Disampaikan Oleh:
Kebijakan publik yang unggul atau baik harus dibuat oleh kombinasi
para ahli, antara lain:
1. Ahli kebijakan publik; 2. Ahli yang secara teknis menguasai bidang kebijakan, misalnya kebijakan perminyakan harus melibatkan ahli perminyakan; 3. Ahli hukum; 4. Ahli bahasa. Kondisi saat ini, sebagian besar kebijakan publik di Indonesia yang melibatkan ahli kebijakan hanyalah yang berkenan dengan birokrasi dan administrasi publik. Kenyataan Kebijakan cukup dibuat/dikerjakan oleh ahli teknis dan ahli hukum. Ada 2(dua) hal yang membuat ahli kebijakan tidak dilibatkan: Pertama karena masih sedikitnya ilmuwan ilmu sosial Indonesia yang menekuni ilmu kebijakan; Kedua pemerintah, media massa, hingga masyarakat umum menganngap kompetensi ahli kebijakan sama dengan ahli hukum, Ketiga terdapat anggapan bahwa produk kebijakan adalah produk hokum semata sehingga tidak memerlukan keterlibatan ahli kebijakan. Oleh karena itu, produk Kebijakan yang baik memerlukan ahli kebijakan, biasa disebut: Analis Kebijakan, merekalah yang melakukan analisis kebijakan sebelum kebijakan dibuat dan diterbitkan. Pertanyaannya adalah: Apakah analisis kebijakan itu?, Mengapa harus ada analisis kebijakan?, Apa bedanya dengan Riset Kebijakan?, Apa bedanya dengan Implementasi Kebijakan? dan Apa bedanya dengan Evaluasi Kebijakan?
melakukan: synthesizing information including research result to produce a format for policy (the laying out of alternative choice) and determining future needs for policy-relevant information;
2. Sementara
Evaluasi
Kebijakan
adalah
penilaian
atas
hasil
atau
kemanfaatan suatu kebijakan; 3. Dengan demikian Analisis Kebijakan mempunyai ruang yang lebih luas dibanding Evaluasi Kebijakan, karena dapat dilakukan pra dan pascapembuatan atau penetapan kebijakan.
2.
1.
Dalam dimensi keilmuan, analisis kebijakan adalah suatu pemahaman mendalam akan suatu kebijakan yang akan atau sudah dalam bagian atau isinya dibuat.
Analisis Kebijakan yang dilakukan, adalah untuk meneliti suatu kebijakan yang sudah dibuat dan dilaksanakan tersebut. Makna tersebut tidak semata-mata makna yang tertulis pada kebijakan, namun juga yang muncul dari sejahmana pemahaman publik atas kebijakan tersebut serta bagaimana diimplementasikan oleh birokrasi/aparatur. 2. Dalam dimensi praktik, kebijakan dibuat sebagai sebuah awal pembuatan kebijakan.Analisis kebijakan dilakuakan oleh para analisis kebijakan profesional yang bekerja atau direkrut pada suatu lembaga negara atau pemerintahan , baik dalam posisi sebagai pegawai negeri mupun konsultan lembaga tersebut. hingga kedalam detail bagian-bagiannya, memahami hubungan antar bagian dan menemukan makna kebijakan dari analisis
3.
4.
Kompetensi dan keterampilan analis kebijakan yang harus dimiliki adalah (Patton & Savicky, 1993) :
1. Mampu mengambil fokus dengan cepat dan tepat; 2. Mampu melakukan analisis multi-disiplin, Jika tidak, mampu mengakses sumber pengetahuan di luar disiplin yang dikuasai; 3. Mampu menganalisa tindakan kebijakan yang akan diambil; 4. Mampu menggunakan metode sederhana (tidak texbook), menggunakan logikauntuk mendesain metode yang akan digunakan; 5. Mampu mengatasi ketidakpastian; 6. Mampu mengemukakan dengan angka (tidak hanya asumsi-asumsi kualitatif); 7. Mampu membuat rumusan analisis yang sederhana dan jelas; 8. Mampu mengecek fakta-fakta yang diperlukan; 9. Mampu memposisikan diri (empati) terhadap posisi orang lain. Sebagai pengambil kebijakan dan publik yang menjadi konstituennya.; 10. Mampu menahan diri hanya untuk memberikan analisis kebijakan, bukan keputusan.; 11. Mampu mengatakan Ya atau Tidak atas sustu usulan, sekaligus solusi, definisi dan analisi dari usulan tersebut; 12. Mampu menyadari bahwa tidak ada kebijakan yang mutlak benar, sama sekali rasional dan sama sekali lengkap atau komplet; 13. Mampu memahami bahwa ada batas-batas intervensi kebijakan publik; 14. Mempunyai etika profesi dan integritas yang tinggi. tepat,
Analisis kebijakan merupakan kegiatan pokok dalam perumusan kebijakan, karena memberikan pijakan awal mengapa sebuah kebijakan harus dibuat. Dunn (1999), mendefinisikan analisis kebijakan sebagai disiplin ilmu sosial terapan yang menerapkan berbagai metode penyelidikan, dan mengkomunasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan. Quade (1985), analisis kebijakan adalah sebuah bentuk kajian terapan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam atas isu-isu sosial untuk dapat dikedepankan menjadi sebuah solusi yang baik. Dunn (1999), Analisis kebijakan adalah proses intelektual yang mengawali
perumusan kebijakan yang biasanya bersifat politis. Pada tahapan implementasi kebijakan dan lingkungan biasanya dilakukan evaluasi kebijakan. Meskipun analisis kebijakan lebih fokus pada perumusan, pada prinsipnya setiap anlisis kebijakan pasti mencakup evaluasi kebijakan karena analisis kebijakan menjangkau proses pembuatan kebijakan sejak awal, yaitu: menemukan isu kebijakan, menganalisis faktor pendukung kebijakan, implementasi kebijakan, peluang evaluasi kebijakan, dan kondisi lingkungan kebijakan. Patton dan Sawicky, analisis kebijakan dibagi menjadi 2 (dua): a. Analisis deskriptif, yang hanya memberikan gambaran; b. Analisis preskriptif, yang menekankan rekomendasi-rekomendasi. Analisis kebijakan yang baik adalah yang bersifat preskriptif karena perannya untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang patut diambil oleh Eksekutif. Akhirnya, Analis Kebijakan Publik setidaknya harus mempunyai pemahaman pokok, paling tidak berkenan dengan dua isu paling pokok, yaitu: a. Apakah kebijakan publik yang dirumuskan melalui proses yang rasional;
b.