Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KEBIJAKAN

Disampaikan Oleh:

Herry Yana Sutisna

Bandung, 1 April 2013

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK


Kebijakan Publik (publik policy) yang tidak unggul akan melahirkan kebijakan di dalam organisasi bisnis yang tidak unggul, kebijakan di organisasi politik yang tidak unggul, pada akhirnya akan membangun ketidakunggulan (tidak mempunyai daya saing) suatu masyarakat atau negara. 1.

Kebijakan Publik yang Unggul :


Apakah ciri-ciri kebijakan publik yang tidak unggul ?, Pertama berbenturan atau tumpang tindih dengan kebijakan publik lainnya yang setara: Undang-undang, Peraturan Daerah yang satu berbenturan dengan UU, Perda yang lainnya; Kedua ada pertentangan antar pasal; Ketiga muatan atau isinya memang tidak unggul atau tidak baik. Ke-3 hal tersebut bisa terjadi karena: 1. Dibuat hanya oleh para ahli di bidang atau sektor tersebut, misalnya kebijakan BUMN hanya melibatkan ahli ekonomi; 2. Dibuat hanya oleh ahli hukum; 3. Merupakan kompromi antar aktor-aktor dalam Negara, misalnya antara Pemerintah dan DPR. 4. Merupakan keputusan tunggal dari pimpinan pemerintah; 5. Kombinasi dari ke-5 faktor tersebut.

Kebijakan publik yang unggul atau baik harus dibuat oleh kombinasi
para ahli, antara lain:

1. Ahli kebijakan publik; 2. Ahli yang secara teknis menguasai bidang kebijakan, misalnya kebijakan perminyakan harus melibatkan ahli perminyakan; 3. Ahli hukum; 4. Ahli bahasa. Kondisi saat ini, sebagian besar kebijakan publik di Indonesia yang melibatkan ahli kebijakan hanyalah yang berkenan dengan birokrasi dan administrasi publik. Kenyataan Kebijakan cukup dibuat/dikerjakan oleh ahli teknis dan ahli hukum. Ada 2(dua) hal yang membuat ahli kebijakan tidak dilibatkan: Pertama karena masih sedikitnya ilmuwan ilmu sosial Indonesia yang menekuni ilmu kebijakan; Kedua pemerintah, media massa, hingga masyarakat umum menganngap kompetensi ahli kebijakan sama dengan ahli hukum, Ketiga terdapat anggapan bahwa produk kebijakan adalah produk hokum semata sehingga tidak memerlukan keterlibatan ahli kebijakan. Oleh karena itu, produk Kebijakan yang baik memerlukan ahli kebijakan, biasa disebut: Analis Kebijakan, merekalah yang melakukan analisis kebijakan sebelum kebijakan dibuat dan diterbitkan. Pertanyaannya adalah: Apakah analisis kebijakan itu?, Mengapa harus ada analisis kebijakan?, Apa bedanya dengan Riset Kebijakan?, Apa bedanya dengan Implementasi Kebijakan? dan Apa bedanya dengan Evaluasi Kebijakan?

Analisis Kebijakan, adalah pemahaman mendalam akan suatu kebijakan


atau pengkajian untuk merumuskan suatu kebijakan. 1. Walter Wiiliam (1971), mendefinisikan analisis kebijakan bertugas

melakukan: synthesizing information including research result to produce a format for policy (the laying out of alternative choice) and determining future needs for policy-relevant information;

2. Sementara

Evaluasi

Kebijakan

adalah

penilaian

atas

hasil

atau

kemanfaatan suatu kebijakan; 3. Dengan demikian Analisis Kebijakan mempunyai ruang yang lebih luas dibanding Evaluasi Kebijakan, karena dapat dilakukan pra dan pascapembuatan atau penetapan kebijakan.

2.

Dimensi Analisis Kebijakan


Analisis Kebijakan mempunyai 2 (dua) dimensi: 1. Dimensi keilmuan atau sains; 2. Dimensi Praktik.

1.

Dalam dimensi keilmuan, analisis kebijakan adalah suatu pemahaman mendalam akan suatu kebijakan yang akan atau sudah dalam bagian atau isinya dibuat.

Analisis Kebijakan yang dilakukan, adalah untuk meneliti suatu kebijakan yang sudah dibuat dan dilaksanakan tersebut. Makna tersebut tidak semata-mata makna yang tertulis pada kebijakan, namun juga yang muncul dari sejahmana pemahaman publik atas kebijakan tersebut serta bagaimana diimplementasikan oleh birokrasi/aparatur. 2. Dalam dimensi praktik, kebijakan dibuat sebagai sebuah awal pembuatan kebijakan.Analisis kebijakan dilakuakan oleh para analisis kebijakan profesional yang bekerja atau direkrut pada suatu lembaga negara atau pemerintahan , baik dalam posisi sebagai pegawai negeri mupun konsultan lembaga tersebut. hingga kedalam detail bagian-bagiannya, memahami hubungan antar bagian dan menemukan makna kebijakan dari analisis

3.

Kenapa perlu melakukan Analisis


E.S Quade (1982) mengemukakan asal muasal perlu melakukan analisis kebijakan disebabkan oleh banyaknya kebijakan yang tidak memuaskan. Begitu banyak kebijakan yang tidak memecahkan masalah kebijakan , malah menciptakan masalah baru. Contoh: 1. Kebijakan pemerintah di tahun 1999 yang mengijinkan jajak pendapat di Timor Timur menghasilkan disintegrasi kawasan tersebut dan menciptakan konflik yang berkepanjangan antar sesama penduduk pada saat itu; 2. Kebijakan Pemerintah menaikkan tarif listerik, telepon dan BBM membawa protes tak kunjung henti dari masyarakat di seluruh negeri. Sehingga Analisis Kebijakan diperlukan karena sebagian besar kebijakan yang dibuat hanyalah oleh administratur publik dan tidak memuaskan. Oleh karena itu, analisis kebijakan sangatlah diperlukan . Sebagaimana dikemukakan Carl W Patton, analisis kebijakan adalah suatu tindakan yang diperlukan untuk membuat sebuah kebijakan, baik kebijakan yang baru sama sekali, atau kebijakan yang baru sebagai kosekuensi dari kebijakan yang ada. Di Indonesia saat ini, masih terjadi analis kebijakan dianggap kurang penting, bahkan mereka diidentikan dengan pakar, sehingga mulai dari Presiden sampai dengan Menteri dalam menyusun suatu kebijakan yang diambil sebagai analis kebijakan adalah profesor dari perguruan tinggi yang tidak semuanya menguasai analisis kebijakan melainakan hanya menguasai riset kebijakan. Sebab dalam melakukan riset kebijakan menuntut waktu yang lama dan kondisi yang nyaman atau normal. Oleh karena itu, tanpa disadari kenapa sebagian besar kebijakan publik di Indonesia dibuat sangat lama, dan ketika dibuat / serta ditetapkan sudah tidak relevan lagi, karena tantangannya sudah berbeda, yang menjadikan kebijakan tersebut menjadi tidak unggul.

4.

Kompetensi dan keterampilan analis kebijakan yang harus dimiliki adalah (Patton & Savicky, 1993) :
1. Mampu mengambil fokus dengan cepat dan tepat; 2. Mampu melakukan analisis multi-disiplin, Jika tidak, mampu mengakses sumber pengetahuan di luar disiplin yang dikuasai; 3. Mampu menganalisa tindakan kebijakan yang akan diambil; 4. Mampu menggunakan metode sederhana (tidak texbook), menggunakan logikauntuk mendesain metode yang akan digunakan; 5. Mampu mengatasi ketidakpastian; 6. Mampu mengemukakan dengan angka (tidak hanya asumsi-asumsi kualitatif); 7. Mampu membuat rumusan analisis yang sederhana dan jelas; 8. Mampu mengecek fakta-fakta yang diperlukan; 9. Mampu memposisikan diri (empati) terhadap posisi orang lain. Sebagai pengambil kebijakan dan publik yang menjadi konstituennya.; 10. Mampu menahan diri hanya untuk memberikan analisis kebijakan, bukan keputusan.; 11. Mampu mengatakan Ya atau Tidak atas sustu usulan, sekaligus solusi, definisi dan analisi dari usulan tersebut; 12. Mampu menyadari bahwa tidak ada kebijakan yang mutlak benar, sama sekali rasional dan sama sekali lengkap atau komplet; 13. Mampu memahami bahwa ada batas-batas intervensi kebijakan publik; 14. Mempunyai etika profesi dan integritas yang tinggi. tepat,

Analisis kebijakan merupakan kegiatan pokok dalam perumusan kebijakan, karena memberikan pijakan awal mengapa sebuah kebijakan harus dibuat. Dunn (1999), mendefinisikan analisis kebijakan sebagai disiplin ilmu sosial terapan yang menerapkan berbagai metode penyelidikan, dan mengkomunasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan. Quade (1985), analisis kebijakan adalah sebuah bentuk kajian terapan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam atas isu-isu sosial untuk dapat dikedepankan menjadi sebuah solusi yang baik. Dunn (1999), Analisis kebijakan adalah proses intelektual yang mengawali

perumusan kebijakan yang biasanya bersifat politis. Pada tahapan implementasi kebijakan dan lingkungan biasanya dilakukan evaluasi kebijakan. Meskipun analisis kebijakan lebih fokus pada perumusan, pada prinsipnya setiap anlisis kebijakan pasti mencakup evaluasi kebijakan karena analisis kebijakan menjangkau proses pembuatan kebijakan sejak awal, yaitu: menemukan isu kebijakan, menganalisis faktor pendukung kebijakan, implementasi kebijakan, peluang evaluasi kebijakan, dan kondisi lingkungan kebijakan. Patton dan Sawicky, analisis kebijakan dibagi menjadi 2 (dua): a. Analisis deskriptif, yang hanya memberikan gambaran; b. Analisis preskriptif, yang menekankan rekomendasi-rekomendasi. Analisis kebijakan yang baik adalah yang bersifat preskriptif karena perannya untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang patut diambil oleh Eksekutif. Akhirnya, Analis Kebijakan Publik setidaknya harus mempunyai pemahaman pokok, paling tidak berkenan dengan dua isu paling pokok, yaitu: a. Apakah kebijakan publik yang dirumuskan melalui proses yang rasional;

b.

Apakah kebijakan publik mengakomodasikan tuntutan demokrasi dalam kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai