Anda di halaman 1dari 24

Ujian Tengah Semester Pendidikan Agama Islam

1. Mengapa Allah menciptakan manusia?


Jawaban saya: Allah menciptakan manusia karena memiliki tujuan tertentu yaitu untuk sebagai khalifah di muka Bumi, sehingga Allah menciptakan manusia disertai dengan akal dan pikiran berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan adanya akal pikiran diharapkan manusia dapat menjaga dan memelihara semua ciptaan Allah yang ada di muka Bumi. Berdasarkan literature yang telah diperoleh, tidak diragukan lagi bahwasannya Allah Swt adalah Wujud Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan), untuk mengatasi persoalan diatas, tidaklah terlepas dari dua pokok proposisi: a. Allah Swt, sebagai Wujud Yang Maha Sempurna, dan tidak membutuhkan, juga bagiNya tidak mempunyai tujuan dalam pencapaian suatu kebutuhan. b. Perbuatan Allah Swt tidaklah menuju kesia-siaan, haruslah bagiNya meraih tujuan. Tujuan tersebut berkenaan dengan tindakan (objek),bukanlah bagi pelaku perbuatan(subjek).

Dalam alquran Allah Swt berfirman: Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS Al-Mukminun ayat 115) dalam surat lain, Allah Swt berfirman:. ..Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS Al-Imran ayat 191), juga dalam ayatNya : Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. (QS Anbiya ayat 16) Maksud dan kandungan ayat-ayat diatas bahwasanya Allah Swt menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya itu adalah dengan maksud dan tujuan yang mengandung hikmat. Poin penting adalah tidaklah

maksud dan tujuan tersebut kecuali untuk kesempurnaan makhluk tidaklah bagi kesempurnaan zatNya (Allah Swt).

Allah berfirman kepada para malaikat ketika akan menciptakan Adam, ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi''. (AlBaqarah:30). Banyak kaum muslimin yang keliru dalam memahami ayat ini, yakni sebagai wakil/pengganti Allah dalam mengurus bumi. Makna khalifah yang benar adalah kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, demikian penjelasan dalam ringkasan Tafsir Ibnu Katsier

''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'' Mereka berkata: ''Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?''. Tuhan berfirman: ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui''(AlBaqarah:30) Syaikh Muhammad Nasib Ar-Rifai berpendapat dalam ringkasan Tafsir Ibnu Katsiernya : 1. Adalah mustahil tiadanya Allah dari kerajaan-Nya, baik secara total maupun sebagian. Dia senantiasa mengurus langit dan bumi dan tidak ada suatu perkara seberat Dzarrah pun yang ada di langit dan di bumi yang terlepas dari pengetahuan-Nya. Jadi, Dia tidak membutuhkan khalifah, wakil, pengganti, dan tidak pula butuh kepada pihak yang ada di dekat-Nya.

2. Jika keberadaan Adam atau jenis manusia itu layak untuk menggantikan Allah, maka dia harus memiliki sifat-sifat yang menyerupai sifat-sifat Allah Ta'ala, dan Mahasuci Allah dari sifat-sifat yang dapat diserupai manusia. Jika manusia, sebagaimana seluruh makhluk lainnya, tidak menyandang sifat-sifat yang menyerupai sifat-sifat Allah, bahkan makhluk tidak memilikinya,

sedangkan Allah Maha Sempurna pada seluruh sifat-Nya, maka terjadilah ketidaksamaan secara total. Maka bagaimana mungkin orang yang

berkekurangan menggantikan pihak Yang Mahas Sempurna? Maha Suci Allah dari adanya pihak yang menandingi dan menyerupai. ''Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.'' (asy-Syuura: 11)

3. Adalah sudah pasti bahwa manusia tidak layak menjadi khalifah atau wakil Allah, bahkan hal sebaliknyalah yang benar, yaitu Allah sebagai khalifah dan wakil. Simaklah beberapa firman berikut ini. ''Cukuplah Allah menjadi Wakil (Penolong) kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung''(Ali Imran: 173). ''Dan Allah Maha Mewakili segala sesuatu.''(Hud: 12). ''Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.''(At-Thalaq: 3). ''Dan cukuplah Allah sebagai Wakil''(An-Nisa': 81) Dalam hadits mengenai doa bepergian, Nabi shalallahu waalaihi wa sallam bersabda, ''Ya Allah, Engkaulah yang menyertai perjalanan dan yang menggantikan dalam mengurus keluarga yang ditinggalkan)

4. Tidak ada satu dalil pun, baik yang eksplisit, implisit, maupun hasil inferensi, baik di dalam Al-Qur'an maupun Sunnah yang menyatakan bahwa manusia merupakan khalifah Allah di bumi, karena Dia berfirman, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di bumi''. Ayat ini jangan dipahami bahwa Adam alaihis salam adalah khalifah Allah di bumi, sebab Dia bertirman, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di bumi.'' Allah mengatakannya demikian, dan tidak mengatakan, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan, untukKu, seorang khalifah di bumi'', atau Dia mengatakan, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah bagi-Ku di bumi'', atau ''menjadikan khalifah-Ku''. Dari mana kita menyimpulkan bahwa Adam atau spesies manusia sebagai khalifah Allah di bumi? Ketahuilah, sesungguhnya urusan Allah itu lebih mulia dan lebih agung daripada itu, dan Maha Tinggi Allah dari perbuatan itu. Namun,

mayoritas mufasirin mengatakan, ''Yakni, suatu kaum menggantikan kaum yang lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi.'' (Ar-Rifai, Muhammad Nasib: Akhir Ramadhan 1390 H).

2. Mengapa manusia perlu beragama dan mengapa Anda beragama Islam?


Jawaban saya: Manusia perlu beragama karena manusia perlu penuntun dan pedoman hidup dalam menjalani kehidupannya, dalam hal ini agama sangat berperan penting dimana Agama memiliki aturan, norma, dan petunjuk yang telah di atur oleh Yang Maha Kuasa untuk menjalani kehidupan manusia.Dengan adanya Agama, umat manusia berharap agar dapat hidup selamat dan bahagia di dunia dan di akhirat. Berdasarkan literature yang diperoleh, Istilah agama merupakan terjemahan dari Ad-Din (dalam bahasa Arab). Ad-Din dalam Al Quran disebutkan sebanyak 92 kali. Secara bahasa, dn diartikan sebagai balasan yaitu di dalam Al Quran yang menyebutkan kata dn dalam surat Al-Fatihah ayat 4, Maliki yaumiddin (Dialah) Pemilik (raja) hari pembalasan. Begitu juga pada sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, ad-dnu nashihah (Agama adalah ketaatan).Juga dalam Al-Baqarah ayat 256 Laa ikraaha fiddin (tidak ada paksaan dalam agama ).
Secara istilah, din diartikan sebagai sekumpulan keyakinan, kepercayaan, hukum, dan norma yang diyakini dapat mengantarkan seseorang menuju kebahagiaan manusia. Kebahagian dan keselamatan inilah yang sering menjadi cita-cita yang ingin dicapai tiap umat manusia di dunia. Dan kebanyakan orang sangat berharap dengan kebahagiaan dunia dan akhirat (Ar-Rifai, Muhammad Nasib: Akhir Ramadhan

1390 H). 1. Manusia secara naluri dan fitrahnya memang sangat membutuhkan agama.

Manusia pada dasarnya membutuhkan agama karena hal ini yang membedakan manusia dengan mahluk lain seperti hewan. Dalam beberapa hal, ada kesamaan antara manusia dengan hewan, yaitu sama-sama sebagai mahluk Allah SWT, sama-sama mempunyai keinginan-keinginan biologis dan samasama mempunyai perasaan takut, sedih, dan gembira dan lain-lain. Manusia merupakan mahluk yang unik dan istimewa. Secara fisik manusia lebih lemah dibandingkan dengan hewan tetapi manusia mempunyai jiwa dan akal yang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah dan lain sebagainya. 2. Manusia sangat membutuhkan pedoman untuk mengatur kehidupan di dunia dan mempersiapkan dirinya untuk kehidupan di akhirat. Manusia sebagai mahluk individu sekaligus sebagai mahluk sosial sangat memerlukan aturan dalam seluruh aspek kehidupannya. Mulai dari menyalurkan kebutuhan yang paling dasar sampai memenuhi kebutuhannnya yang primer, sekunder dan tersier. Semua aspek kehidupan ada aturannya apalagi untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Ilmuwan barat di antaranya Schumacher menyatakan bahwa materialisme sudah mati, manusia sekarang mencari spiritualisme sehingga menurut hemat kita pencaran dan kembalinya manusia terhadap agama merupakan jawaban yang tepat. Jawaban saya: Saya beragama Islam karena pertama saya dilahirkan sebagai anak yang beragama Islam sehingga saya di ajarkan Islam sedari kecil, atas dasar itu sampai sekarang saya tetap memeluk agama Islam dikarenakan Islam telah mengajarakan saya pada keimanan terhadap Allah walaupun Allah tidak berwujud, bagaimana kita selalu mengimani bahwa Allah itu selalu ada di dekat kita bahkan sedekat urat nadi. Dan karna ini sudah di takdirkan oleh Allah, saya telah dilahirkan sebagai Islam dan saya sangat bersyukur. Berdasarkan literature, Al-Quran Surat Al-Araf menerangkan kepada kita bahwa sesungguhnya di alam ruh manusia sudah berjanji dan menyaksikan bahwa Allah SWT adalah sang Maha Pencipta.

Juga Al-Quran Surat Al-Baqarah dari ayat 1 s/d ayat 20 menceritakan golongangolongan manusia. Para mufasirin menfasirkan bahwa ayat 1 5 menerangkan orang-orang yang beriman, ayat 6 7 menerangkan orang-orang yang kafir, dan ayat 8 20 menerangkan keadaan orang yang munafik. Dari 20 ayat yang diturunkan pada awal surat ini ternyata hanya 2 ayat saja yang menerangkan mengenai orang-orang kafir. Hal ini yang ditafsirkan bahwa kebanyakan manusia sebenarnya beriman namun yang paling banyak jumlahnya adalah golongan orang-orang atau kaum munafiqin yang senantiasa berada dan ragu di antara keimanan dan kemunakran mereka. 2. Manusia tidak mempunyai jawaban yang pasti terhadap pertanyaanpertanyaan tentang alam semesta. Pada saat Nabi Adam diturunkan ke bumi maka timbul kebingungan dalam dirinya tentang bagaimana menghadapi kehidupan di bumi, maka Allah SWT memberi tuntunan melalui wahyu dan isyarat-isyarat yang diturunkan kepada beliau. Bahkan sebelum Nabi Adam diciptakan-Nya para malaikat berdialog dengan Allah SWT tentang mahluk yang akan diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di bumi (Al-Baqarah ayat 30-34). Pertanyaan yang disampaikan malaikat adalah bentuk keprihatinan kepada manusia yang cenderung menjadi mahluk pembangkang namun Allah berfirman bahwa Allah lebih mengetahui daripada apa yang diketahui para malaikat. Dan selanjutnya Allah memberikan pelajaran mengenai nama-nama benda kepada nabi Adam sebagai

pengetahuan dan menjadikan kedudukan atau derajat Nabi Adam yang lebih tinggi daripada malaikat sehingga malaikat diperintahkan sujud kepada Nabi Adam ((Ar-Rifai, Muhammad Nasib: Akhir Ramadhan 1390 H).

3. Apakah tujuan Allah menurunkan wahyu dan mengutus Rasul kemuka Bumi?
Jawaban saya: Tujuan Allah mengutus Rasul adalah untuk menyampaikan wahyu yang telah diterimanya kepada seluruh umat manusia, agar umat manusia berada di jalan yang benar. Berdasarkan literature yang diperoleh, Tujuan Allah mengutus Rasul kemuka Bumi adalah untuk menyampaikan wahyu kepada manusia agar tidak ada hujjah (alasan) bagi mereka dihadapan Allah Taala di hari kiamat kelak. Allah Taala mengutus mereka kepada kaumnya dengan diperkuat bukti-bukti dan berbagai mukjizat. Nabi yang diangkat sebagai rasul pertama adalah Nabi Nuh, sedangkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah Nabi dan Rasul pungkasan. Dan di antara yang membedakan antara nabi dan rasul adalah, bahwa kenabian adalah syarat kerasulan, maka tidak bisa menjadi rasul orang yang bukan nabi. Kenabian lebih umum dari kerasulan. Setiap rasul pasti nabi, tetapi tidak setiap nabi adalah rasul. Dan rasul adalah orang yang membawa risalah kepada suatu kaum yang tidak mengerti tentang agama dan syariat Allah Taala, atau kepada kepada kaum yang telah mengubah syariat dan agama, untuk mengajari mereka atau mengembalikan mereka ke dalam syariat Allah Taala. Dia adalah hakim bagi mereka. Sedangkan nabi diutus dengan dakwah kepada syariat nabi atau rasul sebelumnya. Dalil-Dalil yang Mewajibkan Beriman kepada Para Rasul * Dalil- Dalil Naqli (al-Quran dan al-Hadits) 1. Di antara khabar yang berasal dari Allah Taala tentang rasul-rasulNya dan tentang penetapan mereka menjadi rasul dan risalah-risalah (misi) yang mereka bawa, adalah terdapat dalam ayat-ayat berikut, Dan sesungguhnya

Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu (QS. an-Nahl:36) Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yaqub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisaa:163-165) 2. Berita dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang dirinya dan tentang saudara-saudaranya para rasul dan para nabi, hal tersebut tercantum dalam hadits-hadits yang sangat banyak di antaranya: Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya oleh Abu Dzar tentang jumlah para nabi dan rasul, beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab, Seratus dua puluh ribu nabi, dan yang menjadi rasul di antara mereka sebanyak tiga ratus tiga belas (rasul). (HR. Ibnu Hibban). Sabda beliau shallallahu alaihi wasallam, Allah tiada mengutus seorang nabi melainkan ia telah memberikan peringatan kaumnya akan si buta sebelah matanya lagi pendusta, yaitu al-Masih Dajjal. (HR. Bukhari dan Muslim) * Dalil-Dalil Aqli

1. Rububiyyah Allah Taala dan rahmat-Nya memastikan pengangkatan rasul dariNya untuk segenap umat manusia agar memperkenalkan (Rabb) kepada mereka dan membimbing mereka menuju jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat. 2. Allah Taala menciptakan manusia supaya beribadah kepadaNya, firmanNya, artinya, Dan Aku tidak sekali-kali menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu. (Adz-Dzariyat: 56). Maka hal ini menuntut adanya pemilihan manusia sebagai rasul agar mengajarkan kepada manusia bagaimana seharusnya beribadah kepada Allah Taala. Sebab yang demikian itulah tugas dan tujuan penciptaan manusia. 3. Adanya pahala dan hukuman yang berkaitan dengan pengaruh ketaatan dan kemaksiatan pada jiwa (hati) hingga menjadi bersih atau kotor merupakan perkara yang memastikan pengutusan para rasul dan pengangkatan manusia menjadi nabi. Juga di hari Kiamat kelak tidak ada manusia yang mengatakan, Sesungguhnya kami ya Rabb kami tidak mengetahui cara patuh kepada Engkau, sehingga kami bisa mematuhiMu, dan kami pun tidak mengetahui sisi kedurhakaan kepadaMu sehingga kami menjauhinya; Dan pada hari ini tidak ada kezhaliman di sisiMu, maka janganlah Engkau menyiksa kami. Allah Taala menegaskan dalam firmanNya, artinya, (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisaa:165) (Anonim A, 2011). Jawaban saya: Tujuan Allah menurunkan wahyu adalah untuk memberi petunjuk kepada Nabi atau Rasul Allah dalam menyebarkan Agama Allah. Para nabi mengaku bahwa mereka memiliki hubungan langsung dan khusus dengan Tuhan, mereka menerima hakikat di mana manusia biasa tidak akan mampu menampungnya. Para nabi melihat dan mendengar suara Malaikat sang

pembawa wahyu dengan indra-indra batin. Dan para nabi bertugas untuk menyampaikan berita dan perintah Tuhan kepada umat manusia, membimbing dan memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya. Hubungan khusus yang bersifat rahasia itu, dalam istilah, disebut sebagai wahyu. Berdasarkan literature Syekh Mufid menyatakan, "Ketika wahyu dinisbahkan kepada Tuhan, dalam istilah Islam, maka wahyu itu hanyalah dikhususkan kepada para nabi As." Hamu menuliskan, "Terkadang Tuhan mengispirasikan sesuatu kepada sebagian manusia dalam keadaan tidur dan kemudian hal tersebut benar-benar terjadi, maka inspirasi ini dalam terminologi Islam tidak disebut wahyu. Dengan demikian, tidak dikatakan bahwa fulan telah mendapatkan wahyu. Kami meyakini bahwa para imam suci menerima ilmu akan tetapi tidak disebut sebagai wahyu, hal ini karena kaum muslimin sepakat bahwa pasca Nabi Muhammad saw tidak turun lagi wahyu kepada seorangpun." Telah banyak defenisi wahyu yang telah dikemukakan, akan tetapi bukanlah defenisi yang bersifat hakiki. Pada dasarnya, kita mustahil mendefenisikan wahyu dari segi hakikatnya, karena wahyu bukanlah sejenis hubungan biasa sehingga kita bisa memahaminya kemudian mendefenisikannya. Allamah Thabathabai mengungkapkan, "Wahyu ialah sejenis makrifat dan pengetahuan khusus di dalam batin para nabi dimana tak seorangpun bisa mengetahuinya kecuali dengan bantuan dan inayah Tuhan." Lebih lanjut dia katakan, "Wahyu ialah perkara yang sangat ajaib, sejenis persepsi-persepsi batin, dan pengetahuan yang sangat simbolik dimana tidak terjangkau oleh indra-indra lahiriah." Dan Muhammad Farid berkata, "Wahyu adalah pengajaran Tuhan kepada para nabi dengan perantaraan malaikat mengenai perkara-perkara agama.

10

Muhammad Rasyid Ridha berkata, "Mereka mendefenisikan wahyu sebagai pengajaran Tuhan tentang hukum agama kepada salah seorang nabi, akan tetapi saya mendefenisikan wahyu sebagai sebuah bentuk pengetahuan dimana seseorang mendapatkannya dalam dirinya sendiri dan meyakini bahwa hal tersebut dari Tuhan baik dengan perantara ataupun tanpa perantara." Zarqani menulis, "Wahyu dalam defenisi agama adalah bahwa Tuhan menginformasikan apa-apa yang hendak diajarkan kepada hamba-hamba pilihan-Nya namun dengan cara rahasia dan tersembunyi." Poin penting yang harus disampaikan adalah kata "wahyu" telah digunakan di tiga tempat : 1. Bermakna mengirim wahyu dimana merupakan sifat dari pemberi wahyu; 2. Bermakna pengetahuan dan pemahaman atas sesuatu, yakni sebagai sifat dari penerima wahyu; 3. Bermakna diwahyukan yakni hasil dari perbuatan Tuhan dan para nabi dimana merupakan sifat dari ilmu-ilmu, pengetahuan-pengetahuan, dan hukum-hukum agama. Maka dalam hal ini, al-Quran digolongkan sebagai wahyu Wahyu adalah sebuah eksistensi transendental yang berada di luar ranah dan wilayah akal pikiran manusia, karena itu manusia mustahil mengetahui esensi dan hakikat wahyu dengan perantaraan akal. Wahyu bukanlah mengetahuinya dengan menggunakan perangkat-perangkat indrawi dan alat-alat ilmu empirik. Hakikat wahyu tidaklah bisa dideskripsikan oleh akal dan tidak bisa didefenisikan dengan apapun. Para nabi memahami hakikat wahyu dan menyaksikannya dengan keluasan dan kesucian batinnya. Hakikat wahyu yang disaksikan langsung oleh para nabi bukan dalam bentuk hurufhuruf dan tidak bisa disampaikan kepada yang orang lain, akan tetapi kandungan

11

wahyu yang kaya dan sarat dengan informasi dari Tuhanlah yang bisa ditransfer kepada orang lain. Ketika para nabi menyampaikan wahyu tidaklah berarti bahwa para nabi menyampaikan pengalaman batinnya di alam metafisika yang merupakan sebuah eksistensi di luar alam materi dan alam tabiat. Para pengikut dan sahabat hanyalah menyaksikan tanda-tanda bahwa nabi menerima wahyu dan mereka tidak mengalami apa yang terjadi pad nabi pada saat menerima hakikat wahyu. Oleh karena itu, kami dengan jelas mengatakan bawa kita tidak bisa menjelaskan dan memahami hakikat wahyu dan tidak dapat memberikan definisi yang komprehensif terhadap sebuah eksistensi transendental yang diluar jangkauan akal manusia. Dan para pembaca yang budiman sebaiknya tidak berharap demikian, akan tetapi tujuan kami adalah menjelaskan apa-apa yang akan membantu kita dalam memahami wahyu secara lahiriah dan mendekatkan pikiran kita tentang hubungan rahasia dan luar biasa ini. Inilah tujuan kami ketika mengutip dan menyandarkan perkataan kami kepada para filosof dan para urafa. Dan dengan menalaah perkataan para ilmuwan tersebut akan memberikan perspektif yang benar tentang wahyu pada kita. Bukan berarti bahwa dengan ketidakmampuan mengetahui esensi wahyu menyebabkan pengingkaran pada wahyu, kenabian, rasul, dan pembawa wahyu itu sendiri, karena kenabian adalah masalah yang telah dibahas dan diteliti secara cermat dalam buku-buku teologi dan filsafat serta sudah dibuktikan keberadaannya dengan mengemukakan argumentasi logikal dan rasional. Pembuktian kebenaran kenabian tidak bergantung pada pengetahuan kita tentang hakikat dan esensi wahyu. Al-Quran dengan tegas memperkenalkan dirinya sebagai mukjizat nabi yang bersumber langsung dari Tuhan dan menantang para pengingkar al-Quran untuk menghadirkan seperti kita suci itu. Nabi Muhammad saw mengumumkan kepada umat manusia bahwa al-Quran bukanlah perkataan beliau dan beliau pun tidak bisa menciptakan ayat al-Quran sesuai dengan keinginannya ataukah mengganti ayat dengan ayat yang lain, hal sebagaimana diungkapkan, "Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata,

12

orang-orang

yang

tidak

mengharapkan

pertemuan

dengan

Kami

berkata,

Datangkanlah Al-Quran yang lain dari ini atau gantilah Al-Quran ini. Katakanlah, Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut kepada siksa hari yang besar (kiamat) jika aku mendurhakai Tuhanku. Katakanlah, Seandainya Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu. Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya (dan aku belum pernah membawakan sebuah ayat pun). Maka apakah kamu tidak memikirkannya?" "Dan apabila (ayat Al-Quran terlambat turun dan) kamu tidak membawa suatu ayat Al-Quran pun kepada mereka, mereka berkata, Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu? Katakanlah, Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al-Quran ini adalah buktibukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Anonim B, 2012)

4. Apakah Allah Maha Adil atau Maha Berkehendak terhadap perbuatan manusia atau nasib manusia?
Jawaban saya: Allah Maha Adil terhadap perbuatan manusia karena Allah memiliki nama-nama yang baik (Asmaul Husna) salah satunya yaitu Al-Adlu yang berarti Maha Adil. Sifat Adil hanya dimiliki oleh Allah, sebagai umat muslim sudah sepatutnya tahu dan paham akan nama-nama Allah Azza wa Jalla yang berjumlah 99 yang terlampir dalam Asma u al-Husna. Dan nama-nama Allah Azza wa Jallah tersebut bukan hanya sekedar pengertian atau wacana agama Islam itu sendiri melainkan itu memang gambaran dari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla yang sangat amat sempurna dan terbukti kebenarannya sampai-sampai para ulama mengatakan bahwa dengan Asma u alHusna saja tidak cukup untuk menggambarkan Keagungan dan Kesempurnaan Allah Azza wa Jalla sebagai pencipta alam semesta ini begitu pula alam Akhirat yang tidak diragukan lagi keberadaannya kecuali oleh orang-orang yang tidak berakal.

13

Berdasarkan literature yang diperoleh, Al-Adl, berasal dari tiga suku kata a-da-la, yang berarti lurus dan sama. Seorang yang adil, menurut definisi ini adalah mereka yang lurus, tidak plin-plan, dan sikapnya senantiasa menggunakan ukuran yang sama, bukan standar ganda. Ketika berhadapan dengan suatu masalah, orang yang adil bersikap obyektif, tidak berpihak pada salah satu yang bersengketa. Allah Maha Adil. Dia menempatkan semua manusia pada posisi yang sama dan sederajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan, kekayaan, atau karena jabatannya. Dekat jauhnya posisi seseorang dengan Allah hanya diukur dari seberapa besar mereka berusaha meningkatkan taqwanya. Semakin tinggi taqwanya, semakin tinggi pula posisinya, semakin mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Begitupun sebaliknya. Dia berfirman: Sesungguhnya semulia-mulia kalian di sisi Allah adalah yang paling besar, dalam, dan tinggi taqwanya. Sebagian dari keadilan-Nya, Dia hanya menghukum dan memberi sanksi kepada mereka yang terlibat langsung dalam perbuatan maksiat atau dosa. Tidak dikenal olehNya istilah dosa turunan, juga tidak ada hukum karma. Di hadapan-Nya masing-masing individu akan mempertanggungjawabkan dirinya sendiri. Lebih dari itu, keadilan-Nya selalu disertai dengan sifat kasih sayang. Dia memberi pahala sejak seseorang berniat berbuat baik dan melipatgandakan pahalanya jika kemudian direalisasikan dalam amal perbuatan. Sebaliknya, Dia tidak langsung memberi catatan dosa selagi masih berupa niat berbuat jahat. Sebuah dosa baru dicatat apabila seseorang telah benar-benar berlaku jahat. Adil juga berarti menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya. Lawan kata adil adalah Dzalim atau aniaya. Seseorang yang menempatkan sesuatu tidak pada tempat yang semestinya disebut dzalim atau berbuat aniaya. Untuk memahami keadilan Allah, mari kita jelajahi benda-benda angkasa. Adakah di antara benda-benda itu yang ditempatkan semau-Nya? Semua tertata rapi, masing14

masing menempati posisi yang pas dengan tingkat presisi yang sempurna. Bayangkan jika tidak presisi, tentu akan timbul benturan antara yang satu dengan lainnya. Sudah bisa diduga, berapa umur dunia ini. Perhatikan firman-Nya: Maka apakah mereka tidak melihat langit yang ada di atas mereka, bagaiman a Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun. (Qs. Qaf: 6) Lalu perhatikan diri kita sendiri, betapa Allah dengan sifat Adil-Nya telah menempatkan seluruh anggota tubuh kita pada tempat yang semestinya. Dia telah menempatkan hidung, mata, telinga, kepala, tangan, dan kaki pada tempat yang pas. Bayangkan jika tempat masing-masing anggota tubuh kita tidak pada posisinya seperti sekarang ini. Duh, Maha Adil Engkau Ya Allah. Dan pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Qs. Adz-Dzariyat: 21) Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan (Qs. An Nahl 90) (Muthahhari, Murtadha: 1981) Jawaban saya: Allah Maha Berkehendak terhadap nasib manusia seperti Qada dan Qadar. "Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum kaum itu merubahnya Setiap hal yang terjadi pada manusia merupakan kehendak dan ketentuan yang telah di atur oleh Allah. Tak ada seorang manusia pun yang mampu menolak kehendak ALLah. Manusia hanya bias berencana, berusaha, dan berdoa tetapi sepenuhnya Allah lah yang menentukan. Berdasarkan literature yang diperoleh akan dijabarkan berikut ini, Iroodah (Berkehendak) Sifat Allah adalah Iroodah (Maha Berkehendak). Allah melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Mustahil Allah itu Karoohah (Melakukan sesuatu dengan terpaksa).

15

Maa yaftahillaahu linnaasi mir rohmatin, falaa mumsika lahaa; Jika Allah sudah berkenan memberikan rahmat kepada seseorang, berkenan memberi perubahan nasib, berkenan memberi keberuntungan, berkenan memberi jalan-jalan untuk seseorang menjadi kaya dan bahagia, maka tidak ada seorangpun yang mampu menahannya. Wa maa yumsik, falaa mursila lahuu mim badih; Tapi bila Allah sudah berkenan juga untuk menahan rahmat buat seseorang dan berbuat sebaliknya, maka tidak ada satupun yang sanggup menghalangi-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana. (Qs. Faathir: 2). Yaa-ayyuhannaasudz kuruu nimatawloohi alaikum; wahai manusia, ingat-ingatlah lebih banyak lagi akan nimat Allah ketimbang kesulitan hidup, ingat-ingatlah hal-hal yang lebih menyenangkan ketimbang hal-hal yang menyesakkan dada, ingat-ingatlah lebh banyak lagi karunia Allah ketimbang musibah dan bala. Hal min khooliqin ghoiruwloohi yarzuqukum minassamaa-i wal ardh, apakah ada selain Allah yang bisa bikin kamu susah dan senang, kamu kaya dan miskin, kamu banyak harta dan sedikit, kamu bertambah harta dan berkurang harta, selain Allah? Laa-ilaaha illaa-huu, tidak ada, kecuali Allah saja yang bisa berbuat itu ke kamu. Faannaa yufakuun; maka janganlah kita berpaling dari-Nya. (Qs. Faathir: 3) ((Muthahhari, Murtadha: 1981)

5. Bagaimana proses Allah menciptakan manusia dan mengapa Allah menciptakan manusia lebih sempurna dibandingkan dengan makhlukmakhluk lainnya?
Jawaban saya: Allah menciptakan manusia bukan berasal dari hewan yang seperti dikemukakan oleh teori Evolusi Darwin. Allah menciptakan manusia meliputi dua aspek, yaitu debu tanah dan kemudian meniupkan nafas hidup kepadanya, 16

sedangkan Hawa dibuat dari tulang rusuk Adam. Allah menciptakn manusia dengan kekuasaan-Nya sendiri, maka setiap ciptaan Allah akan kembali kepada-Nya. Berdasarkan literature Proses Allah menciptakan manusia berasal dari: Mengenai proses dan fase perkembangan manusia sebagai makhluk ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran, yang artinya: 12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang biologis,

(berasal) dari tanah. 13.

disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Secara sederhana, Quraish Shihab menyatakan bahwa manusia dinamai basyar karena kulitnya yang tampak jelas dan berbeda dengan kulit-kulit binatang yang lain. Dengan kata lain, kata basyar senantiasa mengacu pada manusia dari aspek lahiriahnya, mempunyai bentuk tubuh yang sama, ia, makan dan minum dari bahan yang sama yang ada di dunia ini (Sanyoto, Siswo: 2008) Jawaban saya: Allah menciptakan manusia lebih sempurna dibandingkan makhlukmakhluk lainnya karena Manusia merupakan makhluk yang paling istimewa dibandingkan dengan makhluk yang lain. Menurut Ismail Rajfi manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syaratsyarat yang diperlukan.

Manusia mempunyai kelebihan yang luar biasa. Kelebihan itu adalah dikaruniainya akal. Dengan dikarunia akal, manusia dapat mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya serta mampu mengatur dan mengelola alam semesta ciptaan Allah adalah sebagai amanah. Selain itu manusia juga dilengakapi unsur lain yaitu qolbu (hati). Dengan qolbunya manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk bermoral, merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan kehadiran Ilahi secara spiritual. 17

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling tinggi derajadnya dibanding makhluk lain. Berdasarkan literature yang diperoleh,keistimewaan Manusia adalah: Manusia diberi kelebihan atas makhluk Allah yang lain ,dalam berbagai segi. Manusia memiliki karakter yang khusus dengan karunia Allah agar mampu mengemban amanah yang dibebankan kepadanya didunia. Kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lain adalah: 1. Dalam segi Penciptaan Manusia adalah stu-satunya makhluk yang dinyatakan Allah sebagai sebaik-baik penciptaan (Ahsanuttaqwim) sebagaimana firman-Nya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalm bentuk sebaik-baiknya ( At Tiin : 4) Kita dapat membandingkan setiap organ tubuh manusia dengan makhluk lain, tentu lebih sempurna. Perhatikan organ dalam manusia seperti jantung, ginjal, paru-paru, semuanya memiliki peran yang lebih sempurna dibandingkan dengan binatang jenis apapun. Termasuk organ tubuh lainnya seperti tangan, kaki, mata, telinga dan lain sebagainya semua serba lebih sempurna . 2. Dalam segi Ilmu Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat menyerap ilmu dan sekaligus mengembangkannya. Hal ini tak mungkin terjadi pada makhluk lain. Hewan hanya memiliki instink , sehingga segala gerak dan perbuatannya merupakan sekedar instinktif. Meskipun hewan mampu dilatih untuk suatu hal tertentu , namun itu juga sekedar instink dan bukan ilmu sehingga ia tak dapat mengembangkannya. Allah yang Maha Berilmu telah menetapkan dan mengajarkan ilmu-ilmu kepada manusia, sebagaimana firman-Nya : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya (Al Baqarah :31) Dalam ayat lain Allah berfirman : Dia mengajarkan kepada manusia apa-apa yang belum diketahuinya

18

(Al Alaq : 5). 3. Dalam segi Kehendak Manusia adalah makhluk yang bebas berhendak. Ia dapat memilih jalan yang baik, dapat pula memilih jalan yang sesat. Sekedar ilmu, belum tentu bias mengarahkan orang kepada kebaikkan . yang bias menjadi baik hanya karena ilmunya, tanpa dibarengi kehendak yang kuat untuk menjadikan dirinya baik. Allah berfirman: Sesunggunya Kami telah menunjukkannya (manusia ) jalan yang lurus, ada yang bersyukur ada pula yang kufur (Al Insan : 73) Manusia memiliki banyak kemungkinan dan peluang dalam menyelesaikan satu masalah tertentu, sebab ia memilki kehendak (iradah). Menentukan jalan hidup, manusia banyak pilihan, sehingga ada yang memilih jalan Islam, ada pula yang kufur. Hewan hanya memiliki satu peluang dan kesempatan untuk menghadapi satu masalah tertentu, sebab pada dasarnya hewan tidak memiliki kehendak. Demikianpun para malaikat , hanya memiliki kemungkinan satu-satunya yakni taat kepada Allah atas perintah yang diberikan kepada mereka. 4. Dalam segi Posisi/kedudukan Allah memberikan kedudukan yang tinggi kepada manusia diantara makhluk lainnya di bumi, yakni ia sebagai pemimpin. Sehingga manusia dapat memanfaatlkan alam semesta ini untuk keperluan hidupnya , sebagaimana firman Allah : Tidak kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi (Luqman : 20) Dalam ayat lain , Allah berfirman : Dialah (Allah) yang menjadikan segala apa yang ada di bumi untuk kamu (Al Baqarah : 9) Segala yang di alam ini telah disediakan Allah untuk kepentingan manusia karena memang manusialah yang bertugas memakmurkan bumi. Firman Allah : Dia telah menciptakan kamu dari bumi(tanah) dan menjadikan sebagai pemakmurnya ( Hud : 61) 19

Dengan ilmu yang dimilikinya, manusia dapat memanfaatkan segala sesuatu di alam ini sehingga bermanfaat untuk kemakmuran bersama. 5. Dalam segi Kemampuan Berbicara Jika kita perhatikan , seluruh makhluk hidup yang diberikan indera mulut dan alat suara, semuanya dapat berbicara dengan bahasa masing-masing, seperti berkicau, mendengus, mencicit dan lain-lain. Adapun manusia berbicara dengan berbagai macam bahasa dan suara, termasuk menirukan bunyi-bunyian alam dan binatang. Allah berfirman: Ar Rahman, yang telah mengajarkan Al quran. Dia menciptakan manusia , mengajarnya pandai bicara (Ar-rahman : 1-4) Allah juga berfirman : Bukan kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan buah bibir (Al Balad : 8-9) 6. Dalam segi Kemampuan Akal, Pengamatan, Intuisi dan Imajinasi Hanya manusia yang memilki kemampuan akal , dengannya dapat berfikir, melakukan pengamatan dan menyimpulkan . Manusia juga berkembang daya intuisi dan imajinasinya . Ia bisa mengkhayalkan sesuatu yang belum pernah terjadi. Akalnya berkembang menjadi sarana berkembangnya ilmu dan teknologi. Begitu pula kemampuan imajinasinya akan berkembang sehingga mengembangkan kreatifitas dalam berkarya. Hal ini semua tidak terjadi pada binatang. 7. Dalam segi tendensi moral Manusia memiliki peluang untuk dibentuk menjadi baik ataupun buruk. Bahkan dapat juga berperan ganda sebagaimana orang munafiq di satu sisi ia kelihatan baik namun ternyata ia adalah orang yang berniat jahat. Berbagai macam sifat dan sikap dapat ia miliki sekaligus . Tampak betul dalam segi ini manusia memang berbeda dengan binatang . Binatang sulit atau bahkan tidak dapat dibentuk dengan sifat dan karakter yang bermacam-macam padanya. Sebab ia tidak memilki kelengkapan tendensi yang memungkinkan untuk dapat bersifat menjadi seperti baik atau menjadi buruk. Demikianlah antara lain , keistimewaan manusia dibandingkan makhluk ciptaan Allah 20

yang lain. Manusia diciptakan oleh Allah dengan kelebihan tertentu atas makhluk lain, namun jika ia keliru mengambil jalan hidup, ia bisa mencapai derajat yang lebih rendah ketimbang binatang sekalipun. Sebagaimana yang telah Allah sifatkan kepada orangorang yang lalai dari jalan Allah: Mereka itu seperti binatang ternak , bahkan mereka lebih seat lagi. Merekalah orang orang yang lalai ( Al-Araf : 179) Dengan demikian, keistimewaan manusia ini penuh dengan konsekuensi yang menyertai misi keberadaanya di muka bumi ini (Sanyoto, Siswo: 2008)

6. Apakah yang dimaksud dengan Al-Quran dan apa fungsi Al-Quran bagin manusia?
Jawaban saya: Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW selama 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari. Isi kandungan Al-Quran menjawab dan menjelaskan masalah yang terjadi pada manusia, menceritakan tentang peristiwa dan masalah yang telah terjadi di masa lalu (cerita Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW) dan masa yang akan dating (tentang hari kiamat, kehidupan di akhirat, surge dan neraka). Berdasarkan literature, Secara bahasa Al-Qur`an berasal dari bahasa Arab , yaitu qarryaqrau quraanan yang berarti bacaan. Hal itu dijelaskan sendiri oleh Al-qur`an dalam Surah Al-Qiyanah ayat 17-18: "Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur`an (didalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami. (Karena itu), jika kami telah membacakannya hendaklah kamu ikuti bacaannya". Secara istilah Al-Qur`an adalah : "Kalam ALLAH yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang diturunkan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah".

Al-Qur`an adalah kalamullah, firman ALLAH Swt, ia bukanlah kata-kata manusia, bukan

21

pula kata-kata jin, setan, atau malaikat. Al-Qur`an bukan berasal dari pikiran makhluk, bukan syair, bukan sihir, bukan pula produk kontemplasi atau hasil pemikiran filsafat manusia. Hal ini ditegaskan olah ALLAH Swt dalam Al-Qur`an Surah An-Najm ayat 3-4: "Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur`an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)"

Menurut Syekh Muhammad Khudri Beik, Al-Qur`an ialah firman ALLAH Swt yang berbahasa Arab, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita secara mutawatir, ditulis dalam mushaf dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri Surah An-Nas.

Menurut Syekh Muhammad Abduh, Al-Kitab atau Al-Qur`an ialah bacaan yang telah tertulis dalam mushaf yang terjaga dalam hafalan-hafalan umat Islam.

Menurut Muhammad Abdul Azim az-Zarqani, Al-Qur`an adalah kitab yang menjadi mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, ditulis dalam mushaf dan disampaikan secara mutawatir (Anonim C, 2013)

Jawaban saya, Fungsi Al-Quran adalah: 1. Memberikan keamanan (menghilangkan sifat syirik) 2. Agar manusia dapat berlaku adil dan beradab 3. Sebagai pedoman dan penuntun hidup manusia 4. Menciptakan persatuan dan kesatuan umat Islam 5. Memberikan perlindungan kepada manusia Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Berdasarkan literature, Al-Quran sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber
pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam,baik yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri,hubungan manusia dengan Allah SWT,hubungan manusia dengan sesamanya,dan hubungan manusia dengan alam. Al-Quran berfungsi sebagai waf of life

22

yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Ia mempunyai sendi utama yang esensial berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya. Allah berfirman, Sesungguhnya Al-Quran ini member petunjuk menuju jalan yang sebaik-baiknya (QS 17:9). (Shihab, Quraish: 1992).

23

DAFTAR PUSTAKA

Anonim A, 2011. http://aljaami.wordpress.com/2011/02/09/iman-kepada-rasul-rasul-

allah-taala/ Diakses pada tanggal 1 Mei 2013.


Anonim B, 2012. http://quran.al-shia.org/ Diakses pada tanggal 1 Mei 2013.

Anonim C, 2013. http://www.lam-alif.com/showthread.php/461-Pengertian-AL-Quran-menurut-para-ahli/ Diakses pada tanggal 1 Mei 2013. Ar-Rifai, Muhammad Nasib. Akhir Ramadhan 1390 H. Tafsir Ibnu Katsir. Kota Haleb: Gema Insani Press. Muthahhari, Murtadha.1981. Keadilan Ilahi Asas Pandangan-Dunia Islam. Bandung: PT Mizan Pustaka. Sanyoto, Siswo. 2008. Membuka Tabir Pintu Langit. Jakarta: PT. Mizan Publika. Shihab, Quraish. 1992. Membumikan AL-Quran: Fungsi Dan Penerapan Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: PT Mizan Pustaka.

24

Anda mungkin juga menyukai