Anda di halaman 1dari 9

Ayeng Mapatda Putri

Tka
0801082033

KOMITE KERJA ADVOKAT INDONESIA


KODE ETIK
ADVOKAT INDONESIA
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Yang dimaksud dengan:


a. Advokat adalah orang yang berpraktek memberi jasa hukum, baik didalam maupun
diluar
pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan undang-undang yang berlaku, baik
sebagai Advokat, Pengacara, Penasehat Hukum, Pengacara praktek ataupun sebagai
konsultan hukum.
b. Klien adalah orang, badan hukum atau lembaga lain yang menerima jasa dan atau
bantuan hukum dari Advokat.
c. Teman sejawat adalah orang atau mereka yang menjalankan praktek hukum sebagai
Advokat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
d. Teman sejawat asing adalah Advokat yang bukan berkewarganegaraan Indonesia yang
menjalankan praktek hukum di Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
e. Dewan kehormatan adalah lembaga atau badan yang dibentuk oleh organisasi profesi
advokat yang berfungsi dan berkewenangan mengawasi pelaksanaan kode etik Advokat
sebagaimana semestinya oleh Advokat dan berhak menerima dan memeriksa
pengaduan terhadap seorang Advokat yang dianggap melanggar Kode Etik Advokat.
f. Honorarium adalah pembayaran kepada Advokat sebagai imbalan jasa Advokat
berdasarkan kesepakatan dan atau perjanjian dengan kliennya.

BAB II
KEPRIBADIAN ADVOKAT

Pasal 2

Advokat Indonesia adalah warga negara Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha
Esa, bersikap satria, jujur dalam mempertahankan keadilan dan kebenaran dilandasi
moral
yang tinggi, luhur dan mulia, dan yang dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi
hukum, Undang-undang Dasar Republik Indonesia, Kode Etik Advokat serta sumpah
jabatannya.

Pasal 3

a. Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum kepada setiap
orang
yang memerlukan jasa dan atau bantuan hukum dengan pertimbangan oleh karena tidak
sesuai dengan keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi tidak dapat
menolak dengan alasan karena perbedaan agama, kepercayaan, suku, keturunan, jenis
kelamin, keyakinan politik dan kedudukan sosialnya.
b. Advokat dalam melakukan tugasnya tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh
imbalan materi tetapi lebih mengutamakan tegaknya Hukum, Kebenaran dan Keadilan.
c. Advokat dalam menjalankan profesinya adalah bebas dan mandiri serta tidak
dipengaruhi
oleh siapapun dan wajib memperjuangkan hak-hak azasi manusia dalam Negara Hukum
Indonesia.
d. Advokat wajib memelihara rasa solidaritas diantara teman sejawat.
e. Advokat wajib memberikan bantuan dan pembelaan hukum kepada teman sejawat
yang
diduga atau didakwa dalam suatu perkara pidana atas permintaannya atau karena
penunjukan organisasi profesi.
f. Advokat tidak dibenarkan untuk melakukan pekerjaan lain yang dapat merugikan
kebebasan, derajat dan martabat Advokat.
g. Advokat harus senantiasa menjunjung tinggi profesi Advokat sebagai profesi terhormat
(officium nobile).
h. Advokat dalam menjalankan profesinya harus bersikap sopan terhadap semua pihak
namun wajib mempertahankan hak dan martabat advokat.
i. Seorang Advokat yang kemudian diangkat untuk menduduki suatu jabatan Negara
(Eksekutif, Legislatif dan judikatif) tidak dibenarkan untuk berpraktek sebagai Advokat
dan tidak diperkenankan namanya dicantumkan atau dipergunakan oleh siapapun atau
oleh kantor manapun dalam suatu perkara yang sedang diproses/berjalan selama ia
menduduki jabatan tersebut.

BAB III
HUBUNGAN DENGAN KLIEN

Pasal 4

a. Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan


jalan damai.
b. Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien
mengenai perkara yang sedang diurusnya.
c. Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang ditanganinya
akan menang.
d. Dalam menentukan besarnya honorarium Advokat wajib mempertimbangkan
kemampuan klien.
e. Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu.
f. Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian yang sama
seperti terhadap perkara untuk mana ia menerima uang jasa.
g. Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar
hukumnya.
h. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh
klien
secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan
antara Advokat dan klien itu.
i. Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat
yang tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan dapat menimbulkan
kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan, dengan tidak
mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a.
j. Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus
mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan tersebut,
apabila dikemudian hari timbul pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
k. Hak retensi Advokat terhadap klien diakui sepanjang tidak akan menimbulkan kerugian
kepentingan klien.

BAB IV
HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEJAWAT

Pasal 5

a. Hubungan antara teman sejawat Advokat harus dilandasi sikap saling menghormati,
saling menghargai dan saling mempercayai.
b. Advokat jika membicarakan teman sejawat atau jika berhadapan satu sama lain dalam
sidang pengadilan, hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan baik
secara lisan maupun tertulis.
c. Keberatan-keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang dianggap bertentangan
dengan Kode Etik Advokat harus diajukan kepada Dewan Kehormatan untuk diperiksa
dan tidak dibenarkan untuk disiarkan melalui media massa atau cara lain.
d. Advokat tidak diperkenankan menarik atau merebut seorang klien dari teman sejawat.
e. Apabila klien hendak mengganti Advokat, maka Advokat yang baru hanya dapat
menerima perkara itu setelah menerima bukti pencabutan pemberian kuasa kepada
Advokat semula dan berkewajiban mengingatkan klien untuk memenuhi kewajibannya
apabila masih ada terhadap Advokat semula.
f. Apabila suatu perkara kemudian diserahkan oleh klien terhadap Advokat yang baru,
maka Advokat semula wajib memberikan kepadanya semua surat dan keterangan yang
penting untuk mengurus perkara itu, dengan memperhatikan hak retensi Advokat
terhadap klien tersebut.

BAB V
TENTANG SEJAWAT ASING

Pasal 6

Advokat asing yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku


menjalankan
profesinya di Indonesia tunduk kepada serta wajib mentaati Kode Etik ini.

BAB VI
CARA BERTINDAK MENANGANI PERKARA

Pasal 7

a. Surat-surat yang dikirim oleh Advokat kepada teman sejawatnya dalam suatu perkara
dapat ditunjukkan kepada hakim apabila dianggap perlu kecuali surat-surat yang
bersangkutan dibuat dengan membubuhi catatan "Sans Prejudice ".
b. Isi pembicaraan atau korespondensi dalam rangka upaya perdamaian antar Advokat
akan tetapi tidak berhasil, tidak dibenarkan untuk digunakan sebagai bukti dimuka
pengadilan.
c. Dalam perkara perdata yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat menghubungi
hakim
apabila bersama-sama dengan Advokat pihak lawan, dan apabila ia menyampaikan
surat, termasuk surat yang bersifat "ad informandum" maka hendaknya seketika itu
tembusan dari surat tersebut wajib diserahkan atau dikirimkan pula kepada Advokat
pihak lawan.
d. Dalam perkara pidana yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat menghubungi
hakim
apabila bersama-sama dengan jaksa penuntut umum.
e. Advokat tidak dibenarkan mengajari dan atau mempengaruhi saksi-saksi yang diajukan
oleh pihak lawan dalam perkara perdata atau oleh jaksa penuntut umum dalam perkara
pidana.
f. Apabila Advokat mengetahui, bahwa seseorang telah menunjuk Advokat mengenai
suatu
perkara tertentu, maka hubungan dengan orang itu mengenai perkara tertentu tersebut
hanya boleh dilakukan melalui Advokat tersebut.
g. Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-pernyataan atau pendapat yang
dikemukakan
dalam sidang pengadilan dalam rangka pembelaan dalam suatu perkara yang menjadi
tanggung jawabnya baik dalam sidang terbuka maupun dalam sidang tertutup yang
dikemukakan secara proporsional dan tidak berkelebihan dan untuk itu memiliki imunitas
hukum baik perdata maupun pidana.
h. Advokat mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma
(pro deo) bagi orang yang tidak mampu.
i. Advokat wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan mengenai
perkara yang ia tangani kepada kliennya pada waktunya.

BAB VII
KETENTUAN-KETENTUAN LAIN TENTANG KODE ETIK

Pasal 8

a. Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile), dan
karenanya
dalam menjalankan profesi selaku penegak hukum di pengadilan sejajar dengan Jaksa
dan Hakim, yang dalam melaksanakan profesinya berada dibawah perlindungan hukum,
undang-undang dan Kode Etik ini.
b. Pemasangan iklan semata-mata untuk menarik perhatian orang adalah dilarang
termasuk
pemasangan papan nama dengan ukuran dan! atau bentuk yang berlebih-lebihan.
c. Kantor Advokat atau cabangnya tidak dibenarkan diadakan di suatu tempat yang dapat
merugikan kedudukan dan martabat Advokat.
d. Advokat tidak dibenarkan mengizinkan orang yang bukan Advokat mencantumkan
namanya sebagai Advokat di papan nama kantor Advokat atau mengizinkan orang yang
bukan Advokat tersebut untuk memperkenalkan dirinya sebagai Advokat.
e. Advokat tidak dibenarkan mengizinkan karyawan-karyawannya yang tidak
berkualifikasi
untuk mengurus perkara atau memberi nasehat hukum kepada klien dengan lisan atau
dengan tulisan.
f. Advokat tidak dibenarkan melalui media massa mencari publitas bagi dirinya dan atau
untuk menarik perhatian masyarakat mengenai tindakan-tindakannya sebagai Advokat
mengenai perkara yang sedang atau telah ditanganinya, kecuali apabila
keteranganketerangan
yang ia berikan itu bertujuan untuk menegakkan prinsip-prinsip hukum yang
wajib diperjuangkan oleh setiap Advokat.
g. Advokat dapat mengundurkan diri dari perkara yang akan dan atau diurusnya apabila
timbul perbedaan dan tidak dicapai kesepakatan tentang cara penanganan perkara
dengan kliennya.
h. Advokat yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Hakim atau Panitera dari suatu
lembaga peradilan, tidak dibenarkan untuk memegang atau menangani perkara yang
diperiksa pengadilan tempatnya terakhir bekerja selama 3 (tiga) tahun semenjak ia
berhenti dari pengadilan tersebut.

KODE ETIK PROFESI


PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
PEMBUKAAN
Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagai pengemban fungsi kepolisian di bidang
Penyidikan yang melaksanakan tugas pokok penegakan hukum sesuai dengan undang-undang
yang menjadi dasar hukumnya, memerlukan komitmen dan ikatan moral berupa kode etik profesi.
Keberhasilan pelaksanaan tugas Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang tersebar diberbagai
Instansi Pemerintahan pusat/daerah, dengan kualitas pengetahuan serta ketrampilan teknis yang
tinggi dibawah koordinasi Penyidik Polri sangat ditentukan oleh perilaku yang terpuji di
lingkungan masyarakat.
Kode Etik Profesi Penyidik Pegawai Negeri Sipil, diperlukan dalam rangka menyatukan Visi dan
Misi untuk Penegakan Hukum Nasional.
Kode Etik Profesi Penyidik Pegawai Negeri Sipil merupakan pedoman dalam
pelaksanaan tugas, sesuai dengan prosedur penyidikan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta menghindari penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran hak asasi
manusia.

BAB I
ETIKA PENGABDIAN
Pasal 1
Setiap anggota Penyidik Pegawai Negeri Sipil senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berperilaku :
1a. Mengamalkan dan menghormati agama, kepercayaan, adat istiadat, budaya dan nilai-nilai
kemanusiaan dalam melaksanakan tugas
2b. Menjalankan tugas-tugas Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagai wujud nyata amal ibadahnya
3c. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, UUD 45 dan Panca Prasetya
Korpri

Pasal 2
Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas penyidikan selalu menunjukkan
sikap perilaku terpuji dengan:
1a. Mengutamakan kepentingan Negara, Bangsa, Masyarakat dan kemanusiaan daripada
kepentingan pribadi.
2b. Tidak menuntut perlakuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan terhadap semua
warga negara.
3c. Menyelamatkan aset – aset negara

Pasal 3
Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas penyidikan wajib jujur dan
bertanggungjawab dengan:
1a. Menyatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah;
2b. Tidak mempublikasikan nama terang tersangka dan saksi-saksi;
3c. Tidak mempublikasikan tata cara, taktik dan teknik penyidikan;
4d. Tidak menimbulkan penderitaan akibat penyalahgunaan wewenang dan sengaja menimbulkan
rasa kecemasan, kebimbangan dan ketergantungan pada pihak-pihak terkait dengan perkara;
5e. Mengamankan dan memelihara barang bukti yang berada dalam penguasaannya karena terkait
dengan penyelesaian perkara;
6f. Menghormati dan bekerjasama dengan sesama pejabat terkait dalam sistem peradilan pidana;
7g. Dengan sikap ikhlas dan ramah menjawab pertanyaan tentang perkembangan penanganan
perkara yang ditanganinya kepada semua pihak yang terkait dengan perkara pidana yang
dimaksud, sehingga diperoleh kejelasan tentang penyelesaian.

1
Pasal 4

Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
senantiasa:
1a. Memberikan pelayanan terbaik;
2b. Mengutamakan kemudahan dan tidak mempersulit;
3c. Bersikap hormat kepada siapapun dan tidak menunjukkan sikap arogan karena kewenangan;
4d. Tidak membeda-bedakan cara pelayanan kepada semua orang;
5e. Tidak membebani biaya, kecuali diatur dalam peraturan perundang-undangan dan transparan;
6f. Tidak mengeluarkan kata-kata atau melakukan gerakan-gerakan anggota tubuh yang
mengisyaratkan meminta imbalan atas pelayanan yang telah diberikan kepada masyarakat.
Pasal 5
a. Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam menggunakan kewenangannya senantiasa
berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan dan nilai-
nilai kemanusiaan;
b. Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil senantiasa memegang teguh rahasia sesuatu, yang
menurut sifatnya atau menurut perintah kedinasan harus dirahasiakan.
Pasal 6

Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil senantiasa menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang
dapat merusak kehormatan profesi dan organisasinya, dengan tidak melakukan tindakan-tindakan
berupa:
1a. Bertutur kata kasar dan bernada kemarahan;
2b. Menyalahi dan atau menyimpang dari prosedur kerja;
3c. Bersikap mencari-cari kesalahan;
4d. Mempersulit orang yang terkait dengan penyidikan;
5e. Menyebarkan berita yang dapat meresahkan masyarakat;
6f. Merendahkan harkat dan martabat manusia.
BAB II
ETIKA KELEMBAGAAN
Pasal 7

Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil menjunjung tinggi institusinya dengan menempatkan
kepentingan organisasi diatas kepentingan pribadi.
3
Pasal 8
1a. Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil mematuhi jenjang kewenangan dan bertindak disiplin
berdasarkan aturan dan tata cara yang berlaku;
2b. Setiap atasan penyidik tidak dibenarkan memberikan perintah yang bertentangan dengan
norma hukum yang berlaku dan wajib bertanggung jawab atas pelaksanaan perintah yang
diberikan kepada anggota bawahannya;
3c. Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil dibenarkan menolak perintah atasan yang melanggar
norma hukum dan untuk itu anggota tersebut mendapatkan perlindungan hukum;
4d. Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan perintah penyidikan tidak
melampaui batas kewenangannya dan wajib menyampaikan pertanggung jawaban tugasnya
kepada atasan langsung serta kepada pelapor tentang perkembangan proses penyidikan;
5e. Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya tidak
boleh dipengaruhi dan/atau diintervensi oleh siapapun.
Pasal 9
a. Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil menampilkan sikap kepemimpinan melalui keteladanan,
keadilan, ketulusan dan kewibawaan serta melaksanakan keputusan pimpinan yang dibangun
melalui tata cara yang berlaku guna tercapainya tujuan organisasi;
b. Dalam pengambilan keputusan boleh berbeda pendapat sebelum diputuskan pimpinan dan
setelah diputuskan semua anggota harus tunduk pada keputusan tersebut;
c. Keputusan pimpinan diambil setelah mendengar semua pendapat dari unsur-unsur yang terkait,
bawahan dan teman sejawat sederajat, kecuali dalam situasi mendesak.
Pasal 10

Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil senantiasa menjaga kehormatan melalui penampilan yang
rapi dan sopan dengan memakai atribut tanda kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagai
lambang kewibawaan hukum, yang mencerminkan tanggung jawab serta kewajiban kepada
institusi dan masyarakat.
Pasal 11
Setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil senantiasa menampilkan rasa setia kawan dengan sesama
anggota sebagai ikatan bathin yang tulus atas dasar kesadaraan bersama akan tanggung jawabnya
sebagai salah satu pilar keutuhan bangsa Indonesia, dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip:
1a. Menyadari sepenuhnya sebagai perbuatan tercela apabila meninggalkan kawan yang dalam
melaksanakan tugas sedangkan keadaan memungkinkan untuk memberikan bantuan;
2b. Merupakan teladan bagi seorang atasan untuk membantu kesulitan bawahannya;
3c. Merupakan kewajiban norma bagi seorang bawahan untuk menunjukkan rasa hormat dengan
tulus kepada atasannya;
4d. Menyadari sepenuhnya bahwa atasan akan lebih terhormat apabila menunjukkan sikap
menghargai sepadan dengan bawahannya;
4
1e. Merupakan sikap terhormat apabila mampu menahan diri untuk tidak menyampaikan dan
menyebarkan rahasia pribadi, kejelekan teman atau keadaan di dalam lingkungan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil kepada orang lain bukan anggota Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

Bab III
PENEGAKAN KODE ETIK PROFESI
Pasal 12
Setiap pelanggaran terhadap Kode etik Profesi Penyidik Pegawai Negeri Sipil dikenakan sanksi
moral berupa:
1a. Perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela dengan kewajiban pelanggar untuk
menyatakan penyesalan atau meminta maaf secara terbatas ataupun secara terbuka;
2b. Kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang profesi;
3c. Pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesi Penyidik Pegawai Negeri
Sipil.

Pasal 13
1a. Pemeriksaan atas pelanggaran Kode Etik Profesi Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilakukan
oleh Majelis Kehormatan Kode Etik Profesi PPNS;
2b. Keputusan Sidang Majelis Kehormatan Kode Etik Profesi PPNS berupa rekomendasi kepada
atasan langsung PPNS yang bersangkutan;
3c. Penegakan Kode Etik Profesi tidak menghapus proses tindak pidana yang dilakukan oleh
PPNS.
Pasal 14

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13, diatur lebih lanjut mengenai tata cara Sidang
Majelis Kehormatan Kode Etik Profesi Penyidik Pegawai Negeri Sipil.
Bab IV
PENUTUP
Pasal 15
Merupakan kehormatan tertinggi bagi setiap Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk menghayati
dan mengamalkan Kode Etik Profesi Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam pelaksanaan tugas dan
wewenangnya maupun dalam kehidupan sehari-hari demi pengabdian kepada masyarakat, bangsa
dan Negara.
KODE ETIK GURU
Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari bahwa Pendidikan adalah merupakan suatu bidang
Pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Tanah Air serta kemanusiaan pada
umumnya dan …….Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang –Undang Dasar 1945 .
Maka Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai Guru dengan
mempedomani dasar –dasar sebagai berikut :

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangun
yang berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing –masing .
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik
, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan .
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua murid sebaik –baiknya bagi kepentingan anak didik
5. Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun masyarakat
yang luas untuk kepentingan pendidikan .
6. Guru secara sendiri – sendiri dan atau bersama – sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu Profesinya .
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan maupun didalam hubungan keseluruhan .
8. Guru bersama –sama memelihara membina dan meningkatkan mutu Organisasi Guru
Profesional sebagai sarana pengapdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam
bidang Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai