Anda di halaman 1dari 31

ADMINISTRASI KURIKULUM 1. Pengertian Administrasi Kurikulum Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan.

Kurikulum sebagai pedoman untuk menyusun target dalam proses belajar mengajar. Namun, dalam memahami hakikat kurikulum sering kali terjadi perbedaan persepsi dan pemahaman. Untuk itu berikut ini dikemukakan beberapa pengertian kerikulum tersebut: a. Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun. b. Kurikulum dilukiskan sebagai bahan tertulis untuk digunakan para guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. c. Yang dimaksud dengan kurikulum adalah suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah. d. Kurikulum diartikan sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman belajar dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan. e. Kurikulum di pandang sebagai program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuantujuan pendidikan tertentu. Kelima pengertian yang dikemukakan di atas, pengertian kurikulum yang terakhir (kelima) menjadi pandangan atau wawasan dalam karya tulis ini mengingat lebih sederhana dan menggambarkan suatu pengertian di mana kurikulum diartikan sebagai suatu program pendidikan serta dinyatakan dalam bentuk yang lebih umum sifatnya. Jika kita himpunkan pengertian kurikulum ini dengan pengertian atau istilah administrasi dalam bahasa Indonesia yang berasal dari kata Latin Administrate yang berarti membantu atau melayani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris Administration, dapat kita simpulkan bahwa pengertian administrasi kurikulum adalah pelayanan program pendidikan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan dalam pendidikan. 2. Prinsip Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Kurikulum dibina dan dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dianutnya. Prinsip itu pada dasarnya merupakan kaidah yang menjiwai kurikulum tersebut. Prinsip-prinsip yang biasa digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Menurut Sudirman S, antara lain: a. Prinsip Orientasi Pada Tujuan Implikasi prinsip ini mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler terarah dan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya. b. Prinsip Relevansi Secara umum istilah relevansi diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian pendidikan dengan tuntunan kehidupan masyarakat. Artinya pendidikan dipandang relevan jika hasil perolehan pendidikan itu bersifat fungsional. Masalah relevansi ini dapat dikaji sekurang-kurangnya lewat tiga segi: a) Relevansi pendidikan dengan lingkungan para murid. Artinya dalam penetapan bahan pendidikan yang akan disajikan haruslah sesuai dengan apa yang ada dalam lingkungan sekitar murid. b) Relevansi dengan pengembangan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Misalnya topik sajian pembuatan kipas dari bambu untuk penduduk kota, kiranya kurang tepat sebab di kota sekarang ini memasak menggunakan kompor minyak atau kompor gas yang tidak memerlukan kipas dari bambu. c) Relevansi dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan. Dalam menetapkan kegiatan belajar dan pengalaman belajar siswa hendaknya diorientasikan dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan atau konsumen pemakai lulusan atau konsumennya nanti. Misalnya para murid SMEA harus banyak diajarkan surat-menyurat, mengetik komputer, dan lain-lain sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemakai lulusan atau konsumennya nanti. c. Prinsip Efektifitas Implikasi prinsip ini dalam pengembangan kurikulum ialah mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler membuahkan hasil tanpa ada kegiatan yang mubazir dan terbuang percuma. d. Prinsip Efisiensi Implikasi prinsip ini mengusahakan agar kegiatan kurikuler mendayagunakan waktu, tenaga, biaya dan sumbersumber lain secara cermat dan tepat sehingga hasil kegiatan kurikuler itu mewadahi dan memenuhi harapan. e. Prinsip Fleksibilitas Fleksibilitas ini diartikan lentur/tidak kaku dalam memberikan kebebasan bertindak. Dalam kurikulum pengertian itu dimaksudkan dalam memilih program-program pendidikan bagi murid dan kebebasan dalam mengembangkan program pendidikan bagi para guru. Misalnya pengadaan program pilihan yang sesuai dengan kemampuan dan minat murid. f. Prinsip Integritas Implikasi prinsip ini mengusahakan agar pendidikan dalam suatu kurikulum menghasilkan manusia seutuhnya walaupun kegiatan kurikulernya terjabar dalam komponen kurikulum. g. Prinsip Sinkronisasi Implikasi prinsip ini mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler seirama, searah dan satu tujuan. Jangan sampai terjadi suatu kegiatan kurikuler menghambat, berlawanan atau mematikan kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya. h. Prinsip kesinambungan (kontinuitas) Implikasi prinsip ini mengusahakan agar antara berbagai tingkat dari jenis program pendidikan saling berhubungan. Dalam tatanan bahan kurikuler yang dikaitkan atau saling menjalin. a) Kesinambungan antar berbagai tingkat sekolah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Bahan-bahan pelajaran hendaknya sambung-menyambung antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain yang lebih tinggi. 2. Bahan pelajaran yang sudah disajikan pada tingkat sekolah yang lebih rendah tidak perlu lagi disajikan pada tingkat sekolah yang lebih tinggi. b) Kesinambungan antara berbagai tingkat studi. Seringkali bahan sajian dalam berbagai bidang studi mempunyai hubungan yang satu dengan yang lain. i. Prinsip Objektifitas Implikasi prinsip ini mengusahakan agar semua kegiatan kurikuler dilakukan dengan kegiatan catatan kebenaran ilmiah dengan mengenyampingkan pengaruh-pengaruh emosional dan irisional. j. Prinsip Demokrasi Implikasi prinsip ini ialah mengusahakan agar dalam penyelenggaraan pendidikan dikelola dan dilaksanakan secara demokrasi. 3. Pengorganisasian Kurikulum Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada muridmurid. Organisasi kurikulum sangat erat berhubungan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai karena polapola yang berbeda akan mengakibatkan isi dan cara penyampaian pelajaran berbeda pula. Pola-pola pengorganisasian kurikulum ada banyak macamnya tetapi yang menjadi pandangan dan perlu untuk dikemukakan pada kesempatan ini ada 3 macam, yaitu: a. Separated Subject Curriculum Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dengan berbagai macam mata pelajaran (subjects) yang terpisahpisah satu sama lain. Seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain juga antara suatu kelas dengan kelas yang lain. Separate Subject Curriculum mengandung beberapa hal yang positif di dalam praktek pendidikan di sekolah, yakni: 1. Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis 2. Organisasi kurikulum ini sederhana 3. Penilaian lebih mudah 4. Kurikulum ini memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran 5. Kebanyakan orang beranggapan bahwa sekolah adalah persiapan masuk Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggi biasanya organisasi kurikulum sesuai dengan prinsip terpisah-pisah itu. Di samping itu ada kritik-kritik untuk Separate Subject Curriculum, sebagai berikut: 1. Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain, tidak sesuai dengan kenyataan kehidupan yang sebenarnya. 2. Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 3. Dari sudut Psykhologis kurikulum demikian mengandung kelemahan: Banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak didik. 4. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman.

b. Correlated Curriculum Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran itu satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut (correlated) walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain masih dipertahankan. Beberapa kebaikan Correlated Curriculum dapat disebutkan antara lain: 1. Dengan korelasi pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas (berpadu) 2. Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang lain minat murid bertambah 3. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut 4. Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid. Disamping kebaikan itu, ada keberatan yang diajukan terhadap Correlated Curriculum ini yakni sebagai berikut: 1. Sulit untuk menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari sebab dasarnya subject centered. 2. Tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi. c. Integrated Curriculum Integreted Curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan mampu membentuk kepribadian murid yang integral, selaras dengan kehidupan sekitarnya. Apa yang diajarkan di sekolah di sesuaikan dengan kehidupan anak di luar sekolah. Beberapa manfaat kurikulum yang Integrated ini dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erta, bukan fakta yang terlepas satu sama lain. 2. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam hidup mereka. 3. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat. 4. Aktivitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri, atau bekerja sama dengan kelompok 5. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid

Keberatan-keberatan yang dilontarkan orang kepada kurikulum yang integrated ini adalah sebagai berikut: 1. Guru kita belum disiapkan untuk melaksanakan kurikulum ini 2. Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang sistematis 3. Kurikulum ini memberatkan tugas guru 4. Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum sebab tidak ada uniformitas di sekolah-sekolah satu sama lain 5. Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum 6. Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk melaksanakan kurikulum ini. 4. Perencanaan Kurikulum Di dalam perencanaan kurikulum terdapat sekitar masalah tanggung jawab untuk menentukan: Harus bagaimana bentuk kurikulum itu. Siapa yang merencanakan dan bilamana. Ada yang mengemukakan pendapat bahwa perencanaan kurikulum adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian dan karena itu dikerjakan oleh para ahli atau expert dalam bidang perencanaan kurikulum. Menurut pendapat ini kurikulum harus direncanakan baik-baik sebelumnya. seringkali secara terperinci mengenai situasi belajar, dan semua murid di semua sekolah tingkat tertentu mempunyai kurikulum yang kira-kira seragam, Mengenai perencanaan dimuka atau Pre-Planning terdapat perbedaan pendapat dalam hal sejauh mana perencanaan dimuka dapat dilakukan. Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendiriannya, bahwa tidak ada aspek-aspek kurikulum yang harus direncana jauh sebelum situasi belajar berlangsung. Untuk penjelasan singkat, pendapatpendapat yang berbeda itu dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Kurikulum seharusnya direncanakan di muka secara terperinci oleh experts dalam bentuk kumpulan mata pelajaran. 2. Kurikulum direncanakan secara terperinci di muka oleh panitia yang terdiri dari guru-guru dalam bentuk kumpulan mata pelajaran. 3. Kurikulum direncanakan dalam garis besarnya yang luas oleh panitia yang terdiri dari guru-guru dalam bentuk pedoman kerja. perincian dilakukan oleh guru berdasarkan kebutuhan-kebutuhan murid. 4. Kurikilum direncanakan dalam garis besarnya berisi partisipasi dari guru-guru dan tokoh-tokoh masyarakat. perincian dilakukan oleh perencanaan bersama guru murid. 5. Kurikulum direncanakan oleh guru bersama murid pada waktu akan belajar, tanpa perencanaan jauh dimuka. 5. Pelaksanaan Kurikulum Sebelum kurikulum benar-benara dilaksanakan, harus terlebih dahulu memperhatikan perbedaan-perbedaan individual. Yang dimaksud disini adalah masalah penyesuaian program pengajaran terhadap perbedaan-perbedaan di antara anak-anak. Jawaban terhadap persoalan ini macam-macam. Kurikulum yangn berorientasikan kumpulan mata pelajaran berasal dari zaman sebelum ada pengetahuan tentang perbedaan-pebedaan individu dan kemapuan pada murid. Pada waktu itu orang menganggap semua murid (kecuali anak-anak lemah jiwa) dapat menguasai semua mata pelajaran yang diberikan disekolah dengan kepandaian yang sama asal mereka rajin belajar. Dewasa ini pada umumnya diakui bahwa makhluk manusia sangat beraneka ragam dalam kemampuannya untuk maju. Keadaan itu telah menggerakkan para pendidikan kepada perbedaan-perbedaan individual ini. Disini timbul perbedaan-perbedaan pendapat mengenai persoalan bagaimana hal ini harus dilaksanakan. Pertama, ialah konsep kurikulum yang telah di tetapkan jauh di muka harus d kuasai oleh semua murid menurut kecepatan yang telah diatur sebelumnya. Masalahnya ialah menyesuaikan individu-individu yang mempunyai kecepatan belajar yang berbeda-beda pada realitas ini. Pendapat kedua, mengemukakan teori bahwa murid-murid harus dikelompokkan menurut kemampuannya dengan tujuan bahwa pengelompokan ini akan memperkecil perbedaan kemampuan dalam tiap kelompok agar mempermudah pelaksanaan individualis program pengajaran. - Kelompok murid-murid yang lambat belajar atau (slaw learners) halnya diberi pelajaran tentang hal-hal penting yang sekurang-kurangnya harus dikuasai oleh semua atau minimum assentials atau di sebut program umum. - Kelompok pelajar yang cerdas dan cepat belajar atau Fast Learnest selain cepat menguasai minimum essential diberi juga program yang lebih luas yang fungsinya memperkaya program umum (enriched program learning) Pendapat ketiga, ialah menciptakan jenis kurikulum berdasarkan pengalaman yang dipusatkan kepada masalahmasalah dan memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok tesebut dalam pendapat kedua untuk bekerja sama memecahkan masalah bersama, yang menarik perhatian bersama. Hal ini menunjukkan tiap anggota kelompok untuk mampu bekerja menurut taraf perkembangan masing-masing dalam bidang akademis sosial dan emosi dan masih menunjang usaha bersama kelompok. 6. Pengembangan Kurikulum Dalam Pengembangan Kurikulum terdapat dua proses utama, yakni Pengembangan Pedoman Kurikulum dan Pengembangan Pedoman Instruksional. 1. Pedoman Kurikuklum, meliputi: - Latar belakang yang berisi rumusan Falsafah dan tujuan lembaga pendidikan, populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi atau mata kuliah, struktur organisasi bahan pelajaran. - Silabus yang berisi mata pelajaran secara lebih terinci yang diberikan yakni Scope (ruang lingkup) dan Sequencenya (urutan pengajiannya). - Disain evaluasi termasuk strategis revisi atau perbaikan kurikulum mengenai: - Bahan pelajaran (Scope dan Sequence) - Organisasi bahan dan strategi intruksionalnya

2. Pedoman intruksioanal untuk tiap mata pelajaran yang dikembangnkan berdasarkan silabus. Pedoman Kurikulum Pedoman kurikulum disusun untuk menentukan dalam garis besarnya : - Apa yang akan diajarkan (ruang lingkup, Scope). - Kepada siapa diajarkan. - Apa sebab diajarkan, dengan tujuan apa. - Dalam urutan yang bagaimana (Sequence) Selanjutnya perlu diuraikan: - Falsafah dan misi lembaga pendidikan, sekolah, akademi, atau Universitas /institut. Dalam hal perguruan tinggi perlu dikemukakan Falsafah dan misi tiap fakultas dan jurusan. - Alasan atau rasional kurikulum berhubungan dengan populasi yang dijadikan sasaran, yakni untuk apa siswa dipersiapkan. - Tujuan filosofis mengenai bahan yang akan diajarkan, alasan memilihnya. - Organisasi bahan pelajaran secara umum. Langkah-langnkah dalam pengembangan pedoman kurikulum Dalam garis besarnya kita dapat mengikuti langnkah-langkah sebagai berikut : - Kumpulan keterangan mengenai faktor-faktor yanng turut menentukan kurikulum serta latar belakangnya. - Tentukan mata pelajaran atau mata kuliah yang akan diajarkan. - Rumusan tujuan tiap mata pelajaran. - Tentukan hasil belaja r yang diharapkan dari siswa dalam tiap mata plajaran. - Tentukan topik-topik tiap mata pelajaran. - Tentukan syarat-syarat yang dituntut dari siswa. - Tentukan bahan yang harus dibaca oleh siswa. - Tentukan strategi mengajar yang serasi serta sediakan berbagai sumber/ alat peraga proses belajar mengajar. - Tentukan alat evaluasi hasil belajar siswa serta skala penilaiannya. - Buat desain rencana penilaian kurikulum secara keseluruhan dan strategi perbaikannya. Menyusun silabus yang berisi pokok-pokok bahasan atau topik dan sub-topik tiap mata pelajaran / mata kuliah termasuk tanggung jawab pengajar disekolah atau jurusan. Demikian pula halnya dalam penyusunan pedoman instruksional. Karena guru / dosenlah yang bertanggung jawab untuk merencanakan menyusun, menyampaikan dan mengevaluasi satuan pelajaran. Maka karena itu tiap guru atau dosen adalah seorang pengembang kurikulum. Pengembangan Instruksional Pedoman Instruksional diperoleh atas usaha pengajar untuk menguraikan isi pedoman kurikulum agar lebis spesifik sehingga lebih mudah untuk mempersiapkannya sebagai pelajaran dalam kelas. dengan demikian apa yang diajarkan benar-benar bersumber dari pedoman kurikulum Untuk praktisnya dan mempemudah pekerjaan sambil lebih menjamin mutunya, penyusunan pedoman instruksional sebaiknya dilawan suatu tim, termasuk guru yang akan mengajarkannya. Langkah langkah mendesain pedoman instruksional Untuk mendesain pedoman instruksional dapat diperhatikan langkah-langkah berikut: - Tentukan satu atau dua tujuan untuk tiap topik yang telah di sebutkan dalam silabus mata pelajaran. Tujuan itu lazim disebut tujuan instruksional umum atau TIU. - Rumuskan Tujuan Instruktur Khusus (TIK) sehingga dapat diamati dan diukur hasilnya. - Tentukan dua atau tiga macam kegiatan belajar bagi tiap tujuan khusus. - Sediakan sumber dan alat belajar mengjajar yang sesuai. - Buat desain penilaian hasil dan kemampuan belajar, cara menilai, alat menilai untuk tiap tujuan khusus. Mutu Pendidikan Pendekatan pengembangan kurikulum dengan menyusun pedoman kurikulum dan pedoman instruksional bertujuan untuk meningkatkan mutu sekolah dan universitas dengan meningkatkan efektivitas mengajar dengan melakukan halhal yang berikut: - Menentukan kerangka umum kurikulum yang dapat disetujui bersama. - Menetapkan standar nminimal untuk tiap mata pelajaran atas persetujuan bersama. Agar tiap guru yang mengajarkan mata pelajaran yang sama akan berusaha mencapai standar minimal itu, bahkan bisa mungkin melebihinya. - Menyediakan sumber belajar dan memanfaatkannya sepenuhnya. - Membantu tnaga pengajar muda dalam merencanakan pelajaran dan dalam proses belajar mengajar agar dapat memenuhi standar yang ditetapkan. - Menjamin diadakannya revisi kurikulum secara teratur. 7. Evaluasi Kurikulum Dasar-dasar Evaluasi Kurikulum Evaluasi kurikulum bermacam-macam tujuannya, yang paling penting di antaranya ialah : - Mengetahui hingga manakah siswa mencapai kemajuan kearah tujuan yang telah ditentukan. - Melalui efektivitas kurikulum.

- Menentukan faktor biaya, waktu dan tingkat keberhasilan kurikulum. Sering kita lihat bahwa kurikulum dirombak tanpa evaluasi yang sistematis. Jika evaluasi diadakan secara terusmenerus mungkin tak perlu kurikulum diganti seluruhnya, akan tetapi dapat senantiasa di perbaiki dan disempurnakan serta disesuaikan dengan perkembangan zaman. Desain Evaluasi Desain evaluasi menguraikan tentang (1) Data yang harus dikumpulkan, (2) analisis data untuk membuktikan nilai dan efektivitas kurikulum. Desain evaluasi biasanya terdiri atas sekurang-kurangnya lima langkah, yakni: a. Merumuskan tentang evaluasi Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat ditinjau dari tiga dimensi, yakni: 1. Dimensi I Yang terdiri atas formatif dan sumatif: Formatif : Evaluasi dilakukan sepanjang pelaksanaan kurikulum. Data dikumpulkan dan dianalisis untuk menemukan masalah serta mengadakan perbaikan sedini mungkin. Sumatif : Proses evaluasi dilakukan pada ahkir jangka waktu tertentu (misalnya, pada akhir semester, tahun pelajaran atau setelah lima tahun) 2. Dimensi II Yang terdiri dari proses dan produk Proses : Yang dievaluasi ialah metode dan proses dalam pelaksanaan kurikulum Produk : Yang dievaluasi ialah hasil-hasil nyata, yang dapat dilihat, yang dihasilkan oleh guru (seperti silabus, satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran) dan yang dihasilkan oleh siswa (seperti hasil test, karangan, makalah dan sebagainya). 3. Dimensi III Yang terdiri atas operasi dan hasil belajar siswa Operasi : Disini dievaluasi keseluruhan proses pengembangan kurikulum termasuk perencanaan, desain, implementasi, administrasi, pengawasan, pemantauan dan penilaiannya, juga biaya, staf pengajar, penerimaan siswa, pendeknya seluruh operasi lembaga pendidikan itu. Hasil belajar siswa : Disini yang dievaluasi ialah hasil belajar siswa bertalian tujuan kurikulum yang harus dicapai, dinilai berdasarkan standar yang ditetapkan. b. Mendesain proses dan metodologi evaluasi Pada saat ini terdapat berbagai model evaluasi yang dapat dijadikan pegangan untuk mendesain proses dan metode penilaian kurikulum. Model mana yang digunakan bergantung pada tujuan evaluasi, waktu dan biaya yang tersedia dan tingkat kecermatan dan kesfesifikan yang diinginkan. Di bawah ini akan kita bicarakan lima model secara singkat. 1. Model Diskrepansi Provus Model ini termasuk model yang paling mudah direncanakan dan dilaksanakan. Disini kita hanya membandingkan hasil atau performance yang nyata dengan standar yang telah ditentukan. 2. Model Kontingensi-kontingensi Stake Yang menarik perhatian stake ialah bahwa hasil yang diharapkan oleh pengajar sering berbeda hasil yang nyata menurut penilaian objektif oleh team ahli penilai eksternal. 3. Model CIPP Stufflebeam CIPP (Context-Input-Process-Product=konteks-input-proses-produk) adalah suatu model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam CS yang bertujuan untuk membantu dalam perbaikan kurikulum, tetapi juga untuk mengambil keputusan apakah program itu dihentikan saja. 4. Model Transfarmasi kualitatif Eisner Ini dikembangkan oleh Eisner ia berpendapat bahwa pendidikan adalah kegiatan yang bercorak artistik selain mengandung unsur latihan. Jika belajar-mengajar pada hakikatnya artistik maka proses evaluasinya harus apa yang dilakukan dalam konteks seni. Maka kritik kurikulum hendaknya berusaha melihat aspek individual yang signifikan dalam pelaksanaan kurikulum. 5. Model Lingkaran-Tertutup Corrigan Tiap hasil evaluasi mengenai tiap langkah digunakan sebagai balikan agar dapat segera diadakan perbaikan, dapat diisi kesenjangan atau ditiadakan tumpang-tindih. Jadi model ini mengadakan tinjauan yang kontinu dan tidak menunggu sampai akhir program. c. Menspesifikan data yang diperlukan untuk menyusun instrumen bagi proses pengumpulan data Model evaluasi yang kita pilih akan memberi petunjuk tentang jenis data yang perlu dikumpulkan maupun metode yang harus digunakan. Misal, model stake memerlukan data observasi yang diperoleh setidaknya tiga orang pengamat ahli selain si pengajar. Data yang dikumpulkan bagi evaluasi pada umumnya termasuk dua kategori: 1. Data keras berupa fakta seperti score test, absensi, pembiayaan dan sebagainya. Alat pengumpul data keras pada pokoknya mengumpulkan data berupa score, jumlah, dan taraf atau skala. 2. Data lunak seperti persepsi dan pendapat orang yang dapat berbeda-beda. Untuk mengumpulkan data ini digunakan wawancara, angket, opinionnair, survei dan sebagainya. d. Mengumpulkan, menyusun, dan mengolah data Prosedur pengumpulan data langsung berhubungan dengan tujuan evaluasi. Jika misalnya tujuan I telah jelas dipaparkan, maka proses analisis langkah itu akan jelas pula. Laporan evaluasi biasanya terdiri atas tiga hal, yakni: 1. Hasil-hasil, yaitu apa yang telah ditemukan berdasarkan data yang dikumpulkan

2. Kesimpulan, yaitu keputusan yang dapat diambil berdasarkan data itu dan apakah data telah cukup memadai untuk mendukung keputusan itu 3. Rekomendasi, apakah cukup data untuk mendukung kelangsungan kurikulum, ataukah disarankan agar dijalankan lanjutan penilaian agar diperoleh data yang lebih banyak Desain evaluasi kurikulum harus dimasukkan sebagai bagian internasional dari pedoman kurikulum bila kita ingin memperoleh gambaran yang jelas mengenai keampuhan atau kelemahan pedoman kurikulum itu. Desain evaluasi kurikulum harus disiapkan dengan cermat dn meliputi, antara lain: a) Berapa kali dan kapan akan diadakan evaluasi, prosedur apa yang akan dijalankan? b) Data apa yang akan dikumpulkan, dari siapa, oleh siapa? kapan? c) Siapakah yang akan bertanggung jawab atas pengumpulan analisis data? d) Keputusan apa yang akan diambil mengenai kurikulum, kapan dan oleh siapa? Hanya berkat evaluasi kurikulum kita dapat mengetahui dimana kita berada dan kemana kita pergi. Tanpa kedua titik orientasi itu proses kurikulum maupun instruksional seakan-akan kita biarkan berkelana tanpa kita ketahui kemana arahnya. 8. Sarana dalam Administrasi Kurikulum Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan sarana pendekatan multistrategi dan multimedia. Sumber belajar dan tekhnologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan., keterkaitan dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

BAB III SIMPULAN Telah diuraikan dan dijelaskan oleh penulis administrasi kurikulum atau pelayanan program pendidikan yang telah lewatt mulai dari pengertian administrasi kurikulum itu sendiri hingga sarana/dokumen dalam administrasi kurikulum yang mana semua kegiatan administrasi kurikulum ini adalah usaha pelayanan program pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan dalam pendidikan. Perlu diketahui bahwa ujung tombak implementasi kurikulum ada pada pelaksanaan tugas dan tanggung jawab guru. Oleh karrna itu, guru adalah pelaksana terpendam dari kurikulum. Fungsi dan peran guru dalam implementasi kurikulum menjadi landasan bagi tercapainya tujuan pendidikan melalui kurikulum. Sedang tercapainya tujuan pendidikan menjadi jaminan bagi masa depan pendidikan dan jalan bagi terwujudnya cita-cita bangsa.

DAFTAR PUSTAKA Daryanto.2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta http: // www . tiga serangkai. Com/ file/ KTSP dokumen 1 SD. Pdf Ladjid,Hafni.2005. Perkembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ciputat: Quantum Teaching Nasution,S.1999. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi aksara Suryosubroto.2005. Tatalaksana Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta

ADMINISTRASI KURIKULUM A. Pengertian Kurikulum Dalam banyak literatur kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis. Di dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah dengan berpedoman pada standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL), serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan pendidikan tertentu (PPRI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 5 ayat 2). Standar isi yang memuat administrasi struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum TK/SD/MI/SDLB/SMP dan kalender akademik. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut. Pengertian kualitas pendidikan di sini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil belajar yang harus dimiliki peserta didik, kualitas bahan/konten pendidikan yang harus dipelajari peserta didik, kualitas proses pendidikan yang harus dialami peserta didik. Kurikulum dalam bentuk fisik ini seringkali menjadi fokus utama dalam setiap proses pengembangan kurikulum karena ia menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil keputusan yang digunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum sebagai suatu pengalaman. Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam definisi kurikulum sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran tertentu tentang kualitas pendidikan yang diharapkan. Perbedaan pemikiran atau ide akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kurikulum yang dihasilkan, baik sebagai dokumen mau pun sebagai pengalaman belajar. Oleh karena itu Oliva (1997:12) mengatakan "Curriculum itself is a construct or concept, a verbalization of an extremely complex idea or set of ideas". Perbedaan ruang lingkup kurikulum juga menyebabkan berbagai perbedaan dalam definisi. Ada yang berpendapat bahwa kurikulum adalah "statement of objectives" (Mc Donald; Popham), ada yang mengatakan bahwa kurikulum adalah rencana bagi guru untuk mengembangkan proses pembelajaran atau instruksi (Saylor, Alexander, & Lewis, 1981) Ada yang mengatakan bahwa kurikulum adalah dokumen tertulis yang berisikan berbagai komponen sebagai dasar bagi guru untuk mengembangkan kurikulum guru (Zais,1976:10). Ada juga pendapat resmi negara seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa kurikulum adalah "seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untukmencapai tujuan pendidikan tertentu" (pasal 1 ayat 19). Definisi yang dikemukakan diatas menggambarkan pengertian yang membedakan antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas (instruction atau pengajaran). Memang banyak akhl kurikulum yang menentang pemisahan ini tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya. Kelompok yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana yang mungkin saja terlaksana tapi mungkin juga tidak sedangkan apa yang terjadi di sekolah/kelas adalah sesuatu yang benar-benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi mungkin juga berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan. Perbedaan titik pandangan ini tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara kelompok akhli kurikulum dengan ahli teaching (pangajaran). Baik ahli kurikulum maupun pengajaran mempelajari fenomena kegiatan kelas tetapi dengan latar belakang teoritik dan tujuan yang berbeda. Istilah dalam kurikulum seperti "planned activities", "written document", "curriculum as intended", "curriculum as observed", "hidden curriculum", "curriculum as reality", "school directed experiences", "learner actual experiences" menggambarkan adanya perbedaan antara kurikulum dengan apa yang terjadi di kelas. Definisi yang dikemukakan oleh Unruh dan Unruh (1984:96) mewakili pandangan ini dimana mereka menulis : curriculum is defined as a plan for achieving intended learning outcomes: a plan concerned with purposes, with what is to be learned, and with the result of instruction. Olivia (1997:8.) mengatakan bahwa we may think of the curriculum as a program, a plan, content, and learning experiences, whereas we may characterize instruction as methods, the teaching act, implementation, and presentation. Pengertian di atas menggambarkan definisi kurikulum dalam arti teknis pendidikan. Pengertian tersebut diperlukan ketika proses pengembangan kurikulum sudah menetapkan apa yang ingin dikembangkan, model apa yang seharusnya digunakan dan bagaimana suatu dokumen harus dikembangkan. Kebanyakan dari pengertian itu berorientasi pada kurikulum sebagai upaya untuk mengembangkan diri peserta didik, pengembangan disiplin ilmu, atau kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan tertentu. Doll (1993:47-51) menamakannya sebagai "the scientific curriculum" dan menyimpulkan sebagai "clouded and myopic". Peserta didik akan menjadi anggota masyarakat yang secara individu maupun kelompok tidak hanya dibentuk oleh masyarakat (dalam posisi menerima = pasif) tetapi harus mampu memberi dan mengembangkan masyarakat ke arah yang diinginkan (posisi aktif). Artinya, kurikulum merupakan rancangan dan kegiatan pendidikan yang secara maksimal mengembangkan potensi kemanusiaan yang ada pada diri seseorang baik sebagai individu mau pun sebagai anggota masyarakat untuk kehidupan dirinya, masyarakat, dan bangsanya di masa mendatang. Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2025006-administrasi-kurikulum-pengertian-administrasikurikulum/#ixzz1q0RaqQy7

ADMINISTRASI KURIKULUM
28 Mei 2011 11:43 pm Latar Belakang Kata-kata pendidikan, bimbingan, pengajaran, belajar, pembelajaran sering disebut sebagai istilah teknis yang kegiatan-kegiatannya lebur dalam aktivitas pendidikan. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang sadar diranncang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan iImu pengetahuan, pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup baik yang bersifat manual individual dan sosial.[1] Dalam prosesnya, pendidikan berdampak pada kualitas yang diperoleh, dimana kualitas itu sangat sulit diukur sebagaimana yang dikemukakan oleh Sagala (2000) bahwa persoalan kualitas amat rumit dan kompleks, bukan hanya konsep kualitas itu amat relatif tetapi faktor yang terkait begitu kompleks dan tidak sederhana. Dalam proses pendidikan hubungan timbal balik antara pendidik dan anak didik berkelanjutan ke arah tujuan yang hendak diwujudkan bersama yaitu tujuan pendidikan atau tujuan proses belajar mengajar dengan hasil yang berkualitas.[2] Oleh sebab itu, untuk mencapai hal tersebut tentunya sangat perlu ada managemen yang mengaturnya. Kompleksitas yang ada dalam proses pendidikan tidaklah sederhana karena berkaitan dengan pembelajaran, kurikulum, tenaga kependidikan yang profesional, fasilitas, anggaran dan sebagainya. Dengan adanya administrasi dalam pendidikan maka semua komponen tersebut di atas dapat diatur dan dikelola sebaik-baiknya. Dalam hal ini seorang kepala sekolah yang sejatinya adalah seorang top leader mempunyai kewajiban dalam menjalankan administrasi di lembaga/sekolah yang dipimpinnya. Salah satu komponen yang sangat perlu mendapat perhatian adalah kurikulum. Karena memang kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dab tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Menurut Daryanto, pada jenis dan tingkat sekolah apapun, yang menjadi tugas utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program pengajaran yang baik bagi murid-murid. Inilah tanggung jawab kepala sekolah yang paling banyak tantangannya, sedangkan stafnya mendapat bagian tanggung jawab dalam menbantu usaha pelaksanaan dan pengembangan program pengajaran yang efektif.[3] Oleh sebab itu seorang kepala sekolah harus mengetahui kebijaksanaan dan langkah-langkah administratif yang sedang berlaku. 1. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik beberapa permasalahan, yaitu: 1. 2. 3. Bagaimana pengertian dan konsep administrasi kurikulum? Apa-apa sajakah kegiatan pokok dalam operasional kurikulum? Apa yang harus di utamakan dalam kurikulum? BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Administrasi K u rikulum Sebelum kita membahas pengertian administrasi kurikulum secara keseluruhan kami akan membahas secara singkat pengertian administrasi dan kurikulum ketika berdiri sendiri-sendiri. 1) Administrasi Secara etimologi administrasi berasal dari bahasa Latin ad dan ministro. Ad mempunyai arti kepada dan ministro berarti melayani. Secara bebas dapat diartikan bahwa administrasi itu merupakan pelayanan atau pengabdian terhadap subyek tertentu. Memang, zaman dulu administrasi dikenakan kepada pekerjaan yang berkaitan dengan pengabdian atau pelayanan kepada raja atau menteri-menteri dalam tugas mengelola pemerintahannya. Pengertian lain yang secara sederhana dari juga dimekakan oleh Murni Yusuf bahwa administrasi adalah mengarahkan. Adapun pengertian administrasi secara luas menurut Syaiful Sagala adalah: Rangkaian kegiatan bersama sekelompok manusia secara sistematis untuk menjalankan roda

suatu usaha atau misi organisasi agar dapat terlaksana dengan suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Jadi administrasi merupakan suatu hubungan kerjasama untuk saling melayani dan mengarahkan secara teratur atau sistematis dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. 2) Kurikulum Istilah kurikulum pada awalnya bukan dipakai dalam dunia pendidikan, yaitu dipakai sebagai istilah dalam dunia olah raga. Dalam buku Asas-asas Kurikulum, S. Nasution menyebutkan bahwa dalam kamus Webster kata kurikulum timbul untuk pertama kalinya pada tahun 1856. Artinya pada waktu itu ialah: a) a race course; a place for running; a chariot. Yang memiliki arti suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan dari awal sampai akhir. Kurikulum juga berarti chariot semacam kereta pacu zaman dulu, yakni suatu alat yang membewa seseorang dari start sampai finish. Disamping itu, penggunaan kurikulum yang semula dalam bidang olah raga, kemudian dipakai dalam bidang pendidikan, yang dalam kamus webster disebut applied particulary to the course of study in a university kemudian Nasution menambahkan bahwa pada tahun 1955 dalam kamus Webster kurikulum diberi arti sejumlah mata pelajaran disekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijasah atau tingkat. Juga berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.[7] Dengan mengacu pada definisi klasik di atas, yang mengemukakan bahwa kurikulum hanya terbatas pada mata pelajaran saja, berarti ada beberapa kegiatan dan pengalaman murid yang tidak cocok dengan batasan kurikulum ini. Kegiatan-kegiatan yang disebut ekstrakurikuler (extra curiculer activities) berada di luar kurikulum, jadi pengalaman-pengalaman di sekolah tidak termasuk di dalamnya. Pengalaman-pengalaman seperti bermain di halaman sekolah, jalan, istirahat dan lain-lain sejenisnya tidak termasuk kurikulum, dianggap bukan pengalaman belajar. Namun, dewasa ini para pemuka pendidikan menonjolkan kenyataan bahwa belajar pada tiap anak merupakan proses yang berlangsung selama 24 jam tiap hari. Mereka berpendapat pengalaman-pengalaman dalam perkumpulan kesenian dan olah raga disekolah dalam darmawisata dan lain-lain, kesemuanya merupakan situasi-situasi belajar yang kaya akan pendidikan. Karena kurikulum meliputi segala pengalaman yang sengaja diberikan sekolah untuk memupuk perkembangan anak-anak dengan jalan menciptakan situasi belajar-mengajar. [8] 3) Administrasi Kurikulum Setelah kita mengetahui secara selayang pandang pengertian masing-masing dari administrasi dan kurikulum, mari kita arahkan pembahasan pada pengertian administrasi kurikulum secara keseluruhan. Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.[9] Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pada tingkat sekolah apapun, yang menjadi tugas utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program pengajaran yang baik bagi murid-murid. Karena pada dasarnya pengelolaan/manajemen pendidikan fokus segala usahanya adalah terletak pada Praktek Belajar mengajar (PBM). Hal ini nampak jelas bahwa pada hakikatnya segala upaya dan kegiatan yang dilaksanakan didalam sekolah/lembaga pendidikan senantiasa diarahkan pada suksesnya PBM. Hal yang disebutkan di atas dapat dilihat pada skema berikut: Peserta Didik (Siswa) Personel (Guru + TU) Interaksi Melalui Bahan Pelajaran

PBM

KURIKULUM

Anggaran Biaya Sarana Dan Prasarana HUSEMAS Organisasi Tata Laksana


Jika melihat skema diatas digambarkan bahwa peserta didik (siswa) dan pendidik (guru) berinteraksi melalui bahan pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Interaksi antara ketiga komponen tersebut, yaitu peserta didik, pendidik, dan kurikulum merupakan kegiatan yang disebut Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau Proses Belajar Mengajar (PBM).[10]selanjutnya, PBM akan semakin baik, efektif dan efisien, bila ditunjang dengan sarana & prasarana, anggaran/biaya, tata laksana, organisasi dan husemas. Di samping hal di atas, menurut Murni Yusuf yang mengutip pendapat Nana Syaodih, bahwa dalam kaitannya dengan kurikulum, maka ada tiga konsep yang terkait dengan kurikulum: 1. 2. Kurikulum merupakan inti pokok yang menjadi substansi kegiatan di sekolah. Kurikulum berisi perencanaan kegiatan belajar serta tujuan yang akan dicapai. Kurikulum dipandang sebagai suatu sistem yang meliputi sistem sekolah, sistem pendidikan dan bahkan sistem masyarakat. Dalam hal ini, tercakup tata laksana perencanaan kurikulum, pelaksanaan serta evaluasi dan penyempurnaan kurikulum. Kurikulum sebagai suatu studi yang dikaji oleh para ahli di bidang kurikulum. Dalam kaitan ini, para ahli kurikulum berupaya melakukan pengembangan dan inovasi di bidang kurikulum.[11] Dengan demikian, kegiatan dalam administrasi kurikulum tiada lain adalah berbagai kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan dan mengembangkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dijadikan sebagai instrumen dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip administrasi, kurikulum kemudian dikembangkan, sehingga dalam pelaksanaannya kurikulum dapat mencapai sasaran pendidikan yang diharapkan. Setidaknya, kegiatan administrasi kurikulum menghendaki agar rumusan kurikulum benar-benar berangkat dari kebutuhan akan sebuah instrumen yang terencana dengan baik, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik pula. 1. B. Kegiatan Pokok Operasional Kurikulum Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa seorang kepala sekolah mempunyai tanggung jawab dalam memenej kurikulum yang akan di terapkan di sekolah yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus mengetahui hal-hal yang menyangkut pengelolan kurikulum yang nantinya akan menetukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menurut Imron Fauzi pelaksanaan dan pembinaan kurikulum meliputi tiga hal, yakni: 1. 2. Mempedomani dan merealisasikan apa yang tercantum di dalam kurikulum sekolah yang bersangkutan dalam usaha mencapai dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran menyusun dan melaksanakan organisasi kurikulum beserta materi-materi, sumbersumber dan metode-metode pelaksanaanya, disesuaikan dengan pembaharuan pendidikan dan pengajaran serta kebutuhan mesyarakat dan lingkungan sekolah

3.

1.

kurikulum bukanlah merupakan sesuatu yang harus didikuti dan diturut begitu saja dengan mutlak tanpa perubahan dan penyimpangan sedikitpun. Kurikulum meripakan pedoman bagi para guru dalam menjalankan tugasnya.[12]

Sejalan dengan Fauzi, Ary Gunawan mengemukakan bahwa secara operasional kegiatan administrasi/manajemen kurikulum itu meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu: Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru, kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik, kegiatan yang berhubungan dengan seluruh civitas akademika atau warga sekolah/lembaga pendidikan. [13] 1) a) Kegiatan yang berhubungan dengan guru Pembagian jam mengajar.

Sebagai PNS umumnya wajib bertugas: Senin sampai Kamis, = 4 x 7 jam = 28 jam

Mulai jam 07.00 sampai 14.00 Jumat,

mulai jam 07.00 sampai 11.00 Sabtu,

= 1 x 4 jam

= 4 jam

Mulai jam 07.00 sampai 12.30 Jumlah

= 1 x 5,5 jam = 5,5 jam = 37,5 jam

Adapun kewajiban mengajar bagi seorang guru sebanyak 24 jam pelajaran/minggu, dengan ketentuan bahwa tiap satu jam pelajaran berlangsung selama 45 menit. Maka: 24 x 0.75 jam = 18 jam

Sedankan tugas membuat persiapan mengajar dan koreksi dihitung sebanyak: = 19,5 jam = 37,5 jam b) Tugas dalam mengikuti jadwal pelajaran

Ada tiga jenis jadwal pelajaran untuk guru yaitu; jadwal pelajaran kurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. c) Tugas guru dalam kegiatan PBM

Tugas ini merupakan serangkaian kegiatan pengajaran / instruksional untuk mencapai hasil pengajaran yang optimal, yaitu: 2) Membuat persiapan / perencanaan pembelajaran Melaksanakan pengajaran Mengevaluasi hasil pengajaran kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik

kegiatan-kegiatn peserta didik demi suksesnya PBM tertera dalam jadwal kegiatan belajar yang telah disusun oleh sekolah secara pedagogis beserta jadwal tes/ulangan/ujian, dan jadwal kegiatan belajar yang diatur sendiri oleh siswa dalam strategi menyukseskan hasil studinya. Seorang pelajar atau mahasiswa yang studinya aktif dan kreatif biasa menyusun jadwal untuk waktu-waktu belajar, rekreasi/rileks, tugas sosial, membaca koran, dan sebagainya. 3) Kegiatan yang behubungan dengan seluruh civitas akademika

Kegiatan ini merupakan sinkronisasi segala kegiatan sekolah yang kurikuler, ekstrakurikuler, akademik / non akademik, hari-hari kerja, libur, karyawisata, hari-hari besar nasional agama dan sebagainya. Demikianlah tiga hal pokok yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari kurikum yang seyogyanya harus diperhatikan oleh seorang kepala sekolah. Seorang kepala sekolah bertanggung jawab menugaskan stafnya dalam bidang kurikulum untuk mengawasi hal-hal yang tersebut diatas demi tercapai dan suksesnya tujuan pendidikan.

Disamping ketiga kegiatan pokok tersebut di atas, nampaknya masih perlu di ketengahkan kegiatan-kegiatan penunjang PBM untuk dibahas yaitu bimbingan dan penyuluhan atau bimbingan dan konseling, usaha kesehatan sekolah (UKS), dan perpustakaan. Dalam upaya meningkatkan suksesnya PBM, maka beberapa kendala PBM perlu diatasi, yaitu faktor kelengkapan bahan bacaan. a) Faktor kesehatan nonfisik / psikologis

Seorang peserta didik bisa kurang sukses dalam PBM bila jiwanya mengalami gangguan/distorsi, seperti sedang patah hati, risau, mengalami gangguan rumah tangga, gangguan sosial / ekonomi dan gangguan-gangguan lain yang dapat mempengaruhi psikis. Dalam kondisi seperti kasus-kasus di atas sebaiknya siswa atau mahasiswa segera pergi ke petugas BP atau BK sekolah atau Perguruan Tinggi untuk mendapatkan penyelesaian masalah secara baik, melalui diagnosis, prognosis, terapi dan tindak lanjut seperlunya. b) Faktor kesehatan fisik

Seorang peserta didik bisa kurang sukses atau terganggu PBM-nya bila di sekolah tiba-tiba ia sakit kepala, sakit perut, terluka (ringan), demam dan lain sebagainya. Maka ia dapat segera meminta untuk mengobati sakitnya agar dapat kembali mengikuti PBM dengan baik. Dengan demikian jasa UKS di sekolah adalah sebagai penunjang PBM, siswapun tidak perlu kehilangan pelajaran terlalu banyak. c) Faktor kelengkapan bahan bacaan

Seorang peserta didik bisa kurang sukses atau terganggu PMB-nya karena kurang lengkap bahan bacaannya, maka ia dapat segera memanfaatkan jasa perpustakaan sekolah, sehingga ia terbebas dari gangguan PBM. Jika ditinjau dari fungsinya, perpustakaan bukan hanya sebagai tempat penyimpan buku dan sebagai penunjang kegiatan PBM. Maka perpustakaan lebih tepat masuk dalam administrasi kurikulum bersama BP dan UKS. 1. C. Aspek Utama Kurikulum Dalam garis besarnya ada tiga anggapan yang berbeda-beda,[14] yaitu: 1) Karena sekolah didirikan oleh dan ditengah-tengah masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, maka program pengajarannya harus mementingkan keadaan, latar belakang dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. 2) Karena usaha pendidikan adalah mendidik individu, maka kurikulum harus disusun berdasarkan keadaan, sifat dan kebutuhan-kebutuhan individu Seperti kita lihat di atas, anggapan pertama berorientasi kepentingan masyarakat atau sosial, sedangkan anggapan kedua mementingkan individu atau berorientasi psikologis. Barangkali tidak ada orang yang mau mempertahankan salah satu pendapat dalam bentuk ekstrim. Dalam kenyataannya setiap program pengajaran yang berpedoman pada kepentingan masyarakat, sampai batas-batas tertentu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan individu pula, dan sebalinya setiap kurikulum yang berorientasi psikologis dengan sendirinya memperhatikan kepentingan masyarakat pula. Pendirian yang ketiga selain dari dua yang di atas menganggap tidak ada pertentangan secara prinsipil di antara keduanya. Kita tidak usah berpegang pada salah satunya, sebab itu benarbenar tidak realistis. Individu hanya dapat mewujudkan dirinya sebagai individu jika dia berada dalam masyarakat tempat dia hidup. Karena itu kurikulum harus berorientasi pada individu di dalam masyarakat. Pendapat yang terakhir ini nampaknya memang yang paling cocok atau sejalan dengan filsafat pendidikan dan tujuan dari pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Aspek lain dalam masalah di atas adalah persoalan: Apakah kurikulum harus ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan orang dewasa (persiapan untuk menghadapi masa dewasa) atau harus ditentukan oelh kebutuhan dan kepentingan murid sekarang ini. Pihak yang mempertahan kurikulum harus tersusun semata-mata dari mata pelajaran yang didasarkan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat, biasanya berpendirian bahwa tugas fungsi pendidikan ialah untuk kehidupan orang dewasa. Karena itu kurikulum harus banyak mengandung pelajaran-pelajaran yang berguna untuk anak di masa akan datang. Pendapat yang menetang pendidirian di atas mengemukakan teori bahwa anak harus di anggap sebagai

anak dengan hak-haknya, bukan sebagai orang dewasa dalam bentuk mini. Karena itu kurikulum harus memperhatikan masalah-masalah yang menyangkut anak saja. Dari kedua pendapat di atas, muncul pendapat ketiga yang mengemukakan pendirian bahwa pada dasarnya tidak usah ada pertentangan antara kedua pendirian di atas, karena di dalam kurikulum cukup di perhatikan kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan kedua belah pihak, baik anak maupun orang dewasa. Kurikulum harus memuat pengalaman-pengalaman belajar yang sekaligus menyangkut kepentingan langsung di dalam kehidupan anak dan mempersiapkan mereka untuk hidup di masa dewasa kelak. Dikemukakan pula bahwa: mempersiapkan anak untuk kehidupan orang dewasa berimplikasi masyarakat yang statis dimana kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan orang dewasa kelak dapat diramalkan pada anak-anak yang ada sekarang. Pendapat terakhir dalam memberikan pemecahan masalah-masalah anak yang di hadapi sekarang dan menyangkut kepentingan anak di masa depan, ialah meningkatkan penggunaan kecerdasan secara fleksibel, mempersiapkan anak untuk menyesuaikan diri kepada perubahanperubahan pesatdari keanekaragaman dunia dewasa ini. Pandangan terakhir ini nampaknya memberikan landasan yang sehat untuk menyusun kerangka yang fleksibel namun mantap untuk perencanaan kurikulum. BAB III PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di tarik beberapa kesimpulan: 1. Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. secara operasional kegiatan administrasi/manajemen kurikulum itu meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu: 1. 2. 3. 4. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru Kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik Kegiatan yang berhubungan dengan seluruh civitas akademika atau warga sekolah/lembaga pendidikan. Dalam kenyataannya setiap program pengajaran yang berpedoman pada kepentingan masyarakat, sampai batas-batas tertentu memperhatikan kebutuhankebutuhan individu pula, dan sebalinya setiap kurikulum yang berorientasi psikologis dengan sendirinya memperhatikan kepentingan masyarakat pula.

2.

Dikemukakan pula bahwa kurikulum harus memuat pengalaman-pengalaman belajar yang sekaligus menyangkut kepentingan langsung di dalam kehidupan anak dan mempersiapkan mereka untuk hidup di masa dewasa kelak. DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, H.M., Administrasi Kurikulum, Rineka Cipta, Jakarta, 2001. Gunawan, Ary H., Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Mikro, Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Nasution, S., Asas-asas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta, 2006. Sagala, Syaiful., Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung, 2000. http://www.imronfauzi.wordpress.com http://www.muniryusuf.com

Administrasi Kurikulum
10:10 AM | by Iwan

I. Pendahuluan

Indonesia, pendidikannya berjalan secara pesat pada abad ke 20. Tidak dapat dipungkiri, bahwa sepanjang sejarah perjalanan bangsa Indonesia sering kali dilakukan perubahan/penggantian kurikulum. Permasalahan pendidikan yang sering menjadi perhatian adalah masalah kurikulum dan administrasi kurikulum. Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan yang bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Perubahan dan pengembangan kurikulum dianggap sebagai salah satu titik krusial di dalam penanganan masalah-masalah pendidikan khususnya pendidikan formal. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hubungan antara administrasi kurikulum dengan kurikulum itu sendiri mencakup pelaksanaan kurikulum, pembinaaan kurikulum, penyusunan silabus, persiapan harian dan sebagainya. Dalam penyelenggaraannya, administrasi kurikulum berperan penting dalam pengembangan pendidikan pada umumnya serta mekankan bagaimana mengarahkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dilaksanakan secara tepat dalam berbagai kegiatan pendidikan. Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

II. Pembahasan

A. Pengertian Administrasi Kurikulum A.1. Pengertian Administrasi Secara harfiah administrasi berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari kata ad dan ministrare yang berarti membantu, melayani atau mengarahkan. Dalam bahasa Inggris disebut administration (Nawawi dalam Ahmad Sabri, 2000). Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008:13) dijelaskan bahwa, administrasi adalah 1. Segala usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber secara efektif dan efisien., 2. Kegiatan-kegiatan yang berupa kerangka kerja dari kebijakan yang dikeluarkan oleh manajer; tata usaha. Jadi kata administrasi dapat diartikan sebagai segala usaha bersama untuk membantu, melayani dan mengarahkan semua kegiatan, dalam mencapai suatu tujuan.

A.2. Pengertian Kurikulum Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No.20 th. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Unruh dan Unruh (1984) curriculum is defined as a plan for achieving intended learning outcomes: a plan concerned with purposes, with what is to be learned, and with the result of instruction. Dapat ditambahkan bahwa curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not (Romine dalam Sanjaya, 2005). Mark K. Smith (2000) menganalisis empat pendekatan kurikulum yaitu; (1) Curriculum as a body of knowledge to be transmitted, (2). Curriculum as an attempt to achieve certain ends in students product, (3) Curriculum as process, (4) Curriculum as praxis. Nasution (2008:5) menekankan bahwa kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Sudjana (2005:3) menambahkan kurikulum merupakan niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah. Sukmadinata (2005) menegaskan bahwa Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan segala rancangan dan kegiatan pendidikan yang secara maksimal dikembangkan oleh pendidik, untuk meningkatkan potensi kemanusiaan yang ada pada diri seseorang (peserta didik) baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh untuk membantu, melayani, dan mengarahkan serta membina secara kontinyu situasi belajar mengajar, agar berjalan efektif dan efesien demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

B. Kegiatan Administrasi Kurikulum Gunawan (1996:80) menjelaskan bahwa, secara operasional kegiatan administrasi kurikulum dapat di identifikasikan menjadi tiga kegiatan pokok yakni; 1. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru atau pendidik, 2. Kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik, dan 3. Kegiatan yang berhubungan dengan seluruh sivitas akademika atau warga sekolah. Disamping itu Sabri (2000) menambahkan kegiatan lain yang menyangkut administrasi kurikulum yakni; kegiatan yang menyangkut proses belajar mengajar (PBM), karena kegiatan ini erat kaitannya dengan ketiga kegiatan pokok di atas. Untuk lebih memahami apa dan bagaimana sebenarnya kegiatan administrasi itu, dapat dilihat dari uraian dibawah ini.

1. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru atau pendidik

A. Pembagian tugas guru yang dijabarkan dari struktur program pengajaran, dan ketentuan tentang beban mengajar wajib guru. B. Tugas guru dalam mengikuti jadwal pelajaran. Ada tiga jenis jadwal pelajaran untuk guru, yaitu: 1. Jadwal pelajaran kurikuler Disusun secara edukatif oleh guru atau tim guru dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan akademik seperti: a. Keseimbangan berat atau ringannya bobot pelajaran setiap hari. b. Pengaturan mata pelajaran mana yang perlu didahulukan, ditengah atau diakhir pelajaran, seperti olahraga, matematika, kesenian dan seterusnya. c. Mana pelajaran yang bersifat pratikum, PKL, PPL dan sebagainya.

2. Jadwal pelajaran ko-kurikuler Disusun secara strategik sesuai situasi dan kondisi individual atau kelompok peserta didik sehingga dapat meningkatkan pemahaman, keterampilan serta mencerna materi pelajaran secara efektif dan efisien.

3. Jadwal pelajaran ekstra-kurikuler Disusun diluar jam pelajaran kurikuler dan progran ko-kurikuler, biasanya bersifat pengembangan ekspresi, hobi, bakat serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat menunjang PBM.

C. Tugas guru dalam kegiatan PBM Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peran yang sangat penting. Guru menentukan segalanya, mau diapakan siswa, apa yang harus dikuasai siswa dan sejauh mana keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran, semuanya tergantung guru. Maka Gunawan (1996:83) meminta para guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Membuat desain instruksional Desain instruksional adalah suatu perencanaan pengajaran yang menggunakan pendekatan sistem, atau pengajaran dianggap sebagai sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi dan saling berhubungan satu sama lain, untuk mencapai suatu tujuan. 2. Melaksanakan pengajaran, termasuk strategi pengelolaan kelas

Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sanjaya (2007:164) menjelaskan pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana belajar mengajar. Pengelolaan kelas disini menurut Gunawan (1996) bisa berupa strategi fisikal dan nonfisikal. a) Strategi fisikal, pengelolaan kelas yang lebih memperhatikan kesuksesan PBM yang ditunjang dengan kondisioning lainnya. b) Strategi nonfisikal, pengelolaan kelas yang lebih mengarah pada kesuksesan PBM yang ditunjang dengan kondisioning jiwani atau emosional. 3. Mengevaluasi hasil belajar Salah satu aspek pokok dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah mengevaluasi sejauh mana terjadinya prestasi belajar siswa melalui latar belakang serta faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhinya. Wand and Brown dalam Wayan Nurkancana (1986:1) mengatakan evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu.

2. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas peserta didik atau siswa Demi suksesnya proses belajar mengajar, seorang siswa atau peserta didik harus kreatif dalam menyusun jadwal, kapan waktu belajar dan kapan waktu untuk bermain atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

3. Kegiatan yang berhubungan dengan seluruh sivitas akademis Merupakan kegiatan untuk mensinkronisasi segala kegiatan sekolah, yang kurikuler, ekstra- kurikuler, akademik atau non-akademik, hari libur dan sebagainya.

4. Kegiatan yang menyangkut proses belajar mengajar (PBM) a. Penyusunan rencana kerja tahunan, semesteran, bulanan dan mingguan. b. Penyusunan jadwal pelajaran. c. Penyusunan jadwal ulangan dan ujian. d. Penyusunan daftar buku dan alat pelajaran yang akan digunakan dalam berbagai kegiatan belajar.

e. Penyusunan norma penilaian. f. Pencatatan dan pelaporan hasil-hasil kegiatan dan prestasi belajar siswa. g. Penyusunan rencana dan kegiatan belajar di dalam sekolah dan belajar di luar sekolah.

C. PELAKSANAAN KURIKULUM Sebagus apapun desain atau rancangan kurikulum yang dimiliki, keberhasilannya sangat tergantung pada guru. Kurikulum yang sederhanapun apabila gurunya memiliki kemampuan, semangat dan dedikasi yang tinggi, hasilnya akan lebih baik dari desain kurikulum yang hebat tetapi kemampuan, semangat dan dedikasi gurunya rendah. Sukmadinata (2007:119) menegaskan beberapa hal yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam pelaksanaan kurikulum, antara lain : 1. Pemahaman esensi dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum, 2. Kemampuan untuk menjabarkan tujuan-tujuan kurikulum tersebut menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik, dan 3. Kemampuan untuk menerjemahkan tujuan-tujuan khusus kepada kegiatan pembelajaran.

Disamping itu, menurut Asnawir (2004:224) seorang guru juga harus memiliki sepuluh kompetensi dalam mengajar, yaitu : 1. Menguasai bahan, 2. Mengelola program belajar mengajar, 3. Mengelola kelas, 4. Menggunakan media atau sumber belajar, 5. Menguasai landasan kependidikan, 6. Mengelola interaksi belajar mengajar, 7. Menilai prestasi belajar mengajar, 8. Mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan konseling, 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan 10. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.

Dengan demikian para guru harus mampu menguasai materi pelajaran,

pengetahuan cara mengajar dan pengetahuan tentang tingkah laku individu. Selain itu guru juga harus mampu menghargai profesinya serta harus terampil dalam berperilaku.

Mengutip pernyataan Asnawir (2004:227) bahwa, dalam pelaksanaan kurikulum ada tiga tahap kegiatan yang harus dilakukan, yaitu; 1. Persiapan, 2. Pelaksanaan pengajaran, dan 3. Penutupan. Ketiga kegiatan tersebut adalah sebagai uraian berikut :

1. Persiapan Tahap ini dilakukan oleh guru sebelum kegiatan mengajar dimulai yakni pada saat membuka pelajaran. Sanjaya (2007:162) berpendapat bahwa membuka pelajaran atau set induction adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pengajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa, agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman yang disajikan sehingga materi dan bahan pelajaran mudah dikuasai. Hal tersebut bisa berupa pengucapan salam, membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat, melakukan interaksi yang menyenangkan, dan lain sebagainya.

2. Pelaksanaan Keberhasilan suatu kurikulum dapat diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang tertuang di dalam kurikulum. Untuk itu, Asnawir (2004:228) mengelompokkan kegiatan pelaksanaan pengajaran kepada tiga bagian, yaitu : a. Pendahuluan, dimana guru berusaha untuk mengarahkan perhatian siswa untuk masuk ke pokok bahasan, b. Pelajaran inti, merupakan interaksi belajar mengajar yang terjadi antara guru dengan siswa dalam membahas pokok bahasan, dan c. Evaluasi, kegiatan ini dilakukan oleh guru setelah selesai pelajaran inti. Seperti mengajukan pertanyaan atau meminta siswa untuk membuat ringkasan tentang pokok bahasan yang telah di pelajari.

3. Penutup Menutup pelajaran perlu dilakukan agar pengalaman belajar serta

materi pelajaran yang telah diterima akan menjadi bagian dari keseluruhan pengalaman siswa. Sanjaya (2007:163) mengartikannya sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah mengucapkan salam serta memberikan saran-saran untuk memperluas wawasan siswa yang berhubungan dengan materi pelajaran yang telah dibahas.

III. Penutup

A. KESIMPULAN Jika merujuk pada pengertian administrasi secara sederhana sebagai kegiatan mengarahkan, maka istilah administrasi kurikulum menekankan pada upaya bagaimana mengarahkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dilaksanakan secara tepat dalam berbagai kegiatan pendidikan. Seperti diketahui, kurikulum mengandung rencana kegiatan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar. Dalam hal ini, kurikulum merupakan panduan dalam pengajaran. Kurikulum seharusnya tidak hanya berfungsi sebagai panduan, tetapi kurikulum juga sebagai instrumen dalam meramalkan keadaan masa datang. Dengan demikian, kurikulum memiliki peran sentral dalam mengarahkan capaian tujuan dan sasaran pendidikan. Ada tiga konsep yang terkait dengan kurikulum: 1. Kurikulum merupakan inti pokok dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan formal. 2. Kurikulum merupakan suatu sistem yang harus dikembangkan. 3. Kurikulum merupakan suatu kajian, yang terus dipelajari oleh para ahli agar pendidikan di Indonesia dapat terus berkembang.

Dengan demikian, kegiatan dalam administrasi kurikulum adalah berbagai kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan dan mengembangkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dijadikan sebagai instrumen dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip administrasi, kurikulum kemudian dikembangkan, sehingga dalam pelaksanaannya kurikulum dapat mencapai sasaran pendidikan yang diharapkan. Setidaknya, kegiatan administrasi kurikulum

menghendaki agar rumusan kurikulum benar-benar terencana dengan baik, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik pula.

daftar pustaka Asnawir, 2004, Administrasi Pendidikan, Padang: IAIN-IB Press. Depdiknas, 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa. Gunawan, A.H., 1996, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), Jakarta: Rineka Cipta. Nasution, 2008, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara. Nurkancana, W dan Sunartana, 1986, Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional. Sabri, A., 2000, Administrasi Pendidikan, Padang: IAIN-IB Press. Sanjaya, W., 2005, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, ______. Sanjaya, W., 2007, Pengajaran., Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W (penyunting)., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian II, Bandung: Pedogogiana Press. Smith, M. K., 2000, 'Curriculum theory and practice' the encyclopaedia of informal education, www.infed.org/biblio/bcurric.htm. dilihat pada: 23 Oktober 2011. Sudjana, N., 2005, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Jakarta: Sinar Baru Algesindo. Sukmadinata, N.S., 2005, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: Remaja RosdaKarya. Sukmadinata, N.S., 2007, Kurikulum dan Pembelajaran, Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W (penyunting)., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian II, Bandung: Pedogogiana Press. UU No.20 Tahun 2003, 2008, Sistem Pendidikan Nasional, http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, dilihat pada: 23 September 2011. Unruh dan Unruh, 1984, http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1518, dilihat pada: 23 Oktober 2011.

PENGERTIAN ADMINISTRASI DAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN


by firstiawan on Oct.28, 2010, under Pendidikan
1.

Tiap-tiap bentuk usaha, besar atau kecil, memerlukan cara-cara pengaturan dan penyelenggaraan yang efektif dan efisien agar tercapai hasil yang maksimal. Segala sumber daya yang digunakan harus diatur penggunaannya, sehingga tidak terjadi pemborosan yang berarti, dalam rangka mencapai tujuan atau keuntungan yang dinginkan untuk diperoleh. Inilah yang menjadi titik perhatian ilmu administrasi. Secara etimologis, administrasi berarti penyelenggaraan, pengaturan atau pengurusan. Dalam pengertian sempit, administrasi biasanya dimaksudkan orang dengan pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan surat menyurat yang lazim terdapat di kantor-kantor. Misalnya : menulis atau mengetik surat, tabel, daftar mengagendakan, mengirimkan atau mengekspedisikan, mengarsipkan atau mendokumentasikannya. Dewasa ini, sesuai dengan perkembangan ilmu administrasi, ruang lingkup administrasi jauh lebih luas daripada sekedar urusan surat menyurat seperti ditunjukkan di atas. Menurut Burrup, administrasi adalah totalitas proses penyediaan dan penggunaan secara efektif sumber daya manusia dan sumber daya material yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan suatu bentuk usaha. Administrasi dapat pula di definisikan sebagai suatu siklus tindakan-tindakan yang memungkinkan organisasi

Pengertian

Administrasi

atau lembaga mencapai tujuannya dengan cara-cara yang efektif dan efisien. Berdasarkan rumusan pengertian di atas ini, nyatalah bahwa : a. Administrasi terdapat di dalam suatu bentuk organisasi atau lembaga. b. Organisasi atau lembaga mempunyai seperangkat tujuan. c. Untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi atau lembaga dibutuhkan berbagai sumber-daya insani dan material, sebagai sarana penunjang atau contributing inputs. d. Administrasi adalah alat bagi organisasi atau lembaga dalam rangka mencapai tujuan-tujuanya. e. Segala kegiatan administrasi harus selalu berorientasi pada tujuan organisasi atau lembaga. f. Segala kegiatan administrasi harus berlangsung secara efektif dan efisien agar tujuan-tujuan organisasi atau lembaga tercapai secara optimal. g. Karena tiap-tiap organisasi atau lembaga melibatkan sedikitnya dua orang yang bekerja untuk mencapai tujuan bersama, maka kerjasama di antara anggauta-anggauta organisasi atau lembaga mutlak perlu dikembangkan secara harmonis. 2. Pengertian Administrasi Pendidikan

Fungsi utama tiap-tiap lembaga pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Ditinjau dari sudut personil lembaga pendidikan (sekolah) kegiatan ini ditangani oleh guru-guru. Dengan demikian, guru-guru selaku personil mengajar (teaching personnel) menjalankan fungsi pengajaran (teaching function).

Disamping kegiatan belajar-mengajar, beragam lagi kegiatan lain yang diselenggarakan di sekolah. Pada galibnya kegiatan-kegiatan ini termasuk ke dalam kategori kegiatan administratif, yang dilaksanakan oleh tenaga non pengajar (nonteaching personnel). Dengan kata lain mereka menjalankan fungsi administrasi yang berguna untuk menunjang fungsi yang disebut pertama.

Di dalam Encyclopedia of Education Research dikatakan bahwa administrasi pendidikan adalah proses pengintegrasian kegiatan-kegiatan personil dan pendayagunaan sumber-sumber material yang sesuai sedemikian rupa guna meningkatkan secara efektif erkembangan kualitas manusia.

Knezevich merumuskan administrasi sekolah sebagai proses yang berkenaan dengan upaya menciptakan, membina, merangsang, dan memadukan segala energi yang terlibat di dalam lembaga pendidikan ke arah perwujudan tujuan-tujuan yang ditentukan sebelumnya.

Sekali lagi tampak kepada kita bahwa titik orientasi administrasi pendidikan adalah tujuan-tujuan pendidikan. Titik orientasi administrasi sekolah adalah tujuan-tujuan pendidikan sekolah (tujuan pendidikan tingkat institusional). Titik orientasi administrasi atau manajemen kelas adalah tujuan-tujuan instruksional. Olah karena tujuan-tujuan pendidikan akan diwujudkan dalam diri para siswa, maka dapatlah dikatakan bahwa pada akhirnya komponen lembaga pendidikan yang paling penting adalah siswa. Konsekuensinya, segala fasilitas yang disediakan dan kegiatan yang diselenggarakan di sekolah diperuntukkan bagi kepentingan angkatan manusia didik ini. Kalau komponen ini diabaikan, berarti lembaga pendidikan yang bersangkutan telah mengingkari hakekat dan identitasnya sendiri. Disamping para pelajar (siswa), sumber-daya insani yang ikut serta dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan antara lain meliputi guru, kepala sekolah, pegawai administrasi, konselor, penilik (pengawas) sekolah dan para pejabat lain yang duduk di dalam instansi yang membawahi lembaga pendidikan. Di samping kategori personil yang disebut terakhir ini, anggota-anggota masyarakat dapat dan perlu juga memberikan sumbangannya untuk lebih mensukseskan program lembaga pendidikan (sekolah). Sumber daya material yang digunakan di dalam lembaga pendidikan bermacam-macam, diantaranya

adalah gedung sekolah, perabot sekolah seperti meja, bangku, kursi, lemari, mesin tik, fasilitas atau sarana instruksional seperti buku-buku, alat-alat peraga, proyektor, alat perekam suara dan/atau gambar, dan perlengkapan laboratorium. Di sini termasuk juga fasilitas finansial (uang).
FUNGSI-FUNGSI ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Perencanaan

Proses perencanaan pada umumnya menyangkut peramalan dan pengambilan keputusan. Melalui peramal kita memperkirakan apa yang akan terjadi di masa datang berdasarkan apa yang terjadi di masa datang berdasarkan informasi yang diperoleh dari masa lalu dan masa kini. Semakin lengkap data yang diperoleh dan digunakan, dan semakin tepat penafsiran terhadap data tersebut, semakin besar peluang bagi ketepatan ramalan kita.

Perencanaan dapat diartikan sebagai penentuan langkah-langkah yang akan dilaksanakan di masa datang dalam rangka mencapai tujuan yang diingin kan. Oleh karena itu perencanaan melibatkan kegiatan pengambilan keputusan dari sejumlah alternatif.

Informasi mengenai keadaan masa lampau dan sekarang perlu dihimpun secara tepat, lengkap, dan dapat dipercaya. Berdasarkan informasi ini kita mengadakan taksiran tentang kondisi sekarang atau prediksi di masa depan. Berdasarkan taksiran inilah kita mengemukakan sejumlah alternatif tindakan. Dan dari antara alternatif-alternatif ini kita mengambil salah satu yang paling menguntungkan. Inilah keputusan yang Demikian kita kita lihat ambil, bahwa perencanaan dan selalu yang berorientasi ke akan depan dilaksanakan. (future oriented).

Dalam rangka melakukan perencanaan pendidikan, prinsip-prinsip berikut perlu diperhatikan. a. b. c. d. Perencanaan Perencanaan Perencanaan adalah adalah suatu suatu proses proses rencana yang yang yang fleksibel pada berkesinambungan. komprehensif. dan realistis. tujuan.

hendaklah

menghasilkan harus

Perencanaan

berorientasi

e. Perencanaan pendidikan harus memperhitungkan aspek-aspek kuantitatif dan kualitatif pendidikan. f. Perencanaan pendidikan harus melahirkan rangkaian tindakan yang jelas, terarah, dan menurut prinsip efisiensi dan efektifitas.

g. Perencanaan pendidikan harus didasarkan pada identifikasi fenomena pendidikan yang sedang terjadi.
2. Pengorganisasian.

Pada dasarnya, fungsi pengorganisasi berkenaan dengan upaya mengembangkan mata rantai hubunganhubungan kerja (formal) dan pembagian di dalam organisasi atau lembaga. Untuk mencapai maksud ini pengorganisasian melibatkan usaha identifikasi tugas-tugas tersebut yang akan dilaksanakan,

mengelompokkan tugas-tugas sehingga merupakan satuan-satuan, dan menetapkan wewenang yang diperlukan. Secara umum dapat dikatakan, melalui pengorganisasian dicoba mempertemukan pekerja tertentu dengan pekerjaan dan fasilitas kerja yang spesifik. Di lingkungan sekolah, umpamanya, setiap guru

mendapat tugas yang jelas serta wewenang yang sepadan. Dia harus mengetahui fasilitas belajarmengajar yang perlu dan dapat digunakannya.

Menurut Blau, setiap organisasi formal mengandung ciri-ciri pembagian kerja yang jelas, hierarki wewnang dan tanggung jawab, sistem aturan dan kebijakan, interaksi yang bersifat nonpribadi, penugasan yang didasarkan pada kualifikasi teknis, dan efisiensi secara teknis. Namun demikian di lingkungan lembaga pendidikan pengembangan hubungan-hubungan antar pribadi khususnya dengan siswa mutlak perlu. Kita ketahui bahwa dengan hubungan antar pribadi khususnya dengan siswa mutlak perlu. Kita ketahui bahwa dengan hubungan formal saja interaksi akan sangat terbatas dan berlangsung kaku, dan jarak sosial terlalu besar.
3. Perangsangan

Untuk maksud yang sama dengan perangsangan (stimulasting), sering juga digunakan istilah pendorongan (motivating), pengaktifan, pengarahan dan lain-lain.

Perangsangan dilakukan dengan maksud agar para pekerja melaksanakan tugas-tugasnya dengan menggunakan kemampuannya semaksimal-maksimalnya.

Tidak ada resep perangsangan yang dapat digunakan dengan berhasil dalam setiap situasi. Namun demikian a. b. c. d. Mengembangkan Pemberian tugas yang Motivasi pedoman kepada umum anak Komunikasi partisipasi sesuai dengan aktif minat yang didik, dapat bawahan, digunakan pegawai, yang dikalangan dan kemampuan dan adalah :

sebagainya efektif pekerja. pekerja

e. Perbaikan iklim organisasi dan kondisi-kondisi pekerja.


4. Pengkoordinasian

Koordinasi berarti sinkronisasi kegiatan-kegiatan ke arah pencapaian tujuan-tujuan. Jika semua pekerja mendapat hak untuk melaksanakan pekerjaan dengan cara yang dikehendaki masing-masing, maka setiap orang dari mereka biasanya dituntun oleh pikiran dan gagasan sendiri-sendiri mengenai apa yang diperbuatnya dan bagaimana akan dilakukannya.

Menurut Newport, koordinasi merupakan alat untuk mengkonsentrasi-kan dan menggunakan usaha-usaha kooperatif untuk melaksanakan tugas-tugas dengan cara-cara yang efektif dan ekonomis. Dengan koordinasi yang efektif para pekerja tidak akan melaksanakan pekerjaannya masing-masing tanpa memperhatikan akibat-akibatnya terhadap pekerjaan dan bagian lain serta terhadap pekerjaan sebagai suatu keseluruhan. Dengan koordinasi pekerjaan akan dimulai dan diselesaikan tepat pada waktunya.
5. Penilaian

Di dalam fungsi penilaian ini terlihat kegiatan-kegiatan monitoring, kontrol, dan supervisi. Monitoring dilakukan selama berlangsung proses pelaksanaan pekerjaannya untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan. Demikian kita lihat bahwa penilaian, monitoring, kontrol dan supervisi berkaitan sangat erat dan

mempunyai tujuan yang sama ialah untuk lebih memperbaiki pelaksanaan program suatu organisasi atau lembaga. Penilaian tidak hanya mengenai hasil atau tujuan akhir seperti telah direncanakan semula. Penilaian semacam ini dalam rangka sistim instruksional disebut evaluasi sumatif. Penilaian juga dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan penilaian ini disebut formative evaluation.

Pendek kata, penilaian itu harus dilakukan secara berkesinambungan dan mengenai segi kehidupan organisasi atau lembaga.
BIDANG-BIDANG TUGAS ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Dimuka sudah dikatakan bahwa administrasi pendidikan berfungsi sebagai alat bagi lembaga pendidikan. Ini berarti bahwa administrasi pendidikan tidak memberikan sumbangan langsung terhadap pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Administrasi pendidikan hanya melaksanakan segala upaya yang mungkin agar proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan lancar, efisien dan efektif.

Meskipun beraneka ragam aspek yang diperhatikan dan kegiatan yang dilakukan oleh administrasi pendidikan, namun pada galibnya semua itu dapat digolongkan atas beberapa kategori atau bidang kegiatan
1.

pokok
Administrasi

antaranya

:
Kurikulum

Di Indonesia, kurikulum ditentukan secara terpusat di tingkat Nasional. Ruang lingkup bahkan sekuensanya ditentukan secara sentral. Oleh karena itu, sekolah-sekolah yang sejenis dan setingkat menggunakan kurikulum yang sama.

Konsekuensi sistem sentralisasi kurikulum ini antara lain adalah sekolah-sekolah hanya tinggal melaksanakan kurikulum yang telah ditetapkan. Diantara kegiatan yang dapat dan perlu dilakukan oleh sekolah a. b. c. d. e. f. Pengembangan dalam Penyusunan Penyusunan Pencarian jadwal dan Pengembangan Pengembangan instrumen penilaian, rangka administratif kalender pengajaran pengembangan kurikulum pengajaran harian dan adalah : tahunan. mingguan. belajar. mengajar. kokurikuler. hasil-hasil belajar.

sumber-sumber persiapan

kegiatan-kegiatan pelaksanaan, dan pelaporan

g. Pengembangan strategi dan teknik-teknik mengajar-belajar.


2. Administrasi Personil

Pada umumnya personil pendidikan dibedakan atas personil instruksio-nal dan personil noninstruksional. Di Indonesia tergolong atas tenaga edukatif dan tenaga administratif. Tenaga edukatif seperti guru melaksanakan tugas-tugas pengajaran, sedangkan tenaga administratif melaksanakan tugas-tugas administratif dalam arti yang luas.

Banyak sekali kegiatan yang dilakukan dalam rangka administrasi personil ini. Diantaranya yang paling penting adalah :

a. Penentuan kebutuhan akan tenaga personil yang diperlukan, baik jumlah jenis maupun kualifikasinya. b. c. d. e. f. g. h. i. Pengusulan Penempatan pengangkatan dan menjadi poenyelenggaraan masa calon masa Perumusan Penyusunan Penyusunan deskripsi struktur struktur pekerjaan. kompensasi. organisasi. Penggerakkan. Seleksi. pegawai. orientasi. percobaan.

Penyelenggaraan

j. Penilaian untuk keperluan pengembangan, promosi, penurunan pangkat atau kedudukan, transfer dan pemberhentian.
3. Administrasi Sarana

Banyak sekali jenis sarana pendidikan yang diperlukan oleh lembaga-lembaga pendidikan. Dalam bidang sarana umum misalnya adalah gedung dan lingkungan fisik sekolah. Perabot sekolah seperti lemari, meja dan kursi atau bangku, papan tulis, mesin tik, mesin stensil. Di bidang sarana instruksional termasuk buku-buku, alat peraga, perlengkapan laboratorium, dan berbagai media instruksional lain. Tidak pula dilupakan fasilitas olah raga dan kesenian.

Upaya yang perlu dilakukan berkenaan dengan pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, perawatan, pemeliharaan, dan pengaman sarana dimaksud. Yang penting diperhatikan disini adalah segala sarana yang tersedia hendaknya dimanfaatkan semaksimal mungkin. Oleh karena itu penting dilakukan upaya agar sarana senantiasa fungsional dalam artian selalu siap bila sewaktu-waktu diperlukan.
4. Administrasi Keuangan

Sumber-sumber keuangan sekolah yang utama adalah Pemerintah dan orang tua siswa. Melalui usaha POMG dapat pula diperoleh sumbangan dari pihak swasta. Atas usaha sekolah sendiri pun dapat diperoleh dana tambahan, umpamanya dengan membuka koperasi sekolah, peternakan, usaha kerajinan, perkebunan Kegiatan-kegiatan a. b. c. d. dan yang dari tercakup dalam pameran administrasi atau keuangan ini pertunjukan antara lain sekolah. meliputi :

Penyusunan Pencarian Pengaturan sumber-sumber pemasukan,

anggaran keuangan penyimpanan, tanpa

lengkap melanggar

dengan peraturan-peraturan pembelanjaan atau atau

peruntukannya yang berlaku.

pengalokasian,

penggunaannya. pembukuan.

Pencatatan

f. Pemeriksaan dan penyusunan laporan pertanggungjawaban.


5. Administrasi Siswa

Prinsip-prinsip yang berlaku dalam administrasi personil yang telah dibicarakan di muka pada dasarnya terpakai juga dalam administrasi siswa. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka ini antara lain : a. Penentuan daya tampung sekolah.

b. c. d. e. f. g.

Penentuan

syarat-syarat,

prosedur

dan

pelaksanaan

pendaftaran. Seleksi. Pengelompokkan.

Penetapan Evaluasi Pelaporan siswa dan untuk

dan berbagai penyimpanan

pembinaan keperluan catatan

disiplin seperti data kenaikan tentang

siswa. kelas. siswa.

h. Administrasi Layanan-layanan Khusus


Untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar, berbagai layanan khusus bagi siswa perlu dikembangkan dan diatur penyelenggaraannua. Tujuannya adalah agar setiap siswa dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari situasi belajar-mengajar yang dilaksanakan di sekolah. Layanan-layanan khusus dimaksud antara lain layanan bimbingan dan penyuluhan, layanan psikologis, layanan kesehatan, layanan makanan dan minuman dan layanan transportasi serta pemberian bantuan finansial atau material. 7. Hubungan Sekolah dan Masyarakat

Sekolah adalah salah satu lembaga sosial yang melayani anggota-anggota masyarakat di bidang pendidikan. Sekolah-sekolah hidup di tengah-tengah masyarakat dan kelangsungan hidupnya banyak ditentukan oleh masyarakat. Komponen utama di sekolah adalah anggota-anggota masyarakat, yaitu para siswa, yang harus dilayani sebaik-baiknya. Sekaligus berarti bahwa yang terutama memetik hasil pendidikan itu juga adalah masyarakat.

Hubungan dan kerjasama masyarakat hendaklah dipelihara dan ditingkatkan secara aktif oleh sekolah. Dalam hubungan ini Burrup menunjukkan ciri-ciri hubungan sekolah dan masyarakat yang baik : a. b. c. d. Jujur Implisit dalam atau maksud tersirat dalam dalam dalam dan seluruh dalam program pelaksanaan. sekolah.

Berkesinambungan Positif

penyelenggaraannya. pendekatan.

e. Bersifat komprehensif.Peka dan sederhana dalam segi konsep dan perumusannya.


sumber : http://mklh1admpendidikan.blogspot.com/ :5-metode-cara-kerja-administrasi, ADMINISTRASI PENDIDIKAN, administrasi-dalam-pendidikan,administrasipendidikan-personil, definisi-administrasi-dan-manajemen-pendidikan, fungsi-administrasi-keuangan-danmatrial, fungsi-administrasi-penndidikan-koordinasi, jenis-jenis-administrasi-pendidikan, macam-macamadministrasi-pendidikan, organisasi-dalam-administrasi-pendidikan, orientasi-sistem-administrasi-pendidikan, pengertian-administrasi-material, pengertian-fungsi-administrasi-pendidikan, pengertian-pengembanganpengorganisasian-masyarakat, penilaian-hasil-pendidikan-menurut-fungsi-macam-macam-data-kualitas, penti ngnya-belajar-administrasi-organisasi-dan-manajemen-dalam-pencapaian-tujuan-organisasi, perencanaanharus-sederhana-dan-realistis, perencanaan-pendidikan-harus-sederhana-dan-realistis, ruang-lingkupadministrasi-pendidikan, syarat-suatu-kegiatan-dikatakan-administrasi, syarat-syarat-kegiatan-dikatakanadministrasi

Administrasi Pendidikan
Posted by rastodio on August 11th, 2009

A. Pengertian Administrasi Pendidikan

Siagian (1992:2) mengemukakan administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Wayong yang dikutip The Liang Gie (1992:15) mengemukakan bahwa administrasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan suatu usaha. Kegiatan itu bersifat merencanakan, mengorganisir dan memimpin. Simon sebagaimana dikutip Handayaningrat (1996:2) mengemukakan administration is the activities of groups cooperating to accomplish common goals(Administrasi sebagai kegiatan daripada kelompok yang mengadakan kerjasama untuk menyelesaikan tujuan bersama).Berdasarkan definisi administrasi sebagaimana dikemukakan di atas Handayaningrat (1996:3) mengemukakan bahwa administrasi mengandung ciri-ciri sebagai berikut: 1. Adanya kelompok manusia, yaitu kelompok yang terdiri atas 2 orang atau lebih 2. Adanya kerjasama dari kelompok tersebut 3. Adanya kegiatan/proses/usaha 4. Adanya bimbingan, kepemimpinan, dan pengawasan 5. Adanya tujuan Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa administrasi merupakan suatu proses kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat merencanakan, mengorganisir dan memimpin. Engkoswara (1987:1) mengemukakan administrasi pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif. Engkoswara (1999:26) menggambarkan penataan sumber daya dalam administrasi pendidikan seperti tampak pada gambar berikut. Gambar 1 Penataan Sumberdaya dalam Administrasi Pendidikan

Gambar 1 mengilustrasikan keterpaduan antara fungsi administrasi pendidikan sebagai penjabaran dari istilah penataan yang dikemukakan pada definisi di atas, dan garapan kerja administrasi pendidikan sebagai penjabaran dari sumber daya. Fungsi utama penataan administrasi pendidikan adalah perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing), dan pengawasan (evaluating) pendidikan yang menyangkut tiga sumberdaya/bidang garapan utama yaitu: (1) Sumberdaya manusia (SDM) yang terdiri atas peserta didik, tenaga kependidikan, dan masyarakat pemakai jasa pendidikan; (2) Sumber belajar (SB) adalah alat atau rencana kegiatan yang akan dipergunakan sebagai media, di antaranya kurikulum; dan (3) Sumber fasilitas dan dana (SFD) sebagai faktor pendukung yang memungkinkan pendidikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Semua fungsi dan sumber daya administrasi pendidikan ini merupakan media (teknologi pendidikan) atau perilaku berorganisasi yang diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan secara produktif (TPP) baik untuk kepentingan perorangan maupun untuk kelembagaan. Sutisna (1989:19) mengemukakan administrasi pendidikan adalah keseluruhan proses dengan mana sumber-sumber manusia dan materi yang cocok dibuat tersedia dan efektif bagi pencapaian maksud-maksud organisasi secara efisien. Sears (1950) sebagaimana dikutip oleh Daryanto (1998:8) mengemukakan Education administration is the process as including the following activities planning, organizing, directing, coordinating, and control . Daryanto (1998:8) mengemukakan administrasi pendidikan adalah suatu cara bekerja dengan orang-orang, dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif. Nawawi (Daryanto, 1998:10)

mengemukakan administrasi pendidikan adalah rangkaian kegiatan atau keseluruhan, proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan dalam lingkungan tertentu, terutama berupa lembaga pendidikan formal. Dasuqi dan Somantri (1992:10) mengemukakan administrasi pendidikan adalah upaya menerapkan kaidah-kaidah administrasi dalam bidang pendidikan. Senada dengan pendapat ini Soepardi (1988:24) mengemukakan bahwa administrasi pendidikan adalah administrasi yang diterapkan dalam bidang pendidikan. Selanjutnya Soepardi (1988:25) menjelaskan administrasi pendidikan adalah semua aspek kegiatan untuk mendayagunakan berbagai sumber (manusia, sarana dan prasarana, serta media pendidikan lainnya) secara optimal, relevan, efektif, dan efisien guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Sagala (2005:27) mengemukakan bahwa administrasi pendidikan adalah penerapan ilmu administrasi dalam dunia pendidikan atau sebagai penerapan administrasi dalam pembinaan, pengembangan, dan pengendalian usaha dan praktek-praktek pendidikan. Berbagai definisi di atas memberikan gambaran bahwa dalam administrasi pendidikan terkandung makna : 1. 2. Administrasi pendidikan dilakukan melalui kerjasama sejumlah orang Orientasi pelaksanaan administrasi pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. 3. Administrasi pendidikan memanfaatkan sumber daya pendidikan secara optimal. 4. Administrasi pendidikan dilaksanakan melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa administrasi pendidikan adalah proses memanfaatkan sumber daya pendidikan melalui kerjasama sejumlah orang dengan melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. B. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan Sagala (2005:19) menjelaskan cakupan administrasi pendidikan tidak hanya sekedar administrasi sekolah atau administrasi pembelajaran. Pandangan demikian adalah pandangan yang sempit. Administrasi pendidikan lebih luas dari itu, meskipun muara semua kebijakannya adalah sekolah atau satuan pendidikan pada semua jenjang dan jenis. Jadi administrasi pendidikan ada pada tataran pengambil kebijakan dan pada tataran satuan pendidikan. Administrasi pendidikan pada tataran pemerintah baik pusat maupun daerah berkaitan dengan anggaran pendidikan, standar kurikulum, standar ketenagaan, akreditasi sekolah, dan pelayanan kebutuhan sekolah sebagai pendidikan formal maupun pendidikan non formal yaitu pendidikan luar sekolah serta pendidikan kedinasan. Administrasi pendidikan pada satuan pendidikan berkaitan dengan penerapan teoriteori pendidikan dalam pelayanan belajar, teknik-teknik konseling belajar, manajemen sekolah, dan semua kegiatan yang mendukung dan memperlancar aktivitas-aktivitas satuan pendidikan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan substansinya, administrasi pendidikan menurut Sutisna (1989:36) dapat ditinjau dari dua pendekatan, yaitu pendekatan tugas dan pendekatan proses. Fokus pendekatan tugas dalam administrasi pendidikan menjawab pertanyaan apa yang harus dikerjakan oleh administrator. Studi yang dilakukan oleh Universitas OHIO, sebagaimana dilaporkan Ramseyer et.al. (1955) dalam Sutisna (1989:36-37) berhasil mengidentifikasi 9 kegiatan administrator, yaitu 1) menentukan tujuan-tujuan, 2) membuat kebijaksanaan, 3) menentukan peranan-peranan, 4) mengkoordinasikan fungsi-fungsi administratif, 5) menaksir efektivitas, 6) bekerja dengan kepemimpinan masyarakat untuk meningkatkan perbaikan dalam pendidikan, 7) menggunakan sumber-sumber pendidikan dari masyarakat, 8) melibatkan orang-orang, dan 9) melakukan komunikasi. Fokus pendekatan proses dalam administrasi pendidikan menjawab pertanyaan bagaimana administrator melakukan kegiatannya. Sears (1950) sebagaimana dikutip Said (1988:74) mengemukakan bahwa pendekatan proses dalam administrasi pendidikan merupakan satu kesatuan yang terdiri atas lima unsur, yaitu 1) perencanaan, pengorganisasian, direksi, koordinasi, dan pengontrolan. Dasuqi dan Somantri (1992:12-16) mengemukakan proses administrasi pendidikan meliputi: 1) membuat keputusan, 2) merencanakan, 3)

mengorganisasikan, 4) mengkomunikasikan, 5) mengkoordinasikan, 6) mengawasi, dan 7) menilai. Morphet et.al. (1974:145) mengemukakan proses administrasi pendidikan terdiri atas tujuh komponen, yaitu 1) decision making, 2) planning, 3) organizing, 4) communicating, 5) influencing, 6)coordinating, dan 7) evaluating. Ruang lingkup administrasi dapat pula ditinjau dari bidang garapannya. Daryanto (1998:26) mengelompokkan ruang lingkup administrasi pendidikan menjadi tiga bidang garapan, yaitu: 1) bidang administrasi material, 2) bidang administrasi personal, dan 3) bidang administrasi kurikulum. Dasuqi dan Somantri (1992:16-20) mengemukakan administrasi pendidikan dalam operasionalnya memiliki bidang garapan sebagai berikut: 1) program pendidikan, 2) murid atau peserta didik, 3) personil lembaga pendidikan, 4) kantor dan fasilitas lembaga pendidikan, 5) keuangan lembaga pendidikan, 6) pelayanan bantuan lembaga pendidikan, 7) hubungan lembaga dan masyarakat. Hoy dan Miskel (2001) menjelaskan ruang lingkup materi kajian administrasi pendidikan.bersumber dari pemikiran bawa sekolah merupakan suatu sistem sosial. Sekolah sebagai sistem sosial memiliki empat elemen atau subsistem penting, yaitu struktur, individu, budaya, dan politik. Perilaku organisasi merupakan fungsi dari interaksi elemen-elemen ini dalam konteks pengajaran dan pembelajaran. Lingkungan juga merupakan aspek penting dari kehidupan organisasi; lingkungan tidak hanya menyediakan sumber bagi sistem tersebut tetapi juga menyediakan kendala dan peluang lainnya.Hoy dan Miskel (2001) mengajukan Model Sistem Sosial untuk Sekolah seperti tampak pada gambar berikut. Gambar 2 Sekolah sebagai Sistem Sosial

Berdasarkan gambar 2, jika sekolah harus menjadi lembaga pembelajaran yang efektif, sekolah harus mencari cara untuk menciptakan struktur yang secara terus-menerus mendukung pembelajaran dan pengajaran dan memperkaya adaptasi organisasi; mengembangkan budaya dan iklim organisasi yang terbuka, dan kolaboratif; menarik individu yang mandiri, efektif, dan terbuka terhadap perubahan; dan mencegah politik yang kotor dan tak-legal dari penyalahgunaan aktivitas pengajaran dan pembelajaran yang legal. Kepemimpinan transformasional, komunikasi yang terbuka dan terus-menerus, dan pembuatan keputusan bersama merupakan mekanisme yang

hendaknya mampu meningkatkan pembelajaran keorganisasian di sekolah. Tantangannya adalah tidak hanya menciptakan sekolah yang memiliki kemampuan untuk menjawab secara efektif masalah-masalah kontemporer saja tetapi juga pada isu-isu yang baru muncul mengenai efektivitas sekolah. Dapat disimpulkan, menurut Hoy dan Miskel (2001) ruang lingkup materi kajian administrasi pendidikan meliputi: 1) poses belajar mengajar, 2) struktur sekolah, 3) individu, 4) budaya dan iklim sekolah, 5) kekuasaan dan politik di sekolah, 5) lingkungan eksternal sekolah, 6) efektivitas dan kualitas sekolah, 7) pembuatan keputusan, 8) komunikasi, 9) kepemimpinan. Lunenburg dan Ornstein (2003) mengemukakan ruang lingkup administrasi meliputi 1) culture, 2) change, 3) curriculum, 4) human resources administration, 5) diversity, 6)effective teaching strategies, dan 7) supervision of instruction . Donmoyer dan Scheurich, (1995:28) mengutip pendapat National Policy Board of Educational Administration (1989,5-7) mengemukakan terdapat tujuh area kajian dalam administrasi pendidikan, yaitu 1) societal and cultural influence on schooling, 2) teaching and learning processes and school improvement , 3) organizational theory, 4) methodologies of organizational studies and policy analysis , 5) leadership and management processes and functions, 6) policy studies and politics of education , dan 7) moral and ethical dimensions of schooling . Senada dengan pendapat di atas, The University Council for Educational Administration (UCEA), sebagaimana dikutip oleh Donmoyer dan Scheurich (1995:28) merekomendasikan enam domain kajian administrasi pendidikan, yaitu 1) school improvement, 2) organizational studies, 3) economic and financial dimensions of schooling , 4) leadership and management process, 5) policy and political studies, 6) legal and ethical dimensions of schooling . Daftar Rujukan 1. 2. Daryanto, M. (1998). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Dasuqi, Dudung, A. dan Somantri, Setyo. (1992). Wawasan Dasar Pendidikan dan Wawasan Dasar Administrasi Pendidikan. Dalam Administrasi Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Bandung. Donmoyer, R., Imber, M., Scheurich, J.J., (1995). The Knowledge Base in Educational Administration Multiple Perspectives. New York: State University of New York Press, Albany. Engkoswara. (1987). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan . Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Handayaningrat, Soewarno. (1998). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta: CV Haji Masagung Hoy, Wayne K. dan Miskel, Cecil G. (2001). Educational Administration Theory, Research, And Practice6th ed., International Edition, Singapore: McGraw-Hill Co. Lunenburg, F. C., & Ornstein, A.C. (2004). Educational administration: Concepts and Practices. (Rev. Ed.). Belmont, CA: Wadsworth/Thomson. [Online] Tersedia: http://www.fetchbook.info [6 September 2005] Morphet, E.L., Johns, R.L., Reller, T.L., (1974). Educational Organization and Administration: Concept, Practice, and Issues. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hal, Inc. Sagala, Syaiful. (2005). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. Said, Chatlinas. (1988). Pengantar Administrasi Pendidikan . Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Siagian, Sondang, P. (1992). Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: PT Rineka Cipta Sutisna, Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis dan Praktis Profesional . Bandung: Angkasa The Liang Gie,. (1992). Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta: Liberty

3. 4. 5. 6. 7.

8.

9. 10. 11. 12. 13.

=========

Anda mungkin juga menyukai