Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROFESI KEGURUAN tentang CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Oleh: Kelompok IV 1. 2. 3. 4. 5. Mai Sastri Sri Wahyuni Desti Sutrisna Ria Afrinia Susri Afrianti : 409 247 : 409 235 : 409 277 : 409 237 : 409 283

Dosen Pembimbing Gusmaneli, S.Ag M.Pd

JURUSAN TADRIS IPA FISIKA FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) IMAM BONJOL PADANG 1433 H/2012 M

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelaikan makalah ini. Shalawat dan salam kami doakan kepada Allah agar disampaikannya kepada Nabi besar Muhammad saw. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih pada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam memberikan pengarahan dalam menyekesaikan makalah ini. Kemudian buat teman-teman yang selalu mendukung, dan teristimewa buat orangtua kami yang selalu memberikan kasih sayang dan motivasi yang tek ternilai harganya. Pada kesempatan kali ini kami dipercaya untuk menyelesaikan makalah Profesi Keguruan dengan judul Contextual Teaching and Learning. Dalam makalah yang akan kami sajikan ini masih banyak kekurangan yang perlu ditambah oleh pembaca semuanya. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dari pembaca semuanya. Agar makalah ini menjadi sempurna nantinya.

ii

BAB I PENDAHULUAN Salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan dengan produktif dan bermakna bagi siswa adalah strategi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang selanjutnya disebut CTL. Strategi CTL fokus pada siswa sebagai pembelajar yang aktif, dan memberikan rentang yang luas tentang peluang-peluang belajar bagi mereka yang menggunakan kemampuan-kemampuan akademik mereka untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan nyata yang kompleks. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara materi yang mereka pelajari dengan pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Pemahaman konsep akademik yang dimiliki siswa hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan siswa. Pembelajaran secara konvensional yang diterima siswa hanyalah penonjolan tingkat hapalan dari sekian banyak topik, tetapi belum diikuti dengan pengertian dan pemahaman yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupannya.

BAB II PEMBAHASAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING A. PENGERTIAN CTL CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa di dorong untuk beraktifitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL adalah proses pengalaman secara langsung. Pembelajaran ctl terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang di ajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa, dan tenaga kerja.1 Jadi, pengertian ctl dar pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa ctl adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

B. LANDASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS a. Landasan filosofis. Landasan filosofis ctl adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta. Fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Menurut pandangan kontruktivistik bahwa perolehan pengalaman seseorang itu dari proses asimilasi dan akomodasi sehingga pengalaman
1

Trianto.2010.mendesain model pembelajaran inovatif-progresif.Jakarta: Prenada Media Grup h. 104

yang lebih khusus ialah pengetahuan tertanam dalam benak sesuai dengan yang dimiliki seseorang. Skemata itu tersusun dengan upaya dari individu siswa yang telah bergantung kepada skemata yang telah dimiliki seseorang.

b. Landasan Psikologis Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, ctl berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan antara stimulus dan respon. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi dan kemampuan atau pengalaman.2

C. KARAKTERISTIK CTL Diantara karakteristik pembelajaran ctl adalah3: 1. Kerjasama 2. Saling menunjang 3. Menyenangkan, tidak membosankan. 4. Belajar dengan bergairah 5. Pembelajaran terintegrasi 6. Menggunakan berbagai sumber 7. Siswa aktif 8. Sharing dengan teman 9. Siswa kritis guru kreatif 10. Dinding dan lorong-lorong penuh denga hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain

Wina Sanjaya.2010.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group h. 259 3 Yatim Rianto.2010. Paradigma Baru Pembelajaran.Jakarta: Prenada Media Group h 176-177

11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan authentic assessment-nya. Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribaditentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program

pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasioanl), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajaran.

D. BEDA CTL DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL N O 1 2 PERBEDAAN CTL DENGAN KONVENSIONAL CTL Siswa sebagai subjek belajar KONVENSINAL Siswa sebagai objek belajar

Siswa belaja melalui kegiatan Siswa lebih banyak belajar secara kelompok individu

Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran bersifat teoritis dan kehidupan nyata Kemampuan pengalaman Tujuan akhir kepuasan diri Prilkau dibangun atas kesadaran Pengetahuan yang didasrkan abstrak atas Kemampuan diperoleh dari latihanlatihan Tujuan akhir nilai atau angka Prilaku dibangun oleh faktor dari luar

4 5 6 7

dimiliki Pengetahuan yang dimilki bersifat

individu

berkembang

sesuai absolut dan final, tidak mungkin berkembang Guru penentu jalan proses pembelajaran

dengan pengalaman yang dialami Siswa bertanggung jawab dalam 8 memonitor dan mengembangkan pembelajaran 9

Pembelajaran bisa terjadi dimana Pembelajaran haya terjadi di dalam saja kelas

10

Keberhasilan pembelajaran dapat Keberhasilan pembelajaran hanaya diukur dengan berbagai cara bisa diukur dengan tes

E. KOMPONEN CTL a. Kontruktivisme (Contructivisme) Kontruktivisme merupakan landasan filosofin ctl, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusiasedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk di ambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memcahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberi semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.esensi dari teori kontruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentrasformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses

pembelajaran, siswa menbangun sendiri pengetahuan mereke sendiri melalui keterlibatan aktif dalm proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Landasan berpikir kontruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum obyektivis, yang lebih menekankan

pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan kontruktivis, strategi memperoleh diutamakan dibanding seberapa banyaksiswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalh menfasilitasi proses tersebut dengan: a) Menjadika pengatahuan bermakna dan relevan bagi siswa b) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri dan c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Pengetahuan

tumbuh

berkembang

melalui

pengalaman.

Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masih berisi informasi bermakna dan berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak dalam otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.

b. Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kagiatan pembelajaran berbasis ctl. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkanbukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apaun materi yang diajarkannya. Topik

mengenai adanya dua jenis binatang melata, sedah seharusnya ditemukan sendiri oleh siswa, bukan menurut buku. Siklus inkuiri: a) Observasi b) Bertanya c) Mengajukan dugaan d) Pengumpulan data e) Penyimpulan

c. Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorag selalu bermu;a dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis ctl. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi,

mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: a. Menggali informasi, baik administrasi maupun akdemis b. Mengecek pemahaman siswa c. Membangkitkan respon kepada siswa d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa e. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa f. Menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru g. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa h. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Comunity)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, disekitar sini, juga orang-orang yang ada diluar sana, semua adalah anggota masyarakat belajar. Dalam kelas ctl, guru disarankan selalu melaksanakan

pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menagkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke atas. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, seorang guru ynag mengajari siswanya bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa. Dalam contoh ini yang belajar hanya siswa bukan guru. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada piihak menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.

Kalau setiap orang mau belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik learning community sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam: a) Pembentukan keompok kecil b) Pembentukan kelompok besar c) Mendatangkan ahli ke kelas d) Bekerja dengan kelas sederajat e) Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya f) Bekerja dengan masyarakat

e. Pemodelan(Modelling) Komponen ctl selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa inggris dan sebagainya. Atau guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Sebagian guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas. Misalnya cara menemukan kata kunci dalam bacaa. Dalam pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara meenemukan kata kunci dalam bacaan dengan menelusuri bacaan secara cepat dengan memanfaatkan gerak mata. Ketika guru mendemonstrasikan cara membaca cepat tersebut, siswa mengamati guru membaca dan membolak balik teks. Gerak mata guru dalam menelusuri bacaan menjadi perhatian siswa. Dengan begitu siswa tahu bagaimana gerak mata yang efektif dalam melakukan scanning. Kata kunci yang ditemukan guru disampaikan kepada siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran

menemukan kata kunci secara cepat. Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Artinya ada model yang bisa ditiuru dan diamati

siswa, sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci, guru menjadi model. Dan siswa juga bisa dilibatkan dalam proses pembelajaran.

f. Refleksi (Reflection) Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan ctl. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mngendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagi struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yan bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki

sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Kunci dari semua adalah bagaimanna pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi, realisasinya berupa: a) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu b) Catatan atau jurnal di buku siswa c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu d) Diskusi e) Hsil karya.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran

10

perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila dta yang dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segeraa bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan tersebut. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti kegiatan evaluasi hasil belaar, tetapi dilakukan bersama dengan secara integrasi dari kegiatan pembelajaran. Data dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memnag seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari bukan ditekan pada diperolehnya sebayak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karakteristik authentic assessment: a) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung b) Bisa digunakan untuk formatif dan sumatif c) Yang diukur keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta d) Berkesinambungan e) Terintegrasi f) Dapat digunakan sebagi feed beck.

11

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstuak adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berusuan dengan strategi dari pada memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered. Dalam ctl diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkontruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu, siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu harus dikontruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

B. SARAN Demikianlah makalah ini kami buat, namun masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami pemakalah, mengaharpkan kritikan dan saran dari pembaca semuanya untuk dijadikan pelajaran di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, terama kami pemakalah. Aamiin..

12

DAFTAR PUSTAKA Johnson, Elaine.2008.Contextual learning & Teaching. Bandung: MLC Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group Sanjaya, Wina.2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media Group.

13

Anda mungkin juga menyukai