberian antibiotik sesuai indikasi

PENDAHULUAN Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Glamerulonefritis adalah peradangan dan kerusakan pada alat penyaring darah sekaligus kapiler ginjal (Glamerulus), (Japaries, willie, 1993). Glamerulonefritis adalah sindrom yang ditadai oleh peradangan dari glemerulus diikuti pembentukan beberapa antigen (Engran, Barbara, 1999).

Glomerulonefritis dibagi menjadi dua,yaitu: 1. Glomerulonefritis akut 2. Glomerulonefritis kronik

1.GLOMERULONEFRITIS AKUT

Pengertian Adalah inflamasi pada glomerulus ginjal dimana proses inflamasi ini dapat terjadi akibat reaksi imun dan non imun, bersifat Akut, Laten atau Kronis Glomerulonefritis Akut/Konis (GNA/K). Glomerulo nefritis akut adalah istilah yang secara luas digunakan yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal di mana inflamasi terjadi di glomerulus. (Brunner dan Suddarth, 2001).

Etiologi Kuman streptococus. Perhubungan dengan penyakit auto imun lain. Reaksi obat. Bakteri. Virus. Manifestasi klinis Faringitis atau tansiktis. Demam

Sakit kepala Malaise. Nyeri panggul Hipertensi Anoreksia Muntah Edema akut Oliguri Proteinuri Urin berwarna cokelat.

Patofisiologi Kasus glomerulonefritis akut terjadi setelah infeksi streptokokus pada tenggorokan atau kadangkadang pada kulit sesudah masa laten 1 sampai 2 minggu. Organisme penyebab lazim adalah streptokokus beta hemolitikus grup A tipe 12 atau 4 dan 1,jarang oleh penyebab lainnya. Namun sebenarnya bukan streptokukus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal. Di duga terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap antigen khusus yang merupakan membran plasma streptokokal spesifik. Terbentuk kompleks antigen-antibodi dalam darah bersikulasi ke dalam glomerulus tempat kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam membran basalis. Selanjutnya komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimerfonuklear(PMN) dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endotel dan membran basalis glomerulus(GBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi , timbul poliferasi sel-sel endotel yang di ikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler glomerulus menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urin yang sedang di bentuk oleh ginjal, mengakibatkan proteinuria dan hematuria. Agaknya, kompleks komplemen antigen-antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel(atau sebagai bungkusan epimembanosa)pada mikroskop elektron dan sebagai bentuk granular dan berbungkah-bungkah pada mikroskop imunofluoresensi,pada pemeriksaan mikroskop cahaya glomerulus tampak membengkak dan hiperselular di sertai invasi PMN. Komplikasi

Hipertensi. Dekopensasi jantung GGA (Gagal Ginjal Akut) Penatalaksanaan Terapi Antibiotik Long Term Penicillin, dan pasien harus terhindar dari infeksi, karena dapat menimbulkan nefritis Pasien harus bed-rest sampai manifestasi klinik hilang

DIET Rendah protein jika kadar BUN dan Creatinin dalam serum Meningkat Tinggi Karbohidrat Rendah Garam Intake dan Out-put harus diukur, kontrol cairan & hypertensi, Berikan obat antihipertensi jika diperlukan Kaji edema dan timbang BB setiap hari jika over load berikan diuretik Observasi tanda-tanda vital waspada terhadap adanya CHF Jika sudah ambulasi,monitor proteinure dan hematuria jika meningkat bedrest tetap dijalankan,jika ambulasi dapat ditolelir pasien boleh pulang.

Pemeriksaan diagnostic Urinalisis (UA) menunjukkan hematnya gross, protein dismonfik dan (bentuk tidak serasi) SDm, leusit, dan gips hialin. Lajur filtrasi glomeruslus (IFG) menurun, klerins kreatinin pada unrin digunakan sebagai pengukur dan LFG spesine urin 24 jam dikumpulkan. Sampel darah untuk kreatinin juga ditampung dengan cara arus tegah (midstream). Nitrogen urea darah (BUN) da kreatinin serum meningkat bila fungsi ginjal mulai menurun. Albumin serum dan protein total mungkin normal atau agak turun (karena hemodilusi). Contoh urin acak untuk eletrokoresisi protein mengidentifilaasi jenis protein urin yang dikeluarkan dalam urin.

Elektrolit seru menunjukkan peningkatan natrium dan peningkatan atau normal kadar-kadar kalium dan klorida.

2.GLOMERULONEFRITIS KRONIK

Merupakan lanjutan dari glomerulonefritis akut,dalam jangka waktu panjang atau pendek.

Etiologi Kuman streptococus. Perhubungan dengan penyakit auto imun lain. Reaksi obat. Bakteri. Virus. Manifestasi klinis Nyeri tumpul pinggang belakang Sakit kepala, hipertensi Perubahan pola eliminasi urine Dysuria Menurun output urine Kesulitan bernafas Orthopnea Nocturnal/dyspnea pada saat pengerahan tenaga Perubahan BB, rales pada suara paru Pelebaran pada vena leher, adanya suara jantung tiga (S3) Edema pada wajah, kelopok mata, tangan dan jaringan perifer Fatigue dan malaise Anoreksia, nausea dan/muntah

urine berwana merah ke coklat-coklatan.

Patofisiologi

Glomerulonefritis kronis,awalnya seperti glomerulonefritis akut atau tampak sebagai tipe reaksi antigen/antibody yang lebih ringan,kadang-kadang sangat ringan,sehingga terabaikan. Setelah kejadian berulang infeksi ini,ukuran ginjal sedikit berkurang sekitar seperlima dari ukuran normal,dan terdiri dari jaringan fibrosa yang luas, korteks mengecil menjadi lapisan yang tebalnya 1-2 mm atau kurang. Berkas jaringan parut merusak sistem korteks,menyebabkan permukaan ginjal kasar dan ireguler. Sejumlah glomeruli dan tubulusnya berubah menjadi jaringan parut,dan cabangcabang arteri renal menebal. Akhirnya terjadi perusakan glomerulo yang parah,menghasilkan penyakit ginjal tahap akhir(ESRD).

Komplikasi Malnutrisi Infeksi sekunder Gangguan koagulasi Akselerasi aterosklerosis

Penatalaksanaan TTV setiap 4 jam Monitor BUN, Creatinin dan Protein urine Mengganti cairan yang hilang Monitor intake-Output Diet Pembatasan cairan dan Na, tinggi KH & rendah protein, Rendah K Bila Ada gagal ginjal. Antibiotik jika ada infeksi Korticosteroid & Cytotoxic Anti Hypertensi

Diuretik Plasmapheresis

Pemeriksaan diagnostic Urinalisis (UA) menunjukkan hematnya gross, protein dismonfik dan (bentuk tidak serasi) SDm, leusit, dan gips hialin. Lajur filtrasi glomeruslus (IFG) meurun, klerins kreatinin pada urin digunakan sebagai pengukur dan LFG spesine urin 24 jam dikumpulkan. Sampel darah untuk kreatinin juga ditampung dengan cara arus tengah (midstream). Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum meningkat bila fungsi ginjal mulai menurun. Albumin serum dan protein total mungkin normal atau agak turun (karena hemodilusi). Contoh urin acak untuk eletrokoresisi protein mengidentifilaasi jenis protein urin yang dikeluarkan dalam urin. Elektrolit seru menunjukkan peningkatan natrium dan peningkatan atau normal kadar-kadar kalium dan klorida.

ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian 1. Identitas pasien. 2. Riwayat penyakit, dahulu, sekarang dan keluarga. 3. Riwayat /adanya faktor resiko. a. Bagaimana frekuensi miksinya b. Adakah kelainan waktu miksi seperti c. Apakah rasa sakit terdapat pada daerah setempat atau secara unum d. Apakah penyakit timbul setelah adanya peyakit yang lain. e. Apakah terdapat mual dan muntah. f. Apakah terdapat udema. g. Bagaimana keadaan urinnya (volume, warna, bau, berat jenis, jumlah urie dalam 24 jam). h. Adakah sekret atau darah yang keluar. i. Adakah hambatan seksual.

j. Bagaimana Riwayat, haid (menache, lamanya, banyaknya, sirkulasinya, keluhannya). k. Bagaimana Riwayat kehamilan, arbortus, pemakaian alat kontrsepsi. l. Rasa nyeri (lokasi, identitas, saat timbulnya nyeri). 4. Riwayat Persalinan. 5. Riwayat Pendarahan. Data fisik : 1. inspeksi : secara umum dan secara khusus pada daerah genital palpasi : pada daerah abdomen, buli-buli, lipat paha. Auskultasi : darah abdomen. Perkusi : daerah abdomen, ginjal. Keadaan umum pasien : Tingkat kesadaran. Tinggi vital eliputi tensi, nadi, suhu, pernafasan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko kelebihan volume cairan b/d retensi air dan disfungsi ginjal 2. Resiko infeksi (UTI, LOKAL, SISTEMIK) b/d penekanan pada system imun 3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral cardiopulmunary b/d resiko krisis hipertensi 4. Ketidakmampuan dalam aktivitas b/d penurunan protein dan disfungsi ginjal 5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang proses penyakit,perawatan dirumah dan intruksi tindakan lanjut.

DX-1 TUJUAN: Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit KRITERIA HASIL Tidak memperlihatkan Tanda-tanda kelebihan cairan dan elektrolit Intake dan output dalam keadaan seimbang RENCANA TINDAKAN:

Monitor dan laporkan tanda dan gejala kelebihan cairan Ukur dan dokumentasikan intake dan output setiap 4 8 jam Catat jumlah dan karakteristik urine; laporkan bila ada penurunan output urine pada dokter Timbang BB setiap hari, dengan timbangan dan waktu yang sama Ukur BJ urin setiap 8 jam, lapor bila ada peningkatan Konsultasikan ke ahli diet untuk pembatasan Natrium dan Protein. Berikan cairan sesuai dengan cairan yang hilang Berikan batu es untuk mengontrol haus Monitor hasil pemeriksaan elektrolit, laporkan bila ada ketidaknormalan Kaji efektifitas pemeberian elektrolit scr. Parenteral/oral DX2 TUJUAN: Pasien akan memperlihatkan tidak adannya tanda-tanda infeksi KRITERIA HASIL: Memiliki hasil pemeriksaan temperatur dan lab dalam batas normal Memiliki suara paru yang bersih Urinnya bening dan kuning Kulit utuh RENCANA TINDAKAN: Kaji efektifitas pemeberian imunosupresive Monitor serum sel darah merah, antibodi, nilai set T Periksa Temp. tubuh setiap 4 jam Catat karakteristik urine Hindari pemasangan kateter pada saluran perkemihan Jika dipasang kateter, pertahankan closed gravity drain system Monitor adanya Tanda & gejala UTI, lakukan tindakan pencegahan UTI Asuskultasi suara paru setiap 4 jam Anjurkan untuk batuk dan nafas dalam Instruksikan pasien u/ menghindari orang yang menglamai infeksi Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit

Anjurkan untuk ambulasSiu nlaerdbi,iGhlo amwerualolnefritis

DX 3

TUJUAN: Pasien akan meningkat toleransi terhadap aktifitas KRITERIA HASIL: Mengikuti rencana aktiftas TD dalam batas normal tanpa pengeluaran protein berlebihan RENCANA TINDAKAN: monitor adanya penurunan protein scr. Berlebihan(Proteinuria, Albuminuria) Gunakan diet protein untu mengganti protein yang hilang Berikan diet tinggi Kalori, diet tinggi KH Anjurkan Bedrest Berikan latihan dalam batas aktifitas yang dianjurkan Rencanakan aktifitas dengan memberikan periode waktu istirahat

DX 4 TUJUAN: Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi KRITERIA HASIL: Dapat beraktivitas dengan baik RENCANA TINDAKAN: Kaji factor yang menimbulkan intoleransi aktivitas Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi Anjurkan istirahat alternative

DX 5 TUJUAN: Pasien dapat mengerti penyakit dan pengobatannya

KRITERIA HASIL: Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit,prognosis dan pengobatan RENCANA TINDAKAN: Kaji ulang proses penyakit,prognosis,dan factor pencetus bila diketahui Kaji ulang pembatasan diet Diskusikan masalah nutrisi lain Diskusikan terapi obat Kaji ulang intake/output

Anda mungkin juga menyukai