Anda di halaman 1dari 179

1

Selamat Mengikuti dan Semoga Sukses

STANDAR KOMPETENSI 4
Menganalisis hubungan dasar negara dengan konstitusi
Kompetensi Dasar : 4.1 Menganalisis hubungan dasar negara dengan konstitusi

PERTEMUAN ke 1

1. Dasar negara
Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi

2. Konstitusi 3. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi

Pengertian Dasar Negara


Dasar berarti landasan atau foundamental. Negara merupakan suatu organisasi kekuasaan yang didalamnya harus ada rakyat, wilayah dan pemerintahan yang berdaulat.

Jadi dasar negara berarti suatu landasan untuk mengatur tata kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dasar negara bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila seperti yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 karena idiologi negara kita adalah Pancasila . Pilihan setiap bangsa di dunia terhadap bentuk dasar negaranya tergantung pada idiologi yang dianut oleh negara tersebut Di negara barat karena beridiologi libral maka dasar negaranya adalah libral Di negara beridiologi komunis maka dasar negaranya adalah komunis

Fungsi dan Kedudukan Dasar Negara


Pokok kaidah negara yang fundamental tiada lain adalah dasar negara Pancasila fungsi dan kedudukannya Pancasila dalam tinjauan pokok kaidah negara yang fundamental ini berarti segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara Indonesia baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis harus bersumber dan berada di bawah pokok kaidah negara yang fundamental tersebut.

Pokok kaidah negara yang fundamental juga mengikat dan mengatur penyelenggara negara, lembaga kenegaraan, lembaga kemasyarakatan, warga negara, dan penduduk

Dasar Negara Menurut Tinjauan Yuridis Konstitusional


Pancasila sebagai dasar negara mempunyai kedudukan sebagai norma obyektif dan norma tertinggi di dalam negara.serta sebagai sumber dari segala sumber hukum dan sumber tertib hukum negara RI hal ini sesuai dengan Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 jo Tap MPR No. V/MPR/1973 jo Tap MPR No. IX/MPR/1978, selanjutnya dipertegas lagi mengenai kedudukan Pancasila sebagai dasar negara berdasarkan Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998 yang kemudian dicabut dengan Tap. MPR RI No. III / MPR / 2000 Dalam Tap MPR RI NO. III / MPR/ 2000 Tentang Sumber Hukum disebutkan bahwa Pancasila dan Batang Tubuh UUD 1945 (setelah diamandemen dibaca pasal-pasal) menjadi Sumber Hukum Dasar Nasional, dan dengan ditetapkannya ketetapan ini maka Pancasila tidak lagi sebagai Sumber dari segala sumber hukum melainkan menjadi Sumber Hukum Dasar Nasional. Fungsi Pancasila sebagai dasar negara dalam tinjauan sosiologis berarti sebagai pengatur hidup kemasyarakatan, sedangkan tinjauan yang bersifat etis filosofis berarti sebagai pengatur tingkah laku pribadi dan cara-cara mencari kebenaran

dasar negara pandangan hidup bangsa jiwa bangsa kepribadian bangsa

Pengertian atau atribut dari Pancasila

sumber dari segala sumber hukum, (Sumber Hukum Dasar Nasional)


perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia

falsafah hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia

Pancasila sebagai Dasar Negara Pancasila sebagai Dasar Negara sering disebut sebagai Falsafah Negara (Philosofische Grondslag dari negara) atau Idiologi Negara (Staatsidee) dalam pengertian ini, Pancasila dipergunakan sebagai

dasar mengatur pemerintahan negara atau untuk mengatur penyelenggaraan negara

Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sering disebut dengan way of life, dalam pengertian ini Pancasila merupakan pedoman

tingkah laku atau petunjuk hidup bagi setiap warga negara Indonesai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila
sebagai pandangan hidup dalam pelaksanaannya sehari-hari tidak boleh bertentangan dengan norma agama, kesusilaan, sopan santun dan hukum

Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia mengandung pengertian Pancasila sudah ada sejak adanya bangsa Indonesia (jaman Sriwijaya dan Majapahit)

10

Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia mengandung pengertian

Ciri khas kepribadian bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain yaitu : Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Musyawarah mufakat, Kekeluargaan dan Gotong Royong, idak mudah menyerah walaupun dalam keadaan yang paling sulit

sikap mental, tingkah laku, amal perbuatan bangsa Indonesia memiliki ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain

Pancasila sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum bagi negara Republik Indonesia, pengertian ini terdapat dalam Tap. MPRS No. XX/MPRS/1966, disebutkan bahwa Pancasila sebagai sumber

dari segala sumber hukum berarti segala peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia harus bersumberkan atau berpedoman dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila Pancasila sebagai sumber tertib hukum bagi negara Republik Indonesia mengandung pengertian: pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia

11

Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara, slogan sekali merdeka tetap merdeka harus kita pertahankan sebagai perwujudan atau manifestasi dari hak azasi manusia Pancasila sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia harus kita wujudkan seperti tujuan nasional negara kita yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdasan kehidupan bangsa Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang mempersatukan Bangsa Indonesia Pancasila sangat ampuh untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang serba majemuk seperti SARA, hal ini sudah terbukti sejak sumpah pemuda, karena biarpun berbeda daerah bisa disatukan menjadi satu tanah air Indonesia, walaupun berbeda suku bangsa kita bisa bersatu menjadi satu bangsa Indonesai, walaupun berbeda bahasa daerah dapat dipersatukan menjadi bahasa Indonesia semuanya itu karena falsafah hidup Pancasila

12

DISKUSIKANLAH

Apakah yang menyebabkan Bangsa Indonesia memilih Pancasila sebagai dasar negara kenapa tidak libral atau komunis ?

13

JAWABAN
1

Sebab Pancasila itu nilai-nilainya digali dari kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Adapun Ciri khas kepribadian bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain yaitu : 1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2. Musyawarah mufakat, 3. Kekeluargaan dan Gotong Royong, 4. Tidak mudah menyerah walaupun dalam keadaan yang paling sulit

14

15

16

STANDAR KOMPETENSI 4
Menganalisis hubungan dasar negara dengan konstitusi
Kompetensi Dasar : 4.1 Menganalisis hubungan dasar negara dengan konstitusi

PERTEMUAN ke 2

Pengertian konstitusi Macam-macam konstitusi

KONSTITUSI

Sifat dan fungsi konstitusi negara Kedudukan konstitusi

Pembentukan dan pengubahan konstitusi

17

Pengertian Konstitusi
Konstitusi negara atau Undang-Undang Dasar merupakan peraturan negara yang memuat ketentuan-ketentuan pokok dan menjadi salah satu sumber dari peraturan perundangan lainnya yang berada di bawahnya

18

Pandangan pakar politik tentang Konstitusi suatu negara


L. J. Van Apeldoorn (Belanda), membedakan antara istilah UUD (grondwet) dengan Konstitusi (Constitutie) dimana UUD merupakan bagian tertulis dari dari suatu Konstitusi ( Konstitusi lebih luas pengertianya dari UUD ) karena Konstitusi memuat peraturan tertulis dan tidak tertulis

Herman Heller, menyebutkan bahwa : Konstitusi mempunyai arti yang lebih luas dari UUD. Karena Konstitusi sebenarnya tidak hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis

Oliver Cromwell, menyebutkan bahwa : Konstitusi dan UUD adalah identik (sama). Karena UUD dibuat sebagai pegangan untuk memerintah Lasalle Struycken menyebutkan bahwa : Konstitusi sesungguhnya menggambarkan hubungan antara kekuasaan yang terdapat di dalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan yang nyata di dalam masyarakat. Seperti Kepala Negara, Angkatan Perang, Partai Politik, Buruh Tani, Pegawai dan sebagainya. Dalam hal ini Konstitusi sama dengan UUD

19

Macam Macam Konstitusi


1

Menurut C. F. Strong, dalam bukunya Modern Political Constitution membedakan Konstitusi menjadi dua macam yaitu Konstitusi tertulis dan Konstitusi tidak tertulis. Suatu konstitusi dikatakan tertulis apabila sengaja dibuat oleh lembaga yang berwenang dalam bentuk sebuah naskah (documentary constitution). Sedangkan konstitusi tidak tertulis tidak berupa suatu naskah (non- documentary constitution) dan merupakan suatu tradisi atau konvensi. Contohnya konstitusi negara Inggris hanya berupa kumpulan dokumen piagam atau pernyataan.

Dalam beberapa buku dapat dijumpai bahwa konstitusi itu adalah UUD yang sebenarnya merupakan bagian dari hukum dasar yaitu termasuk hukum dasar yang tertulis sedangkan di luar hukum dasar tertulis adalah hukum dasar tidak tertulis sejenis konvensi atau traktat

20

1 Sifat dan Fungsi Konstitusi Negara

Sifat pokok konstitusi negara adalah flexible (luwes), dan juga Rigid (kaku). Konstitusi dikatakan flexible (luwes) apabila konstitusi itu memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan masyarakat. Seperi konstitusi Inggris dan Selandia Baru. Konstitusi dikatakan Rigid atau kaku apabila konstitusi itu sulit diubah kapanpun kecuali melalui amandemen Fungsi pokok konstitusi negara adalah untuk membatasi kekuasaan pemerintahan negara sedemikian rupa agar penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara tidak bersifat sewenang-wenang, sehingga hak-hak warga negara terlindungi atau terjamin. Gagasan ini selanjutnya dinamakan konstitusionalisme

21

Kedudukan Konstitusi
1

Undang-Undang Dasar memiliki kedudukan tertinggi dalam peraturan perundangan-undangan, karena setiap perundangan yang berada di bawahnya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan yang ada di atasnya dan apabila ada peraturan perundangan yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar harus dicabut. Undang-Undang Dasar juga dipergunakan sebagai dasar dalam penyusunan peraturan perundangan yang ada di bawahnya. UUD yang memiliki kedudukan tertinggi sebagai fundamental law (hukum dasar). Sebagai hukum dasar yang tertulis, konstitusi mengatur tiga masalah pokok : 1. Jaminan terhadap hak azasi manusia 2. Ditetapkan susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar 3. Adanya pembagian atau pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga bersifat mendasar

22

Pembentukan dan Pengubahan Konstitusi


1. Cara Pemberian (Grants)

2. Cara Pembuatan dengan Sengaja (Deliberate Creation)

Pembentukan Konstitusi

3. Cara Revolusi (Revolution) 4. Cara Evolusi (Evolution

23

Cara Pemberian (Grants)


Undang-Undang Dasar yang diperoleh dengan cara pemberian terdapat pada negara-negara yang berbentuk kerajaan. Negara Monarchi yang mulamula bersifat mutlak lambat laun sebagai akibat timbulnya faham demokrasi berubah sifatnya menjadi negara Monarchi yang Konstitusional Raja-Raja negara-negara Monarchi membagi-bagikan Undang-Undang Dasar kepada rakyatnya dan Raja berjanji akan melaksanakan kekuasaannya dalam batas-batas seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar yang dibagi-bagikan itu disebut Undang-Undang Dasar Oktroi seperti Kerajaan Jepang. Kerajaan mau membatasi diri dalam menjalankan kekuasaannya dengan membagi-bagikan Undang-Undang Dasar karena adanya desakan yang hebat dari rakyat agar raja atau penguasa tidak bertindak anarchisme atau sewenang-wenang

24

Cara Pembuatan dengan Sengaja (Deliberate Creation)


Dalam hal ini pembuatan suatu Undang-unang Dasar dilakukan setelah negara baru didirikan. Negara Amerika Serikat merupakan negara pertama membuat Undang-Undang Dasar atau Konstitusi sebagai Hukum dasar tertulis yang disahkan pada tanggal 17 September 1787 oleh sidang Konstituante. Indonesia termasuk dalam cara pembutan dengan sengaja. Di Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 PPKI menetapkan UUD 1945 dalam sidangnya 18 Agustus 1945

25

Cara Revolusi (Revolution)


Salah satu cara untuk menggulingkan suatu pemerintahan negara yang tidak disenangi rakyatnya dengan jalan perebutan kekuasaan (Coup dEtat). Pemerintah baru yang lahir akibat revolusi lalu membuat UUD yang diusahakan mendapat persetujuan rakyatnya. Seperti Prancis tahun 1791, Spanyol tahun 1932

26

Cara Evolusi (Evolution)


Perubahan-perubahan secara berangsur-angsur dapat menimbulkan Undang-Undang Dasar, dan secara otomatis Undang-Undang Dasar lama tidak berlaku lagi, hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan bentuk pemerintahan atau bentuk negara.
(seperti di Indonesia UUD 1945 berubah ke Konstitusi RIS 1949 ke UUD Sementara 1950 ke UUD 1945)

27

1. Cara Refrendum

Pengubahan Konstitusi 2. Cara Pembentukan Badan khusus

28

Cara Refrendum
pengubahan suatu Undang-Undang Dasar harus mendapat persetujuan langsung dari rakyat. Kalau mendapat persetujuan rakyat maka Undang-Undang Dasar boleh diubah, jika tidak Undang-Undang Dasar tidak boleh diubah (pernah ada pada jaman orde baru dengan UU. No. 5 tahun 1985 tentang refrendum) Sistem Refrendum ini masih ada di Negara Swiss

29

Cara Pembentukan Badan khusus


Badan ini khusus dibentuk untuk melaksanakan tugas membuat atau mengubah Undang Undang Dasar ( badan ini pernah ada di Indonesia dengan nama Konstituante yang bertugas untuk membuat Undang-Undang Dasar yang difinitif untuk mengganti Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tetapi gagal dalam melaksanakan tugasnya sehingga badan ini dibubarkan dengan dekrit presiden 5 Juli 1959. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 badan yang bertugas untuk mengubah Undang-Undang Dasar adalah MPR terdapat dalam pasal 3 (1) dan pasal 37 UUD 1945)

30

3. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi


Hubungan atau keterkaiatan dasar negara dengan konstitusi suatu negara nampak pada gagasan dasar, cita-cita, dan tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan atau Mukadimah Undang Undang Dasar suatu negara. Dari dasar negara inilah kehidupan negara yang dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan diatur dan diwujudkan. Salah satu perwujudan dalam mengatur dan menyelenggarakan kehidupan ketatanegaraan suatu negara adalah dalam bentuk konstitusi atau Undang Undang Dasar

31

Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi Atau UUD 1945


1. Dasar negara dan Pembukaan UUD 1945 Hubungan dasar negara dengan Pembukaan UUD 1945 dapat digambarkan sebagai berikut : Falsapah dasar negara Pancasila yang abstrak tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan uraian terperinci dari Proklamasi 17 Agustus 1945 Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kebulatan yang utuh dan tersusun secara teratur (sistimatis) dan bertingkat (hierarkis). Sila yang satu menjiwai dan meliputi sila yang lain secara bertingkat

Jiwa Pancasila yang abstrak, setelah tercetus menjadi Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 tercermin dalam pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945

32

2. Dasar negara dan pasal-pasal UUD 1945


Sila-sila Pancasila dalam kaitannya dengan pasal-pasal UUD 1945 sebagai berikut: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa berhubungan erat dengan pasal 29 (1, 2) UUD 1945 Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab berhubungan erat dengan pasal 27, 28, 28 A-28 J, 29, 30, 31, 32, 33, 34 UUD 1945 Sila Persatuan Indonesia berhubungan erat dengan pasal 1 (1), 32, 35, 36 UUD 1945 Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan berhubungan erat dengan pasal 1 (2), 2, 3, 22 E, 28, 37 UUD 1945 Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berhungan erat dengan pasal 23, 27 (2), 31, 33, 34 UUD 1945

33

34

35

STANDAR KOMPETENSI 4
Menganalisis hubungan dasar negara dengan konstitusi
Kompetensi Dasar : 4.2 Menganalisis substansi konstitusi negara

PERTEMUAN ke 3

1. Klasifikasi konstitusi di Indonesia

B. SUBSTANSI KONSTITUSI NEGARA


2. Implementasi Dasar negara ke Dalam Konstitusi Negara RI

36

1. Konstitusi awal kemerdekaan 1945 2. Konstitusi RIS 1949 Klasifikasi Konstitusi Di Indonesia 3. UUDS 1950 4. UUD 1945 hasil Dekrit Presiden 5 Juli 1959 5. UUD 1945 hasil reformasi

37

Konstitusi Awal Kemerdekaan 1945


Secara garis besarnya UUD 1945 yang memiliki sistimatika : 1. Bagian Pembukaan terdiri dari 4 alenia, 2. Bagian Batang Tubuh terdiri dari 16 Bab dan 37 pasal dan 4 pasal Aturan Peralihan serta 2 ayat Aturan Tambahan, 3. Bagian Penjelasan Resmi. UUD 1945 ini ditetapkan dan disahkan pada awal kemerdekaan RI pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang diketuai oleh Ir. Soekarno sebenarnya merupakan hasil Naskah Rancangan UUD dari sebuah badan yang bernama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk tanggal 28 April 1945 dalam sidangnya pada tanggal 10 16 Juli 1945

38

Konstitusi RIS 1949


Ternyata setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya 17 Agustus 1945 tidaklah menjadikan bangsa dan negara Indonesia menjadi negara yang aman, tentram dan damai karena kekalahan Belanda oleh Jepang di Indonesia tidak serta merta Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 sebab Belanda selalu berusaha mengusik kemerdekaan Indonesia dengan ingin menjajah kembali Indonesia baik secara diam-diam seperti mendompleng kepada tentara Sekutu yang bertugas untuk melucuti senjata tentara Jepang, maupun secara terang-terangan dengan melakukan serbuan atau agresi militer Belanda I ( tahun 1947) dan agresi Belanda II (tahun 1948) ternyata agresi Belanda ini menarik perhatian PBB untuk menghentikan pertikaian Indonesia Belanda . Dan akhirnya diadakanlah Konfrensi Meja Bundar (KMB) yang dilangsungkan di SGravenhage pada tanggal 2 November 1949 yang dihadiri oleh fihak Indonesia Belanda BFO (Byeenkomst voor Federal Overleg = pertemuan untuk permusyawaratan federal). Dari konfrensi ini dihasilkan 3 buah persetujuan pokok : 1. didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat 2. penyerahan kedaulatan kepada RIS (baca pemulihan kedaulatan) 3. didirikan Uni Republik Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda

Dengan diserahkannya (dipulihkannya) kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949 maka terbentuklah Negara Republik Indonesia Serikat dan dengan Konstitusi

39

Undang-Undang Dasar Sementara 1950


Konstitusi RIS yang bersifat liberal federalistik tidak sesuai dengan semangat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Pancasila dan Kepribadian bangsa Indonesia. Oleh karena itu munculah berbagai reaksi dan unjuk rasa dari negara-negara bagian menuntut pembubaran Negara RIS dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia atas desakan yang terjadi secara terus menerus maka pada tanggal 8 Maret 1950, Pemerintah Federal mengeluarkan Undang-Undang Darurat No. 11 tahun 1950, yang isinya mengatur tata Cara perubahan susunan kenegaraan Negara RIS. Dengan adanya Undang-Undang Darurat No. 11 tahun 1950 hampir semua Negara Bagian dari negara RIS menggabungkan diri dengan Negara Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta. Akhirnya Negara RIS memiliki tiga negara bagian: Negara Republik Indonesia Yogyakarta, Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatera Timur. Keadaan ini menyebabkan Negara RIS berunding dengan Negara Republik Indonesia untuk membentuk Negara Kesatuan. Pada tanggal 19 Mei 1950, dicapai kesepakatan membentuk kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dituangkan ke dalam sebuah piagam persetujuan. Disebutkan pula bahwa Negara Kesatuan yang akan dibentukan itu berdasarkan Undang-Undang Dasar baru yang merupakan penggabungan dari unsur-unsur UUD 1945 dan Konstitusi RIS yang selanjutnya melahirkan Undang-Undang Dasar Sementara 1950. Negara Kesatuan Republik Indonesia resmi berdiri pada tanggal 17 Agustus 1950 dan Ir Soekarno terpilih sebagai Presiden dan Drs. Mochammad Hatta sebagai Wakil presiden

40

UUD 1945 HASIL DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959


Dekrit Presiden 5 Juli 1959 berisi : 1. Menetapkan pembubaran Konstituante 2. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali dan tidak berlakunya UUD Sementara 1950 3. Pembentukan Majelis Permuayawatan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) Dekrit Presiden 5 Juli 1959 diumumkan oleh Presiden di Istana Merdeka di hadapan rakyat pada hari Minggu, pukul 17.00 WIB selanjutnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dimuat dalam Kep.Pres. No. 150 tahun 1959 dan diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia No. 75 Tahun 1959. UUD 1945 hasil Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sama persis dengan UUD 1945 yang ditetapkan 18 Agustus 1945 oleh PPKI, dimasa Orla ada penyimpangan dan ada pelurusan pada masa Orba tapi bersifat otoriter dan KKN

41

UNDANG-UNDANG DASAR 1945 HASIL REFORMASI

Secara lebih rinci gagasan reformasi konstitusi (UUD 1945) didasarkan pada argumenargumen (alasan-alasan) di bawah ini : 1. UUD 1945 dimaksudkan untuk bersifat sementara. Hal ini dapat kita baca atau buktikan pada pernyataannya dalam : Ayat 1 Aturan Tambahan UUD 1945 : Dalam enam bulan sesudah akhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden Indonesia mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar ini Ayat 2 Aturan Tambahan UUD 1945 : Dalam enam bulan sesudah MPR dibentuk, Majelis itu bersidang untuk menetapkan undang-undang dasar Berdasarkan kedua ayat Aturan Tambahan UUD 1945, maka penyempurnaan atau amandemen sangat perlu dilakukan.

2. Dalam kenyataannya selama berlakunya UUD 1945 pemerintahan yang dihasilkan adalah pemerintahan yang tidak demokratis dan bahkan otoriter Pemerintahan dikendalikan secara terpusat oleh Presiden sedangkan daerah maupun rakyat tidak ada kesempatan untuk berkembang. Dan bahkan cendrung seumur hidup, karena tidak ada kepastian pembatasan masa jabatan presiden serta melahirkan pemerintahan yang seumur hidup. Contohnya Presiden Soekarno dan Soeharto

42

UUD 1945 Reformasi (Hasil Amandemen) :


UUD 1945 yang sama sekali tidak mengalami perubahan adalah Pembukaan dan pasal 29 ayat 1, 2
Lembaga-lembaga kenegaraan sesuai dengan UUD 1945 adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (pasal 2 dan 3 UUD 1945), Presiden (pasal 4 16 UUD 1945), Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah (pasal 19 - 22 B dan 22 C 22 D UUD 1945), Badan Pemeriksa Keuangan ( pasal 23 E - 23 G UUD 1945 ), Kekuasaan Kahakiman terdiri dari Mahkamah Agung, Komisi Konstitusi (Komisi Yudisial) dan Mahkamah Konstitusi ( pasal 24, 24 A - 24 C UUD 1945)

43

2. Implementasi Dasar Negara ke dalam UUD 1945

Sila Pertama berhubungan erat dengan Alenia III dan 1 IV, serta Pokok Pikiran ke IV Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 29 (1, 2) UUD 1945

Sila Kedua berhubungan erat dengan alenia I dan IV serta Pokok Pikiran ke IV Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 27, 28, 28A-28J, 29, 30, 31, 32, 33, 34 UUD 1945

Sila ketiga berhubungan erat dengan Alenia II dan IV serta Pokok Pikiran ke I Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 1 (1), 32, 35, 36 UUD 1945

44

Sila keempat berhubungan erat dengan Alenia IV serta Pokok Pikiran ke III Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 1 (2), 2, 3, 22 E, 28, 37 UUD 1945

Sila kelima berhubungan erat dengan Alenia II dan IV serta Pokok Pikiran Ke II Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 23, 27 (2), 31, 33, 34 UUD 1945

45

T U G A S MANDIRI BERSTRUKTUR

Isilah tabel pada halaman 24 dibuku dengan tepat dan benar, dalam kertas lembaran

tersendiri dalam bentuk landscape

46

47

48

STANDAR KOMPETENSI 4
Menganalisis hubungan dasar negara dengan konstitusi
Kompetensi Dasar : 4.3 Menganalisis kedudukan pembukaan UUD 1945 NKRI

4.4 Menganalisis substansi konstitusi negara

PERTEMUAN ke 4

Kedudukan Pembukaan UUD 1945

C. Pembukaan UUD 1945

Makna Pembukaan UUD 1945

Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945

49

1. KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD 1945


Oleh karena vitalnya kedudukan Pembukaan UUD 1945, maka Pembukaan UUD 1945 yang memiliki kedudukan sebagai norma fundamental atau Staats Fundamental Norm (pokok kaedah negara yang fundamental). Rumusan kata dan kalimat yang terkandung di dalamnya tidak boleh diubah oleh siapapun termasuk MPR hasil pemilu, karena pengubahan terhadap Pembukaan UUD 1945 berarti pengubahan essensi cita moral dan cita hukum yang ingin diwujudkan dan ditegakkan oleh bangsa Indonesia atau dengan kata lain pengubahan Pembukaan UUD 1945 berarti pembubaran Negara Proklamasi 17 Agustus 1945

50

2. MAKNA PEMBUKAAN UUD 1945


Alenia pertama - Keteguhan bangsa Indonesia dalam membela kemerdekaan melawan penjajah dalam segala bentuk - Pernyataan subyektif bangsa Indonesia untuk menentang dan menghapus penjajahan di atas dunia - Pernyataan obyektif bangsa Indonesia bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan - Pemerintah Indonesia mendukung kemerdekaan bagi setiap bangsa untuk merdeka Alenia kedua

- Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia adalah melalui perjuangan pergerakan di dalam melawan penjajah - Adanya momentum yang harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan - Bahwa kemerdekaan bukan akhir perjuangan, tetapi harus diisi dengan mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur

51 Alenia ketiga

- Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa - Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia terhadap suatu kehidupan yang berkesinambungan antara kehidupan material dan spiritual, dan kehidupan di dunia dan diakhirat - Pengukuhan pernyataan Kemerdekaan oleh rakyat Indonesia Alenia keempat - Adanya fungsi dan sekaligus tujuan negara Indonesia, yaitu Tujuan Nasional : melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa Tujuan Internasional: ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social - Kemerdekaan kebangsaan Indonesia yang disusun dalam suatu UUD - Susunan / bentuk negara Indonesia - Sistem pemerintahan negara, berdasarkan kedaulatan rakyat (demokrasi) - Dasar negara Pancasila

52

3. POKOK PIKIRAN PEMBUKAAN UUD 1945

Pokok Pikiran Pertama : Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia (perwujudan sila ketiga)
Pokok Pikiran Kedua : Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (perwujudan sila ke lima) Pokok Pikiran Ketiga : Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan (perwujudan sila keempat) Pokok Pikiran Keempat : Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab (perwujudan sila pertama dan kedua)

53

Tuntutan Reformasi
Prosedur amandemen UUD 1945

D. Proses Amandemen UUD 1945

Latar Belakang Perubahan atau Amandemen UUD 1945


Tujuan Amandemen Pelaksanaan amandemen UUD 1945 Hasil amandemen

54

1. TUNTUTAN REFORMASI

Keseluruhan tuntutan reformasi, yang kalau disimpulkan adalah sebagai berikut :

1. Amandemen UUD 1945 2. Penghapusan doktrin Dwi Fungsi ABRI 3. Penegakan hukum, HAM, dan pemberantasan KKN 4. Otonomi Daerah 5. Kebebasan Pers 6. Mewujudkan kehidupan demokrasi

55

2. PROSEDUR AMANDEMEN UUD 1945

Prof. Miriam Budiardjo ada 4 macam prosedur untuk mengubah UUD : 1. Melalui sidang badan legeslatif dengan prosedur menurut UUD (pasal 37 UUD 1945) 2. Melalui Refrendum atau plebesit (Tap MPR RI No. IV/MPR/1983 tentang Refrendum Yo. UU RI No. 5 Tahun 1985 tentang Refrendum yang selanjutnya Ketetapan tentang Refrendum ini dicabut dengan Ketetapan MPR No. VIII/MPR/1998) 3. Melalui negara-negara bagian dalam negara federal 4. Musyawarah khusus (Badan khusus untuk membentuk UUD seperti Konstituante) Prof. Dr. Sri Soemantri Martosoewignjo, SH prosedur perubahan konstitusi dapat digolongkan menjadi 4 macam diantaranya : 1. 2. 3. 4. dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan oleh badan legeslatif secara refrendum oleh negara-negara bagian oleh suatu lembaga khusus (Konstituante)

56

3. LATAR BELAKANG PERUBAHAN UUD 1945

latar belakang diadakan amandemen terhadap UUD 1945 adalah : 1. Kekuasaan tertinggi di tangan MPR 2. Kekuasaan yang sangat besar pada Presiden 3. Pasal-pasal yang terlalu luwes sehingga dapat menimbulkan multitafsir

4. Kewenangan pada Presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan undang-undang 5. Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi

57

4. TUJUAN AMANDEMEN UUD 1945 tujuan yang harus mendapatkan perhatian bagi pelaksana amandemen terhadap UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan dasar, mengenai: 1. Tatanan negara 2. Kedaulatan Rakyat

3. HAM
4. Pembagian kekuasaan 5. Kesejahteraan Sosial 6. Eksistensi negara demokrasi dan negara hukum 7. Hal-hal lain sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa

58

5. PELAKSANAAN AMANDEMEN UUD 1945

landasan hukum (dasar hukum) dalam pelaksanaan amandemen terhadap UUD 1945 sebagai berikut : 1. Pasal 3 UUD 1945 (tentang MPR menetapkan UUD dan GBHN) 2. Pasal 37 UUD 1945 (tentang perubahan UUD) 3. TAP MPR No.IX/MPR/1999 (tentang penugasan Badan Pekerja MPR RI untuk melanjutkan perubahan UUD 1945) 4. TAP MPR No.IX/MPR/2000 (tentang penugasan Badan Pekerja MPR RI untuk mempersiapkan rancangan perubahan UUD 1945) 5. TAP MPR No.XI/MPR/2001 (tentang perubahan terhadap TAP MPR No.IX/MPR/2000) Selanjutnya yang dijadikan kesepakatan dasar dalam amandemen terhadap UUD 1945 sebagai berikut : 1. Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945 2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia 3. Mempertegas sistem presidensiil 4. Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukan ke dalam pasal-pasal 5. Perubahan dilakukan dengan cara adendum

59

4 TAHAN AMANDEMEN TERHADAP UUD 1945


1. Tahap Pertama Perubahan tahap pertama ini dilaksanakan pada Sidang Umum MPR RI tanggal 14 21 Oktober 1999 terhadap 9 pasal yang diperioritaskan untuk mengurangi kewenangan Presiden 2. Tahap Kedua Perubahan kedua terhadap UUD 1945 dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR RI tanggal 7 18 Agustus 2000, ada sebanyak 26 pasal yang diubah dan ditambah, sebagaian besar perubahan dan penambahan itu mengenai : Pemerintahan Daerah, Wilayah Negara, DPR (fungsi dan hak DPR), Warga negara dan Penduduk, Hak Azasi Manusia, Pertahanan dan Keamanan Negara, Lambang Negara, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya 3. Tahap Ketiga Perubahan ketiga terhadap UUD 1945 dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR RI tanggal 1 - 9 Nopember 2001, ada 23 pasal yang diubah dan ditambah. 4. Tahap Keempat Perubahan keempat terhadap UUD 1945 dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR RI tanggal 1 - 11 Agustus 2002, ada 13 pasal yang diubah dan ditambah, serta tiga pasal Aturan peralihan dan dua pasal Aturan Tambahan. Secara garis besarnya perubahan dan penambahan pasal-pasal

60

6. HASIL AMANDEMEN TERHADAP UUD 1945 Sebelum diadakan perubahan UUD 1945 memiliki sistematika sebagai berikut : Pembukaan Batang Tubuh - 16 bab - 37 pasal - 49 ayat - 4 pasal Aturan Peralihan - 2 ayat Aturan Tambahan Penjelasan Hasil perubahan terhadap UUD 1945 setelah diamandemen : Pembukaan Pasal-pasal: - 21 bab - 73 pasal - 170 ayat - 3 pasal Aturan Peralihan - 2 pasal Aturan Tambahan

61

62

63

STANDAR KOMPETENSI 5
Menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan
Kompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan kedudukan warga negara dan pewarganegaraan di Indonesia

PERTEMUAN ke 5

64

1. Warganegara 2. Azas dan Stelsel Kewarganegaraan A. KEWARGANEGARAAN 3. Dwi Kewarganegaraan 4. Peraturan Perundangan Kewarganegaraan di Indonesia

65

1. WARGA NEGARA
- Warganegara, semua warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang undangan - Kewarganegaraan, segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara - Rakyat sesuatu negara meliputi semua orang yang bertempat tinggal di dalam wilayah kekuasaan negara dan tunduk pada kekuasaan negara itu Pada permulaan rakyat dari sesuatu negara hanya terdiri dari orang orang dari satu keturunan yang berasal dari satu nenek moyang, dalam hal ini faktor yang terpenting adalah pertalian atau adanya hubungan darah. Akan tetapi dalam perkembangan yang semakin luas, dimana kebutuhan manusia yang satu dengan yang lainnya semakin lama semakin komplek sehingga perlu mengadakan hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya antar satu bangsa dengan bangsa lain dari suatu negara. Agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya tidak sedikit rakyat dari suatu negara dalam mencari penghidupan ( bekerja ) menetap di negara lain. Sehingga tidak sedikit pada suatu negara terdapat banyak rakyat yang berasal dari berbagai negara yang memiliki nenek moyang yang berbeda-beda. Selain karena faktor pertalian darah, faktor bertempat tinggal bersama juga dapat menentukan, apakah seseorang termasuk dalam pengertian rakyat daripada negara itu

66

2. AZAS DAN STELSEL KEWARGANEGARAAN


Adapun asas atau dasar yang dipergunakan untuk menentukan kewarganegaraan seseorang pada umunya diantaranya : 1. Asas keturunan atau ius sanguinis (law of the blood), asas menetapkan kewarganegaraan seseorang menurut pertalian darah atau keturunan dari orang yang bersangkutan. Jadi yang menentukan kewarganegaraan seseorang ialah kewarganegaraan orang tuanya, dengan tidak mengindahkan dimana tempat mereka dilahirkan. Contoh : Seseorang yang lahir di negara A, yang orang tuanya adalah warga negara B, adalah warganegara B. Asas ini dianut oleh negara RRC dan Indonesia 2. Asas tempat kelahiran atau ius soli (law of the soil), asas yang menetapkan kewarganegaraan seseorang menurut daerah atau negara tempat ia dilahirkan Contoh : Seseorang yang lahir di negara A, adalah warganegara A walaupun orang tuanya adalah warganegara B. Asas ini dianut oleh negara negara Inggris, Mesir, Amerika dan negara Indonesia menganut azas ius soli terbatas

67

AZAS ATAU STELSEL MENURUT UU. NO 12 TH. 2006


Adapun asas atau dasar yang dipergunakan untuk menentukan kewarganegaraan Indonesia menurut UU. No. 12 Tahun 2006 diantaranya : 1. asas ius sanguinis atau asas keturunan (law of the blood), asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran 2. Asas ius soli atau asas tempat kelahiran (law of the soil) secara terbatas, asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.

3. Asas kewarganegaraan tunggal, asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang
4. Asas kewarganegaraan ganda (dwi kewarganegaraan atau bipatride), asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini

68

AZAS KHUSUS PENYUSUNAN UU NO. 12 TH 2006

Selain 4 asas dasar kewarganegaraan , beberapa asas khusus juga menjadi dasar dalam penyusunan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 ini diantaranya :

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Asas kepentingan nasional Asas perlindungan maksimum Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan Asas kebenaran substantif Asas nondiskriminatif Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia 7. Asas keterbukaan 8. Asas publisitas

69

3. DWI KEWARGANEGARAAN

Dalam menentukan kewarganegaraanya beberapa negara memakai asas ius sanguinis sedangkan dinegara lain menggunakan asas ius soli, hal yang demikian itu menimbulkan dua kemungkinan : 1. a-patride : seorang penduduk yang sama sekali tidak memiliki kewarganegaraan 2. bi-patride : seorang penduduk yang mempunyai dua macam kewarganegaraan (kewarganegaraan rangkap atau dwi kewarganegaraan)

70

4. PERATURAN PERUNDANGAN KEWARGANEGARAAN

YANG BERLAKU DI INDONESIA

Undang-Undang Kewarganegaraan yang berlaku sekarang adalah UU No. 12 Tahun 2006, yang mulai berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1 Agustus 2006, dengan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, beberapa bagian dari undang-undang itu yang mengenai ketentuan-ketentuan : 1. 2. 3. 4. siapa yang menjadi warganegara Indonesia, syarat dan tata cara memperoleh Kewarganegaraan R I, kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia syarat dan tata cara memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia 5. ketentuan pidana

71

72

73

STANDAR KOMPETENSI 5
Menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan
Kompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan kedudukan warga negara dan pewarganegaraan di Indonesia

PERTEMUAN ke

74

1. Pewarganegaraan biasa atau Naturalisasi biasa


2. Pewarganegaraan Istimewa atau Naturalisasi Istimewa 3. Kehilangan Kewarganegaraan

B. PEWARGA NEGARAAN

75

PEWARGANEGARAAN
Pewarganegaraan (Naturalisasi) sering juga disebut dengan tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Rapublik Indonesia melalui permohonan. Apabila ada orang asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia melalui proses naturalisasi, maka ia harus mengajukan permohonan kepada Menteri Hukum dan HAM melalui kantor pengadilan negeri setempat di mana ia bertempat tinggal atau kalau ia bertempat tinggal di luar negeri dapat mengajukan permohonan di Kedutaan Besar RI di negara tempat mereka bertempat tinggal. Permohonan ini harus ditulis di atas kertas bermeterai dengan menggunakan bahasa Indonesia. Pengadilan Negeri atau perwakilan diplomatik RI berwenang untuk memeriksa syarat-syarat dan menguji permohonan tentang kecakapannya berbahasa Indonesia dan penguasaan sejarah Indonesia

76

PEWARGANEGARAAN lanjutan
Oleh karena permohonan untuk menjadi kewarganegaraan RI merupakan syarat formal, maka Menteri Hukum dan HAM dapat menolak atau mengabulkan permohonan tersebut dengan persetujuan Presiden RI. Apabila ditolak, ia dapat mengajukan kembali permohonannya di lain waktu atau pada kesempatan lain, jika dikabulkan maka ia harus mengucapkan sumpah atau janji setia di hadapan Pengadilan Negeri atau Perwakilan Diplomatik RI di luar negeri. Selanjutnya, pewarganegaraan atau naturalisasi akan diumumkan oleh Menteri Hukum dan HAM dalam Berita Negara. Apabila dalam waktu 3 bulan setelah hari ditetapkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI si pemohon tidak mengucapkan sumpah/janji setia maka keputusan itu dengan sendirinya batal demi hukum. Permohonan pewarganegaraan atau naturalisasi dapat dibedakan menjadi pewarganegaraan biasa atau naturalisasi biasa dan pewarganegaraan istimewa atau naturalisasi istimewa

77

1. PEWARGANEGARAAN BIASA
SYARAT YANG HARUS DIPENUHI :

1. Telah berusia 18 tahun 2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut 3. Sehat jasmani dan rohani 4. Dapat berbahasa Indonesia dan mengakui dasar negara Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih 6. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan RI, tidak menjadi kewarganegaraan ganda 7. Mempunyai pekerjaan dan / atau berpenghasilan tetap 8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara

78

2. PEWARGANEGARAAN ISTIMEWA
Naturalisasi istimewa dapat diberikan kepada mereka (warga asing) yang telah berjasa kepada negara RI atau dengan alasan kepentingan negara dapat diberikan Kewarganegaraan RI oleh Presiden setelah memperoleh pertimbangan DPR RI, kecuali dengan pemberian kewarganegaraan itu mengakibatkan yang bersangkutan berkewarga negaraan ganda (pasal 20 UU. No. 12 Tahun 2006) Orang asing yang berjasa kepada negara RI karena : prestasinya yang luar biasa dibidang kemanusiaan, Ilmu Pengetahuan dan tehnologi, kebudayaan, lingkungan hidup, serta keolahragaan telah memberikan kemajuan dan keharuman nama bangsa Indonesia.

Orang asing yang diberi kewarganegaraan karena alasan kepentingan negara : orang asing yang dinilai oleh negara telah dapat memberikan sumbangan yang luar biasa untuk kepentingan memantapkan kedaulatan negara dan untuk meningkatkan kemajuan khususnya di bidang perekonomian Indonesia

79

3. KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN R I

Menurut UU No. 12 Tahun 2006 seorang warga negara RI dapat kehilangan kewarganegaraan apabila : 1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri 2. Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu 3. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan dinyatakan hilang Kewarganegaraan RI tidak menjadi/tanpa kewarganegaraan 4. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa ijin terlebih dahulu dari Presiden 5. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh WNI 6. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut

80

3.KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN R I
LANJUTAN

7. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing 8. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya 9. Bertempat tinggal diluar wilayah negara RI selama 5 tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi WNI sebelum jangka waktu 5 tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi WNI kepada Perwakilan RI yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan, padahal Perwakilan RI telah memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.

81

82

83

STANDAR KOMPETENSI 5
Menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan Kompetensi Dasar : 5.2 Menganalisis persamaan kedudukan WN dlm kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

PERTEMUAN ke

7 1. Landasan Persamaan Kedudukan Warganegara 2. Persamaan Kedudukan hak dan kewajiban Setiap Warganegara 3. Perilaku yang menampilkan Persamaan Kedudukan Warganegara

84

1. Pancasila

1. Landasan Persamaan Kedudukan Warganegara

2. Pembukaan UUD 1945

3. Pasal Pasal UUD 1945

85

1. PANCASILA

Pancasila khususnya sila ke dua : Kemanusiaan yang adil dan beradab, terkandung nilai-nilai kemanusiaan, antara lain : Pengakuan terhadap adanya harkat, derajat, martabat, hak dan kewajiban sesama manusia Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia
Pengertian manusia yang beradab yang memiliki daya cipta, rasa, karsa, dan keyakinan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dengan mahluk hidup lainnya

86

2. PEMBUKAAN UUD 1945


Pembukaan Alenia Pertama, dengan tegas menyatakan : Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan, ini berarti adanya pengakuan hak kemerdekaan setiap bangsa di dunia tanpa kecuali untuk merdeka atau bebas dari belenggu penjajahan Pembukaan Alenia Ke dua, dengan tegas menyatakan : Kemerdekaan akan mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, ini berarti Negara Indonesia yang telah merdeka berkewajiban memberikan rakyatnya hak untuk kemerdekaan poleksosbud yang bertanggung jawab, keadilan dan kemakmuran Pembukaan Alenia Ke tiga, dengan tegas menyatakan : Kemerdekaan Indonesia sesungguhnya adalah berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, ini merupakan prinsip meyakini dan mengakui bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia dan kemerdekaan pribadi warganegara merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, bangsa Indonesia dan pribadi warganegara Indonesia berkewajiban selalu bersyukur kepada-Nya

87

2. PEMBUKAAN UUD 1945

lanjutan

Pembukaan Alenia Ke empat, dengan tegas menyatakan : 1. Segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dilindungi, ini berarti kemerdekaan Indonesia mengayomi kemerdekaan warganegara dengan tidak membedakan suku, agama, ras, antar golongan, kebudayaan, gender. Ini berarti merupakan hak bangsa untuk mendapat perlindungan dari negara 2. Negara memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan prinsip pengakuan dan jaminan hak azasi kesejahteraan, ekonomi, sosial budaya warganegaranya 3. Negara ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Ini merupakan prinsip pengakuan atas hak-hak azasi manusia sedunia dalam rangka ikut melaksanakan perdamaian dunia Negara RI merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila, oleh karena itu lembaga negara dan pemerintah Indonesia berkewajiban menegakkan hukum dan keadilan demi hak-hak azasi warganegaranya

88

3. PASAL PASAL UUD 1945

Pasal 27 (1) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya Pasal 27 (2) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya untuk memperoleh hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak Pasal 27 (3) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya untuk memiliki hak dan kewajiban dalam upaya pembelaan negara Pasal 28 : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya untuk berserikat, berkumpul serta untuk mengeluarkan pendapat Pasal 28 A : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya atas hak untuk hidup serta berhak untuk mempertahankan hidup dan kehidupan

89

PASAL PASAL UUD 1945 lanjutan

Pasal 28 B (1) antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya atas hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunannya melalui perkawinan yang sah Pasal 28 B (2) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya sebagai anak dan berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Pasal 28 C (1) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya atas hak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan tekhnologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia Pasal 28 C (2) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya atas hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya

90

PASAL PASAL UUD 1945 lanjutan

Pasal 28 D (1) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum Pasal 28 D (2) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja Pasal 28 D (3) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya sebagai warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan Pasal 28 D (4) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai hak atas status kewarganegaraan Pasal 28 E (1) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai kebebasan untuk memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali

91

PASAL PASAL UUD 1945 lanjutan

Pasal 28 E (2) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai hak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran, dan sikap sesuai dengan hati nuraninya Pasal 28 E (3) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai hak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat Pasal 28 F : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia Pasal 28 G (1) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak azasi

92

PASAL PASAL UUD 1945 lanjutan

Pasal 28 G (2) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain Pasal 28 H (1) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai hak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan Pasal 28 H (2) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai hak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan Pasal 28 H (3) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai hak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat Pasal 28 H (4) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya untuk mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun

93

PASAL PASAL UUD 1945 lanjutan

Pasal 28 I (1) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak azasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun Pasal 28 I (2) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai hak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu Pasal 28 I (3) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya dalam menyelamatkan Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional agar dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban Pasal 28 I (4) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai Perlindungan, pemajuan, penegakkan dan pemenuhan hak azasi manusia adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah

94

PASAL PASAL UUD 1945 lanjutan

Pasal 28 I (5) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya Untuk menegakkan dan melindungi hak azasi manusia sesuai dengan perinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak azasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangundangan
Pasal 28 J (1) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai kewajiban menghormati hak azasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Pasal 28 J (2) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis

95

PASAL PASAL UUD 1945 lanjutan

Pasal 29 (2) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu
Pasal 30 (1) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya mengenai hak dan kewajiban ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara Pasal 31 (1) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya memiliki hak mendapat pendidikan

Pasal 31 (2) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya memiliki kewajiban untuk mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya
Pasal 32 : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya

96

PASAL PASAL UUD 1945 lanjutan

Pasal 33 (1) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya dalam memajukan perekonomian dan kesejahteraan sosial Pasal 33 (3) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya dalam ikut menikmati kemakmuran dan kesejahteraan sosial Pasal 34 (1) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya untuk dipelihara sebagai fakir miskin oleh negara

Pasal 34 (2) : antara lain menyebutkan, persamaan kedudukannya untuk dapat menikmati fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak

97

98

99

STANDAR KOMPETENSI 5
Menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan

Kompetensi Dasar : 5.2 Menganalisis persamaan kedudukan WN dlm kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 5.3 Menghargai persamaan kedudukan wn tanpa membedakan SARA PERTEMUAN ke

7 1. Landasan Persamaan Kedudukan Warganegara 2. Persamaan Kedudukan hak dan kewajiban Setiap Warganegara 3. Perilaku yang menampilkan Persamaan Kedudukan Warganegara

100

2. Persamaan Kedudukan WN Dlm Hak & Kewajiban

Persamaan kedudukan sesama warganegara akan tampak dari perwujudan pelaksanaan hak dan kewajiban warganegara dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Apabila semua kewajiban itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh, maka hak pribadi warganegara akan terwujud sebagai imbalan penunaian kewajibannya. Hak dan kewajiban merupakan dua sisi kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan di dalam rangka melangsungkan dan mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu keseimbangan antara hak dan kewajiban perlu terus untuk dipupuk bersama. Pribadi yang baik akan selalu menunaikan kewajibannya terlebih dahulu baru menuntut haknya, maksudnya kewajiban dahulu ada baru akan memperoleh haknya, diantara hak dan kewajiban sama-sama pentingnya. Jadi dengan demikian persamaan kedudukan hak dan kewajiban antar sesama warganegara menuntut adanya keselarasan, keserasian dan keseimbangan

101

Hak Hak Warga Negara

1. bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan 2. memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak 3. pembelaan negara 4. berserikat, berkumpul serta untuk mengeluarkan pendapat 5. untuk hidup serta untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya 6. untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunannya melalui perkawinan yang sah 7. sebagai anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi 8. mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan tekhnologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia 9. untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya 10.mendapat pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum sebagai seorang anak

102

Hak Hak Warga Negara lanjutan

11. mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja 12. memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan 13. atas status kewarganegaraan 14. kebebasan untuk memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali 15. kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran, dan sikap sesuai dengan hati nuraninya 16. kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat 17. berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia 18. mendapat perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak azasi

103

Hak Hak Warga Negara

lanjutan

19. bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan memperoleh suaka politik dari negara lain 20. hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yg baik & sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan 21. mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan 22. mendapat jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat 23. hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun 24. untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak azasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun 25. hak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu

104

Hak Hak Warga Negara

lanjutan

26. hak masyarakat tradisional agar dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban 27. Perlindungan, pemajuan, penegakkan dan pemenuhan hak azasi manusia adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah 28. memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu 29. mendapat pendidikan 30. memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya 31. memajukan perekonomian dan kesejahteraan sosial 32. ikut menikmati kemakmuran dan kesejahteraan sosial 33. dipelihara sebagai fakir miskin oleh negara 34. menikmati fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak 35. dipilih dan memilih dalam pelaksanaan pemilu

105

Kewajiban Warga Negara

1. menjunjung tinggi hukum (peraturan perundangan) dan pemerintahan 2. pembelaan negara 3. menghormati hak azasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 4. tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undangundang dgn maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis 5. ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara 6. mengikuti pendidikan dasar

106

Hak Hak Warga Negara

lanjutan

7. membayar pajak 8. memelihara fasilitas umum 9. menjaga nama baik keluarga, masyarakat, bangsa dan negara 10. Setia dan cinta terhadap Pancasila, UUD 1945, Bangsa dan Negara 11. bekerja untuk kelangsungan hidupnya 12. mengutamakan persatuan dan kesatuan di atas kepentingan pribadi dan golongannya 13. memberikan suara dalam pemilihan umum 14. menjalankan ibadah agama 15. menjaga toleransi beragama 16. menjadi saksi dalam persidangan pengadilan 17. belajar dan terus menuntut ilmu dan teknologi untuk masa depan

107

3. Hak Sekaligus Kewajiban WN

1. menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat 1 UUD 1945)


2. pembelaan negara (pasal 27 ayat 3 UUD 1945) 3. usaha pertahanan dan keamanan negara (pasal 30 ayat 1)

108

D. Persamaan Kedudukan Warganegara

Persamaan Kedudukan Warganegara : Tanpa Membedakan Sara, Budaya dan Gender Kodrat manusia, merupakan keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan atau bakat-bakat alami (talenta), kekuasaan yang melekat pada keberadaan/ eksistensi manusia Pada hakikatnya warga negara adalah manusia: sebagai mahluk pribadi (individu) dan mahluk sosial, terdiri dari jasmani dan rohani dan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

109

Pengakuan bahwa manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa memiliki kesamaan : 1. kesamaan harkat, derajat, martabat sebagai mahluk Tuhan berbekal kemampuan kodrat serta hak dan kewajiban 2. kesamaan kewenangan dan kekuasaan dasar yang melekat pada dirinya 3. kesamaan keharusan untuk melakukan sesuatu berdasarkan norma tertentu (norma agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum)

110

PEMAHAMAN TENTANG PERSAMAAN HARKAT, MARTABAT DAN DERAJAT MANUSIA HARKAT Harkat manusia tiada lain merupakan kemuliaan, taraf, mutu, harga yang merupakan nilai manusia sebagai mahluk Tuhan, yang memiliki kemampuan-kemampuan (potensi) yang kita sebut cipta, karsa, rasa, kebebasan, hak-hak serta kewajiban-kewajiban azasi MARTABAT Martabat atau harga diri, merupakan kedudukan luhur manusia di atas mahluk Tuhan lainnya di dunia ini, karena manusia merupakan mahluk berakal budi dan memiliki harkat berupa kemampuan-kemampuan cipta, karsa, rasa serta harga diri yang dijunjung tinggi

111

DERAJAT

Derajat manusia, merupakan tingkatan kedudukan atau kekuasaan dasar yang melekat pada eksistensi manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang memiliki bakat kodrat, kebebasan, hak dan kewajiban yang sama selanjutnya derajat seseorang akan menjadi berbeda dari manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, ini disebabkan oleh karena setiap manusia berbeda dalam memaknai kehidupannya sehari-sehari. Seperti derajat seseorang akan menjadi tinggi bila menuntut ilmu setinggi-tingginya, mencari penghidupan dengan cara halal, berpikir, berkata dan berbuat selalu sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, selalu menjauhkan diri dari sifat-sifat yang tidak disenangi oleh masyarakat luas seperti suka mabuk, suka membuat onar, menjadi provokator, selalu berbuat tercela lainnya

112

113

114

STANDAR KOMPETENSI 6
Menganalisis sistem politik di Indonesia
Kompetensi Dasar : 6.1 Mendiskripsikan Sufra struktur Politik dan infra struktur politik di Indonesia

PERTEMUAN ke

9
Pengertian sistem politik Ciri dan macam sistem politik

A. Pendahuluan

Infra struktur politik sebagai input Pemilihan umum sebagai proses Sufra struktur politik sebagai output

115

Robert Dahl Gabriel Almond


Pengertian Sistem Politik

David Easton Rusandi Sumintapura Sukarna

Pancasila dan UUD 1945

116

Robert Dahl, mengatakan, sistem politik adalah merupakan pola yang tetap dari hubungan antar manusia serta melibatkan sesuatu yang luas dan berarti tentang kekuasaan, aturan dan kewenangan Gabriel Almond. Mengatakan, sistem politik adalah sistem interaksi dalam masyarakat merdeka, yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi
David Easton . Mengatakan, sistem politik adalah suatu interaksi yang diabstraksikan dari seluruh tingkah laku sosial sehingga nilai-nilai dialokasikan secara otoritatif kepada masyarakat Rusandi Sumintapura, berpendapat bahwa sistem politik adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang menunjukkan suatu proses yang langgeng

117

Sukarna, berpendapat bahwa sistem politik adalah suatu tata cara untuk mengatur atau mengolah bagaimana memperoleh kekuasaan di dalam negara, mengatur hubungan pemerintah dan rakyat atau sebaliknya, mengatur hubungan negara dengan negara, atau dengan rakyatnya. Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa sistem politik adalah tata cara mengatur negara

Sistem Politik menurut Pancasila dan UUD 1945, adalah sistem politik Indonesia dalam rangka menciptakan cita-cita bangsa dan tujuan nasional, maka pemerintah Indonesia menyelenggarakan politik negara, yaitu keseluruhan penyelenggaraan politik yang cendrung agak sentralistik karena UUD 1945 memang integralistik

118

Gabriel Almond

Ciri-Ciri Sistem Politik

David Easton

119 Gabriel Almond, dalam bukunya yang berjudul The Politics of Developing areas mengemukakan adanya 4 ciri dari sistem politik yaitu : a. Semua sistem politik termasuk yang paling sederhana mempunyai kebudayaan politik yang dapat diperbandingkan satu sama lain sesuai dgn tingkatan dan bentuk pembidangan kerja yg teratur b. Semua sistem politik menjalankan fungsi-fungsi yang sama walaupun tingkatannya berbeda-beda c. Semua struktur politik dispesialisasikan baik pada masyarakat yang premitif ataupun yang modern d. Semua sistem politik merupakan sistem campuran dalam pengertian kebudayaan David Easton, menyatakan bahwa ciri-ciri dari sistem politik adalah : a. Adanya unit-unit yang membentuk sistem itu, sekaligus batasbatas pengaruhnya b. Adanya input dan output dalam sistem, yaitu keputusankeputusan yang dibuat (output) dan proses pembuatan keputusan (input) c. Adanya jenis dan tingkatan diferensiasi dalam sistem d. Adanya tingkat integrasi sistem politik yang mencerminkan pula tingkat efisiensinya

120

Gabriel Almond dan Powell


Macam-Macam Sistem Politik

Alfian

121

Almond dan Powell, membagi 3 macam sistem politik , sebagai berikut : a. Sistem-sistem premitif yang intermittent (bekerja dengan sebentar-sebentar istirahat). Sistem politik ini sangat kecil kemungkinannya untuk mengubah peranannya menjadi terspesialisasi atau lebih otonom. Sistem ini lebih mencerminkan suatu kebudayaan yang samar-samar dan bersifat keagamaan b. Sistem-sistem tradisional, dengan struktur-struktur bersifat pemerintahan politik yang berbeda-beda dan suatu kebudayaan subyek c. Sistem-sistem modern, dimana struktur-struktur politik yg berbeda-beda (partai-partai politik, kelompokkelompok kepentingan dan media massa) berkembang dan mencerminkan kegiatan budaya politik partisipan Alfian mengklasifikasikan sistem politik menjadi 4 macam: a. sistem politik otoriter/totaliter b. sistem politik anarki c. sistem politik demokrasi d. sistem politik demokrasi dalam transisi

122

In Put

Sistem Politik

Proses

Out Put

123

Nahdlatul Ulama (NU)


Muhammaddiyah
Infra Struktur Politik sebagai In Put

Tarbiyah Islamiah
Mahasiswa

Wartawan
Pengusaha

Partai Politik

124

Sistem Distrik
Pemilu sebagai Proses

Sistem Proporsional

125

Sistem Distrik Sistem ini diselenggarakan berdasarkan lokasi daerah pemilihan, dalam arti tidak membedakan jumlah penduduk, tetapi tempat yang sudah ditentukan. Jadi daerah yang sedikit penduduknya memiliki wakil yang sama dengan daerah yang padat penduduknya. Oleh karena itu sudah barang tentu banyak jumlah suara yang akan terbuang disatu pihak tetapi menguntungkan pihak yang sedikit atau jarang penduduknya

Karena wakil yang akan dipilih adalah orangnya langsung, maka pemilih dengan yang akan dipilih akrab (personan stelsel), satu distrik biasanya satu wakil (single member constituency) Sistem Proporsional Sistem ini didasari jumlah penduduk yang akan menjadi peserta pemilih, misalnya setiap 40.000 penduduk pemilih memperoleh satu wakil (suara berimbang), sedangkan yang dipilih adalah kelompok orang yang diajukan kontestan pemilu, yaitu para partai politik (multy member constutuency) yang dikenal lewat tanda gambar (lijsten

126

MPR, DPR, DPD (Lembaga Legeslatif) Presiden dan Wakil Presiden (Lembaga Ekskutif) MA, MK, KY (Lembaga Yudikatif) BPK.

Sufra Struktur Politik sebagai Out Put

127

128

129

STANDAR KOMPETENSI 6
Menganalisis sistem politik di Indonesia
Kompetensi Dasar : 6.2 Mendeskripsikan perbedaan sistem politik

di berbagai negara

PERTEMUAN ke

10

- ditinjau dari segi idiologi


Perbedaan Sistem Politik Diberbagai Negara

- ditinjau dari segi kabinet - ditinjau dari segi kekuasaan negara - ditinjau dari segi kepartaian

130

Sistem Politik Berdasarkan

Ideologi Negara

Kalau ditinjau dari ideologi suatu bangsa maka akan kita mengenal adanya sistem politik libral, Komunis dan Pancasila. Sistem libral ini umumnya dianut oleh negara-negara Eropah Barat, Amerika, Australia, negara Coomonwealth (bekas jajahan Inggris), ideologi Komunis umumnya dianut oleh negaranegara bekas pecahan Uni Soviet dan termasuk negara satlitnya yaitu Cuba, Korea Utara begitu pula Republik Rakyat China. Sedangkan ideologi Pancasila dianut oleh Indonesia

131

Sistem Politik Berdasarkan Tipe Kabinetnya

Tipe Kabinet Ministerial Tipe Kabinet Presidensial

Tipe Pemerintahan ala Komunis

132

Tipe Kabinet Ministerial

Kabinet Ekstra Parlementer

Tipe Kabinet Parlementer

Kabinet Partai

Kabinet Koalisi

Kabinet Nasional

133

Sistem Politik dengan sistem Kabinet Ekstra Parlementer berarti kabinet yang pembentukannya tidak dicampuri atau di luar campur tangan Parlemen Sistem Politik dengan sistem Kabinet Presidensial berarti : Menteri-Menteri diangkat dan bertanggung jawab terhadap Presiden (ekskutif)

Sistem Politik dengan sistem pemerintahan ala Komunis , menurut UUD beberapa negara Komunis, kekuasaan tertinggi dipegang oleh Presidium dari Ketua Paratai Komunis yaitu Sentral komite tingkat Nasional yang selanjutnya bernama Dewan Menteri, negara komunis juga mengenal adanya legeslatif yang berasal dari partai tunggal (mono partai) yaitu partai Komunis

134

Sistem Politik. dengan sistem kabinet Parlementer berarti : Menteri-Menteri secara perseorangan atau secara bersama-sama di bawah Perdana Menteri (ekskutif) bertanggung jawab kepada DPR (parlemen atau legeslatif). Sistem kabinet ini pembentukan kabinetnya dicampuri oleh parlemen (DPR) terutama dari fraksi yang memiliki jumlah anggota parlemen mayoritas. Kabinet Partai, adalah kabinet yang menteri-menterinya berasal dari satu partai yang menguasai suara terbanyak di Parlemen Kabinet Koalisi, adalah kabinet yang menteri-menterinya berasal dari beberapa partai, yang secara bersamasama menguasai kursi terbanyak di parlemen

Kabinet Nasional, adalah kabinet yang menterimenterinya terdiri dari orang-orang yang berasal dari seluruh partai yang mempunyai fraksi-fraksi di parlemen

135

Sistem Politik Berdasarkan Kekuasaan

John Locke

Menurut Ajaran Trias Politika

Montesquieu

136

Ajaran Trias Politika

John Locke

Legeslatif Ekskutif

Federatif

137

Ajaran Trias Politika

John Locke

Legeslatif : sebagai lembaga yang bertugas untuk membuat undang-undang Ekskutif : sebagai lembaga yang bertugas menjalankan undang-undang dan termasuk bertugas mengadili pelanggaran undang-undang

Federatif : sebagai badan yang bertugas : 1. membuat perang dan damai dengan negara lain, 2. membuat perjanjian dan persekutuan dengan

138

Ajaran Trias Politika

Montesquieu

Legeslatif Ekskutif

Yudikatif

139

Ajaran Trias Politika

Montesquieu

Legeslatif, yaitu kekuasaan untuk membuat UndangUndang (rule making function) yang diletakkan dalam sebuah Majelis Kongres Amerika. Ekskutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan UndangUndang (rule application function). Kekuasaan ekskutif ini dipegang dan dilaksanakan oleh Presiden. Kedudukan Presiden yang menjabat selama 4 tahun (di Amerika Serikat) tidak dapat dijatuhkan oleh Kongres, begitu pula sebaliknya. Yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) yang dilaksanakan oleh Supreme Court atau Mahkamah Agung.

140

Sistem Politik Berdasarkan Kepartaian Sistem Satu Partai Sistem Multi Partai

Sistem Dwi Partai

141

Sistem Politik Satu Partai

Sistem politik dengan partai tunggal di negara Republik Rakyat China adalah sebagai berikut : Ekskutif, dipegang oleh ketua partai, sedangkan Sekretaris Jendral Partai merupakan penyelenggara pemerintahan tertinggi setingkat Perdana Menteri Legeslatif, lembaga negara tertinggi adalah Kongres Rakyat Nasional, yang bertindak sebagai badan legeslatif Yudikatif, dijalankan secara bertingkat dan kaku, oleh Pengadilan Rakyat dan bertanggung jawab di bawah pimpinan Mahkamah Agung Cina. Pengadilan Rakyat bertanggung jawab kepada Kongres Rakyat di setiap Tingkatan

142

Sistem Politik Dua Partai

Sistem ini merupakan ciri khas negara Anglo Saxon, Sistem ini dianut oleh Inggris, Amerika dan Philipina. Sistem ini hanya ada dua partai yang sangat dominan, yaitu partai yang berkuasa (partai yang menang dalam pemilu) dan partai oposisi (partai yang kalah dalam pemilu). Biasanya partai oposisi berperan sebagai pengecam setia (loyal oposition) terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan partai yang berkuasa bila dianggap tidak sejalan

143

Sistem Politik Multy Partai

Sistem politik dengan banyak partai ini biasanya diterapkan di negara-negara yang terdiri dari banyak agama, suku, ras dan antar golongan (sara). Masyarakat cendrung membentuk ikatanikatan terbatas (primodial) sebagai tempat penyaluran aspirasi politiknya. Beberapa negara penganut sistem multi partai adalah Indonesia, Malaysia, India, Prancis dan lainnya

144

145

146

STANDAR KOMPETENSI 6
Menganalisis sistem politik di Indonesia
6.3 Menampilkan peranserta dalam sistem politik di Indonesia
11

Kompetensi Dasar :

PERTEMUAN ke

Manusia sebagai insan politik


C. Peranserta masyarakat dalam sistem politik

Masyarakat politik Cara berpolitik sesuai aturan Tata cara berpolitik

147

Manusia Sebagai Insan Politik

Manusia Makhluk Bermasyarakat

Manusia Sebagai Insan Politik

148

Manusia Makhluk Bermasyarakat

Sesuai dengan kodratnya, manusia sejak lahir hingga menjelang meninggal dunia selalu hidup saling bantumembantu dengan manusia lainnya. Atau dengan kata lain manusia tidak dapat hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia lainnya dalam posisinya sebagai makhluk bermasyarakat. Menurut seorang akhli pikir bangsa Yunani yang bernama Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah zoon politican yang artinya bahwa manusia itu sebagai mahluk Tuhan pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia. Oleh karena sifat manusia itu merupakan mahluk yang suka bergaul antara satu dengan yang lainnya maka manusia itu disebut sebagai makhluk sosial

149

Manusia Sebagai Insan Politik

Di antara hubungan-hubungan yang dilakukan antarmanusia, terdapat suatu hubungan yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Hubungan tersebut adalah hubungan politik. Dalam kehidupan politik, manusia mengembangkan kegiatan-kegiatan yang diarahkan untuk membuat, melindungi, dan mengubah aturan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri. Dalam hubungan antarindividu dalam kehidupan bermasyarakat inilah akhirnya manusia sebagai insan politik mengarah ke dalam pembentukan masyarakat yang namanya

masyarakat politik

150

Partisipasi Politik Dalam masyarakat Politik

1. Terbentuknya organisasi-organisasi politik atau organisasi kemasyarakatan lainnya, sebagai bagian dari kegiatan sosial, sekaligus sebagai penyalur aspirasi rakyat yang ikut menentukan kebijaksanaan negara 2. Lahirnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai kontrol sosial atau sebagai pemberi input terhadap kebijaksanaan pemerintah 3. Pelaksanaan pemilihan umum yang memberikan kesempatan kepada warga negara untuk memilih atau dipilih 4. Munculnya kelompok kontemporer (setiap waktu) yang memberi warna kepada sistem input dan output kepada pemerintah, seperti unjuk rasa, demonstrasi, petisi, protes dan yang sejenisnya

151

Masyarakat Politik

Kerjasama Dan Konflik

Ciri-Ciri Masyarakat Politik

Pengertian Politik

152

Kerja sama dan Konflik

Syarat terjadinya interaksi sosial atau interaksi sebagai anggota masyarakat harus ada komunikasi atau kontak antara dua orang atau lebih. Kontak atau interaksi akan menimbulkan dua kondisi yaitu kerja sama (cooperation) dan konflik (coflict) atau pertikaian. Konflik terjadi apabila dalam interaksi itu masing-masing pihak saling melemahkan pihak lawan, saling tidak mau mengalah, selalu ngotot akan kepentingan atau pandangan sendiri tanpa memperhatikan norma atau aturan yang berlaku

153

Proses Interaksi Sosial dalam Masyarakat Politik

Proses Asosiatif

Proses Disosiatif

154

Proses Asosiatif yaitu suatu proses interaksi

yang cendrung menjalin kesatuan dan peningkatan solidarias anggota-anggota kelompok. Proses Asosiatif ini akan melahirkan kerja sama

Proses Disosiatif yaitu suatu proses interaksi

yang cendrung membawa kelompok ke arah perpecahan (konflik) dan merenggangkan solidaritas anggota kelompok. Ada dua proses disosiatif yaitu kompetisi (persaingan) dan konflik (pertentangan) selanjutnya melahirkan kelompok Oposisi

155

Proses Asosiatif Atau Kerja sama

Kerja sama Politik

Motivasi Kerja sama

156

Kerja sama Politik

Ada empat bentuk kerja sama politik yaitu : 1. Bargaining ( tawar menawar), 2. Kooptasi, 3. Koalisi, 4. Join Venture (usaha patungan)

157

Bargaining (tawar menawar) : suatu perjanjian atau persetujuan diantara pihak-pihak yang mengikat diri melalui perdebatan, atau pemberian usul. Kooptasi (cooptation) : suatu proses penerimaan unsur unsur baru oleh pemimpin atau organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam organisasi. Kala kooptasi ini tidak dilakukan maka unsur perpecahan dalam organisasi akan pasti terjadi, seperti banyaknya elite politik yang hengkang atau meninggalkan partai yang sudah dibesarkan secara susah payah dengan bergabung ke partai lain atau membentuk partai baru. Koalisi (coalition) : suatu kombinasi dari dua organisasi atau lebih dengan tujuan yang sama. Pada masa pemerintahan setelah Reformasi sistim politik ini yaitu koalisis sangat efektip di dalam menjalankan pemerintahan karena dalam kenyataannya tidak ada satupun partai sebagai pemenang pemilu secara mutlak. Usaha Patungan ( Join Venture ) : suatu usaha kerja sama dalam bidang usaha yang selanjutnya akan melahirkan politik ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama

158

Motivasi Kerja sama

Adapun yang memotivasi seseorang atau organisasi untuk bekerja sama adalah : 1. Adanya Orientasi : adanya tujuan yang jelas, arah yang jelas dan kepentingan yang jelas 2. Adanya Ancaman dari luar (musuh bersama), seperti dalam semangat membela tanah air atau adanya kelompok oposisi sehingga perlu adanya aliansi 3. Adanya Rintangan dari luar 4. Adanya Kelompok yang merasa dirugikan atau tersinggung 5. Adanya kepentingan untuk mencari keuntungan pribadi, biasanya kerja sama semacam ini akan menimbulkan perpecahan karena orang yang bekerja sama ini memanfaatkan orang lain untuk meraih kepentingannya 6. Semata-mata untuk menolong orang lain

159

Proses Disosiatif Atau Konflik (Oposisi)

persaingan (competition)

pertentangan atau pertikaian (conflict)

kontravensi (contravention)

160

Persaingan adalah proses sosial di mana individu atau kelompok-kelompok tertentu mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum, tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunyai dua tipe umum yaitu persaingan individu dan persaingan kelompok (organisasi). Dalam persaingan individu (pribadi) sering disebut dengan rivalry. Sedangkan persaingan kelompok (organisasi), kalau organisasi politik biasanya bersaing untuk mendapatkan pengaruh, dukungan atau kepercayaan dalam masyarakat. Kontravensi (contravention) pada hakekatnya merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan (pertikaian). Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian seperti adanya kecurigaan terhadap kurang transparannya (keterbukaan) dalam pengelolaan suatu organisasi tertentu. Pertentangan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok (organisasi) tertentu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan disertai ancaman atau kekerasan. Cara ini sering dilakukan oleh elite politik menjelang pemilu seperti pada masa sebelum reformasi. Contohnya Di Bali pada peristiwa Oktober kelabu 1999 di tiga kota besar di Bali seperti Denpasar, Singaraja dan Negara (Jemberana) perkantoran pemerintah dibumihanguskan oleh kelompok masyarakat yang kecewa terhadap gagalnya Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden RI dalam Sidang Umum MPR. 1999

161

Ciri Ciri Masyarakat Politik

1. Adanya Struktur Politik 2. Adanya Infra Struktur Politik 3. Adanya Budaya Politik 4. Adanya Pemilihan Umum

162

Pengertian Politik
a. Roger H. Soltau, Ilmu politik, merupakan pelajaran tentang negara, maksud dan tujuan negara, lembaga negara, hubungan antara negara dan warga negaranya, hubungan antar negara, serta apa yang dipikirkan warga negaranya. b. Robert A. Dahl, Ilmu politik adalah pelajaran tentang siasat c. Johan Kaspar Bluntschli, Ilmu politik adalah ilmu yang memperhatikan masalah kenegaraan, yaitu berusaha keras untuk mengerti dalam paham kondisi situasi negara, yang bersifat penting dalam berbagai bentuk manifestasi pembangunan d. Raymond G. Gettel, Ilmu politik adalah ilmu dari suatu negara, hal tersebut berlaku baik antar seseorang dengan orang lain yang paling ujung sekalipun disentuh oleh hukum, hubungan antar perseorangan atau kelompok dengan negaranya, serta hubungan negara dengan negara

163

164

165

STANDAR KOMPETENSI 6
Menganalisis sistem politik di Indonesia
6.3 Menampilkan peranserta dalam sistem politik di Indonesia
12

Kompetensi Dasar :

PERTEMUAN ke

Manusia sebagai insan politik


C. Peranserta masyarakat dalam sistem politik

Masyarakat politik Cara berpolitik sesuai aturan Tata cara berpolitik

166

Cara Berpolitik Sesuai Aturan


Perundang-Undangan Partai politik sudah ada sejak pemerintahan awal berdirinya negara RI, seperti Maklumat Wakil Presiden tanggal 3 November 1945 tentang pembentukan partai politik sebanyak-banyaknya (multipartai), pada masa orba mengeluarkan UU No. 3 tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya, UU No. 3 tahun 1985 tentang Kekuatan Sosial politik, UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik dan UU no. 31 tahun 2002 tentang Partai politik Semua perundang-undangan tentang partai politik yang dikeluarkan pada perinsipnya untuk memberi kesempatan atau kebebasan kepada setiap warga negara untuk berpartisifasi dalam dunia atau kancah perpolitikan nasional kita, karena partai politik merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional

167

Pemilu Sebagai Wujud Aspirasi Politik


Sebagai wujud aspirasi politik seluruh rakyat Indonesia dapat disalurkan melalui pemilu yang dilaksanakan sebagai konsekuensi dari negara demokrasi. Perhelatan politik akbar untuk menyalurkan aspirasi politik rakyat sudah diadakan sejak tahun 1955, pada pemilu pertama ini berdasarkan UUD Sementara 1950 yang dilaksanakan dua kali yang pertama pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR, tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih Konstituante, pemilu dibawah UUD 1945 sudah dilaksanakan sejak tahun 1971, 1977,1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan pemilu 2009 berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen. Kalau saja semua pihak yaitu penyelenggara negara, rakyat Indonesia, TNI-Polri, semua Partai politik, penyelenggara pemilu (KPU), Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) taat pada aturan yang sudah ditetapkan kita berkeyakinan negara ini akan menjadi negara yang besar

168

TUGAS MANDIRI TIDAK BERSTRUKTUR

Carilah di Media Elektronika : a. Pemilu yang pernah berlangsung di Indonesia b. Parpol Peserta Pemilu c. Hasil Pemilu d. Undang-Undang Pemilu

169

TATA CARA BERPOLITIK DI INDONESIA

Komunikasi Politik

Cara-Cara Politik yang Berkembang di Indonesia

170

Cara-Cara Politik yang Berkembang di Indonesia

Cara Kerja sama

Cara Pengawasan (Kontrol)

171

CARA KERJA SAMA


Cara ini cukup efektif untuk membangun kehidupan berpolitik di Indonesia, karena sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yaitu musyawarah - mufakat, kekeluargaan dan gotong royong. Apabila hasil pemilu untuk jabatan politik untuk Capres dan Cawapres tidak memenuhi syarat lima puluh prosen lebih sesuai yang ditetapkan oleh undang-undang, pemilihannya dapat diulang sampai tercapai tujuan sesuai aturan yang berlaku Begitu pula dalam menjaga stabilitas nasional parpol dapat berkualisi dalam membentuk pemerintahan nasional. Contoh Pemerintah Kabinet Indonesia bersatu jilid I dan II di

172

CARA PENGAWASAN (KONTROL)

Cara ini ditempuh apabila cara kerja sama sulit untuk diwujudkan. Oposisi atau disosiatif biasanya dapat kita jumpai pada Negara Federal yang menganut paham libral, dan dengan telah dibukanya kran demokrasi lebar-lebar di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menganut paham integralistik tidak tertutup kemungkinan adanya gerakan Oposisi yang bertugas sebagai kontrol yang kuat terhadap jalannya pemerintahan agar tidak kecolongan lagi seperti pada masa pemerintahan orde baru. Menurut UUD 1945 maupun perundangan lainnya lembaga Oposisi tidak dapat kita jumpai tetapi dalam praktiknya dapat kita amati pelaksanaannya. Oposisi yang berkembang di Indonesia bukanlah untuk mencari-cari kesalahan pemerintah untuk dijatuhkan melainkan hanya untuk memperketat pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan yang prinsipiil, sehingga cita-cita untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat segera terwujud

173

Komunikasi Politik

Komunikasi berarti hubungan, berkomunikasi berarti hubungan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang dalam penyampaian pesan. Unsur utama yang harus dipenuhi kalau mau berkomunikasi adalah harus ada komunikator (pembicara), pesan (berita atau maksud yang disampaikan) dan komunikan (pendengar atau lawan bicara) sedangkan media atau sarana tidak mutlak harus ada. Contoh dialog, tatap muka, debat, kampanye massa yang langsung dengan audiennya atau komunikannya, media tidak diperlukan. Tetapi kalau penyampaian pesan dari komunikator ke komunikannya tidak langsung berhadapan barulah menggunakan media atau sarana seperti : 1. media elektronika, contohnya : TV, Internet, Telepon, Telex, Radio, Slide, Film dan sebagainya. 2. media cetak, contohnya Surat Kabar, Selebaran, Majalah, Tabloid, Photo, Gambar, Lukisan, Spanduk dan lain sebagainya

174

Komunikasi Politik

adalah hubungan yang dilakukan lebih dari satu orang yang membicarakan masalah kebijaksanaan, kekuatan, kekuasaan pemerintah, konflik dan kekuatan massa rakyat.

175

Tiga tipe utama saluran komunikasi politik

Saluran Komunikasi Massa

Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Organisasi

176

a. Saluran Komunikasi Massa adalah komunikasi yang terjadi antara satu orang dengan banyak orang. Ada dua bentuk saluran komunikasi massa yaitu : 1. Komunikasi tatap muka. Contohnya, kampanye di lapangan terbuka yang hadiri oleh ribuan orang. 2. Komunikasi tanpa tatap muka atau berperantara (ada perantara antara komunikator dengan khalayak/komunikan). Contoh penggunaan media TV atau Radio

177

B. Saluran Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang terjadi satu orang dengan satu orang. Ada dua bentuk saluran komunikasi saluran iterpersonal yaitu: 1. Komunikasi tatap muka. contohnya komunikasi dilakukan dengan berkunjung kerumah-rumah menemui komunikan secara perseorangan 2. Komunikasi tanpa tatap muka atau berperantara (ada perantara antara komunikator dengan komunikannya). Contoh penggunaan telepon

178

c.Saluran komunikasi Organisasi adalah merupakan penggabungan antara komunikasi saluran massa dan interpersonal dalam satu organisasi sosial politik, seperti Munas salah satu partai yang harus diadakan karena tuntutan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga partainya menghendaki harus diadakan komunikasi, seperti pemilihan Ketua Umum dan Pengurus partai, penyatuan Visi dan Misi tentang seorang calon Presiden dan Wakil Presiden dalam pemilu Presiden dan Wakil Presiden

179

PENUTUP
AKU KENAL NEGERIKU

TERIMA KASIH
Semoga Pembelajaran ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Anda mungkin juga menyukai

  • Sholat Berjamaah
    Sholat Berjamaah
    Dokumen2 halaman
    Sholat Berjamaah
    Prima
    Belum ada peringkat
  • 4
    4
    Dokumen1 halaman
    4
    Prima
    Belum ada peringkat
  • 3
    3
    Dokumen1 halaman
    3
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Baka Yaru
    Baka Yaru
    Dokumen1 halaman
    Baka Yaru
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Terak Hir
    Terak Hir
    Dokumen1 halaman
    Terak Hir
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Rumus CMD
    Rumus CMD
    Dokumen11 halaman
    Rumus CMD
    Bocah Bagoncity
    Belum ada peringkat
  • Bingung
    Bingung
    Dokumen1 halaman
    Bingung
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Judul Anime
    Judul Anime
    Dokumen1 halaman
    Judul Anime
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Pemindah Daya 2 PDF
    Pemindah Daya 2 PDF
    Dokumen9 halaman
    Pemindah Daya 2 PDF
    faizal_hardijanto
    Belum ada peringkat
  • Wakateru PDF
    Wakateru PDF
    Dokumen1 halaman
    Wakateru PDF
    Prima
    Belum ada peringkat
  • 22 Las Oksi Asetilen
    22 Las Oksi Asetilen
    Dokumen52 halaman
    22 Las Oksi Asetilen
    datukazman
    Belum ada peringkat
  • Filosofi 5 S
    Filosofi 5 S
    Dokumen3 halaman
    Filosofi 5 S
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Enginen Dan Kelengkapannya
    Enginen Dan Kelengkapannya
    Dokumen17 halaman
    Enginen Dan Kelengkapannya
    ahmedmudho
    Belum ada peringkat
  • Yuk Kita Smile
    Yuk Kita Smile
    Dokumen1 halaman
    Yuk Kita Smile
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Hahaha
    Hahaha
    Dokumen1 halaman
    Hahaha
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Tujuan Perawatan Berkala
    Tujuan Perawatan Berkala
    Dokumen2 halaman
    Tujuan Perawatan Berkala
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Team Work
    Team Work
    Dokumen4 halaman
    Team Work
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Tujuan Perawatan Berkala
    Tujuan Perawatan Berkala
    Dokumen2 halaman
    Tujuan Perawatan Berkala
    Prima
    Belum ada peringkat
  • p01t01 01
    p01t01 01
    Dokumen3 halaman
    p01t01 01
    Prima
    Belum ada peringkat
  • p01t07 01
    p01t07 01
    Dokumen5 halaman
    p01t07 01
    Prima
    Belum ada peringkat
  • 1 - Dasar Mesin
    1 - Dasar Mesin
    Dokumen59 halaman
    1 - Dasar Mesin
    David Sigalingging
    100% (1)
  • Tujuan Perawatan Berkala
    Tujuan Perawatan Berkala
    Dokumen2 halaman
    Tujuan Perawatan Berkala
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Balans Roda Dan Ban
    Balans Roda Dan Ban
    Dokumen52 halaman
    Balans Roda Dan Ban
    Taufik Hidayat
    100% (1)
  • p01t10 01
    p01t10 01
    Dokumen1 halaman
    p01t10 01
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Cover New Step
    Cover New Step
    Dokumen1 halaman
    Cover New Step
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Las Oksi KD 1
    Las Oksi KD 1
    Dokumen27 halaman
    Las Oksi KD 1
    Prima
    Belum ada peringkat
  • Rumus CMD
    Rumus CMD
    Dokumen11 halaman
    Rumus CMD
    Bocah Bagoncity
    Belum ada peringkat
  • Ipa 14
    Ipa 14
    Dokumen16 halaman
    Ipa 14
    ikarusspeed
    Belum ada peringkat
  • Pemindah Daya
    Pemindah Daya
    Dokumen32 halaman
    Pemindah Daya
    Prima
    100% (1)