Anda di halaman 1dari 43

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa belajar akan lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita. Pendekatan kontektual ( Contextual Teaching Learning ) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagai mana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan

berupaya menggapainya. Dalam upaya itu memerlukan guru pengarah dan pembimbing. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas ( siswa ). Kontektual hanya sebuah strategi pembelajaran, yang bertujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Berdasar hal-hal tersebut di atas diharapkan dengan adanya penggunaan pendekatan CTL dapat meningkatkan motivasi siswa pada pembelajaran. Maka dari itu peneliti mengadakan sebuah penelitian dengan judul PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DENGAN TEKNIK INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS 2-7 SMU NEGERI 1 BATU.

B. Rumusan Masalah Guna mempermudah dalam memahami penggunaan pendekatn Contextual Teaching Learning maka penelitian dipusatkan pada pertanyaan sebagai berikut: Apakah penggunaan pendekatan CTL dengan teknik Inquiry pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas 2-7 SMU Negeri 1 Batu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan CTL dengan teknik Inquiry pada pembelajaran PAI di kelas 2-7 SMU Negeri 1 Batu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh praktisi pendidikan, khususnya bagi: 1. Lembaga SMU Negeri 1 Batu sebagai bahan evaluasi dan dapat dijadikan pedoman dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya di SMU Negeri 1 Batu. 2. Guru, sebagai bahan acuan dalam penggunaan metode belajar siswa. 3. Peneliti, sebagai penambah hazanah keilmuan khususnya menambah pengalaman mengajar siswa dengan pendekatan konstektual. 4. Peneliti lanjutan, sebagai bahan acuan dan tolak ukur jika akan diadakan penelitian acuan. 5. Siswa. Diharapkan dengan penelitian ini siswa lebih mudah memahami, menghayati dan mengamalkan pelajaran PAI.

E. Sistematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Pada bab ini akan di bahas tentang latarbelakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasa.. Bab II : Pada bab ini akan dibahas tentang kajian teori dari penelitian. Bab III : Bab ini terdiri dari setting penelitian, tahapan-tahapan penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data. Bab IV : Pada bab ini akan dipaparkan paparan dan hasil penelitian dari siklus yang telah dilaksanakan. Bab V : Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Contextual Teaching Learning 1. Pengertian Contextual Teaching Learning (CTL) Contoxtual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.1 Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning komunity), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement).

2. Landasan Filosofi Landasan filosofi CTL adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
1

Depdiknas, Pendekatan Kontekstual. 2002. hal 1.

mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan . Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad 20-an yang menekankan pada pengembangan siswa.2 Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontektual. a) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning) b) Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian

memperhatikan detailnya. c) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan d) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge) e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut

Ibid. hal 26.

3. Inquiry ( menemukan ) Inquiry adalah merupakan suatu teknik yang digunakan guru untuk dapat merangsang siswa untuk lebih aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari.3 Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.4 Siklus Inqiry antara lain : a) Observasi b) Bertanya c) Mengajukan dugaan d) Pengumpulan data e) Penyimpulan Langkah-langkah kegiatan menemukan (Inquiry), yaitu: a) Merumuskan masalah. Contoh : bagaimanakah silsilah raja-raja bani Abbasiah b) Mengamati atau melakukan observasi Contoh : membaca buku atau sumber lain untuk mendapat informasi pendukung

3 4

Roestiyah N.K. Strategi belajar mengajar. Bima Aksara. Jakarta. 1989. hal 76. Ibid. hal 12.

c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan., table, dan lainnya. Contoh : siswa membuat bagan silsilah raja-raja bani Abbasiah. d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman sekelas, guru atau audien yang lain. Contoh : karya siswa didiskusikan bersama-sama

4. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional No 1 2 3 PENDEKATAN CTL PENDEKATAN TRADISIONAL Siswa secara aktif terlibat dalam Siswa adalah penerima informasi proses pembelajaran secara pasif Siswa belajar dari teman melalui kerja Siswa belajar secara individual kelompok, diskusi, saling mengoreksi. Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran kehidupan 4 5 6 7 nyata dan atau atas yang teoritis dasar Perilaku dibangun atas dasar atas sangat abstrak dan

disimulasikan Perilaku dibangun kesadaran diri Keterampilan

dikembangkan

kebiasaan atas Keterampilan

dikembangkan

dasar pemahaman dasar latihan Hadiah untuk perilaku baik adalah Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri pujian (angka) rapor Seseorang tidak melakukan yang jelek Seseorang tidak melakukan yang karena dia sadar hal itu keliru dan jelek karena dia takut hukuman merugikan

Bahasa diajarkan dengan pendekatan Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak struktural: rumus diterangkan sampai

menggunakan bahasa dalam konteks paham kemudian dilatihkan 9 nyata Pemahaman siswa dikembangkan atas Pemahaman ada di luar siswa, yang dasar yang sudah ada dalam diri siswa 10 Siswa berfikir menggunakan kritis, harus diterangkan, diterima, dan

dihafal kemampuan Siswa secara pasif menerima rumusan dalam atau pemahaman (membaca,

terlibat terjadinnya

mengupayakan pembelajaran

proses mendengarkan, mencatat, menghafal) ikut tanpa memberikan kontribusi ide

yang

efektif,

bertanggung jawab atas terjadinya dalam proses pembelajaran proses pembelajaran yang efektif dan membawa pemahaman masing-masing 11 dalam proses pembelajaran Pengetahuan yang dimiliki manusia Pengetahuan dikembangkan sendiri. oleh manusia adalah penangkapan

itu terhadap serangkaian fakta, konsep, atau atau hukum yang berada di luar diri

Manusia

diciptakan

membangun pengetahuan dengan cara manusia memberi 12 arti dan memahami itu Bersifat absolut dan bersifat final

pengalamannya Karena ilmu

pengetahuan

dikembangkan oleh manusia sendiri,

sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu 13 selalu berkembang. Siswa diminta bertanggung jawab Guru adalah penentu jalannya proses memonitor 14 15 dan mengembangkan pembelajaran

pembelajaran mereka masing-masing Penghargaan terhadap pengalaman Pembelajaran tidak memperhatikan siswa sangat diutamakan pengalaman siswa Hasil belajar diukur dengan berbagai Hasil belajar hanya diukur dengan cara : proses, bekerja, hasil karya, hasil tes

16 17 18 19 20

penampilan, rekaman, tes, dll. Pembelajaran terjadi di berbagai Pembelajaran hanya terjadi dalam tempat, konteks dan setting Penyesalan adalah hukuman perilaku jelek Perilaku baik berdasar kelas dari Sanksi adalah hukuman dari perilaku baik berdasar motivasi

jelek motivasi Perilaku

intrinsic ekstrinsik Berbasis pada siswa Berbasis pada guru Seseorang berperilaku baik karena ia Seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenagkan

bermanfaat

B. Motivasi 1. Pengertian Motivasi

10

Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif pada saatsaat tertentu terutama apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Surjono Trimo memberikan pengertian motivasi adalah merupakan sesuatu kekuatan penggerak dalam perilaku individu baik yang akan menentukan arah maupun daya tahan (peristence) tiap perilaku manusia yang di dalamnya terkandung pula unsur-unsur emosional insan yang bersangkutan.5 Menurut Suryadi Suryabrata motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.6 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa motivasi secara etimologi adalah dorongan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan. Sedang secara terminologi, Menurut Frederik J. MC. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan7 Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa motivasi dapat dipandang sebagai fungsi, proses dan tujuan. Motivasi dipandang sebagai tujuan berarti motivasi berfungsi sebagai daya penggerak dari dalam individu untuk
5

Tabrani Rusyan dkk. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajer.Rosda Karya.Bandung1989 Hal 98. 6 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Rajawali 1984. Hal.70 7 Tabrani Rusyan dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Rosda Karya. Bandung.1989. hal 100.

11

melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi sebagai proses, berarti motivasi dapat dirangsang oleh faktor luar untuk menimbulkan motivasi dalam diri seseorang. Maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang melalui proses rangsangan belajar sehingga mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi dipandang sebagai tujuan berarti motivasi merupakan sasaran stimulus yang akan dicapai. Jika seseorang mempunyai keinginan untuk belajar sesuatu hal, maka dia akan termotivasi untuk mencapainya.

2. Macam-macam motivasi Para ahli psikologi berusaha menggolongkan motivasi yang ada dalam diri manusia atau suatu organisme kedalam beberapa golongan : a) Wuryani Djiwandono membagi motivasi menjadi dua bagian yaitu: Motivasi Intrinsik dan motivasi Ekstrinsik8 b) Oemar Malik mengemukakan bahwa motivasi intrinsik adalah motif-motif yang yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri seseorang sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi atau tenaga pendingin yang berasal dari luar diri siswa.9 Berdasarkan definisi diatas, dapat diketahui bahwa motivasi ekstrinsik pada hakekatnya adalah dorongan yang berasal dari luar diri seseorang. Motivasi ekstrinsik

8 9

Sri esti wuryani djiwandono. Psikologi Pendidikan. Grasindo.Jakarta.2002. hal 356. Oemar Malik. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.2001. hal 162.

12

yang positif seperti ganjaran, pujian, hadiah dan sebagainya yang dapat merangsang siswa untuk giat belajar.

3. Fungsi motivasi Menurut Oemar Malik, ada tiga fungsi motifasi dalam belajar yaitu:10 a) Mendorong siswa untuk berbuat dan bertindak. Motif itu sebagai penggerak atau motor yang memberi energi atau kekuatan seseorang untuk melakukan suatu tugas. b) Motif itu menentukan arah perbuatan, yakin kearah perwujudan cita-cita atau suatu tujuan c) Motif itu dapat menyelesaikan suatu perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan, guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan. Menurut S. Nasution, bahwa fungsi motivasi adalah sebagai berikut:11 a) Mendorong manusia untuk berbuat. b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang ingin dicapai. c) Menyelesaikan perbuatan, yakni menyelesaikan perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan.

4. Hal-hal yang menimbulkan Motivasi


10 11

Ibid. hal 161. Tabrani Rusyan dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Rosda Karya. Bandung.1989. hal 107.

13

Beberapa hal yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah : a) Adanya kebutuhan Dengan adanya kebutuhan, maka hal ini menjadi motifasi bagi anak didik untuk berbuat dan bekerjasama. Misalnya anak ingin mengetahui isi cerita dari buku sejarah, maka keinginan untuk mengetahui isi buku tersebut menjadi pendorong bagi anak didik untuk membacanya.12

b) Adanya pengetahuan tentang adanya kemajuan sendiri Dengan mengetahui hasil dan prestasinya sendiri, seperti apakah ia mendapat kemajuan atau tidak, hal ini akan menjadi pendorong bagi anak untuk belajar lebih giat lagi. Jadi dengan adanya pengetahuan sendiri tentang kemajuannya, maka motifasi itu akan timbul.13 c) Adanya aspirasi atau cita-cita Bahwa manusia itu tidak akan lepas dari cita-cita, hal itu tergantung dari tingkat umur manusia itu sendiri. Mungkin anak kecil belum mempunyai cita-cita, akan tetapi semakin besar usia seseorang, semakin jelas dan tegas dan semakin mengetahui jati dirinya dan cita-cita yang ingin dicapainya. Sedangkan motivasi ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh hal-hal sebagai berikut:14 a. Ganjaran
12 13

Ibid. hal 112. Sri esti wuryani djiwandono. Psikologi Pendidikan. Grasindo.Jakarta.2002. hal 359. 14 Oemar Malik. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.2001. hal 167.

14

Menurut Amir Indra Kusuma, ganjaran adalah merupakan alat pendidikan yang represif dan positif. Ganjaran adalah juga merupakan alat motivasi, yaitu alat yang bisa menimbulkan motivasi ekstrinsik. b. Hukuman Satu-satunya hukuman yang dapat diterima di dunia pendidikan adalah hukuman yang bersifat memperbaiki, hukuman yang bisa menyadarkan anak kepada keinsafan atas kesalahan yang diperbuatnya. c. Persaingan Sudah jelas bahwa persaingan ini mempunyai insentif yang penting dalam pengajaran. Apabila persaingan diadakan dalam suasana yang fair, maka hal ini akan merupakan suatu motivasi dalam Academic Achievement akan tetapi persaingan akan mempunyai efek yang lainnya, apabila persaingan itu dijalankan dengan intensif maka : 1) 2) Murid yang terbelakang akan mengundurkan diri dan putus asa Murid yang tergolong sedang, maka hal ini akan menimbulkan ketegangan emosional, kehawatiran atau sikap acuh. Untuk murid yang termasuk dalam kategori pandai, maka persaingan yang intensif akan menimbulkan rasa optimis terhadap kemampuan mereka yang terkadang bisa menimbulkan kesombongan pada diri mereka.

5. Karakteristik Motivasi

15

motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju kearah suatu tujuan. Responrespon berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan langkah kearah tujuan, misalnya si A ingin mendapatkan hadiah maka ia akan belajar, mengikuti pelajaran, bertanya, membaca buku, dan yang lainnya.15

BAB III METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMU Negeri 1 Batu yang terletak di Jl. KH. Agus Salim 57 Kota Batu, SMU Negeri 1 Batu merupakan salah satu Sekolah

Menengah Umum yang berada di Batu di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Penelitian ini akan difokuskan pada siswa kelas II - 7 di SMU Negeri 1 Batu yang berjumlah 42 siswa. Penelitian dilakukan pada pmbelajaran Pendidikan Agama Islam yang waktu pembelajarnnya selama 2jam pelajaran dalam satu minggu. Penelitian ini dilaksanakan selam empat kali pertemuan dengan menerapkan metode yang telah direncanakan.

15

Oemar Malik. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.2001. hal 159.

16

B. Tahapan-tahapan penelitian 1. Perencanaan Tindakan Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dipakai model siklus yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan, sehingga daiharapkan semakin lama akan semakin menunjang peningkatan dan mencapai hasilnya. Sedang hal-hal / langkahlangkah kegiatan yang disiapkan adalah : a) Observasi b) Konsultasi dengan guru pamong c) Identivikasi permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar d) Merumuskan metode yang sesuai dengan pembelajaran PAI e) Melakukan pemilihan metode yang sesuai f) Melaksanakan tindakan kelas Penelitian dilaksanakan selama 4 kali pertemuan pada satu kelas, yaitu kelas 2-7 SMU Negeri 1 Batu yang dimulai pada hari Jumat 6 Agustus 2004 sampai hari Jumat 3 September 2004.

2. Implementasi Tindakan Adapun kegiatan atau tindakan yang dilaksanakan dikelas selama pertemuan sebagai berikut : a) Menyampaikan tujuan pembelajaran b) Menyampaikan materi secara garis besar

17

c) Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dengan teknik Inquiry

3. Observasi Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan dengan pengambilan data hasil belajar dan kinerja siswa. Hal tersebut antara lain : a) Kegiatan siswa selama kegiatan pembelajaran PAI berlangsung b) Kreativitas siswa baik individu maupun kelompok

4. Analisis dan Refleksi Data yang diperoleh dari tindakan kelas yang telah dilaksanakan, akan dianalisis untuk memastikan bahwa dengan menggunakan pendekatan CTL dengan teknik Inquiry dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran PAI Dalam menganalisis data akan digunakan prosedur dan teknik-teknik yang sesuai dengan tujuan yang ada / yang akan dicapai. Yakni memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru dalam pembelajaran PAI, sehingga siswa merasa pengetahuan yang baru didapatnya lebih berharga, karena itu merupakan hasil temuan sendiri yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi siswa.

C. Instrumen Penelitian

18

Pada penelitian ini peneliti peneliti menjadi instrumen kunci, dimana peneliti menjadi pengumpul data pada penelitian tindakan kelas. Peneliti juga menjadi perencana dan pelaksana tindakan kelas yang nantinya akan terlibat langsung dengan siswa dalam proses penelitian. Instrument pendukung lain yang dapat digunakan adalah lembar observasi, kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan angket motivasi siswa dalam pembelajran PAI.

D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penilitian tindakan kelas adalah : 1) Metode Observasi Menurut Kartini Kartono, observasi adalah studi sistimatis yang disengaja tentang fenomena-fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan pengamatan. Oleh karena itu keterlibatan secara langsung peneliti dalam penelitian tindakan sangat diharuskan. 2) Angket motivasi siswa Penggunaan angket ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Angket ini akan digunakan dua kali yakni pada tiap-tiap siklus.

19

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan dan dipaparkan data siklus penelitian Pendidikan Agama Islam selama kegiatan penelitian tindakan kelas berlangsung. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan.

A. Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh peneliti ini dilaksanakan di SMU Negeri 1 Batu yang berada di Jl. KH. Agus Salim No.57 Batu yang berada dibawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

20

Guna menunjang proses pendidikan, SMU Negeri 1 Batu dilengkapi dengan beberapa sarana pendidikan yang terdiri dari ruang belajar (kelas) yang berjumlah 24 kelas, dengan rincian 8 ruang untuk kelas satu, 8 ruang untuk kelas dua, dan 8 ruang untuk kelas tiga, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, laboratorium IPA ( fisika, kimia, biologi), laboratorium IPS, perpustakaan, musholla, ruang guru, ruang Tata Usaha, ruang kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, ruang BP, ruang kesenian, ruang organisasi kesiswaan, Unit Kesehatan Sekolah (UKS), Koperasi Siswa (Kopsis), aula, tempat olah raga dan kamar mandi. Pada penelian ini peneliti juga berperan sebagai seorang guru yang nantinya akan menggunakan pendekatan CTL dengan teknik Inquiry dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas 2-7 SMU Negeri 1 Batu. Diharapkan dengan penggunaan metode ini dapat meningkatkan motivasi siswa pada pembelajara Pendidikan Agama Islam.

B. Siklus penelitian 1. Perencanaan Skenario tindakan kelas dipersiapkan untuk empat kali pertemuan yang dibentuk dalam skenario pembelajaran untuk dua pokok bahasan. Tindakan kelas dimulai pada hari Jumat 16 Agustus 2004 sampai hari Jumat 3 september 2004.

2. Skenario Tindakan Pertemuan I ( Jumat 6 Agustus 2004 )

21

SESI II 2X 45

TOPIK Pembuka

KEGIATAN WAKTU 15 Guru mengawali pelajaran dengan salam dan doa, kemudian secara bersama-sama siswa membaca AlQuran surat Al-Baqarah ayat 60-70.

Pendahuluan

Secara singkat guru menjelaskan kompetensi dan pokok-pokok materi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh siswa sebagai hasil belajar.

Pengertian Shalat sunnah

Guru membagi siswa pada dua kelompok besar, kemudian secara singkat siswa mendiskusikan

10

pengertian dari shalat dan sunnah Setelah berdiskusi setiap kelompok bertugas untuk menjelaskan 5

pengertian dari shalat dan sunnah Guru menjadi fasilitator siswa untuk menjelaskan arti dari shalat sunnah dan kemudian menjelaskan bila 10

terdapat kekurangan Keutamaan shalat sunnah Guru meminta beberapa siswa untuk membacakan dalil-dalil naqli yang 15

22

berisi tentang keutamaan-keutamaan shalat sunnah Guru salafus menceritakan shaleh yang kisah-kisah berkaitan

dengan keutamaan shalat sunnah Shalat Dhuha Guru menjelaskan pengertian dari shalat dhuha, keutamaan dan tata cara pelaksanaannya. Penutup Guru memberi feed back pada siswa tentang materi yang baru dipelajari. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya Guru memberi tugas pada siswa untuk menghafal doa surat dhuha Pertemuan II ( Jumat 13 Agustus 2004) SESI TOPIK III Pembuka 2X 45 KEGIATAN Guru mengawali dengan kemudian WAKTU pelajaran 15 10 20

salam dan doa, secara bersama-

sama siswa membaca AlQuran surat Al-Baqarah ayat

23

70-80. Pendahuluan Apersepsi Guru menjelaskan kompetensi dasar siswa shalat setelah sunnah 10

mempelajari

khusufain, istikharah, hajat dan istisqa. Pembahasan beberapa shalatsunnah(khusufain, istikharah, istisqa) hajat dan tentang Secara global guru 15

menjelaskan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan shalat sunnah tersebut diatas. Selanjutnya guru membagi 15

siswa menjadi 8 kelompok, tiap 2 kelompok membahas pengertian, keutamaan dan

tatacara 1 shalat sunnah Guru membagikan beberapa catatan tentang shalat sunnah sebagai alat pembantu siswa dalam diskusi kelompok Setelah siswa berdiskusi 20

24

dikelompoknya,

perwakilan

dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

diskusi kelompok di hadapan seluruh siswa Guru guru menambahkan 10

penjelasan tentang beberapa shalat sunnah tersebut diatas Penutup Guru memberi beberapa 10

kesimpulan dari pembahasan tentang sholat sunnah dan memberi tugas pada siswa untuk mempelajari pelajaran selnjutnya Pertemuan III ( Jumat 20 Agustus 2004 ) SESI IV 2X 45 TOPIK Pembuka KEGIATAN Guru mengawali pelajaran dengan salam dan doa, kemudian secara bersama-sama siswa membaca AlQuran surat Al-Baqarah ayat 80-90 Pendahuluan Apersepsi/ reviw ulang pelajaran 10 WAKTU 15

25

yang lalu Guru menjelaskan secara singkat kompetensi dan pokok-pokok materi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh siswa sebagai hasil belajar. Pengertian zikir Secara global guru memberi 15

informasi tentang pengertian zikir Guru menggali informasi

pengalaman siswa tentang tentang zikir, termasuk didalam nya

meminta siswa untuk menyebutkan zikir yang biasa diamalkan Fungsi zikir Guru meminta beberapa siswa untuk membacakan dalil-dalil yang 15

berkenaan dengan fungsi zikir yang ada pada buku panduan Guru memberi penjelasan tentang fungsi zikir dengan menghadirkan kisah-kisah teladan Macam-macam cara dan adab Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk berdiskusi, 20

26

berzikir

kelompok 1 membahas tentang zikir dengan hati, kelompok 2 membahas tentang zikir lisan, kelompok 3 membahas tentang zikir perbuatan dan kelompok 4 membahas tentang adab berzikir. Setelah selesai guru meminta untuk 15

perwakilan

kelompok

mempresentasikan hasil diskusi Penutup Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya Guru mengajak semua siswa untuk merefleksikan pelajaran yang telah diperoleh dengan berzikir bersamasama Pertemuan IV ( Jumat 27 Agustus 2004 ) SESI V 2X 45 TOPIK Pembuka KEGIATAN Guru mengawali pelajaran dengan salam dan doa, kemudian secara bersama-sama siswa membaca AlQuran surat Al-Baqarah ayat 90-

WAKTU 15

27

100 Pendahuluan Apersepsi/ reviw ulang pelajaran yang lalu Guru menjelaskan secara singkat kompetensi dan pokok-pokok materi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh siswa sebagai hasil belajar. Pengertian doa Secara global guru memberi 15 10

informasi tentang pengertian doa Guru menggali informasi

pengalaman siswa tentang tentang doa, dengan meminta siswa untuk menyebutkan doa sehari-hari yang biasa diamalkan Kedudukan doa Guru meminta beberapa siswa untuk membacakan dalil-dalil yang 15

berkenaan dengan kedudukan doa bagi orang mumin yang ada pada buku panduan Guru memberi penjelasan tentang kedudukan zikir sesuai dengan

28

dengan dalil yang telah dibacakan Tempat, waktu Siswa secara bergilir menyebutkan tempat, waktu dan adab berdoa Setelah itu guru memberi sedikit tambahan penjelasan tentang tempat, waktu dan adab berdoa Doa sholat setelah Guru memberi lafad-lafad bacaan doa sesudah sholat dan siswa diminta untuk mengerti arti dan maksud tujannya Penutup Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya 10 15 10

dan adab berdoa

Siklus I 1 Rencana Tindakan Kelas Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, peneliti memilih menggunakan pendekatan CTL dengan teknik inquiry yang nantinya akan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti melakukan perencanaan sebagai berikut : a. Membuat RP ( Rencana Pembelajaran)

29

b.

Membagi pokok bahasan bab II sebagai berikut : 1) pengertian sholat sunnah 2) macam-macam sholat sunnah ( sholat dhuha, sholat khusufain, sholat istikhoroh, sholat hajat, sholat istisqo)

c. pengertian

Peneliti membagi siswa menjadi 2 kelompok besar untuk pembahasn sholat sunnah dan membagi siswa menjadi 8 kelompok untuk

pembahasan beberapa sholat sunnah tersebut diatas. d. Peneliti mempersiapkan alat observasi sebagai alat pengukur kreativitas, keantusiasan dan ketertarian siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam e. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam akan menggunakan pendekatan CTL dengan teknik inquiry. Penerapannya sebagai berikut : Langkah I 1) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran 2) Peneliti menggali pengetahuan siswa tentang shalat sunnah 3) Penelit membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk sharing pengetahuan tentang shalat sunnah Langkah II 1) Peneliti mempersilahkan siswa yang telah terbagi dalam kelompok untuk melakukan sharing tentang sholat sunnah 2) Setelah didiskusikan di kelompok, pembahasan tentang sholat sunnah dibahas secara bersama-sama oleh seluruh siswa dan difasilitasi oleh guru

30

Langkah III 1) Peneliti mengevaluasi jalannya jalnnya kegiatan pembelajaran 2) Peneliti yang juga sebagai guru menambakan beberapa penjelasan tentang shalat sunnah

2. Pelaksanaan dan observasi tindakan kelas Siklus I Setelah dipersiapkan rencana pembelajaran dan teknik yang akan dipakai maka proses pembelajaran akan dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran dan menggunakan teknik yang telah ditetapkan. Adapun pembelajaran dilaksanakan dalam waktu 2 X 45 menit dengan kegiatan sebagai berikut : Pertemuan pertama (Jumat 6 Agustus 2004) Tahap awal a) Salam pembuka b) Membaca Al-Quran Tahap Inti Pre Activity a) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran b) Peneliti menggali pengetahuan sisiwa tentang shalat sunnah hubungannya dengan kehidupan sehari-hari c) Secara global guru menjelaskan tentang shalat sunnah d) Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi

31

Whilst Aktivity a) Siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing b) Setelah dibahas di kelompok masing-masing, pengertian shalat sunnah dibahas secara bersama-sama, tiap kelompok secara bergantian

mempresentasikan hasil kelompok masing-masing sedang yang lain menanggapi c) Peneliti memberi kesempatan siswa untuk mengaitkan pelajaran yang baru dia temukan dengan kehidupan sehari-hari d) Peneliti menjadi fasilitator selama kegiatan berlangsung Post Activity a) Peneliti mengevaluasi jalannya jalnnya kegiatan pembelajaran b) Peneliti yang juga sebagai guru menambakan beberapa penjelasan tentang shalat sunnah Tahap Akhir a) Peneliti memberi feed back pada siswa dan memberi kesempatan untuk bertanya b) Peneliti meminta siswa untuk mempelajari bahasan selanjutnya

Pertemuan kedua (Jumat 13 Agustus 2004) Tahap awal a) b) Salam pembuka Membaca Al-Quran

32

Tahap Inti Pre Activity a) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberi kaitan dengan pelajaran yang lalu b) Secara global guru menjelaskan tentang beberapa shalat sunnah c) Peneliti membagi siswa menjadi 8 kelompok diskusi Whilst Aktivity a) Siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing b) Setelah dibahas di kelompok masing-masing, pembahasan sholat sunnah dibahas secara bersama-sama, tiap kelompok secara bergantian

mempresentasikan hasil kelompok masing-masing sedang yang lain menanggapi c) Peneliti menjadi fasilitator selama kegiatan berlangsung Post Activity a) Peneliti mengevaluasi jalannya jalnnya kegiatan pembelajaran b) Peneliti yang juga sebagai guru menambakan beberapa penjelasan tentang shalat sunnah Tahap Akhir c) Peneliti memberi feed back pada siswa dan memberi kesempatan untuk bertanya d) Peneliti meminta siswa untuk mempelajari bahasan selanjutnya

33

3. Observasi dan Hasil Tindakan Kelas Siklus I Hasil pengamatan peneliti yang juga merupakan guru pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada tahap I, kreatifitas siswa terlihat lebih antusias dalam mempelajari PAI, hal ini dikarenakan siswa merasa menemukan sendiri pengetahuan yang baru didapatnya dengan melakukan sharing bersama siswa yang lain. Setelah pembahasan tentang materi shalat sunnah, siswa menjawab beberapa soal untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dibahas bersama.

4. Refleksi Siklus I Tujuan diterapkannya pendekatan CTL dengan teknik Inquiry adalah untuk meningkatkan motivasi siswa pada pembelajran PAI, sehingga diharapkan dalam mempelajari PAI siswa tidak merasa bosan dan merasa terpaksa. Oleh karena itu perlu adanya langkah-langkah yang di antaranya adalah membuat siswa merasa apa yang dia dapat selama pembelajaran berlangsung merupakan hasil penemuan dan merupakan kebutuhannya sendiri, sehingga akan lebih berharga bagi siswa tersebut.

Siklus II 1. Rencana Tindakan Kelas Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, peneliti memilih menggunakan pendekatan CTL dengan teknik inquiry yang nantinya akan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

34

Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti melakukan perencanaan sebagai berikut :

a. b.

Membuat RP ( Rencana Pembelajaran) Membagi pokok bahasan bab II sebagai berikut : 2) 3) pengertian zikir dan doa fadhilah zikir dan doa Peneliti membagi siswa menjadi 4 kelompok Peneliti mempersiapkan alat observasi sebagai alat pengukur kreativitas, keantusiasan dan ketertarian siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam

c. d.

e.

Dalam

pembelajaran

Pendidikan

Agama

Islam

akan

menggunakan pendekatan CTL dengan teknik inquiry. Penerapannya sebagai berikut : Langkah I 1) 2) 3) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran Peneliti menggali pengetahuan siswa tentang zikir dan doa Peneliti meminta siswa untuk meyebutkan zikir dan doa yang biasa dia baca setiap hari 4) Langkah II Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok

35

1)

Peneliti meminta siswa untuk membacakan dalil-dalil yang berkenaan dengan zikir dan doa seperti yang terdapat pada buku panduan

2)

Siswa mendiskusikan tentanf fadilah zikir dan doa dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari

3)

Setelah didiskusikan di kelompok, pembahasan tentang shalat sunnah dibahas secara bersama-sama oleh seluruh siswa dan difasilitasi oleh guru

Langkah III 1) 2) Peneliti mengevaluasi jalannya jalnnya kegiatan pembelajaran Peneliti yang juga sebagai guru menambakan beberapa penjelasan tentang zikr dan doa

2 Pelaksanaan dan observasi tindakan kelas Siklus II Seperti pada siklus I, pada siklus II kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan rencana pembelajaran dan menggunakan pendekatan CTL dengan teknik inquiry sebagai berikut : Pertemuan Pertama (Jumat 20 Agustus 2004) Tahap awal 1) Salam pembuka 2) Membaca Al-Quran Tahap Inti Pre Activity 1) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran

36

2) 3)

Peneliti menggali pengetahuan sisiwa tentang ziki Peneliti meminta siswa menyebutkan zikir siswa yang biasa dibaca siswa setiap hari

4) 5) diskusi

Secara global guru menjelaskan tentang zikir Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok

Whilst Aktivity 1) Peneliti meminta siswa membacakan dalil tentang zikir dibantu dengan buku panduan yang ada 2) Siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing 3) Setelah dibahas di kelompok masing-masing, pembahasan tentan fadilah zikir dibahas secara bersama-sama, tiap kelompok secara bergantian

mempresentasikan hasil kelompok masing-masing sedang yang lain menanggapi 4) Peneliti memberi kesempatan siswa untuk mengaitkan pelajaran yang baru dia temukan dengan kehidupan sehari-hari 5) Peneliti menjadi fasilitator selama kegiatan berlangsung Post Activity 1) pembelajaran Peneliti mengevaluasi jalannya jalnnya kegiatan

37

2)

Peneliti yang juga sebagai guru menambakan beberapa penjelasan tentang shalat sunnah

Tahap Akhir a. Peneliti memberi feed back pada siswa dan memberi kesempatan untuk bertanya b. Peneliti meminta siswa untuk mempelajari bahasan selanjutnya

Pertemuan Kedua (Jumat 27 Agustus 2004) Tahap awal 1) Salam pembuka 2) Tahap Inti Pre Activity 1) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberi kaitan dengan pelajaran yang lalu 2) Peneliti meminta siswa menyebutkan doa siswa yang biasa dibaca siswa setiap hari 2) Secara global guru menjelaskan tentang doa 3) Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi Whilst Aktivity Membaca Al-Quran

38

1)

Peneliti meminta siswa membacakan dalil tentang zikir dibantu dengan buku panduan yang ada

2) masing-masing 3)

Siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya

Setelah dibahas di kelompok masing-masing, pembahasan tentang fadilah doa dibahas secara bersama-sama, tiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kelompok masing-masing sedang yang lain menanggapi

4) Peneliti memberi kesempatan siswa untuk mengaitkan pelajaran yang baru dia temukan dengan kehidupan sehari-hari 5) Peneliti menjadi fasilitator selama kegiatan berlangsung Post Activity 1) 2) Peneliti mengevaluasi jalannya jalnnya kegiatan pembelajaran Peneliti yang juga sebagai guru menambakan beberapa penjelasan tentang shalat sunnah Tahap Akhir 1) Peneliti memberi feed back pada siswa dan memberi kesempatan untuk bertanya 2) Peneliti meminta siswa untuk mempelajari bahasan selanjutnya

3. Observasi dan Hasil Tindakan Kelas Siklus II

39

Hasil pengamatan peneliti siklus II pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, kreatifitas siswa terlihat lebih antusias dan kreativitas siswa lebih bervariasai, hal ini dikarenakan siswa lebih siap dengan metode dan teknik yang diterapkan dalam pembelajaran. Peningkatan motivasi belajar yang terlihat dari aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung yang cenderung lebih antusias, kreatif, aktif dan sebagainya.

4. Refleksi Siklus II Dari kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan teknik inquiry dapat membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran PAI, hal ini dikarenakan siswa lebih menghargai pengetahuan yang telah didapat karena merupakan hasil dari usahanya sendiri dan lebih terdorong untuk mengetahui pengetahuan selanjutnya Dari hasil observasi pada siklus II, maka langkah yang dapat akan diambil : a) pengetahuan yang dimiliki siswa perlu digali dan dikembangkan, sehingga siswa akan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru. b) Menjaga dan meningkatkan proses belajar yang telah berjaln dengan baik

40

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan uraian penelitian tersebut di atas dapat diketahui bahwa penggunaan pendekatan Contextual Teaching Learning dengan teknik inquiry pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas 2-7 SMU Negeri 1 Batu, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat diketahui dari hasil observasi partisipatif peneliti pada proses belajar mengajar berkenaan dengan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Adanya

41

peningkatan motivasi belajar pada siswa dapat terlihat dari partisipasi siswa selama kegiatan berlangsung. Dari beberapa uraian diatas juga dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1) Untuk meningkatkan motivasi siawa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam perlu adanya pendekatan, metode ataupun teknik pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dan lebih membuat siswa menghargai pengetahuan yang ia dapat 2) Pendekatan Contextual Teaching Learning dengan teknik Inquiry pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah salah satu pendekatan dan teknik pembelajaran yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan motivasi siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam 3) Siswa akan lebih respek dan berpartisipasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam jika siswa lebih termotivasi dan lebih menghargai pengetahuan yang ia dapatkan dari proses pembelajaran

B. Saran Ada beberapa saran peneliti yang diharapkan dapat membangun dan mendukung peningkatan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMU Negeri 1 Batu pada khususnya dan seluruh lembaga pendidikan pada umumnya, di antaranya adalah :

42

a)

Dalam setiap pembelajaran, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam perlu adanya pendekatan, metode maupun teknik pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan minat siswa yang hendaknya telah dipersiapkan oleh seorang guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar

b)

Perlu adanya motivasi seorang guru terhadap siswa terkait dengan Pendidikan Agama Islam, sehingga siswa tidak merasa takut ataupan merasa kesulitan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

43

Anda mungkin juga menyukai