Anda di halaman 1dari 33

SISTEM PENCERNAAN

ANATOMI, FISIOLOGI, dan BIOKIMIA SISTEM PENCERNAAN

Oleh : KELOMPOK 7 Nama Kelompok : 1. Dewi Laraswati 2. Eka Desiari 3. Nina Andayani 4. I Wayan Sono 5. Yogi Aristana Putra ( 11.321.1147 ) ( 11.321.1153 ) ( 11.321.1168 ) ( 11.321.1176 ) ( 11.321.1188 )

SI KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI


2013

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu, Pertama-tama kami menghaturkan sembah bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Anatomi, Fisiologi, dan Biokimia Sistem Pencernaan. Kami berharap karya tulis ini bisa bermanfaat dan berguna bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta memperoleh informasi dari karya tulis ini. Kami menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mohon maaf kepada para pembaca jika karya tulis ini tidak berkenan di hati pembaca dan kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Dengan ini kami ucapkan terima kasih. Om Santih, Santih, Santih Om.

Denpasar, Pembimbing

Mei 2013

Penyusun

(I Wayan Sukawana,S.Kep.,Ns.,M,Pd )

( Tim Penulis )

DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. ii BAB I ............................................................................................................................................................1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................................1 A. B. C. D. Latar Belakang .................................................................................................................................1 Rumusan Masalah ............................................................................................................................1 Tujuan Penulisan..............................................................................................................................1 Metode Penulisan .............................................................................................................................2

BAB II ..........................................................................................................................................................3 PEMBAHASAN ...........................................................................................................................................3 A. B. Anatomi Sistem Pencernaan ...........................................................................................................3 Fisiologi dan Biokimia Saluran Pencernaan ................................................................................18

BAB III PENUTUP....................................................................................................................................28 A. Kesimpulan .....................................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................29

ii

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Untuk mempertahankan homeostatis, molekul-molekul nutrien yang sudah habis terpakai untuk menghasilkan energi harus secara terus menerus diganti oleh nutrien baru yang kaya energi.demikian juga air dan elektrolit yang terus menerus keluar melalui urin dan keringat serta melalui jalan lain juga harus diganti secara teratur. Sistem penccernaan berperan dalam homeostatis dengan memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal. Sistem pencernaan tidak secara langsung mengatur konsentrasi setiap konstituen tersebut di lingkungan internal. Sistem tersebut tidah mengubah-ubah penyerapan nutrien, air, dan elektrolit berdasarkan kebutuhan tubuh , tetapi lebih berperan mengoptimalkan keadaan untuk mencerna dan menyerap apa yang dimakan.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana anatomi dari sistem pencernaan? 2. Bagaimana fisiologi dan biokimia saluran pencernaan ? 3. Bagaimana proses ingesti, digesti, absorbs dan eliminasi dari sistem pencernaan? 4. Bagaimana metabolism dari karbohidrat, protein, lipid dan asam amino ? 5. Enzim-enzim apa saja yang berperan dalam proses sistem pencernaan? 6. Bagaimana motilitas dari sistem pencernaan ?

C. Tujuan Penulisan 1. Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh STIKes Wira Medika PPNI Bali 2. Untuk mengetahui anatomi dari sistem pencernaan 3. Untuk mengetahui fisiologi dan biokimia saluran pencernaan 4. Untuk mengetahui proses ingesti, digesti, absorbs dan eliminasi dari sistem pencernaan 5. Untuk mengetahui metabolism dari karbohidrat, protein, lipid dan asam amino
1

6. Untuk mengetahui enzim-enzim yang berperan dalam proses sistem 7. Untuk mengetahui motilitas dari sistem pencernaan

D. Metode Penulisan Metode yang kami gunakan dalam pembuatan karya tulis ini adalah metode pengumpulan data melalui beberapa buku yang membahas tentang sistem pencernaan.

BAB II PEMBAHASAN

A. Anatomi Sistem Pencernaan Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh (Rudi Haryono, 2012; hal: 1). Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Gambar : Organ-organ sistem pencernaan pada manusia Sumber: google images, 2013

1. Mulut Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada manusia dan hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin, dan pahit Lidah yang membentuk dasar rongga mulut, terdiri dari otot rangka yang dikontrol secara volunter pergerakan lidah tidak saja penting untuk memandu makanan di dalam mulut sewaktu kita mengunyah dan menelan, tetapu juga berperan penting untuk berbicara. di lidah tertanam papil-papil pengecap (taste buds), yang tersebar juga di palatum mole, tenggorokan, dan dinding dalam pipi. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih. Palatum keras tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maxilaris, di belakangnya terdapat palatum lunak yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak terdiri atas jaringan fibrus dan selaput lendir. Ludah dari kelenjar ludah (saliva) akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Saliva terdiri dari 99,5% H2O serta 0,5% protein dan elektrolit. Protein air liur terpenting-amilase, mukus, dan lisozim menentukan fungsi saliva sebagai berikut (Sherwood, Lauralee,2003;hal 574) a. Air liur memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase liur, suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida b. Air liur mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan, sehingga mereka saling menyatu, serta dengan menghasilkan pelumasan karena adanya mukus, yang kental dan licin. c. Air liur memiliki efek antibakteri melalui efek ganda pertama oleh lisozim, suatu enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu, dan kedua dengan membilas makanan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber makanan.

d. Air liur berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil pengecap. Hanya molekul dalam larutan yang dapat bereaksi dengan reseptor papil pengecap. e. Air liur membantu kita berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah. Kita sulit berbicara ketika mulut kita kering. f. Air liur berperan penting dalam higiene mulut dengan membantu menjaga kebersihan mulut dan gigi. Aliran air liur yang terus menerus membantu membilas residu makanan, melepaskan sel epitel dan benda asing. Kontribusi air liur dalam hal ini dirasakan oleh setiap orang yang pernah mengalami bau mulut saat sekresi air liur tertekan untuk sementara, misalnya saat demam atau keadaan cemas berkepanjangan. g. Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut, sehingga membantu karies (lubang) gigi. Proses selanjutnya yang ada di mulut adalah menelan. Proses Menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam trakea dan ke paru paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung.

Gambar: Kelenjar Saliva Sumber: www.psychologymania.com, 2013

2. Tenggorokan (Faring) Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, lataknya di belakang rongga mulut dan rongga hidung terletak di depan ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantara lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraaan lubang yang disebut fausium. Tekak terdiri dari: a. Bagian superior merupakan bagian yang sangat tinggi dengan hidung. Bagian superior disebut dengan nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. b. Bagian media merupakan bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media disebut orofaring c. Bagian inferior merupakan bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan faring dengan laring.

3. Kerongkongan (Esofagus) Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir. Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung. Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gerakan gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltik (Rudi Haryono, 2012; hal: 5). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian: a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka) b. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus) c. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus) Esofagus dijaga di kedua ujungnya oleh sfingter. Sfingter adalah struktur berotot berbentuk seperti cincin yang jika tertutup, mencegah lewatnya benda melalui saluran
6

yang dijaganya. Sfingter esofagus atas adalah sfingter faringoesofagus, dan sfingter bawah adalah sfingter gastroesofagus.

Gambar : Peristaltis di Esophagus Sumber: geneticworlds blogspot,2012 4. Lambung Lambung adalah ruang berbentuk huruf J yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Lambung dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan perbedaan anatomis, histologis, dan fungsional. Fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah korpus (badan). Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif tipis, tetapi bagian baweah lambung , antrum, memiliki otot yang jauh lebih tebal. Di antara region-regio tersebut juga terdapat perbedaan kelenjar di mukosa. Bagian akhir lambung adalah sfingter pilorus, yang berfungsi sebagai sawar antara lambung dan bagian atas usus halus, duodenum (Sherwood,Lauralee, 2003; hal: 551). Lambung memiliki lapisan lapisan yaitu (Syaifuddin, 2009; hal: 231): a. Lapisan selaput lendir (mukosa). Bila lambung dikosongkan lapisan ini berlipat lipat yang disebut rugae. b. Lipatan otot melingkar (muskular aurikularis). Lapisan ini merupakan jarigan otot yang kuat. c. Lapisan otot miring (muskulus oblique), mempunyai otot begaris miring.
7

d. Lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal). Lapisan ini merupakan susunan lapisan otot lambung yang panjang. e. Jaringan ikat (peritoneum/serosa). Jaringan ini melapisi lambung bagian luar.

Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Apabila melihat, mencium, dan merasakan makan maka sekresi lambung akan terangsang karena pengaruh saraf sehingga menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung. Sekresi getah lambung, mengalami 3 fase sebagai berikut (Syaifuddin, 2009; hal: 231) : a. Fase serebral: rangsangan dari makanan menyebabkan stimulus merambat dari otak ke nervus vagus yang merupakan kelenjar yang terstimulasi untuk menyekresi hormon gastrin yang disekresi oleh membran mukosa dan kanalis pilorus lambung. b. Fase gastrik: pada fase ini gastrin lebih banyak diproduksi. c. Fase intestinal: masuknya darah ke dalam intestinum menyebabkan sekresi getah lambung membentuk lebih banyak gastrin.

Pengaturan sekresi lambung melalui mekanisme saraf: refleks pendek atau lokal dan refleks panjang nervus vagus melibatkan neuron kolinergik yang merangsang sekresi HCL, pepsin, dan mukus. Mekanisme hormonal: hormon gastrin merangsang HCL, pepsin, dan pertumbuhan mukosa lambung. Perangsangan nervus vagus menimbulkan sekresi gastrin dengan perantaraaan gastrin releasing peptida.

Gambar: Lambung Sumber: learningjust4u.wordpress, 2011

5. Usus Halus (Intestinum Minor) Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum, panjangnya 6 meter, dan merupakan saluran pencernaan yang paling panjang. Bentuk dan susunannya berlipat-lipat melingkar. Makanan dapat masuk karena adanya gerakan yang memberikan permukaan yang lebih luas. Banyaknya jonjot-jonjot pada tempat absorpsi memperluas permukaannya. Pada ujung dan pangkalnya terdapat katup. Intestinum minor terletak dalam rongga abdomen dan dikelilingi oleh usus besar. a. Lapisan Usus 1) Tunika mukosa: lapisan ini banyak memiliki lipatan yang membentuk plika sirkulasi dan vili intestinal (jonjot-jonjot) yang selalu bergerak karena pengaruh hormon filli kinnin. Vili ini banyak mengandung pembuluh darah dan limfe, selain itu juga terjadi penyerapan lemak yang telah diemulsi. 2) Tunika propia: pada bagian dalam tunika mukosa terdapat jaringan limfoid nodul limpatisi secara berkelompok. Tiap kelompok lebih kurang 20 noduli
9

limpatisasi. Kumpulan ini disebut plaque payeri, yang merupakan tanda khas dari ileum. Pada penyakit typhoid, plaque payeri ini sering meradang karena infasi kuman salmonella typhosa. 3) Tunika submukosa: pada lapisan ini terdapat anyaman pembuluh darah dan saraf simpatis. 4) Tunika muskularis: lapisan ini terdiri atas dua lapisan otot sirkuler dan otot longitudinal, di antara keduanya terdapat anyaman serabut saraf

fleksusmesenterikus Aubrachi. 5) Tunika serosa (adventisia): lapisan ini meliputi seluruh jejunum dan ileum.

Struktur usus halus terdiri dari bagian-bagian berikut ini : 1) Duodenum: bentuknya melengkung seperti kuku kuda. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat bagian yang membukit tempat bermuaranya saluran empedu (duktus koledokus) dan saluaran pankreas (duktus pankreatikus), tempat ini dinamakan papila vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar brunner untuk memproduksi getah intestinum. 2) Jejunum: panjangnya 2-3 meter dan berkelak kelok, terletak di sebelah kiri atas intestinum minor. Dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas (mesentrium) memungkinkan keluar masuknya arteri dan vena mesentrika superior, pembulub limfe dan saraf ke ruang antara lapisan peritoneum. Penampang jejunum lebih lebar, sedangkan dindingnya lebih tebal dan banyak mengandung pembuluh darah. 3) Ileum: ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas, panjangnya 4-5 meter. Ileum merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisum ileosekalis yang diperkuat oleh sfingter dan katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang berfungsi mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam ileum.

10

6. Usus Besar (Intestinum Mayor) Merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang 1,5-1,7 m dan penampang 5-6 cm. Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seperti huruf U terbalik dan mengelilingi usus halus dari valvula ileosekalis sampai ke anus. (Syaifuddin,2009;hal 237. Lapisan usus besar antara lain : a. Lapisan selaput lendir (mukosa) : lapisan ini tidak memiliki vili, kripta-kripta yang terdapat di dalam 0,5mm terletak berdekatan satu sama lain. Hampir seluruh permukaan epitel kripta menghasilkan mucus pelumas. Epitel yang tinggal lainnya mempunyai tepi bersilia dari mikrovili yang mengabsorbsi air b. Lapisan otot melingkar (M.Sirkuler) : lapisan ini berada di sebelah dalam dan berbentuk lingkaran c. Lapisan otot memanjang (M. Longitudinal) : lapisan otot ini berkumpul menjadi 3 pita panjang dengan lebar 1 cm disebut teniacoli. Lapisan ini terdiri dari tenia libra (di anterior), tenia omentalis (di posterior dan lateral), dan tenia mesacolia (di posterior dan media) d. Lapisan jaringan ikat (serosa) : lapisan ini merupakan jaringan ikat kuat yang berada di sebelah luar

Struktur dari usus besar, antara lain : a. Sekum merupakan kantong lebar yang terletak pada fossa iliaka dekstra. Pada bagian bawah sekum terdapat apendiks vermiformis disebut umbai cacing, panjangnya 6cm. muara apendiks ditentukan oleh titik Mc burney yaitu daerah antara 1/3 bagian kanan dan 1/3 bagian tengah garis penghubung kedua spina iliaka anterior superior (SIAS). Sekum seluruhnya ditutupi oleh peritoneumagar mudah bergerak dan dapat diraba melalui dinding abdomen membentuk sebuah katup yaitu valvulo koli (valvula bauchini). Titik Mc Burney merupakan tempat proyeksi muara ileum ke dalam sekum. Titip potong tepi lateral dengan garis penghubung SIAR kanan dengan pusat. Pada waktu peradangan apendisitis, daerah ini sangat sakit saat ditekan. Kadang-kadang apendik perlu dibuang dengan oprasi apendiktomi untuk menghilangkan infeksi.
11

b. Kolon Asendens merupakan bagian yang memanjang dari sekum ke fossa iliaka kanan sampai sebelah kanan abdomen. Panjangnya 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan dan dibawah hati ke sebelah kiri. Lengkungan ini disebut fleksura hepatica (fleksura koli dextra) dan dilanjutkan dengan kolon transversum c. Kolon Transversum merupakan panjangnya 38 cm membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden. Berada dibawah abdomen sebelah kanan tepat pada lekukan disebut fleksura lienalis (fleksura koli sinistra), mempunyai mesenterium yang melekat pada omentum mayus d. Kolon Desenden panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri dari atas ke bawah. Dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri, bersambung dengan sigmoid dan dinding belakang peritoneum (retoperitoneal) e. Kolon Sigmoid merupakan bagian lanjutan dari kolon desenden, terletak miring dalam rongga pelvis. Bagian ini panjangnya 40 cm dalam rongga pelvis sebelah kiri, berbentuk huruf S. ujung bawahnya berhubungan dengan rectum. Kolon sigmoid ini ditunjuk oleh mesenterium yang disebut mesokolon sigmoideum.

7. Rektum Rectum ini merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, panjangnya 12 cm, dimulai dari pertengahan sacrum sampai kanalis anus. Rectum terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis. Rectum terdiri dari 2 bagian, yaitu : (Syaifuddin, 2009; hal: 239) a. Rectum Propia : bagian yang melebar disebut ampula rekti, jika terisi sisa makanan akan timbul hasrat defekasi b. Rectum Analis Rekti : sebelah bawah ditutupi oleh serat-serat otot polos (muskulus spingter ani internus dan muskulus spingter ani eksternus). Kedua otot ini berfungsi pada waktu defekasi. Tunika mukosa rectum banyak mengandung pembuluh darah, jaringan mukosa, dan jaringan otot yang membentuk lipatan disebut kolumna rektalis. Bagian bawah terdapat vena rektalis (hemoroidalis superior dan inferior) yang sering mengalami pelebaran atau varises yang disebut wasir (ambeyen).

12

8. Anus Anus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berhubungan dengan dunia luar terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh spingter ani yang terdiri atas : (Syaifuddin, 2009; hal: 239): a. Spingter ani internus : terletak disebelah dalam bekerja tidak menurut kehendak b. Spingter levator ani : bagian tengah bekerja tidak menurut kehendak. c. Spingter ani eksternus : sebelah luar bekerja menurut kehendak.

9. Peritoneum Peritoneum adalah membrane tipis, halus, dan lembab terdapat dalam rongga abdomen dan menutupi organ-organ abdomen. Peritoneum merupakan membrane serosa yang terdiri atas lapisan yang terletak pada jaringan ikat. Peritoneal parietal berlanjut ke bawah membatasi pelvis dan peritoneal visera yang merupakan organorgan dalam peritoneum Ruang potensial yang terdapat antara lapisan pariental dinamakan rongga peritoneal. Pada pria ruang ini tertutup. Akan tetapi pada wanita rongga ini memiliki hubungan dengan rongga luar (tuba uterine, uterus, dan vagina). Rongga ini mempunyai osteum kecil diujung yang bebas masuk ke dalam kavitas peritoneal dan merupakan jalan masuk dari ovum. Peritoneal mempunyai 2 kantong yaitu kantong besar yang terbentang diseluruh abdomen mulai dari diafragma sampai ke pelvis dan kantong kecil terletak di belakang lambung. Beberapa fungsi peritonium adalah sebagai berikut: a. Tempat melekatnya organ-organ kedinding abdomen posterior yang satu dengan yang lainnya. b. Membentuk pembatas yang halus sehingga mempermudah organ-organ untuk saling bergerak dan tidak saling bergesekan. c. Mempermudah pembuluh darah dan saraf untuk mencapai organ-organ tanpa harus dililit oleh lemak dan mengalami penenkanan.

13

d. Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah menutup area yang terinfeksi dengan bantuan omentum mayor. e. Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ yang terdapat pada dinding posterior abdomen.

10. Hati Kelenjar aksesoris terbesar dalam tubuh berwarna coklat dengan berat 1000-1800 gr. Hati terletak dalam rongga perut sebelah kanan atas dibawah diafragma. Sebagian besar terletak pada region hipokondria dengan region epigastrium. Pada orang dewasa yang kurus tepi bawah hati mungkin teraba satu jari di bawah costa. Struktur hati: a. Pembagian hati 1) Lobus sinistra: lobus ini terletak disebelah kiri bidang median 2) Lobus dekstra: terletak sebelah kanan bidang median. 3) Lobus kaudatus: terletak di belakang berbatasan dengan pars pilorika, ventricula, dan duodenum superior b. Permukaan hati 1) Fasies superior: permukaan yang menghadap ke atsa dan kedepan berbentuk cembung dan terletak di bawah diafragma. 2) Fasies inferior: permukaan yang menghadap ke bawah dan ke belakang mempunyai permukaan yang tidak rata karena terdapat lekukan visura transverses. 3) Fasies posterior: permukaan bagian belakangnya terlihat beberapa alur berbentuk garis melintang yang disebut porta hepatis. Kedua garis tengah alur disebelah kiri fosa sagitalis sinistra terdapat ligamentum tereshepatis menuju porta hepatis kea rah kaudatus. Ligamentum venosus arantii berjalan dari porta hepatis ke arah kaudatus. Alur sebelah kanan fosa sagitalis dextra memiliki dua lekukan yaitu: a) Lekukan depan fosa vesika fellea di belakang empedu b) Lekukan belakang fosa vena cava inferior yang tedapat pada vena cava inferior

14

4) Fasies lobus sinistra: berhubungan dengan esophagus dekat lobus kaudatus dan berhubungan dengan permuakaan depan gaster. Fasies inferior lobus sinistra membentuk impressio yang sesuai dengan kurvatura mayor yang terletak di depan omentum. Fasies inferior lobus dextra berbatasan dengan ginjal, glandula, suprarenalis kanan atas, dan fleksura koli dextra kanan bawah. c. Pembuluh darah hati Suplai darah berasal dari arteri seliaka, menuju ke kanan membentuk lipatan peritoneum di depan vena porta bercabang menjadi: 1) Arteri hepatica propia: berjalan ke dalam ligamentum hepato duodelae bersama dengan vena porta dan duktus koledokus menjadi arteri gastrika. 2) Arteri gastrika: menuju ke kurvatura minor gaster beranastomosis dengan arteri gastrika sinistra. Arteri hepatica propia bercabang menjadi arteri hepatica dekstra yang cabangnya masuk kandung empedu, arteri sistika, dan arteri hepatica sinistra yang masuk ke dalam hati. Aliran pembuluh balik berkumpul pada vena hepatica keluar dari permukaan belakang sebelah cranial hepar dan bermuara ke vena kava inferior. d. Pembuluh limfe hati: hati menghasilkan cairan limfe sekitar 1/3 1/2 cairan limfe. Pembuluh limfe meninggalkan hati masuk ke dalam kelenjar limfe. Dalam porta hepatis pembuluh aferen berjalan ke nodi limpatisi seliaka dan berapa pembuluh berjalan ke area hati melalui diafragma menuju ke nodi limpatisi mediasinalis posterior e. Persarafan hati: persarafan hati berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis yang melewati koliakus. Trunkus vagus anterior mempunyai cabang yang banyak berjalan langsung ke hati. 11. Kandung Empedu Kandung empedu (vesika vellea) adalah kantong berbentuk buah pir yang terletak pada permukaan visceral diliputi oleh peritoneum kecuali bagian yang melekat pada hati dan terletak pada permukaan bawah hati di antara lobus dextra dan kaudatus hati. Struktur kandung empedu:

15

a. Fundus vesika fellea: berbentuk nulat biasanya menonjol ke bwah tepi inferior hati dan berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi rawan ujung kosta kesembilan kanan. b. Korpus vesika fellea: bersentuhan dengan permukaan visceral dan mengarah ke atas, belakang dan kiri. c. Kollum vesika fellea: berlanjut dari duktus sistikus, berjalan ke omentum minus dan bersatu dengan sisi kanan duktus hepatikus komunis membentuk duktus koledokus.

12. Pankreas Pankreas merupakan organ lunak yang berjalan miring dan menyilang dinding posterior abdomen pada region epigastrium, terletak di belakang lambung dan terbentang dari duodenum sampai ke limpa. Pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan secret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein lemak dan karbohidrat. Kelenjar endokrin menghasilkan hormone insulin dan glucagon yang memegang peranan penting dalam metabolism karbohidrat. Struktur Pankreas: a. Kaput pankreas: kaput pankreas merupakan bagian yang terletak pada bagian cekung duodenum. Permukaan depan kaput pankreas berbatasan dengan kolom transversum dan jejunum, sedangkan permukaan belakang berbatsan dengan vena kava inferior, duktus koledokus, dan vena renalis. b. Kollum pankreas merupakan bagian yang mengeci, menghubungkan kaput pankreas dengan korpus pankreas. Terletak didepan pangkal vena porta dan arteri mesenterikal superior dari aorta. c. Korpus pankreas: berjalan menuju ligamentum lienorenalis dan mengadakan hubungan dengan hilus limpa. Di depan kauda berbatsan dengan fleksura koli sinistra di kiri, sedangkan belakang berbatsan dengan ginjal dan glandula suprarenalis kiri. Pembuluh darah pankreas:

16

a. Arteri pankreatika duodenalis superior: berasal dari arteri gastro-doudenalis mengurus pankreas dan duodenum beanastomesis dengan arteri pankreatika duodenalis inferior. b. Arteri pankreatika duodenalis: mengurus duodenalis dan kaput pankretika beanastomosis dengan arteri pankreatiko duodenalis. c. Arteri pankreatika mayus dan kaudalis: berasal dari arteri renalis beranastomosis dengan arteri pankreatika duodenalis. d. Vena pankreatika duodenalis superior: bermuara ke dalam vena porta e. Vena pankreatika duodenalis inferior: bermuara ke dalam vena mesenterikal inferior f. Vena pankreatika mayus dan vena pankreatika kaudalis: bermuara di vena lienalis Di seluruh pankreas tersebar masa sel-sel yang terdiri atas pulau-pulau yang berbeda besarnya disebut pulau-pulau langerhans (islets of langerhans) berjumlah 200.000-1.500.000 buah. Sel ini menghasilkan sekresi interna (hormone insulin yang memegang peranan penting dalam metabolisme gula. Apabila gula darah meningkat, diperkirakan penderita mengidap penyakit diabetes mellitus. Saluran keluar pankreas duktus pankreatikus mayus (Wirsungianus) dan duktus pankreatikus minus (sartorini) bermuara pada pailla vateri yang terletak pada dinding duodenum bersama duktus koledokus.

17

B. Fisiologi dan Biokimia Saluran Pencernaan 1. Proses Ingesti, Digesti, Absorbsi dan Eliminasi a. Proses Ingesti Ingesti merupakan masuknya makanan ke dalam mulut. (Sloane,Ethel.2003;hal: 281) b. Proses Digesti Digesti merupakan hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga absorbs dapat berlangsung. (Sloane,Ethel.2003;hal: 281) 1) Karbohidrat Amylase dalam saliva yang menghidrolisis zat tepung bekerja pada pH netral. Enzim ini dibawa bersama dengan bolus dan tetap bekerja dalam lambung sampai asiditas lambung menembus bolus. Lambung tidak mengsekresi enzim untuk mencerna karbohidrat. (Sloane,Ethel.2003;hal: 288) 2) Protein Pepsinogen (disekresi sel chief) diubah menjadi pepsin oleh asam klorida (disekresi sel parietal). Pepsin adalah enzim proteolitik, yang hanya dapat bekerja dengan pH dibawah 5. Enzim ini menghidrolisis protein menjadi polipeptida. Lambung janin memproduksi rennin, enzim yang mengoagulasi protein susu, dan menguraikannya untuk membentuk dadih(curd). (Sloane,Ethel.2003;hal: 288) 3) Lemak Lipase lambung(disekresi sel chief) menghidrolisis lemak susu menjadi asam lemak dan gliserol, tetapi aktivitasnya terbatas dalam kadar pH yang rendah. (Sloane,Ethel.2003;hal: 288)

c. Absorbsi Absorbsi melalui mukosa saluran pencernaan terjadi dengan transport aktif dan difusi, seperti halnya yang terdapat pada membrane lain. Transport aktif memberikan energy untuk menggerakan zat melintasi suatu membrane, sehingga zat dapat digerakan melalui perbedaan konsentrasi atau melawan potensial listrik. Sedangkan difusi berarti transport sederhana zat melalui membrane sebagai akibat pergerakan

18

molekul mengikuti, bukan melawan perbedaan elektro kimia. (Guyton, Arthur C.1990; hal: 602) 1) Absorbsi dalam Usus Halus Absorpsi makanan yang sudah dicerna berlangsung dalam usus halus melalui 2 saluran (kapiler darah dan kapiler limfe) disebalah dalam permukaan vili. Oleh karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan yang sudah cair dan lemak yang sudah diabsorpsi kedalam lakteal. Selanjutnya makanan berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili usus, lalu masuk ke vena porta dengan mengalami beberapa perubahan. (Syaifuddin,2009;hal 235) Dalam keadaan normal, absorbsi dari usus halus setiap hari terdiri dari berates-ratus gram karbohidrat, 100g atau lebih lemak, 50-100g asam amino, 50100g ion, 8-9 liter air. Akan tetapi kapasitas absorbsi usus halus jauh lebih besar daripada ini : sebanyak beberapa kg karbohidrat/ hari, 500-1000g lemak/hari, 500700g asamm amino/hari dan 20 liter air/hari. Selain itu usus dapat mengabsorbsi ion-ion dan lebih banyak air, walaupun hampir tanpa zat gizi (Guyton, Arthur C.1990; hal: 602) a) Absorbsi Air Absorbsi isosmotik. Air ditransport melalui membrane usus

halusseluruhnya dengan proses difusi, kemudian difusi mengikuti hukum osmosis yang berlaku. Karena zat yang larut ditranspor aktif dari lumer usus ke dalam darah, transport ini menunjukkan tekanan osmotic kimus, tetapi air berdifusi demikian mudah melalui membrane usus. Ion dan zat gizi diabsorbsi, air yang secara isoomotik diabsorbsi. (Guyton, Arthur C.1990; hal: 602) b) Absorbsi Ion Transpor aktif natrium, 20-30g natrium disekresi ke dalam secret usus setiap hari. Orang normal makan 5-8 g natrium/hari. Usus halus mengabsorbsi 25-35 g natrium/hari, yang merupakan 1/7 dari semua natrium yang terdapat dalam tubuh. (Guyton, Arthur C.1990; hal: 603) Transpor klorida berlangsung dengan difusi pasif. Transport natrium melalui epitel menimbulkan
19

elektronegativitas

dalam

kimus

dan

elektropositifitas pada bagian basal sel epitel. Kemudian ion klorida bergerak mengikuti selisih listrik ini mengikuti ion natrium. (Guyton, Arthur C.1990; hal: 604) Absorbs ion-ion lain, ion kalsium secara aktif diabsorbsi khususnya di duodenum. Ion besi secara aktif diabsorbsi dari usus halus. Kalium, magnesium, fosfat dan ion lainnya juga dapat secara aktif diabsorbsi melalui mukosa. (Guyton, Arthur C.1990; hal: 604) c) Absorbsi Zat Gizi (1) Absorpsi Karbohidrat Hasil akhir berupa glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Absorpsi glukosa terjadi beramaan dengan transport aktif ion Na seperti yang terjadi dalam tubulus proksimal ginjal. Mekanisme ini juga digunakan oleh fruktosa dengan fasilited defusion, sedangkan proses absorpsi glukosa memerlukan insulin. Laju absorpsi glukosa kurang lebih 120 gram/jam. (Syaifuddin,2009;hal 235) (2) Absorpsi Protein Hampir semua protein diabsorpsi dalam bentuk asam amino. 4 sistem pembawa yang berbeda mentranspor asam amino yang berbeda yaitu: asam amino netral, asam amino basa,Asam amino asam, dan yang keempat mempunyai spesifisitas untuk dua asam amino prolin dan hidroksifolin. (Guyton, Arthur C.1990; hal: 604) Asam amino terkumpul dalam sel mukosa dan kembali berdifusi ke dalam darah. Absorpsi ini berlangsung cepat di duodenum dan jejunum tetapi berlangsung lambat di ileum. Sumber protein dalam gastointestinal adalah 50% dari makanan, 25% dari liur pencernaan, 25% dari sel mukosa, dan hanya 2-2,5% yang tidak dicerna dan tidak diabsorpsi usus alus. (Syaifuddin,2009;hal 235) (3) Absorpsi Lemak Hasil akhir pencernaan lemak adalah asam lemak, gliserol, dan monogliserida. Garam empedu membantu pencernaan dan absorpsi lemak bersama lesitin dan monogliserida mengemulsi lemak. Asam lemak dan
20

kolesterol dari misel (garam empedu) masuk dan berdifusi secara pasif kedalam sel mukosa. Didalam sel mukosa sebagian kolesterol diserat. Ester gliserida dan ester kolesterol dibungkus oleh lapisan lipoprotein. Sekitar 60-90% lemak yang diserap dari usus halus diangkut kedalam darah melalui ductus torasikus dalam bentuk kilomikron. Absorpsi kolesterol terjadi diusus halus bagian distal dan berlangsung apabila ada kelenjar empedu, asam lemak, dan pankreas. (Syaifuddin,2009;hal 235)

2) Absorbsi dalam Usus Besar (Pembentukan Feses) Kira-kira 500-1000 ml kimus melalui katub iliosekalis masuk usus besar setiap hari. Sebagian besar air dan elektrolit dalam kimus diabsorbsi dalam kolon, hanya menyisakan 50-200ml cairan untuk diekskresi dalam feses. Sebagian besar absorbsi dalam usus besar terjadi pada setengah proksimal kolon sehingga daerah ini dinamakan kolon absorbs, sedangkan kolon distal pada dasarnya berfungsi untuk menyimpan dan dinamakan kolon penyipan. (Guyton, Arthur C.1990; hal: 605)

d. Eliminasi Defekasi adalah hasil reflex. Apabila bahan feses masuk ke dalam rectum, dinding rectum akan meregang dan menimbulkan impuls aferen disalurkan melalui plexus mesenterikus sehingga menimbulkan gelombang peristaltic pada kolon desenden dan kolon sigmoid yang akan mendorong feses ke arah anus. Apabila gelombang peristaltic sampai di anus, sfingter ani internus akan menghambat feses sementara dan sfingter ani eksternus melemas sehingga terjadi defekasi. Refeksi ini sangat lemah sehingga harus diperkuat refleksi lain melalui segmen sacral medulla spinalis dan di kembalikan ke kolon desenden, kolon sigmoid, rectum, dan anus melalui saraf parasimpatik. Impuls parasimpatik memperkuat gelombang parasimpatik dari gelombang lemah menjadi proses defekasi kuat. Orang normal dapat mencegah defekasi sampai waktu dan tempat yang sesuai dengan reflek defekasi. Defekasi hilang beberapa menit dan timbul kembali sampai beberapa jam. Ada bayi baru lahir, reflek defekasi berjalan
21

secara otomatis dan mengosongkan usus besar bagian bawah. (Syaifuddin.2009; hal: 239)

2. Metabolisme KH, Protein, Lipid, dan Asam Amino Pencernaan mengacu pada proses penguraian makanan dari strukturnya kompleks diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim yang diproduksi dalam sistem pencernaan. Manusia mengkonsumsi 3 kategori bio-kimia makanan kaya energi yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Molekul-molekul besar tersebut tidak mampu menembus membrane plasma utuh untuk diserap dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe. Proses pencernaan menguraikan molekul-molekul makanan besar ini menjadi molekul nutrien yang lebih kecil yang dapat diserap. (Sherwood,lauralee. 2001; hal:539) a. Metabolisme Karbohidrat (KH) Hanya terdapat 3 sumber utama karbohidrat dalam diet manusia normal. Sumber ini antara lain : 1) Sukrosa yang merupakan disakarida yang telah dikenal sebagai gula tebu. 2) Laktosa yang merupakan disakarida dalam susu 3) Pati yang merupakan polisakarida besar yang terdapat pada hampir semua makanan khususnya padi-padian
Pati Ptyalin (saliva) HCl (lambung) Amilase Pankreas Amilase Usus Laktosa - Laktase (Usus) Sukrosa - Sukrase (Usus)

Maltosa dan Isomaltosa -Maltase dan Isomaltase (usus)

Glukosa

Galaktosa

Fruktosa

Gambar : Skema Pencernaan Karbohidrat 22

Memberikan

skema

untuk

pencernaan

karbohidrat

yang

penting.

Ini

memperlihatkan bahwa mula-mula pati dihidrolisis menjadi maltose (isomaltosa) yang merupakan disakarida. Kemudian disakarida ini, bersama dengan disakarida utama lainnya laktosa dan sukrosa, dihidrolisis menjadi monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Hidrolisis pati dimulai di dalam mulut dibawa pengaruh enzim ptyalin, yang terutama disekresikan di dalam saliva dari glandulaparotidea. Asam hidroklorida lambung melakukan sedikit hidrolisistambahan. Akhirnya bagian utama hidrolisis terjadi di dalam bagian atas usus halus di bawah pengaruh enzim amylase pankreas. Enzim lactase, sukrase, maltase, dan isomaltase untuk pemecahan disakarida terletak di dalam mikrovili brush border sel epitel. Disakarida ini dicerna menjadi monosakarida sewaktu berkontak dengan mikrovili ini atau sewaktu mereka berdifusi ke dalam mikrovili. Produk pencernaan monosakarida, glukosa, galaktosa, dan fruktosa kemudian segera diabsorbir ke dalam darah porta (Guyton, Arthur C.1990; hal: 599)

b. Metabolisme Protein
Pepsin - Proteosa - Pepton - Polipeptida

Protein

Tripsin, kimotripsin, karboksipolipeptidase Polipeptida + Asam Amino Peptidase

Dipeptida Asam Amino

Gambar : Skema Pencernaan Protein

Protein dalam makanan sehari-hari hampir seluruhnya berasal dari daging dan sayuran yang dicerna dalam lambung dan bagian atas usus halus. Pencernaan protein dimulai dari dalam lambung, enzim pepsin memecah protein menjadi protease, pepton dan polipeptida besar. Enzim ini hanga berfungsi dalam medium yang sangat asam,
23

paling baik berfungsi pada pH 2. Sehingga sekresi asam hidroklorida di dalam lambung penting untuk proses pencernaan. Pepsin terutama penting karena kesanggupannya untuk mencerna kolagen, suatu albuminoid yang sedikit dipengaruhi oleh enzim pencernaan lain. Karena kolagen merupakan unsur utama jaringan ikat di dalam daging, maka penting pencernaannya sehingga sisa daging lainnya dapat dicerna oleh enzim pencernaan lain. Protein dicerna lebih lanjut di dalam bagian atas usus halus di bawah pengaruh enzim prankreas tripsin, kimotripsin, dan karboksipolipeptidase. Produk akhir pencernaan ini terutam merupakan polipeptia kecil ditambah beberapa asam amino. Akhirnya polipeptida kecil dicerna menjadi asam amino sewaktu berkontak dengan sel epitel usus halus. Sel ini mengandung beberapa enzim (peptidase) yang mengonversi produk protein sisanya menjadi asam amino. Bila makanan dikunyah dengan semestinya dan tidak dimakan dalam jumlah yang terlalu banyak pada saat yang sama, sekitar 98% semua protein akhirnya menjadi asam amino. (Guyton, Arthur C.1990; hal: 601)

c. Metabolisme Lipid Lemak dalam diet merupakan lemak netral (trigliserida), masing-masing molekul terdiri dari satu inti gliserol dan 3 asam lemak. Lemak netral ditemukan dalam makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Dalam diet bisa juga terdapat sejumlah kecil fosfolipid, kolesterol dan ester-ester kolesterol. Fosfolipid dan ester kolesterol mengandung asam lemak dan karena itu da[at dianggap sebagai lemak sendiri. Sebaliknya kolesterol merupakan senyawa sterol yang tidak mengandung asam lemak, tetapi ia menunjukkan beberapa sifat fisika dan kimia lemak, ia berasal dari lemak dan dimetabolisme sama seperti lemak.

Lemak Lemak teremulsi

Empedu+Pergolak an Lipase Pankreas

Lemak teremulsi - Asam-asam lemak - Gliserol - Gliserida 60% 40 %

Gambar : Skema Pencernaan Lemak 24

Pencernaan lemak oleh lipase usus. Di bawah pengaruh lipase pankreas, kebanyakan lemak dipecah menjadi monogliserida, asam-asam lemak dan gliserol. Walau lemak dalam jumlah sedang hanya dicerna sampai stadium gliserida dengan berlanjutnya proses hidrolisis lemak, maka lebih baik absorpsi lemak. Sel epitel usus halus mengandung sejumlah kecil lipase yang dikenal sebagai lipase usus. (Guyton, Arthur C.1990; hal: 600)

3. Enzim Enzim Karbohidrat Amilas saliva (ptyalin) Kelenjar saliva Amylase pancreas Maltase Sukrase Lactase Pancreas Usus halus Usus halus Usus halus Zat tepung maltose Zat tepung disakarida dan maltose Maltose Sukrosa Laktosa glukosa glukosa dan fruktosa glukosa dan galaktosa Sumber sekresi Aksi

Protein Pepsin Lambung (pepsinogen diaktivasi oleh HCl lambung) Tripsin Pancreas (tripsinogen diaktivasi oleh enterokinase) Kimotripsin Pancreas (kimotripsinogen diaktivasi oleh tripsin) Peptidase Lemak
25

Protein polipeptida

Protein dan peptide peptida yang lebih kecil Protein dan peptide peptida yang lebih kecil Dipeptida asam amino

Usus halus

Lipase pancreas

Pancreas (dengan garam empedu)

Trigeserida monogliserida dan asam lemak Monogliserida asam lemak dan gliserida

Lipase usus

Usus halus (dengan garam empedu)

(Sloane,Ethel.2003; hal: 293) 4. Motilitas Motilitas mengacu pada kontraksi otat yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan. Seperti otot polos vaskuler, otot polos di dinding saluran pencernaan terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang dikenal sebagai tonus. Tonus penting untuk mempertahankan agar tekanan pada isi saluran pencernaan tetap serta untuk mencegah dinding saluran pencernaan melebar secara permanen setelah mengalami distensi (peregangan). Terhadap aktivitas tonik yang terus menerus tersebut, terjadi dua jenis dasar mortilitas pencernaan, gerakan propulsive (mendorong) dan gerakan mencampur. Gerakan propulsive mendorong atau memajukan isi saluran pencernaan ke depan dengan kecepatan yang berbeda-beda, dengan laju propilsi bergantung pada fungsi yang dilaksanakan oleh setiap region saluran pencernaan yaitu, makanan bergerak maju dalam suatu segmen dengan kecepatan yang cukup bagi segmen tersebut melaksanakan tugasnya. Sebagai contoh, transit makanan melalui esophagus berlangsung cepat karena struktur ini hanya berfungsi sebagai tempat lewat makanan dari mulut ke lambung. Sebagai perbandingan, di usus halus, tempat utama berlangsungnya pencernaan dan penyerapan, makanan bergerak sangat lambat, sehingga tersedia cukup waktu untuk penguraian dan penyerapan makanan. Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama, dengan mencampur makanan dengan getah pencernaan, gerakan tersebut membantu pencernaan makanan. Kedua, gerakan tersebut mempermudah penyerapan dengan memajankan semua bagian isi usus ke permukaan penyerapan saluran pencernaan. Pergerakan suatu bahan melintasi saluran pencernaan bahwa motilitas di kedua ujung saluran mulut sampai bagian awal esophagus dan sfingter anus eksternus di akhir melibatkan aktivitas otot rangka dan bukan otot polos. Dengan demikian, tindakan mengunyah, menelan, dan defekasi
26

memiliki komponen volunteer karena otot-otot rangka berada di bawah kontrol kesadaran, sedangkan motilitas yang dilakukan oleh otot polos di bagian saluran pencernaan lainnya dikontrol oleh mekanisme involunter yang kompleks. (Sherwood,lauralee. 2001; hal:538)

27

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Empat proses pencernaan dasar adalah motilitas, sekresi, pencernaan, dan penyerapan. Aktivitas pencernaan diatur secara cermat oleh mekanisme hormon dan saraf otonom (baik instrinsik maupun ekstrinsik) yang sinergistik. Pengaturan ini untuk memastikan bahwa makanan yang masuk disajikan secara maksimal pada tubuh untuk digunakan sebagai bahan baku atau untuk menghasiolkan energi. Saluran pencernaan terdiri dari suatu saluran kontinie yang berjalan dari mulut sampai anus, dengan modifikasi lokal yang mencerminkan spesialisasi regional untuk menjalankan fungsi pencernaan. Lumen saluran pencernaan berhubungan langsung dengan lingkungan eksternal, sehingga isinya secara teknis berada di luar tubuh; susunan semacam ini memungkinkan tubuh mencerna makanan tanpa mencerna dirinya sendiri.

28

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C.1990.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Jakarta: EGC

Haryono, Rudi.2012.Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.Yogjakarta: Gosyen Publising

Sherwood,lauralee.2003. Fisiologi Manusia dari Sel ke Siste.Jakarta: EGC

Sloane,Ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Jakarta : EGC

Syaifuddin,2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

29

Anda mungkin juga menyukai