Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan fase yang indah sekaligus mengkhawatirkan dalam kehidupan manusia. Masa peralihan antara masa kanak kanak dan dewasa. Sebuah tahapan yang penuh perubahan, baik fisik maupun psikis, yang dihadapi oleh anak anak. Satu fase yang nampaknya sangat singkat tetapi sanagtlah penting dan sensitif Dimulainya masa masa balig dan remaja pada anak anak, menimbulkan suatu kebanggan sekaligus kekhawatiran bagi orang tua. Mengapa? Karena orang tua yang biasanya melihat anak anak mereka senantiasa membutuhkan mereka, sekarang mendapati bahwa anak anak mereka itu butuh kemandirian dan cenderung ingin menyelesaikan masalah masalah kesehariannya sendiri. Maka tidaklah aneh jika masa masa ini banyak sekali pertentangan antara orang tua dan para remaja. Pada satu sisi, orang tua karena sayang dan khawatir pada masa depan anak anak mereka, cenderung untuk melindungi. Pada sisi lain, para remaja yang telah memasuki fase baru disebabkan perubahan fisik dan psikis, butuh kemandirian dan ingin bersandar pada diri mereka sendiri. Sebagai manusia, remaja mempunyai berbagai kebutuhan yang menuntut untuk dipenuhi, dan merupakan sumber dari timbulnya berbagai problema di dalam dirinya sendiri terutama dalam hal penyesuaian terhadap lingkungan dimana remaja itu hidup dan berkembang. Salah satu alternatif jawaban dari permaslahan tersebut adalah peran orang tua dan para pendidik yang harus benar benar memahami kejiwaan para remaja,

mengenal kondisi serta perilaku mereka, dan kemudian mengambil sikap. Dengan kata lain, komunikasi yang baik akan sangat membantu masalah ini. Sebagai langkah konkritnya adalah kondisi kelurga yang nyaman dan aman bagi para remaja harus dibentuk oleh para orang tua. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis ingin memberikan suatu analisa terhadap pengaruh kedekatan keluarga terhadap perkembangan psikologi remaja.

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana perkembangan psikologi remaja ? 2. Apa saja kebutuhan kebutuhan dan masalah masalah yang dihadapi remaja? 3. Bagaimana pengaruh keluarga dalam perkembangan psikologi remaja? 4. Bagaimana cara pengajaran dan pendidikan pada remaja?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan kebutuhan kebutuhan dan masalah masalah yang dihadapi remaja. 2. Mendeskripsikan perkembangan psikologi remaja. 3. Mendeskripsikan pengaruh keluarga dalam perkembangan psikologi remaja. 4. Mendeskripsikan cara pengajaran dan pendidikan pada remaja

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut 1. Dapat megetahui kebutuhan kebutuhan dan masalah yang dihadapi remaja serta membantu menyelesaikan masalah tersebut. 2. Dapat mengetahui perkembangan yang terjadi pada remaja. 3. Dapat menetahui pengaruh kedekatan keluarga terhadap perkembangan psikologi remaja. 4. Dapat mengetahui cara pengajaran dan pendidikan pada remaja.

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Remaja Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Masa remaja merupakan masa peralihan dan ketergantungan pada masa anakanak kemasa dewasa, dan pada masa ini remaja dituntut untuk mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Ottorank (dalam Hurlock, 1990 ) bahwa masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan Daradjat (dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan masa remaja adalah masa dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang. Masa remaja juga disebut sebagai masa kritis identitas atau masalah identitas ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.

Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. 2.2 Perkembangan Remaja Masa remaja datang setelah masa kanak kanak berlalu, dan disebet sebagai masa pemisah antara masa kanak kanak dan dewasa. Satu fase yang nampaknya sangat singkat tetapi sangatlah penting dan sensitif. Secaa fisik anak banyak mengalami perubahan. Anak perempuan megalami menstruasi pertama pada usia sekitar 10 15 tahun. Sedangkan pada anak laki laki mengalami mimpi basah dan perubahan suara. Anggota tubuh juga mulai mengalami perubahan. Dalam Islam masa ini disebut masa baligh (setelah perempuan dan laki laki mengalami ciri diatas). Orang tua perlu memahami hal ini dan mengambil langkah tepat untuk menghadapi anak pada masa remaja ini. Masa ini merupakan transisi menjadi manusia dewasa. Jika remaj bisa melalui masa transisi ini dengan sehat, dia akan identitas positif. Adapun perkembangan yang terjadi, yaitu : 1. Perkembagan kognitif Pada masa ini anak mulai matang secara intelektual dan banyak mempunyai ide ide dalam menjalani kehidupannya. Biasanya dia lebih menyukai permasalahan yang menantangnya untuk berfikir lebih banyak. Berfikir dan membayangkan masa depan sudah tidak asing lagi bagi meraka. 2. Perkembangan sosial Anak mulai mengalami ketegangan dalam proses pencarian identitas. Terkadang ia mengalami kekacauan identitas dan mengalami kebingungan antara kenyataan dan idealisme. Anak mulai dapat mengembangkan kacakapan untuk menganalisis suatu sitasi sosial yang penuh tekanan,

mengidentifikasi perasaan dan tujuan. Anak anak sangat suka berkelompok bahkan dia lebih senang bersama teman tamannya dari pada bersama keluarga. 3. Perkembangan moral Anak mulai bisa membedakan perilaku yang baik dan tidak baik serta berusaha mencari persetujuan dan peneguhan tantang apa yang dia lkukan dari teman teman sebaya. Menurut anak, apa yang baik adalah yang menyenangkan dan bisa diterima kelompoknya 4. Perkembangan emosi. Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila dia sudah tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapakan emosinya dengan cara cara yang lebih dapat diterima. Dia sudah mampu memberikan reaksi emosional yang stabil tidak berubah ubah (hal ini perlu pada EQ [kecerdasan emosi] yang harus dilatih. 2.3 Karakteristik Masa Remaja Sebagai periode yang paling penting , masa remaja ini memiliki karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periode-periode perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut : a. Masa remaja adalah periode yang penting Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minta yang baru.

b.

Masa remaja adalah masa peralihan Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-sifat kekanakkanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengani peran yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu
mencoba usianya. untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk

c.

Masa remaja adalah periode perubahan Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat, peubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu, (1) peningkatan emosionalitas, (2) perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual, (3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah baru, (4) karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai, dan (5) kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan yang terjadi.

d.

Masa remaja adalah usia bermasalah Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua lasan yaitu : pertama, pada saat anak-anak paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru, sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

e.

Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status, seperti mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.

f.

Masa remaja adalah usia yang ditakutkan Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri dan lingkungan. Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak masyarakat mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu sendiri merasa takut untuk menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang tua atau pun guru untuk memecahkan masalahnya.

g.

Masa remaja adalah masa yang tidak realistis Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara kurang realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagai dia sendiri. Hal ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspiriasi yang tidak realitis ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga, teman. Semakin tidak realistis aspirasi mereka maka akan semakin marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai.

h.

Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa sringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan

status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Pendekatan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena data yang disajikan

berupa deskripsi kata-kata tertulis yang disesuaikan dengan rumusan masalah. Hal ini merujuk pada pendapat Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002:3) yang menyatakan bahwa kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan apa yang penulis ketahui dari pengamatan. 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam karya tulis ini yaitu: 1. 2. Study pustaka yaitu pencarian data dari buku-buku yang berhubungan dengan karya tulis ini. Pendapat para ahli serta informasi-informasi yang diperoleh melalui internet.

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kebutuhan kebutuhan Remaja Sebagi manusia, remaja mempunyai berbagai kebutuhan yang menuntut untuk dipenuhi, dan merupakan sumber dari timbulnya berbagai problema di dalam dirinya sendiri terutama dalam hal penyesuaian terhadap lingkungan dimana remaja itu hidup dan berkembang. Kebutuhan disebut juga motif atau drive. Pengertian kebutuhan atau motif ialah segala alasan yang mendrong makhluk (manusia dan binatang) untuk bertingkah laku mencapai sesuatu yang diinginkannya. Kebutuhan remaja dibagi menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan psikis dan kebutuhan sosial. 4.1.1 Kebutuhan Biologis Kebutuhan biologis atau (motif biologis) ialah motif yang berasal dari dorongan dorongan biologis. Motif ini sudah dibawa sejak lahir, jadi tanpa dipelajari. Boleh dikatakan bahwa motif biologis ini bersifat naluriyah (instinkif). Motif biologis sama sama dimiliki oleh semua makhluk Allah seperti lapar, haus, bernafas, mengantuk, dorongan seks. Motif biologis ini bersifat universal, artinya dimiliki oleh manusia dan binatang. Pada nasa remaja dorongan seks ini tampak lebih menonjol, sehinnga akan mempengaruhi tingkah lakunya misalnya terlihat pada remaja putri suka bersolek, tertarik pada lawan jenisnya dan begitu pula pada remaja putra yang mulai menaruh minat pada lawan jenisnya, ingin mengetahui masalah hubungan seks dan sebagainya. Untuk menhindarkan agar tidak terjadi penyelewengan yang bisa merusak anak remaja itu, diperlukan pendidikan seks (sex education) yang sistematis dan

10

terarah serta materinya sesuai dengan usia perkembangannya. Di Indonesia belum banyak orang tertarik akan penyebarluasan pendidikan ini. Bahkan tenaga ahli yang bergerak dibidang ini masih sedikit. Pemerintah juga belum berani menetapkan kurikulum pendidikan seks di sekolah sekolah. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain : a. Masih adanya anggapan dari masyarakat bahwa membicarakan soal seks adalah tabu (terlarang) baik oleh pengaruh adat ataupun agama, yang diterima secara kaku. b. Kurangnya tenaga ahli dan guru guru yang berpengalaman untuk memberiakan pendidikan seks terhadap anak anak sekolah. c. Kurangnya keberanian pada pemerintah untuk menyusun kurikulum yang berhubungan dngan pendidikan seks. d. Kurangnya buku buku dan media lainnya tentang sex education bila dibandingkan dengan buku buku porno yang beredar bebas di masyarakat. 4.1.2 Kebutuhan Psikis Yang dimaksud dengan kebutuhan psikis ialah segala doronagn yang menyebabkan orang bertindak mencapai tujuannya yang bersifat psikis (kejiwaan kerohanian). Kebutuhan ini bersifat individual. Yang termasuk kebutuhan psikis misalnya : a. Kebutuhan akan agama Agama adalah faktor penentram hati, pencipta ketenangan jiwa, menolong seseorang dari keragu raguan, ketajutan dan keguncangan, serta merupakan sandaran rohani yang sangat dibutuhkan. Para remaja pada usia 15 tahun memiliki perasaan beragama yang tinngi. Mereka ingin meringankan kekecewaan dalam diri mereka dengan mengikuti agama dan keyakinan keyakinan dalam agama. Remaja tidak mau tunduk sama sekali pada seseorang dan dengan segenap kemampuan akan melakukan penentangan.

11

Namun di dalam hati, ia sadar akan kekurangan dan kelemahan dirinya dan menyaksikan bahwa kemulian, kekuatan dan keberlangsungan dirinya ada pada agama. b. Kebutuhan akan rasa aman Pada manusia kebutuhan akan rasa aman itu dibutuhkan sejak kecil. Rasa aman yang ditimbulkan oleh situasi di waktu anak mengisap (periode oral) misalnya menyusu, mengisap jari, merupakan aspek terpenting bagi perkembangan kepribadian anak untuk masa selanjutnya. Hubungan orang tua dan anak juga bisa menciptakan rasa tidak man bagi anak, yaitu bila orang tua terlalu keras, suka memukul, tidak memberikan kasih sayang dan penerimaan dan perhatian kepada mereka. Juga adanya perbedaan norma atau pendapat antara ayah dan ibu dapat pula menimbulkan goncangan batin anak anaknya. 4.1.3 Kebutuhan Sosial Yang dimaksud dengan kebutuhan sosial adalah perasaan butuh terhadap hubungan dengan masyarakat, dan ini merupakan salah satu kebutuhan penting manusia. Kebutuhan ini dpat terlihat semenjak awal masa balita dalam perilaku bayi, sampai sampai para psikolog menyebut senyuman pertama bayi pada usia 2 -3 bulan sebagai senyuman sosial. Kebutuhan kebutuhan sosial yang amat menonjol pada remaja, yaitu : a. Kebutuhan untuk dikenal Biasanya tampak pada adanya kecenderungan remaja untuk melakukan perbuatan yang dapat menarik perhatian orang lain misalnya gerak - gerik tertentu untuk menarik perhatian lawan jenisnya, memakai pakaian dengan warna menyolok, mengendarai endaran dengan kencang, berkelompok di pinggir jalan dan sebagainya.jika kebutuhan ini tidak tersalur dengan baikakan dapat menimbulkan gangguan bagi orang lain.

12

b. Kebutuhan berkelompok Jika anak anak muda berkelompok dalam peer group (teman sebaya) di pinggir jalan memang kurang sedap dipandang, namun itu merupakan salah satu motif untuk berkelompok. Karena itu motif tersebut haruslah mendapat penyaluran secara wajar misalnya memberikan kesempatan bagi meraka untuk berorganisasi, berkarya, olah raga, seni, perkumpulan pers da lain lain. Di sekolah hendaknya diberikan bimbingan berorganisasi oleh guru yang punya pengalaman. Dan di masyarakat anak anak remaja disalurkan kepada organisasi mesjid, karang taruna dan organisasi profesi lainnya. c. Habit (kebiasaan) Habit atau kebiasaan adalah dorongan untuk melakukan suatu pekerjaan karena pengaruh lingkungan. Mula mula coba coba, kemudian agak sering dan akhirnya menjadi kebiasaan. Jika habit itu adalah yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat, maka sebaiknya hal itu dikembangkan. Mialnya kebiasaan berpakaian rapi, kebiasaan Sholat, bangun pagi dan sebagainya. Tetapi habit seperti pecandu rokok, peminum minuman keras, pelacur dan sejenisnya, maka hal itu perlu dibasmi. 4.2 Masalah masalah Yang Dihadapi Remaja Permasalahan yang sering dialami dalam masa remaja adalah masalah tidak percaya diri karena tubuhnya dinilai kurang / tidak ideal baik oleh oorang lain maupun dirinya sendiri, atau merasa tidak memiliki kelebihan yang bisa dipakai sebagai modal dalam bergaul. Rasa kurang percaya diri ini kemudian menyebar ke hal hal yang lain, misalnya malu untuk berhubungan dengan orang lain, tidak percaya diri untuk tampil di muka umum, menarik diri, pendiam, malas bergaul dengan lawan jenis dan bahkan kemudian menjadi seoarang pemarah, sinis dan lain lain. Dalam perkembangan sosial remaja, self esteem yang positif sangat berperan dalam pemgen tukan pribadi yang kuat,sehat dan mmiliki kemampuan untuk

13

menentukan pilihan, termasuk mampu berkata tidak untuk hal hal yang negatif dengan kata lain tidak mudah terpengaruh berbagai godaan yang dihadapi seorang remaja setiap hari dari teman sebaya mereka sendiri. 4.3 Perkembangan Psikologi Remaja Setiap tahap perkembangan manusia dibarengi dengan berbagi tuntutan psikologi yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagi tututan psikologi pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologinya di tahap tahap yang lebih lanjut. Salah satu sisi perubahan fisik dan kepribadian para remaja adalah perhatian yang berlebihan terhadap penampilan luar, bentuk tubuh dan wajah, begitu pula proporsionalitas. Pada tahap ini remaja berpikir bahwa penampilan luar dan postur tubuh merupakan pusat perhatian lawan jenis mereka.oleh karena itu, setiap hari sebagian besar waktu para remaja ditujukan untuk memperhatikan penampilan luar dan postur tubuh. Perlu diperhatikan bahwa landasan penampilan diri yang positif dan negatif mungkin saja terbentuk pada masa ini. Menampilkan diri yang positif adalah bila para remaja memiliki pola pikir akan pemanampilan luar dan potensi yang dimiliki. Sebaliknya, penampilan diri yang negatif adalah bila para remaja memiliki pola pikir yang negatif akan penampilan luar dan potensi mereka. Para remaja yang menampilkan diri secara positif akan memiliki kepribadian yang baik.Sebaliknya,para remaja yang menampilkan diri secara negatif akan mengalami berbagi masalah kejiwaan dan kepribadian. Bagi para remaja sarana penampilan diri secara positif. Meniru orang lain dan menemukan jati diri merupakan perubahan perubahan psikis pada masa remaja. Para remaja selalu memiliki kecenderungan

14

untuk meniru idola mereka dan berusaha untuk tampil seperti idola mereka itu baik dalam perbuatan, perilaku, pandangan maupun pola pikir. 4.4 Pengaruh Keluarga Dalam Perkembangan Psikologi Remaja Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Tiap eksponen mempunyai fungsi tertentu. Dalam mencapai tujuan keluarga tergantung dari kesediaan individu menolong mencapai tujuan bersama dan bila tercapai maka semua anggota mengenyam " Apakah peranan masing-masing " a. Peranan ayah: 1. Sumber kekuasaan, dasar identifikasi. 2. Penghubung dengan dunia luar. 3. Pelindung terhadap ancaman dari luar. 4. Pendidik segi rasional. b. Peranan Ibu : 1. Pemberi aman dan sumber kasih sayang. 2. Tempat mencurahkan isi hati. 3. Pengatur kehidupan rumah tangga. 4. Pembimbing kehidupan rumah tangga. 5. Pendidik segi emosional. 6. Penyimpan tradisi. c. Peranan anak laki-laki dan wanita. Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya. Dasar pemikiran dan pertimbangannya adalah sebagai berikut :

15

a)

Keluarga adalah tempat perkembangan awal seorang anak, sejak saat kelahirannya sampai proses perkembangan jasmani dan rohani berikutnya. Bagi seorang anak, keluarga memiliki arti dan fungsi yang vital bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan hidupnya.

b) Untuk mencapai perkembangannya seorang anak membutuhkan kasih sayang, perhatian dan rasa aman untuk berlindung dari orang tuanya. Tanpa sentuhan manusiawi itu anak akan merasa terancam dan penuh rasa takut. c) Keluarga merupakan dunia keakraban seorang anak. Sebab dalam keluargalah dia mengalami pertama-tama mengalami hubungan dengan manusia dan memperoleh representasi dari dunia sekelilingnya. Pengalaman hubungan dengan keluarga semakin diperkuat dalam proses pertumbuhan sehingga melalui pengalaman makin mengakrabkan seorang anak dengan lingkungan keluarga. Keluarga menjadi dunia dalam batin anak dan keluarga bukan menjadi suatu realitas diluar seorang anak akan tetapi menjadi bagian kehidupan pribadinya sendiri. Anak akan menemukan arti dan fungsinya. d) Dalam keluarga seorang dipertalikan dengan hubungan batin yang satu dengan lainnya. Hubungan itu tidak tergantikan Arti seorang ibu tidak dapat dengan tibatiba digantikan dengan orang lain. e) Keluarga dibutuhkan seorang anak untuk mendorong, menggali, mempelajari dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, religiusitas, normanorma dan sebagainya. Nilai-nilai luhur tersebut dibutuhkan sesuai dengan martabat kemanusiaannya dalam penyempumaan diri. f) Pengenalan didalam keluarga memungkinkan seorang anak untuk mengenal dunia sekelilingnya jauh lebih baik. Hubungan diluar keluarga dimungkinkan efektifitasnya karena pengalamannya dalam keluarga.

16

g) Keluarga merupakan tempat pemupukan dan pendidikan untuk hidup bermasyarakat dan bernegara agar mampu berdedikasi dalam tugas dan kewajiban dan tanggung jawabnya sehingga keluarga menjadi tempat pembentukan otonom diri yang memiliki prinsip-prinsip kehidupan tanpa mudah dibelokkan oleh arus godaan. h) Keluarga menjadi fungsi terpercaya untuk saling membagikan beban masalah, mendiskusikan pokok-pokok masalah, mematangkan segi emosional, mendapatkan dukungan spritual dan sebagainya. i) Dalarn keluarga dapat terealisasi makna kebersamaan, solidaritas, cinta kasih, pengertian, rasa hormat menghormati clan rasa merniliki. j) Keluarga menjadi pengayoman dalam beristirahat, berekreasi, menyalurkan kreatifitas dan sebagainya. Pengalaman dalam interaksi sosial pada keluarga akan turut menentukan pola tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan diluar keluarganya. Bila interksi sosial didalarn kelompok karena beberapa sebab tidak lancar kemungkinan besar interaksi sosialnya dengan masyarakat pada umumnya juga akan berlangsung dengan tidak wajar. Keluarga mempunyai peranan dalam proses sosialisasi dernikian pentingnya peranan keluarga maka disebutkan bahwa kondisi yang menyebabkan perankeluarga dalam proses sosialisasi anak adalah sebagai berikut : 1. Keluarga merupakan kelompok terkecil yang anggotanya berinteraksi to face secara tetap, dalam kelompok demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan sesama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi. 2. Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri. Motivasi yang kuat melahirkan hubungan emosional antara orangtua dan anak. 3. Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka orangtua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.

17

4.4.1

Kenakalan Remaja Kenakalan remaja merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik

norma hukum maupun norma sosial. Menurut Paul Moedikdo,SH kenakalan remaja adalah : 1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya. 2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat. 3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial. Adapun gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada kenakalan remaja : 1. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi. 2. Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing. 3. Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh Anak dia sendiri ini tidak sering sanggup terbawa mencari kepada permasalahannya. kegoncangan emosi. 4. Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anal-anak normal. 5. Anak-anak yang suka berbohong. seperti

18

6. Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah. 7. Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka. 8. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian. 4.4.2 Pengaruh Keluarga Dalam Terhadap Kenakalan Remaja Pengaruh keluarga dalam kenakalan remaja adalah : 1. Keluarga yang Broken Home Masa remaja adalah masa yang diamana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia mau menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebaginya. masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari kehidupannya.

19

2. Pendidikan yang salah a. Sikap memanjakan anak Keluarga mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembanganpribadi seorang anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan. Sebab pendidikan itu pula pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya. Sebaliknya pendidikan yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu pendidikan yang salah adalah memanjakan anak. b. Anak tidak diberikan pendidikan agama Hal ini dapat terjadi bila orang tua tidak meberikan pendidikan agama atau mencarikan guru agama di rumah atau orang tua mau memberikan pendidikan agama dan mencarikan guru agama tetapi anak tidak mau mengikuti. Bagi anak yang tidak dapat/mengikuti pendidikan agama akan cenderung untuk tidak mematuhi ajaran-ajaran agama. Seseorang yang tidak patuh pada ajaran agama mudah terjerumus pada perbuatan keji dan mungkar jika ada faktor yang mempengaruhi seperti perbuatan kenakalan remaja. 3. Anak yang ditolak Penolakan anak biasanya dilakukan oleh suami istri yang kurang dewasa secara psikis. Misalkan mereka mengharapkan lahirnya anak laki-laki tetapi memperoleh anak perempuan. Sering pula disebabkan oleh rasa tidak senang dengan anak pungut atau anak dari saudara yang menumpang di rumah

20

mereka. Faktor lain karena anaknya lahir dengan keadaan cacat sehingga dihinggapi rasa malu. Anak-anak yang ditolak akan merasa diabaikan, terhina dan malu sehingga mereka mudah sekali mengembangkan pola penyesalan, kebencian, dan agresif. 4.4.3 Pengaruh Keluarga Dalam Kesehatan Psikis Kondisi lingkungan dan keluarga menjadi fator pendorong dan penghalang dalam tahapan perkembangan. Keuarga yang para anggotanya yang saling berkerja sama, berekreasi bersama sama serta membiasakan selalu bermusyawarah dalam mengambil keputusan keputusan penting, mendidik para remaja untuk percaya diri. Disisi lain, para remaja yang besar di keluarga yang penuh dengan buruk sangka dan mencari cari kesalahan, akan mengalami salah dalam menciptakan hubungan dengan kelompok sesuainya. Remaja yang berada di keluarga yang seperti ini sebagian besar lari dari remah dan kemungkinan berlindung ke jalan jalan dan kelompok kelompok yang beragam, dianataranya kelompok yang buruk. Pengaruh dan peran keluarga dalam perkembangan remaja tidaklah terhitung besarnya. Jika kedua orang tua benar benar mencintai anak mereka, maka ia juga akan belajar mencintai dan dicintai oleh orang lain. Jika kedua orang tua tidak menghalangi tidak menghalangi kepercayaan dirinya dalam menemukan kemandirian pada masa remaja, maka ia akan mampu menemukan kebebasan yang layak dan secara bertahap akan meninggalkan kebergantungan yang kekanak kanakan.

4.5 Cara Pengajaran Dan Pendidikan Pada Remaja Adanya tanda-tanda kesalahan penyesuaian diri remaja tentu saja menuntut penanganan yang cepat dan tepat, mengingat masa ini merupakan masa penting yang menentukan individu pada masa berikutnya. Penanganan atas permasalahan remaja

21

sangat bervariasi dan tergantung dari konteks dan latar belakang permasalahannya, dan juga upaya-upaya ini idealnya merupakan hasil kerjasama orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait. Secara umum ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mencegah dan menangani munculnya permasalahan ini, antara lain : a. b. Memahami dan mendengarkan keluhan remaja dengan penuh perhatian, pengertian dan kasih sayang. Memberikan penghargaan terhadap prestasi studi/prestasi sosial, seperti olahraga, kesenian atau perbuatan-perbuatan baik yang ditunjukkan remaja baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. c. Banyak berdiskusi tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan sosial maupun lingkungan sekolahnya serta orientasi masa depan yang akan direncanakan remaja. d. Realistis dan bersikap objektif terhadap anak, sehingga idealnya orang tua mengetahui kapasitas anak dan mendiskusikan target apa yang ingin dicapai. e. Mulai menyertakan remaja dalam pengambilan keputusan keluarga. Hal ini mendidik anak untuk ikut bertanggung jawab dan melatih mereka dalam proses problem solving dan decision making. f. g. h. Mendukung ide-ide remaja yang positif. Mengawasi kegiatan dan lingkungan sosial remaja secara proporsional, tidak terlalu ketat atapun terlalu longgar. Jika ada indikasi ketidakberesan yang serius, baik dalam segi fisik ataupun psikologis yang cukup mencolok segera konsultasikan dengan tenaga ahli seperti dokter atau psikolog.

22

4.5.2

Kiat-kiat sukses dalam pendidikan untuk remaja

a. Tentukan tujuan dan target yang akan dicapai, sehingga pengerahan sumber daya yang dimiliki akan lebih tepat. b. Kenali diri, baik berupa kelebihan dan kekurangan karena semakin remaja mengenai dirinya akan semakin terarah tindakannya. c. Tekun dan jangan cepat menyerah. d. Berpikir sebelum mengambil suatu keputusan. e. Openminded dan jangan sombong. f. Jangan malu bertanya dan jangan takut salah. g. Hati-hati memilih teman dan lingkungan pergaulan. h. Hormat kepada guru, orang tua dan teman. i. Mengembangkan empati dalam bergaul. j. Berusaha dan berdoa k. Bicaralah pada orang tua jika ada permasalahan yang sulit, karena tidak semua masalah bisa ditangani sendiri. l. Apabila perlu, dapat berkonsultasi dengan ahli (misal : psikolog, konselor pendidikan, dll)

23

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Masa remaja sebagai periode perkembangan yang paling penting bagi individu pada kenyataannya merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya masalah. Meskipun demikian adanya pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang paling menentukan. Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia. 5.2 Saran Dalam upaya pencegahan terjadinya kenakalan remaja penulis berharap masyarakat pada umunya dan para orang tua khususnya untuk memperhatikan perkembangan psikologi remaja.

24

Anda mungkin juga menyukai