Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air, bumi yang ada di alam

semesta. Siklus hidrologi meliputi kejadian-kejadian air yang menguap ke atas,

kemudian menjadi hujan masuk ke dalam tanah atau mengalir ke permukaan

tanah. Karena perkembangannya begitu cepat, hidrologi menjadi dasar dari

pengelolaan sumber daya air yang merupakan pengembangan dan penggunaan

sumber air secara terencana. Banyak proyek di dunia ( Rekayasa air, irigasi,

pengendalian banjir, drainase, tenaga air, dll ) dilakukan terlebih dahulu

mengadakan survey kondisi-kondisi yang cukup. Survey-survey tersebut meliputi

prosedur-prosedur pengumpulan data di lapangan, sampai pemprosesan data

dan karena itu menghasilkan data sesuai dengan tujuan yang telah

dilaksanakan.

Siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah. Kondisi tanah

sebagian dimanfaatkan tanaman untuk membentuk bahan organic dalam proses

fotosintesis melalui proses transpirasi. Air yang masuk ke dalam tanah dapat

bertahan atau bergerak ke atas melalui pipa kapiler kemudian menguap dari

permukaan tanah dan dapat bergerak ke atas sebagai air perkolasi yang tidak

dimanfaatkan oleh tanaman.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilaksanakan praktikum ini karena

pengetahuan mengenai siklus hidrologi membantu kita memahami jumlah air

yang dapat tersedia bagi tanaman selama beberapa waktu dalam setahun dan

pengaruh air pada tanah dan tanaman.


1. 2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui tingkat laju evaporasi,

transpirasi, evapotranspirasi dan kadar air pada tanah Alfisol dengan

menggunakan tanaman jagung dan sawi.

Kegunaan dilaksanakannya percobaan ini adalah agar dapat memahami

dan mengerti perbedaan antara evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi serta

kadar air pada tanaman jagung dan sawi serta dapat menjadi bahan informasi.
B A B II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Hidrologi

Hidrologi mempelajari siklus air di alam raya. Siklus air atau siklus hidrologi

meliputi kejadian-kejadian air menguap ke udara. Kemudian mengembun dan

menjadi hujan atau salju, masuk ke dalam tanah atau mengalir di atas

permukaan tanah, lalu berkumpul di danau atau laut, menguap lagi dan

seterusnya ( Pairunan A. K, 1985 ).

Pergerakan air di bumi yang merupakan suatu system yang tertutup, yang

berarti pergerakan air pada system tersebut selalu tetap berada pada sistemnya.

Energi panas matahari dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya

proses evaporasi pada permukaan vegetasi dan tanah, di laut dan badan-badan

air lainnya. Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan terbawa oleh angina

melintasi daratan yang bergunung maupun pada daerah datar dan apabila

keadaan atmosfer memungkinkan sebagian dari uap air tersebut akan

terkondensasi dan turun sebagai air hujan ( Soewarno, 1991 ).

2. 2 Evaporasi

Evaporasi aadalah penguapan air dari permukaan tanah, air dan bentuk

permukaan bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Dua unsur utama untuk

berlangsungnya evaporasi adalah energi ( radiasi ) matahari dan ketersediaan

air. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi tersebut yaitu panas,

suhu, udara, kapasitas kadar air dalam udara, udara di atas permukaan bidang

penguapan, dan sifat alamiah bidang penguapan ( Asdak, 1995 ).


Proses evaporasi dapat berlangsung pada permukaan tajuk vegetasi basah

dan permukaan vegetasi tajuk kering, tetapi apabila berlangsung pada

permukaan tajuk basah terutama vegetasi hutan maka proses akan lebih cepat

dibandingkan yang terjadi pada vegetasi kering. Besarnya proses evaporasi

pada tajuk vegetasi baasah kemungkinan tidak dikendalikan oleh faktor

keseimbangan radiasi matahari melainkan lebih ditentukan sebagai penampung

energi adveksi yang berasal dari atmosfer ( Rutter, 1971 ).

2. 3 Transpirasi

Transpirasi adalah penguapan air dari daun dan cabang tanaman melalui

pori-pori daun oleh proses fisiologi. Daun dan cabang umumnya dibalut lapisan

mati yang disebut kulit air ( cuticle ) yang kedap uap air. Sel-sel hidup daun dan

cabang terletak di bawah permukaan tanaman, di belakang pori-pori daun atau

cabang. Besar kecilnya laju transpirasi secara tidak langsung ditentukan oleh

radiasi matahari melalui membuka dan menutupnya pori-pori tersebut ( Asdak,

1991 ).

Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang tumbuh pada

sebidang tanah akan menyerap sejumlah air yang terdapat dalam tanah melalui

system perakarannya, yang kemudian melalui proses transpirasi akan

melepaskan air ke udara ( atmosfer ) dalam bentuk uap air. Persinggungan

antara permukaan tanah yang terbuka dengan atmosfer yang tidak jenuh uap air

akan memungkinkan berlangsungnya penguapan air di tempat itu ( permukaan

tanah tersebut ). Proses penguapan air ini dikendalikan oleh keadaan atmosfer

dan sifat tanah yang erat kaitannya dengan ketersediaan air dalam
tanah(Kartasapoetra, 1991 ).

2. 4 Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer

dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya pengaruh factor-

faktor iklim dan fisiologis vegetasi. Sesuai dengan namanya, evapotranspirasi

juga merupakan gabungan antara proses-proses evaporasi, intersepsi dan

transpirasi ( Asdak, 1995 ).

Penguapan yang terjadi dipermukaan sangat tergantung dari ketersediaan

kelembaban di lapisan bawahnya. Oleh sebab itu, dalam beberapa model di cari

ketergantungan antara laju penguapan ( evapotranspirasi ) dan kelembaban

tanah di lapisan bawahnya. Evapotranspirasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu

evapotranspirasi potensial ( PET ) dan evatranspirasi actual ( AET ).

Evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh factor-faktor meteorology dan

evapotranspirasi aktual lebih dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur

tanah ( Hakim, 1986 ).

2. 5 Kadar Air

Kadar air dapat dinyatakan sebagai perbandingan berat air tanah terhadap

berat tanah basah, perbandingan berat air tanah terhadap berat tanah kering dan

perbandingan volume air tanah terhadap volume tanah. Di mana berat tanah

kering dapat diartikan sebagai tanah yang telah dipanaskan dalam oven pada

suhu 105 o C tekanan atmosfer sampai mencapai berat tetap. Tanah yang

kandungan litany tinggi sekali pada keadaan tersebut masih mengandung air

( Sarief, 1985 ).
Air juga berpengaruh penting pada sifat fisik tanah. Kandungan air dalam

tanah sangat berpengaruh pada konsistensi tanah, dan kesesuaian tanah untuk

diolah. Begitu pula variasi kandungan air mempengaruhi daya dukung tanah.

Kandungan air dalam tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering

dipakai istilah-istilah nisbi, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah

kisaran yang tidak pasti tentang kandungan air dank arena itu dapat ditafsirkan

bermacam-macam. Begitu pula halnya dengan istilah jenuh dan tidak jenuh.

Jenuh menunjukkan pori-pori yang penuh berisi air, dan tidak jenuh menunjukkan

setiap kandungan air kurang dari jenuh ( Pairunan,

1985 ).

III. BAHAN DAN METODE

3. 1 Tempat dan Waktu

Praktikum Kadar Air dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian dan

Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar, pada bulan Maret hingga April

2006 pukul 16.00 WITA sampai selesai.

3. 2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tanah Alfisol lapisan I, air,

benih jagung dan sawi, label, talang dan kantong plastik.


Alat-alat yang digunakan adalah label, talang, kantong plastik, cangkul,

sekop, pot, ember, gelas ukur, meteran atau mistar, alat laboratorium, timbangan,

dan alat tulis menulis.

3. 3 Prosedur Kerja

1. Menyiapkan satu buah ember (mengukur beratnya) untuk pengukuran

evaporasi pada permukaan air bebas (diameter permukaannya harus

sama dengan diameter permukaan pot).

2. Menyiapkan 3 buah pot yang dilubangi bagian bawahnya untuk

pengukuran evaporasi pada permukaan tanah dan evapotranspirasi, dan

menimbang berat masing-masing pot.

3. Mengambil sampel tanah lapisan atas (horison A) dari lokasi yang dipilh,

kemudian mengayak dengan ayakan 2 mm.

4. Memasukkan sample tanah sebanyak 5 kg untuk setiap pot.

5. Menjenuhkan masing-masing pot (1,2,dan 3) dan mengamati sampai air

tidak menetes dari lubang di bagian bawah pot. Mengambil sampel

sekitar 20 gram dan ukur kadar air kapasitas lapangnya.

6. Menanami pot 2 dan 3 dengan tanaman semusim yang berbeda

7. Melakukan penyiraman setiap hari dengan volume air sesuai kapasitas

sample tanah memegang air (dihitung dari kadar air kapasitas lapang)

8. Melakukan pengamatan setelah tanaman berumur 2, 3, dan 4 minggu

9. Setelah tanaman berumur 2 minggu melakukan penyiraman dengan

volume air kapasitas lapang, menimbang berapa beratnya, setelah 24 jam


menimbang kembali berapa berat dari pot tersebut. Selisih beratnya

adalah kehilangan air karena evaporasi dan evapotranspirasi. Selisih

kehilangan air padaa pot 1 dan pot 2 atau 3 adalah besarnya transpirasi

10. Pada saat yang bersamaan mengisi ember dengan air yang digunakan

menyiram sebanyak 5 liter dan melakukan pengamatan sampai dengan

point 9. selisih berat adalah kehilangan air karena evaporasi pada

permukaan air bebas

11. Melakukan point 9 dan 10 pada umur tanaman 3 dan 4.

Anda mungkin juga menyukai