SISTEM REPRODUKSI

EMBRIOGENESIS SEX ( JENIS KELAMIN ) DITENTUKAN

OLEH DUA PROSES YANG BERLAINAN

1. DETERMINASI SEX DITENTUKAN SECARA GENETIK (GENOTIP) OOGOMIA SPERMTOGINIA SPERMATOZOA (2 MACAM) 23 + X 23 + Y : 46 + XX : 46 + XY : - 23 + Y : - 23 + X 23 + Y 23 + X

OVUM (1 MACAM) : 23 + X

46 + XY
(JANTAN)

46 + XY
(BETINA)

1949 : BARR & BERTRAM

KROMATIN KROMATIN :+ :XX XY

KELAINAN KROMOSOM
BARR SEX KR NORMAL PRIA 1 XX NORMAL WANITA SUPERFIMALE 0 2 XY XXY KLINIK SOMA KR 44 44 44 TOTAL KR 46 46 47

KLIMEFELTERS
TURNERS FEMALE MONGOLISM

1
0

XXY
X

44
44

47
45

XX
XY

45
45

47
47

MALE MONGOLISM 0

2. DIFERENSIA SEX
SESUAI DENGAN DETERMINASI KERJA DIFERENSIASI DARI : - GONAND : KELENJAR KELAMIN - DUKTUS GENITALIS - GENETALIA EKSTERMA PRIA: DUKTUS MULLERI MENGALAMI DEGENERASI

WANITA : DUKTUS WOLFFIAN MENGALAMI

DEGENERASI

UNTUK DIFERENSIASI.. : - SEKRESI TESTIS - PEMBERIAN OBAT/ZAT ANDROGEN ATAU PROGESTERON

VIRILISASI JANIN

PSEUDO HERMAPHRODIT

TESTIS : KEL. GONAD LAKI - LAKI FUNGSI REPRODUKSI

- SPERMATOGENESIS : GAMETOGENIK - AKTIVITAS SEKSUAL - FUNGSI HORMONAL

SPERMATOGENESIS : 75 HARI
- POLIFERATION PROLIFERASI SPERMATOGONIA

- GROWTH
PERTUMBUHAN SPERMATUGONIA

SPERMATOSIT PRIMER
- DEVISION - PEMBELAHAN SPERMATOSIT PR SPERMATOSIT SCR - MATURATION - PEMATANGAN SPERMATID SPERMATOZOA

PROSES SPERMATOGENESIS 1. PRIMORDIAL GONOSIT SPERMATOGONIA 2. SPERMATOGONIA SPERMATOSIT PRIMER 3. SPERMATOSIT PRIMER SPERMATOSIT SEKUNDER 4. FASE AWAL SPERMATID

5. FASE AKHIR SPERMATID

6. SPERMATOZOA

* EPIDIDIMIS
NATURATION : PEMATANGAN SPERMATOZOA : 18 JAM - 10 HARI MAMPU MEMBUAHI OVUM

SIMPAN: EPIDIDIMIS, VAS DEFERENS, AMPULLA

* SPERMA

- FLAGELLATED MOVEMENT1- 4mm/mnt.

- SUASANA NETRAL ATAU SEDIKIT BASA - HIDUP : SALURAN TESTIS : BEBERAPA

MINGGU
SALURAN WANITA : 1 - 2 HARI

* VESIKA SEMINALIS FUNGSI SEKRETORIS : MUKOID - FRUKTOSA, PROSTAGLANDIN,

FIBRINOGEN,
(NUTRISI, FERTILISASI)

* KEL. PROSTAT
CAIRAN ALKALIS ENCER SEPERTI SUSU : - ASAM SITRAT

- KALSIUM
- ASAM FOSFAT - ENZIM PEMBEKU - FIBRINOLISIN FERTILISASI ALKALIS : PH 6 - 6.5

MENETRALISIR KEASAMAN CAIRAN VAS DEVERENS

DAN CAIRAN VAGINA (PH : 3.5 - 4.0)

* SEMEN
CAIRAN YANG DIEYAKULASIKAN PADA WAKTU AKTIVITAS SEKSUAL. CAIRAN DARI : VAS DEFERENS, KEL. PROSTAT, DAN KELENJAR BULB0 - URETHRAL (MUKOSA)

- PH : 7.5
- SEPERTI SUSU - MUKUS - 3.5 cc/EYAKULASI 120 JUTA/cc

* KESUBURAN/FERTILITY
DAPAT TERGANGGU KARENA : - KERUSAKAN EPITEL TUBULUS SEMINIFERUS : PENYAKIT (PAROTITIS), STRIKTUR DUKTUS GENITALIS, KELAINAN GENETIK

- KERUSAKAN SEL-SEL TUBULUS SEMINIFERUS

KARENA TEMPERATUS YANG LEBIH TINGGI. FUNGSI SKROTUM : UNTUK MEMPERTAHANKAN TEMPERATUR TETAP DINGIN SPERMATOGENESIS.

- CRYPTORCHIDISM (UNDESCENDED TESTIS)

TERAPI HORMONAL ATAU OPERASI

- JUMLAH SPERMA

400 JUTA/EYAKULASI (120 JUTA /cc)

BILA KURANG 20 JUTA /cc INFERTILE - KELAINAN MORPHOLOGY

* SEL SERTOLI
- CAIRAN LUMEN TUB.SEMINIFERUS # GERMINAL EPITELIUM # NUTRISI - SPERMIASI : SITOPLASMA SPERMATOSIT SPERMATOZOA - HORMON : 1. INHIBITORY DUKTUS MULLERI (MIF) 2. ESTRADIOL

3. INHIBIN FEED BACK NEGATIVE

TERHADAP FSH

* PERAN HORMONAL TERHADAP SPERMATOGENESIS

1. FSH : MERANGSANG SEL SERTOLI : SPERMIASI (325) 2. L.H : MERANGSANG SEL LEYDIG

TESTOSTERON
3. TESTOSTERON - SEL GERMINAL (1) - PEMBELAHAN MEOTIK (3)

4. ESTROGEN : SPERMIASI (DIHASILKAN SEL

SERTOLI KARENA STIMULASI FSH) 5. GROWTH HORMON FUNGS METABOLIK

TESTIS SPERMATOGONIA.

* AKTIVITAS SEKSUAL
HASIL MEKANISME REFLEX YANG INHERENT

PADA DAERAH SAKRAL DAN LUMBAL, DAN

REFLEX ERSEBUT DAPAT TERJADI KARENA RANGSANGAN PSIKIS ATAU STIMULASI ORGAN SEKSUAL.

SENSASI SEKSUAL
STRUKTUR EKSTERNA GLAMS PENIS, EPITELIUM ANUS, SKROTUM, PERIMEUM (UJUNG SENSORIS) STRUKTUR INTERNA URETRA, KANDUNG KENCING, VESICA SEMIMALIS, PROSTAT, TESTIS, VAS, DEFERENS M.PUDENUS PLEXUS SAKRALIS DAERAH SAKRAL KOL.VERTEBRA OTAK : UNDEFINED AREA

FASE AKTIVITAS SEKSUAL

1. EREKSI : FENOMENA VASKULER M. PARASIMPATIS

STIMULASI PSIKIS/FISIK PUSAT DAERAH SAKRAL MERVI ERIGENTI DILATASI ARTERI PENIS KONSTRIKSI VENA SINUSOID VEMOUS CAVERNOSUS ALIRAN VENA TERTUTUP JARINGAN EREKTIL MENGEMBANG PENIS MENJADI MEMANJANG DAN KERAS

2. LUBRIKASI : FUNGSI PARASIMPATIS KELENJAR URETRA (KEL.LITTRE) + MUKUS KELENJAR BULBO - RETRAL

URETRA LUBRIKASI

3. EMISI - MASUKNYA SEMEN KE DALAM URETRA

NTERNA URETRA
- IMPULS SIMPATIS L1, L2 PLEXUS HIPOGASTRIKUS KONTRAKSI EPIDIDIMIS, VAS DEFERENS, AMPULLA KONTRAKSI VESICA SEMINALIS, OTOT PROSTAT

6. EYAKULASI
PENGISIAN URETRA INTERNA M.PUDENUS DAERAH SAKRAL KONTRAKSI RITMIS ORGAN GENITAL INTERNA, KONTRAKSI ISKHIO `

CAVERNOSUS DAN OTOT BULBO

CARVENOSUS TEKANAN DUKTUS

GENITALIS + UTERA MENINGKAT

SEMEN KELUAR

* FUNGSI HORMONAL TESTIS SUMBER HORMON : SEL INTERSTITIAL : SEL LEYDIG - LAHIR : EMBRIONAL TESTIS

- DEWASA : MASA PUBERTAS 20 TESTIS

KIMIAWI ANDROGEN : STEROID

- TESTOSTERON - DIHIDROTESTOSTERON - ANDROSTEMEDION

TESTOSTERON

DIHIDROTESTOSTERON

ANDROSTEMEDION

SINTESA HORMON
KOLESTEROL

PREGNENOLONE

PROGESTERON
17 HIDROKSI PROGESTERON

17 HIDROKSI PREGNENOLON

DEHIDROEPIANROSTERON ANDROSTENEDION ANDROSTENEDIOL

TESTOSTERON

METABOLISME
SIRKULASI : TERIKAT ALBUMIN ATAU - GLOBULIN : GONADAL STEROID BINDING GLOBULIN: 15 - 30 MENIT JARINGAN : DIHIDROTESTOSTERON

ANDROSTENEDIOL
DEGRADASI : T.U HEPAR ANDROSTERON

DEHIDROEPIANDROSTERON

KONJUNGASI EKSKRESI (URIN - EMPEDU)

EFEK (FUNGSI) TESTOSTERON KEHIDUPAN JANIN

- DIFERENSIASI SEX
PERTUMBUHAN PENIS, SKROTUM, KEL.

PROSTAT VESIKA SEMINALIS, DUKTUS

GENITALIS - DESCENSUS TESTIKULORUM

TESTOSTERON DEWASA SIFAT SEX PRIMER DAN SEKUNDER 1. DISTRIBUSI RAMBUT TUBUH PUBIS, ARAH UMBILIKUS, MUKA, DADA, PUNGGUNG 2. RESESI RAMBUT BOTAK (GENETIK DAN HORMONAL)

3. HIPERTROFI LARINX SUARA BERAT

4. KULIT : MENEBAL & PIGMENTASI, MERANGSANG KELENJAR KERINGAT DAN SEBASEA ACNE 5. PEMBENTUKAN PROTEIN PERKEMBANGAN & PENAMBAHAN JARINGAN OTOT. SERING DIPAKAI SEBAGAI DOPING, DIPAKAI SEBAGAI OBAT

MUDA : REJAVINISASI.
6. BERTAMBAHNYA MATRIX DAN GARAM KALSIUM TULANG PANGGUL SEMPIT, DADA BIDANG

SERING DIPAKAI SEBAGAI OBAT UNTUK

OSTEOPOROSIS.

7. B.M.R MENINGKAT

: 15 %

INDIREK DARI EFEK ANABOLIK PROTEIN. 8. ERYTROPOSIS : MERANGSANG PEMBENTUKAN

SEL DARAH MERAH.

9. REABSORPSI NATRIUM PADA TUBULUS DISTAL GINJAL EFEK RINGAN DARI MINERALOKORTIKOID BERAT BADAN BERTAMBAH

10. ORGAN GENAL ASESORI : DIRANGSANG

11. BEHAVIOUR : AGRESIF

PENGATURAN FUNGSI REPRODUKSI

SSP BEHAVIOUR

HIPOTALAMUS

ADENO HIPOFISE FSH INHIBIN TUBULUS SEMINI FERUS SPERMATOZOA SEL LEYDIG ANDROGEN LH ANDROGEN URINE HEPAR MET. EMPEDU

SEL KANKER

- ORGAN REPRODUKSI
ASESORI - SIFAT SEX SEKUNDER - EFEK METABOLIK

* KELAINAN

: PATOLIGIS

1. KELENJAR PROSTAT - TUMOR JINAK : FIBROADENOMA : TAK DIPENGARUHI TESTOSTERON

- CANCER
TESTOSTERON : MERANGSANG

ESTROGEN : MENEKAN

2. HIPOGONADISME PADA PRIA

- TAK ADA TESTIS - TESTIS TAK BERKEMBANG - UNDESCENDED TESTIS DEGENERASI TESTIS - TAK ADA RESEPTOR ANDROGEN

* TERJADI SEBELUM PUBERTAS SIFAT SEX

SEKUNDER LAKI-LAKI TAK ADA * TERJADI SESUDAH PUBERTAS SIFAT SEX SEKUNDER ADA, KEMUDIAN MENURUN

3. HIPERGONADISME PADA PRIA TUMOR DARI TESTIS

- TUMOR SEL LEYDIG PRODUKSI

TESTOSTERON DAPAT 100 x NORMAL * TERJADI SEBELUM PUBERTAS PUBERTAS PRAECOX * TERJADI SESUDAH PUBERTAS SIFAT SEX SEKUNDER TAK DIPENGARUHI

- TUMORGERMINAL EPITELIUM JARINGAN PLASENTA, GIGI, RAMBUT,

TULANG, KULIT
TERATOMA SEKRESI KORIONIK GONADOTROPIN (LH LIKE HORMON) DAN ESTROGEN GINEKONASTI

NEONATAL MALE
CASTRATION

NEONATAL FEMALE
TESTOSTERON

ADULT MALE MALE

FEMINIZED MALE FEMALE

MASCULINIZED FEMALE MALE BEHAVIOR

ADULT FEMALE FEMALE BEHAVIOR

BEHAVIOR BEHAVIOR