Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG AMAN,


NYAMAN DAN DISIPLIN

Disusun Oleh

NAMA : Djono Paringadi, S.PD


SEKOLAH : SMP NEGERI 3
KOTA : Probolinggo

1. Pendahuluan
Menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin sangatlah penting agar siswa
dapat mencapai prestasi yang terbaik dan guru dapat menampilkan kinerja yang
terbaik.

Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin adalah sekolah yang warga sekolahnya
bebas dari rasa takut, kondusif untuk belajar dan hubungan antar warga sekolahnya
positif.
Sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin menyediakan lingkungan fisik (gedung,
kelas, halaman) sekolah yang bersih dan aman.

Selain aspek keamanan fisik, kenyamanan atau disebut iklim sekolah, yaitu
menyangkut atmosfir, perasaan, lingkungan keseluruhan secara sosial dan emosional
sekolah juga harus diciptakan secara positif. Faktor yang mempengaruhi
kenyamanan atau iklim sekolah ini adalah hubungan atau keterikatan antar warga
sekolah, interaksi antar warga sekolah, rasa saling mempercayai dan saling
menghargai antar warga sekolah. Bila keadaan faktor-faktor tersebut tinggi maka
semakin positif iklim sekolah tersebut.

Keamanan, kenyamanan dan kedisiplinan suatu sekolah ditentukan oleh nilai-nilai


dan sikap warga sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, komite
sekolah. Pada sekolah yang aman, warga sekolah mempunyai komitmen yang
mendalam dalam menciptakan dan menjaga sekolah. Insiden intimidasi, kekerasan
diselesaikan dengan cepat, efektif dan pemulihan hubungan antar warga sekolah cepat
dipulihkan.

Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin akan tercapai bila semua warga sekolah:
1. mengembangkan budaya sekolah yang positif dan fokusnya adalah pada
pencegahan
2. membangun komunitas sekolah dengan cara saling menghargai, adil,
menerapkan azas persamaan dan inklusi.
3. mengatur dan mengkomunikasikan secara konsisten prilaku yang diharapkan.
4. mengajar, memberi contoh dan mendorong prilaku sosial yang bertanggung
jawab yang memberi kontribusi terhadap komunitas sekolah
5. memecahkan masalah secara damai menghargai perbedaan dan
mengedepankan hak asasi manusia.
6. bertanggung jawab, dan bermitra dengan masyarakat, untuk memecahkan
masalah keamanan yang penting.
7. Berkerjasama untuk memahami bersama isu-isu tentang kekerasan terhadap
siswa yang lebih lemah, hukuman fisik, rasisme, ketidakadilan gender, dan
berbagai ketakutan lainnya.
8. Merespon secara konsisten dan adil terhadap berbagai insiden dan
menggunakan intervensi untuk memperbaiki kerusakan fisik maupun psikis
dan memperkuat hubungan dan mengembalikan rasa percaya diri.

Page 1 of 11
9. berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan, prosedur, praktek-praktek
yang mempromosikan keamanan sekolah.
10. memonitor dan mengevaluasi lingkungan sekolah untuk bukti dan
peningkatan keamanan sekolah.
11. memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi sekolah yang
pencapaian sekolah yang aman, damai dan teratur sambil menyebutkan hal-
hal yang masih perlu untuk ditingkatkan.

2. Mengapa perlu sekolah yang aman, nyaman dan disiplin


Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin ini perlu diciptakan, agar anak dapat belajar
tidak hanya keterampilan akademik akan tetapi juga melatih siswa untuk mencapai
hal-hal non-akademik yang juga sangat penting bagi kehidupan, yaitu:
1. Mencegah kekerasan di sekolah
Melatih siswa mengenai bagaimana cara memecahkan masalah dengan cara tidak
melakukan kekerasan merupakan langkah awal untuk membangun masyarakat yang
mencintai perdamaian.
2. Mengembangkan keterampilan intelegensi emosional siswa. Keterampilan ini
sangat penting sekali dimiliki oleh siswa karena sangat mempengaruhi
kesuksesan hidup siswa di masa datang. Apabila siswa mempunyai
kemampuan akademik yang tinggi tetapi mempunyai intelegensi emosi yang
rendah maka hal tersebut tidak akan berguna. Intelegensi emosi atau
keterampilan intrapersonal dan interpersonal ini meliputi keterampilan:
a. mengembangkan empati
b. bekerja sama
c. membangun konsensus
d. sensitif terhadap perasaan teman
e. mengontrol impulsif dan rasa marah
f. menenangkan diri
g. mengembangkan sikap positif
Intelegensi emosi yang rendah akan menyebabkan:
h. putus sekolah
i. agresif
j. penggunaan obat terlarang
k. ketidakteraturan hidup
l. kehamilan muda
m. kesehatan rendah
n. kekerasan dan kriminalitas
o. mengalami masalah dalam pekerjaan
3. Menguatkan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan:
a. keterampilan mendengarkan dan berkomunikasi
b. kemampuan menyesuaikan diri
c. berfikir kreatif
d. memecahkan masalah
e. menetapkan tujuan
f. mengelola waktu
g. keterampilan mengembangkan kualitas pribadi: mengatur waktu, jujur,
bertanggung jawab, bersosialisasi.

3 Ciri-ciri sekolah yang aman, nyaman dan disiplin


a. Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin mempunyai karakteristik sebagai
berikut. Lingkungan fisik sekolah aman dan nyaman (gedung sekolah, kelas,
laboratorium, peralatan, halaman)
b. Warga sekolah saling mendukung dan menghargai.
c. Semua warga menerapkan disiplin yang efektif
d. Sekolah memberikan pembelajaran terbaik.
e. Warga sekolah mengembangkan sikap persamaan, keadilan, dan saling
pengertian
f. Perilaku dan sikap yang diharapkan sekolah diajarkan.

Page 2 of 11
g. Strategi pengelolaan prilaku yang menyimpang sifatnya supportive thd siswa
h. Adanya program penyembuhan/terapi
i. Adanya pemodelan/ contoh prilaku dan sikap yang diharapkan dari semua staf
sekolah
j. Adanya hubungan yang baik antara sekolah dan orang tua, komite sekolah dan
masyarakat.

4. Cara mewujudkan sekolah yang aman, nyaman dan disiplin

4.1. meningkatkan keamanan lingkungan fisik sekolah


Untuk mewujudkan sekolah yang aman perlu dilakukan beberapa langkah. Pertama
sekolah harus membentuk komite yang terdiri dari berbagai stakeholders, yaitu
masyarakat sekitar sekolah, orang tua, guru, kepala sekolah komite sekolah dan
siswa. Dengan melibatkan semua fihak diharapkan komite dapat memperjatam
pemahaman dan kesepakatan tentang apa yang perlu dilakukan. Melibatkan keahlian
yang terdapat di masyarakat, seperti anggota kepolisian atau ABRI sangatlah penting.
Keterlibatan orang tua juga sangat penting agar hal-hal yang menjadi keprihatinan
siswa dapat didengar dan diselesaikan. Selain itu stakeholders yang lain perlu
dilibatkan agar dapat didengar bagaimana pengalaman mereka sehubungan dengan
mewujudkan sekolah yang aman.

Tugas pertama dari komite ini adalah melakukan needs assessment mengenai keadaan
sekolah saat ini ditinjau dari segi keamanan. Berdasarkan penilaian awal ini, komite
dapat memperoleh pengetahuan mengenai kekuatan dan kelemahan sekolah dalam hal
keamanan. Berdasarkan hal ini rencana untuk mewujudkan sekolah yang aman.

Untuk meningkatkan keamanan sekolah, upaya harus difokuskan pada bangunan fisik
sekolah, tata letak dan kebijakan dan prosedur yang ada untuk melaksanakan kegiatan
sehari-hari dan menyelesaikan masalah yang mungkin timbul. Bangunan sekolah,
kelas, ruang lab, kantor, perpustakaan, lapangan olah raga dan halaman sekolah harus
direview. Selain itu, berbagai kebijakan dan prosedur juga akses masuk sekolah
harus dinilai kembali. Penggunaan teknologi untuk mencegah orang masuk penyusup
masuk dari luar seperti alarm, pagar, teralis harus dipertimbangkan. Pencegahan ini
harus distandarkan oleh sekolah dan standar-standar lain untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan harus dibuat seperti membawa benda-benda tajam atau benda-
benda lain yang berbahaya. Jalur komunikasi dan prosedur yang harus diikuti bila
terjadi kejadian pencurian atau pelanggaran lainnya harus dibuat.
Berikut adalah contoh pertanyaan yang dapat digunakan dalam needs assessment
untuk menilai sejauhmana keamanan sekolah anda.
1. Apakah lingkungan fisik sekolah aman bagi siswa?
2. Apakah ada aturan, kebijakan, prosedur untuk menjaga keamanan sekolah dan
apakah semuanya diterapkan? Misalnya adanya buku tamu, akses satu pintu,
warga sekolah memakai kartu identifikasi, pengaturan lalu-lintas di depan
sekolah, prosedur pengantaran dan penjemputan, dll.
3. Apakah ada penyusup/orang yang tidak berkepentingan datang ke sekolah?
4. Apakah ada pencurian atau perusakan di sekolah?
5. Apakah ada senjata tajam atau benda-benda berbahaya lain yang dibawa ke
sekolah?
Jawaban terhadap pertanyaan di atas dan frekuensi masalah yang muncul dapat
dijadikan dasar untuk menentukan seberapa aman lingkungan fisik sekolah kita,
tindakan yang diperlukan untuk merespon aspek-aspek yang belum memenuhi syarat.

4. 2 Meningkatkan disiplin siswa


Isu yang dihadapi sekolah dalam menciptakan iklim sekolah yang sosial dan
emosional baik adalah masalah kedisiplinan siswa. Apakah itu disiplin?
Disiplin adalah pengembangan mekanisme internal diri siswa sehingga siswa dapat
mengatur dirinya sendiri (Blandford, 1998).

Page 3 of 11
Kebutuhan siswa menurut Blandford (1998) adalah sebagai berikut.

No Kebutuhan dasar Apa yang diharapkan siswa/ Apa yang harus


diberikan sekolah
1 Rasa aman Lingkungan yang aman dan nyaman
2 Rasa memiliki Perhatian dari guru dan teman
5 P: Penerimaan, Perhatian, Penghargaan,
Pengakuan dan Kasih sayang
3 Harapan Memastikan kemajuan belajar, membantu
meningkatkan prestasi
4 Kehormatan Perlakukan siswa sebagai anggota
kelas/sekolah yang kompeten dan berharga.
Arahkan, tugaskan siswa untuk melakukan
tugas yang penting dan jagalah kesepakatan.
5 Kesenangan Berikan kegiatan yang menyenangkan.
Berikan kesempatan untuk belajar
kelompok.
Rasa humor
6 Kompetensi Hubungkan pengetahuan dengan situasi
sehari-hari
Berilah kesempatan untuk menunjukkan
pengetahuan dan keterampilannya.

Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka terjadilah berbagai penyimpangan


prilaku atau masalah disiplin. Masalah disiplin di kelas atau sekolah antara lain
- Makan di kelas
- Membuat suara gaduh
- Berbicara saat bukan gilirannya
- Lamban
- Kurang tepat waktu
- Mengganggu siswa
- Agresif
- Tidak rapi
- Melakukan ejekan
- Lupa
- Tidak memperhatikan
- Membaca materi lain
- Melakukan hal lain.

Sayangnya disiplin di sekolah sering didefinisikan dengan prosedur yang terfokus


pada konsekuensi pemberian hukuman. Perspektif disiplin secara tradisional ini
kurang sempurna sebab tidak memperhatikan perkembangan dan tidak mendukung
prilaku pro-sosial yang ditunjukkan siswa. Riset menunjukkan bahwa memberikan
hukuman saja tidak cukup untuk menekan prilaku menyimpang dan mengembangkan
prilaku pro-sosial siswa. Dengan demikian definisi disiplin menurut paradigma baru
adalah langkah-langkah atau upaya yang perlu guru, kepala sekolah orang tua dan
siswa ikuti untuk mengembangkan keberhasilan prilaku siswa secara akademik
maupun sosial. Jadi disiplin dianggap sebagai alat untuk untuk menuju keberhasilan
untuk semua guru, dan semua siswa di berbagai situasi.

Sekolah tidak lagi menggunakan pengelolaan penanganan prilaku secara individu dan
terpisah-pisah tetapi menggunakan pendekatan sistem disiplin yang menyeluruh yang
meliputi penanganan prilaku yang terjadi baik di kelas, halaman, kantin, kamar kecil
dan lain-lain.

Sekolah yang sudah berhasil menggunakan pendekatan sistem disiplin yang


menyeluruh melakukan langkah-langkah berikut.
1. prilaku yang diharapkan didefinisikan dengan jelas. Prilaku yang diharapkan
dirumuskan dengan jelas, positif dan tepat. Contoh di kelas: Hormati siswa

Page 4 of 11
lain, Bertanggung jawablah, jagalah alat tulis, gunakan semestinya dan lain-
lain.
2. Prilaku yang diharapkan diajarkan. Prilaku yang diharapkan diajarkan dalam
konteks yang sesungguhnya. Misalnya menghormati siswa lain berarti
mengacungkan tangan bila ingin bicara di kelas, mendengarkan dan melihat
teman yang sedang berbicara.
3. Prilaku yang sudah sesuai dengan harapan dihargai secara teratur. Misalnya
melalui sistem tiket atau sistem medali dan dipresentasikan pada waktu even
sosial atau upcara bendera.
4. Prilaku yang menyimpang dikoreksi secara proaktif. Prosedur yang jelas
untuk memberitahu bahwa prilaku tersebut tidak diharapkan dan langkah-
langkah pencegehan ke depan.
5. Pendekatan sistem disiplin yang menyeluruh ini dibuat bersama oleh tim diuji
coba, disosialisasikan dan dimonitor keberhasilannya, dan dimodifikasi secara
berkala.
6. Pendekatan sistem disiplin yang menyeluruh harus didukung secara aktif oleh
semua warga sekolah.
Berikut ini adalah ringkasan bagaimana mengelola penyimpangan prilaku untuk
menegakkan kedisiplinan.

Mencegah Prilaku Menyimpang


A. Meningkatkan Kualitas Sekolah.
1. Sesuaikan pembelajaran dengan siswa (contoh mengakomodasi berbagai
motivasi siswa yang berbeda dan perkembangan siswa yang berbeda)
2. Berikan status tertentu bagi siswa yang kurang populer (peran khusus sebagai
asisten atau totur sebaya).
3. Identifikasi dan remedi kekurangan secara awal.

B. Tindak lanjuti semua penyimpangan prilaku dan penyebabnya.


1. Identifikasi motivasi siswa yang melakukan prilaku menyimpang.
2. Untuk prilaku menyimpang yang tidak disengaja, berilah penguatan cara
mengelola/ menguasai diri (contoh keterampilan sosial, cara memecahkan
masalah).
3. Bila prilaku menyimpang ini,
Cara mengelola berbagai penyimpangan prilaku/kedisiplinan
1. Tindakan Pencegahan
A.
Intervensi
Bila terjadi prilaku menyimpang maka prilaku menyimpang itu harus dikoreksi
dengan cara sekecil mungkin intervensi. Tujuan utama adalah menangani prilaku
menyimpang seefektif mungkin untuk menghindari gangguan sehingga pembelajaran
dapat berlangsung lancar. (Slavin, 2000)

Strategi menangani disiplin


Langkah 1: Membantu situasi
- hilangkan objek yang mengganggu
- berikan bantuan tentang kegiatan rutinitas sekolah.
- Beri penguatan terhadap prilaku yang sesuai
- Dukunglah minat siswa.
- Berikan petunjuk
- Bantu siswa mengatasi gangguan
- Arahkan prilaku siswa
- Ubahlah pembelajaran
- Gunakan hukuman non-fisik
- Ubahlah suasana kelas.

Langkah 2: Respon lunak

No Non Verbal Verbal


1 Abaikan prilaku Panggil siswa ketika pembelajaran

Page 5 of 11
berlangsung.
2 Gunakan tanda non-verbal Gunakan humor
3 Berdiri dekat siswa Gunakan kalimat positif
4 Peganglah siswa tersebut Ingatkan siswa tentang kesepakatan
5 Beri siswa pilihan kegiatan
Beritahukan prilaku salah yang telah
diperbuat.

Langkah 3: Respons menengah


- Hilangkan hak siswa
- Ubahlah tempat duduk
- Mintalah siswa untuk merefleksi masalah yang dihadapi.
- Berilah siswa istirahat
- Mintalah siswa untuk pulang lebih lambat
- Kontak oranng tuanya
- Mintalah siswa untuk menemui kepala sekolah.

Disiplin positif
1. Perhatikan siswa dengan menyeluruh, kontak mata dan sapaan.
2. Tanya siswa apa yang paling mereka sukai di sekolah dan bagaimana kelas
yang diinginkan.
3. Galilah prilaku yang menyimpang dan hal-hal yang menyebabkannya.
4. Carilah kesepakatan di kelas.
5. Galilah kesepakatan bagaimana guru harus mengintervensi bila siswa
melanggar kesepakatan.
(Charles, 2002: 106-107)

4. 3. Menghilangkan hukuman fisik dan merendahkan oleh guru


terhadap siswa
Banyak siswa di berbagai negara, termasuk di Indonesia, menderita karena dihukum
secara fisik dan dihukum secara direndahkan oleh guru di sekolah.

Lebih dari 20 negara di dunia ini telah menerbitkan undang-undang atau peraturan
yang melarang hukuman fisik kepada siswa di sekolah. Gerakan mendunia untuk
mengubah budaya menghukum secara fisik ini telah mencapai momentum yang baik.
Hal ini disebabkan oleh pemahaman bahwa anak mempunyai hak asasi dan juga
berdasarkan bukti-bukti medis dan psikologis tentang efek negatif akibat dari
hukuman fisik dan bukti ketidakefektifan hukuman fisik sebagai metode
pendisiplinan.

Hukuman fisik ini melanggar hak asasi anak dalam hal integritas fisik dan
kehormatannya sebagai manuasia seperti dicanangkan dalam Konvensi PBB tentang
hak-hak anak. Dengan demikian, semua negara diharapkan dapat memberikan
jaminan terlaksananya hak anak yaitu hidup bebas dari kekerasan termasuk hukuman
fisik dan psikhologis di sekolah maupun di rumah.

Definisi Hukuman Fisik


Hukuman fisik adalah hukuman yang melibatkan pemukulan dengan tangan atau
objek lain seperti tongkat, penggaris, ikat pinggang, cambuk, sepatu; menendang,
melempar, mencubit, menjambak, menyuruh siswa untuk berdiri pada posisi yang
tidak menyenangkan, atau menyuruh siswa untuk melakukan kegiatan fisik yang
berlebihan, menakuti siswa.

Selain itu hukuman fisik terdapat pula hukuman yang merendahkan seperti menghina
mengolok, berkata kasar, mengisolasi, dan membiarkan siswa. Penting untuk
diketahui bahwa tidak ada batasan yang jelas antara hukuman fisik dengan hukuman
yang merendahkan. Siswa sering mempersepsikan bahwa hukuman fisik juga
merendahkan mereka.

Page 6 of 11
Mengapa hukuman fisik itu dilarang?
Seperti telah diketahui bahwa manusia memiliki hak asasi. Berbagai standar perilaku
telah ditetapkan untuk menghormati hak asasi manusia ini. Pemukulan dan
penghinaan secara disengaja melanggar hak asasi manusia. Anak-anak juga manusia
mereka memiliki hak asasi yang sama seperti orang dewasa. Anak-anak adalah
manusia hanya mereka masih kecil dan lebih rentan daripada orang dewasa.

Menurut UNESCO hukuman phisik dalam bentuk apapun di sekolah ini dilarang.
Memukul anak ini melanggar hak dasar anak agar anak tersebut dihargai integritas
fisiknya dan kehormatannya, seperti dicanangkan dalam Deklarasi hak asasi manusia.

Penerapan hukuman fisik menyebabkan kesehatan mental terganggu, termasuk


diantaranya depresi, tidak bahagia, cemas, perasaan hampa dalam diri siswa.
Hukuman fisik juga

Selain bertentangan dengan hak asasi manusia, hukuman fisik dan hukuman
merendahkan juga kadang-kadang masih dilegalisasi dan masih diterima oleh
mayarakat tertentu. Status anak yang masih rendah di mata masyarakat dan siswa
tidak mempunyai kekuatan menyebabkan penerapan larangan hukuman fisik dan
hukuman yang merendahkan di sekolah belum sepenuhnya dapat direalisasikan.

Selain itu berdasarkan bukti-bukti medis dan psikologis, hukuman fisik dan hukuman
yang merendahkan menyebabkan anak beresiko mengalami fisik yang terganggu,
kesehatan mental yang terganggu, hubungan interpersonal yang tidak sehat,
internalisasi nilai-nilai moral yang lemah, prilaku anti sosial, kemampuan beradaptasi
yang terganggu.

Beberapa alasan mengapa guru sering menggunakan hukuman fisik dan hukuman
merendahkan
1. hukuman fisik merupakan bagian yang penting dalam perkembangan dan
pendidikan siswa. Siswa belajar dari dari pukulan itu untuk menghargai guru
atau orang tua, belajar untuk membedakan mana yang baik dan mana yang
salah, belajar mematuhi aturan dan belajar bekerja keras. Tanpa hukuman
fisik siswa tidak akan belajar disiplin atau akan menjadi manja.

Hasil riset menunjukkan bahwa hukuman fisik jarang memotivasi siswa untuk
berlaku berbeda karena hukuman fisik tidak memberikan pemahaman kepada
siswa bagaimana siswa harus berlaku. Faktanya guru seringkali harus
mengulangi memberi hukuman fisik untuk perilaku yang sama dan kepada
anak yang sama. Hal ini membuktikan bahwa hukuman fisik ini tidak efektif.
Hukuman fisik menimbulkan rasa takut pada anak tidak menimbulkan rasa
hormat dari anak kepada guru atau orang tua. Apakah benar bahwa kita ingin
mengajar siswa untuk menghormati orang yang menggunakan kekerasan
untuk menyelesaikan masalah?

2. Saya dipukuli ketika masih menjadi siswa oleh guru dan orang tua.
Sebaliknya saya tidak akan menjadi orang seperti sekarang kalau tidak karena
guru dan orang tua saya.

Guru /orang tua biasanya memukul siswa karena ketika mereka masih
menjadi siswa merekapun dipukul. Siswa belajar dan meniru dari guru dan
orang tua. Namun demikian kita akan sia-sia menyalahkan generasi terdahulu
karena mereka bertindak berdasarkan norma atau kebiasaan yang berlaku saat
itu. Akan tetapi sikap sosial ini berubah seiring waktu. Ada banyak orang
yang sukses yang tidak dipukul pada waktu menjadi siswa, akan tetapi lebih
banyak orang dewasa yang tidak dapat mengembangkan potensi hidupnya
karena dipukul sewaktu menjadi siswa.

3. Ada perbedaan antara pemukulan yang kejam dan hukuman fisik yang
dilakukan guru atau orang tua. Hukuman fisik ini tidak membahayakan,

Page 7 of 11
hanya menyebabkan sakit sedikit dan tidak bisa dikatakan kekerasan. Kenapa
harus dihilangkan?

Semua orang termasuk anak-anak mempunyai hak asasi untuk dihargai


kehormatan dan integritasnya. Dalam banyak kasus, hukuman fisik kecil
dapat menyebabkan luka yang tidak dikehendaki. Memukul siswa/anak tetap
berbahaya karena siswa adalah anak-anak dan mereka masih sangat rapuh.

Kerusakan gendang telinga, kerusakan otak, luka atau kematian karena jatuh
merupakan konsekuensi atau akibat dari atau bermula dari hukuman fisik
kecil. Berdasarkan hasil-hasil riset, akibat negatif dari hukuman fisik adalah
sebagai berikut.
a. Eskalasi: Hukuman bermula dari hukuman ringan, ketika siswa
beranjak lebih besar hukuman ringan tidak berhasil kemudian
meningkat, guru atau orangtua yang dituduh menganiaya siswa atau
putranya mengatakan bahwa penganiayaan bermula dari hukuman
fisik biasa.
b. Memotivasi kekerasan: setiap hukuman fisik memberi pesan bahwa
kekerasan merupakan jawaban terhadap konflik atau prilaku yang
tidak diinginkan. Agresi melahirkan agresi. Siswa yang mendapat
hukuman fisik akan menjadi agresif terhadap saudaranya, mengancam
atau menyakiti siswa lain dan berprilaku anti sosial ketika mereka
dewasa. Jadi menghilangkan hukuman fisik merupakan langkah yang
penting untuk mengurangi kekerasan di masyarakat.
c. Kerusakan psikis: hukuman fisik dapat membahayakan emosi anak.
Riset menunjukkan bahwa siswa akan mendapat pesan yang terbalik
antara kasih sayang dengan rasa sakit, marah dengan harus selalu
patuh.

Agar sekolah mengubah dari menekankan pamberian hukuman fisik dan


pengontrolan prilaku, maka sekarang terdapat advokasi untuk memfokuskan pada
pendidikan intelegensi emosi dan pendidikan karakter

Alternatif hukuman: Hukuman Positif/Non-Fisik


Siswa memang perlu belajar untuk disiplin terutama disiplin diri. Akan tetapi untuk
mengajarkan disiplin tersebut bukan dengan cara memberikan hukuman fisik dan
hukuman merendahkan karena hukuman ini terbukti tidak efektif untuk menegakkan
disiplin. Sebaiknya guru memberitahu dan menjelaskan kepada siswa kesalahan apa
yang telah mereka lakukan bukan dengan cara memberi hukuman fisik atau hukuman
merendahkan.

Guru-guru perlu diberi keterampilan untuk menggunakan metode pendisiplinan yang


tidak berupa hukuman fisik atau hukuman yang merendahkan anak. Berikut ini
adalah beberapa petunjuk dan hal-hal yang dapat dilakukan oleh Kepala sekolah/guru
dalam hal hukuman positif/non-fisik.
1. Beri penghargaan/pujian bila siswa patuh atau dapat melakukan sesuatu
dengan baik. Hal ini akan memotivasi siswa lain untuk mengikuti pprilaku
tersebut and memotivasi mereka untuk berdisiplin diri. Pujian ini tidak perlu
modal apapun, bahkan penghargaan tidak harus menghabiskan uang bayak.
Penghargaan ini dapat berupa pemberian kegiatan yang menyenangkan siswa.
2. Berilah model/contoh prilaku yang diinginkan. Bila kita tidak ingin siswa kita
berbicara bahasa yang tidak baik, maka kitapun tidak boleh berbicara yang
tidak baik.
3. Realistiklah terhadap harapan kita pada siswa-siswa menurut tingkatan
usianya.
4. Motivasilah siswa-siswa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, karena
mereka seringkali dapat menemukan kompromi yang dapat diterima kedua
belah pihak.

Page 8 of 11
5. Jangan gunakan ancaman atau berteriak kepada siswa. Lebih baik mereka
diberitahu kesalahannya dan alasannya daripada ditakuti-takuti atau
dilecehkan
6. Gunakanlah kata-kata yang baik untuk siswa-siswa anda. Bila anda
menggunakan kata yang melecehkan atau menghina ini akan menjadikan
siswa tersebut rendah diri.
7. Negosiasi dan berkompromilah, terutama bila anda harus menemukakan
pendapat anda. Kajilah apa yang akan anda katakan itu penting atau tidak?
Apakah hal yang akan anda katakan ini mempengaruhi keselamatan siswa?
Apakah ada yang terluka dengan apa yang akan saya katakan?
8. Gunakan metode bimbingan dan penyuluhan terutama dengan siswa kelas
tinggi. Bila diperlukan undanglah orangtua/keluarga yang dihormatinya.
Diskusikan dengan orangtua/keluarga prilaku negatif siswa dan prilaku yang
diharapkan dari siswa tersebut.
9. Siswa belajar dengan cara melakukan, dengan demikian berilah tugas yang
tidak mengandung kekerasan, tugas sebaiknya berhubungan dengan kesalahan
siswa. Misalnya siswa diminta membetulkan, membersihkan sesuatu yang
pecah, dengan demikian siswa tidak akan mengurangi perbuatannya.

4.4 Menghilangkan kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah di


sekolah

Definisi

Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah (bullying) adalah suatu situasi dimana
seorang siswa atau lebih secara terus menerus melakukan tindakan yang
menyebabkan siswa lain menderita. Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini
dapat berbentuk tiga hal yaitu:
1. secara fisik, memukul, menendang, mengambil milik orang lain
2. Secara verbal: mengolok-olok nama siswa lain, menghina, mengucapkan kata-
kata yang menyinggung.
3. secara tidak langsung: menyebarkan cerita bohong, mengucilkan, menjadikan
siswa tertentu sebagai target humor yang menyakitkan, mengirim pesan
pendek atau surat yang keji.
Mengolok-olok nama merupakan hal yang paling umum karena ciri-ciri fisik siswa,
suku, warna kulit, dan lain-lain.

Identifikasi Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah


Mengidentifikasi Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini tidaklah mudah, hal-
hal berikut harus dipahami untuk menentukan apakah suatu tindakan dikatakan
mengancam atau menyakiti siswa lain.
1. Bila siswa yang diancam atau disakiti tidak mempunyai posisi untuk
menghentikan proses menyakiti atau mengancam tersebut.
2. Kekerasan antar siswa ini tidak selalu terlihat jelas oleh guru atau siswa lain.
3. Efeknya yang menentukan bukan tindakannya.
4. Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini bukan tidak tunggal tetapi
dilakukan terus-menerus secara berkesinambungan.
5. Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah bertujuan untuk menyakiti atau
membuat kesal siswa lain.
4. Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah bertujuan tidak hanya menyakiti
secara fisik tetapi juga secara psikis dan sosial.

Agar kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini tidak terjadi maka perlu dibuat
aturan sekolah untuk melindungi siswa korban kekerasan. Tindakan pencegahan dan
strategi mengelola kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini juga perlu dibuat
untuk melindungi korban agar tindakan kekerasan tidak berlangsusng terus-menerus.

Sealin itu sekolah harus terbuka mengenai isu kekerasan terhadap siswa yang lebih
lemah ini. Semakin sekolah terbuka mengenai isu kekerasan ini, semakin siap

Page 9 of 11
sekolah tersebut menangani kekerasan dan semakin baik mengelolanya. Sekolah
harus mempunyai catatan yang akurat tentang kejadian kekerasan yang terjadi di
sekolah dan bagaimana cara menanganinya untuk keperluan monitoring dan untuk
melindungi sekolah dari tuntutan hukum.

Sekolah sebaiknya mempunyai strategi anti kekerasan terhadap siswa yang lebih
lemah yang dapat berbentuk 4 cara:
1. Pencegahan
Pencegahan preventif diintegrasikan dalam semua kurikulum mata pelajaran,
termasuk hubungan, tanggung jawab, dan akibat negatif dari kekerasan. Dengan
demikian mata pelajaran dapat menyangkut aspek keterampilan sosial dan emosional
yang sangat penting.

2 Dukungan antar teman


Memberikan dukungan yang aktif kepada teman sangatlah penting. Program
pertemanan ini dapat dipersiapkan oleh sekolah secara formal ataupun informal agar
siswa-siswa dapat saling mendukung secara akatif.

2. Prosedur yang jelas


Prosedur untuk menyampaikan keluhan tindakan kekerasan antar teman harus
tersedia, misalnya kepada unit bimbingan dan konseling, atau konseling antar teman.
Demikian pula prosedur untuk mnecatat dan memonitor kekerasan harus jelas.

5. Promosi
Promosi tentang anti kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah dan strateginya
diberikan kepada seluruh warga sekolah: siswa, orang tua, komite sekolah,
masyarakat. Bentuknya dapat berupa leaflet, poster, laporan berkala dan bentuk
penerbitan lain yang berisi kebijakan anti kekerasan sekolah yang sangat membantu
menyampaikan informasi ini.

Page 10 of 11
REFERENSI:

school safety: children.state.mn.us/mde/groups/safehealthy/documents/report/008931.pdf

checklist safe, secure, and orderly school:


www.ocdsb.ca/General_Info/Safe_and_caring/downloads/School%20Climate%20Checklist.
pdf -
smhp.psych.ucla.eduqfbehaviorprob_qtbehavior_problems_what's_a_school_to_do.pdf

Page 11 of 11

Anda mungkin juga menyukai