Anda di halaman 1dari 31

http://wisata.makassarkota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=48&Itemid=39 diakses pada tanggal 23 mei 2013 pukul 08.

40

SEBUAH bangunan dua lantai bergaya Eropa abad ke-17 berdiri dengan kokoh dan gagah tepat di tengah Kota Makassar. Itulah Museum Kota Makassar. Di dalam gedung ini tersimpan 560 koleksi benda bersejarah yang merekam perjalanan Kota Makassar dari zaman ke zaman. Sebuah anak meriam tua akan langsung menyambut pengunjung museum begitu masuk ke halaman. Tergeletak begitu saja di tanah dengan tubuh kecoklatan. Terbuat dari besi dan telah berumur lebih dari 300 tahun. Meriam ini digunakan dalam perang Makassar pada abad ke-17. Masuk ke dalam gedung, suasana zaman kolonial Belanda akan segera terasa. Dindingdindingnya yang tebal, jendela-jendela kayu yang lebar, beberapa ornamen gantung, seluruhnya masih utuh terjaga. Gedung tua ini dibangun tahun 1916. Berarsitektur asli Eropa. Saat ini museum Kota Makassar menyimpan koleksi benda bersejarah, antara lain terdiri dari benda-benda arkeologi, bendabenda pusaka, foto-foto Makassar masa lalu, dan salinan naskah bersejarah. Benda-benda arkeologi: Berbagai motif batu yang ditemukan di Benteng Somba Opu Makassar seperti motif lingkaran, tumpal, garis, geometris, pilin berganda dan garis mender lengkung. Bola-bola meriam: Beberapa bola meriam yang pernah dilontarkan Belanda saat membombardir Benteng Somba Opu dalam perang Makassar masih tersimpan. Keramik: Keramik Cinda dan Jepang masa Dinasti Ming abad ke 14-17 yang dibawa para pelaut Makassar dari negeri asalnya. Koleksi Foto: Foto tentang bangunan bersejarah kota Makassar, baik yang masih bertahan sampai sekarang maupun yang sudah musnah. Foto tentang pelayaran orang Makassar ke Australia mencari teripang antara tahun 1881 sampai 1907. Foto bangunan ibadah bersejarah seperti Mesjid Melayu, Gereja Katedral, Mesjid Katangka. Koleksi foto dari mendiang Wali Kota Makassar, Daeng Patompo. Foto-foto mantan Wali Kota Makassar Koleksi mata uang: Mata uang dari masa VOC (verenidge oost-indische compagnie), mata uang Kerajaan Gowa, mata uang bergambar Ratu Wilhelmina lengkap dengan patungnya Koleksi dokumen: Peta udara Makassar, perjanjian Bungaya antara VOC dan Sultan Hasanuddin, Peta Benteng Somba Opu Koleksi Maula Art Galeri: Pada lantai II museum kota Makassar terdapat Maula Art Galery galery yang menyimpan berbagai pernakpernik tradisional yang umumnya merupakan hasil kerajinan rakyat

Lokasi Museum Kota Makassar terletak di Jl Balaikota No , hanya 500 meter dari titik pusat Kota Makassar atau sekitar 25 kilometer dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Akses ke Lokasi Wisatawan dapat menjangkau Museum Kota Makassar dengan angkutan umum, taksi, maupun fasilitas pengantaran hotel.

http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/01/05/societeit-de-harmonie-427724.html diakses pada tanggal 23 mei 2013, pukul 08 50

Tetap Harmonis dari masa ke masa


Societeit de Harmonie atau Gedung Kesenian Sulawesi Selatan adalah salah satu bangunan bersejarah yang masih bertahan dari gempuran pembangunan dan mencoba bersanding secara harmonis dengan bangunan-bangunan yang usianya jauh lebih muda dan modern yang terus bertumbuh di sekelilingnya.Societeit de Harmonie atau Gedung Kesenian Sulawesi Selatan adalah salah satu bangunan bersejarah yang masih bertahan dari gempuran pembangunan dan mencoba bersanding secara harmonis dengan bangunan-bangunan yang usianya jauh lebih muda dan modern yang terus bertumbuh di sekelilingnya.

Sejarah mencatat gedung kesenian ini dibangun pada tahun 1896 berdampingan dengan kantor gubernur yang saat itu berstatus sebagai Gubernur Celebes(sekarang gedung Balaikota Makassar) dan di sebelah selatannya terdapat Fort Rotterdam serta pemukiman orang-orang Belanda yang disebut Vladingen.
Lokasi tempat bangunan ini berdiri, awalnya merupakan sebuah tanah lapang di sisi jalan Prins Hendrik yang sekarang menjadi jalan Riburane di sebelah utara Fort Rotterdam atau benteng Ujungpandang. Pada awal berdirinya Gedung peninggalan pemerintah kolonial Belanda itu dikelolah oleh sebuah badan yang disebut Direktie yang dipimpin oleh seorang kepala dewan dan dibantu beberapa orang anggota. Dewan direksi atau Direktie diangkat setiap tiga tahun dengan tugas-tugas yang menyangkut urusan keuangan, latihan, busana, material, hubungan luar, dan tata usaha. Termasuk juga membuat aturan yang salah satunya adalah melarang penonton membawa makanan dan minuman ke dalam gedung. Itupula sebabnya di gedung ini tidak tersedia buffet tempat penyimpanan makanan dan minuman sebagaimana yang ada di kursi bioskop pada umumnya. Untuk kebutuhan makan dan minum, pengunjung pergi ke Koffe Huis yang letaknya sekitar 100 meter sebelah barat Societeit de Harmonie. Untuk mencapai koffe Huis, pengunjung berjalan melintasi Wilhelmina Park, sebuah taman tempat koffe Huis berada. Taman ini dipercantik dengan sebuah kolam renang Zwembad Harmonie yang setelah kemerdekaan berubah nama menjadi Kolam Renang Tirta Bahari. Sementara Koffe Huis itu sendiri lebih dikenal dengan nama Gedung Panti Penghibur lalu berganti menjadi Taman Bahari setelah kemerdekaan. Sekarang tempat itu telah dipenuhi ruko dengan nama de Rotterdam Bangunan gedung Societeit de Harmoni yang berciri Eropa abad XIX dengan gaya Reneisance ini bisa juga dianggap sebagai gedung serba guna di zamannya, gedung ini tidak hanya untuk acara kesenian, tetapi juga menjadi tempat pertemuan Gubernur, Walikota, dan pejabat tinggi militer Belanda. Bahkan tidak jarang Gubernur Jenderal Belanda mengundang orang-orang China kaya untuk menghadiri pesta yang diadakan di gedung ini. Gaya Reneisance atau Yunani Baru merupakan perkembangan dari Gaya Roko, ada pula yang menyebutnya Gaya Empire yang sedang trend di Eropa pada masa itu. Societeit de Harmonie dibangun ketika pemerintah kolonial Belanda menjadikan kota Makassar sebagai kota pemerintahan dan kota niaga. Di gedung inilah orang-orang Belanda,orang-orang China kaya, dan segelintir kalangan bangsawan pribumi dihibur dengan tonil,drama, dan sandiwara yang merupakan karya para dramawan Eropa terkenal tapi dimainkan secara amatir oleh pemain-pemain drama lokal. Hawaian merupakan salah satu kelompok music yang cukup terkenal saat itu. Kelompok Hawaian yang anggotanya adalah orang-orang Ambon eks KNIL ini tampil secara berkala di gedung itu. Barulah pada pertengahan tahun 1900-an, pihak pengelola gedung mendatangkan rombongan pemain sandiwara dari Belanda dan beberapa Negara Eropa. Group-group tonil dan pemain drama ini biasanya mampir di Makassar, setelah berpentas di Schouwburg Weltevreden di Batavia yang sekarang menjadi Gedung Kesenian Jakarta. Sebagai Balai Pertemuan Masyarakat

Pada masa pendudukan Jepang, Societeit de Harmonie dijadikan sebagai Balai Pertemuan Masyarakat, selain digunakan untuk rapat-rapat dan kepentingan pemerintah Jepang, gedung ini tetap juga difungsikan sebagai tempat pertunjukan seni, terutama pertunjukan sandiwara. Pemerintah Jepang memberi kesempatan kepada sejumlah grup sandiwara yang terbentuk dari kalangan seniman untuk tampil di gedung tersebut. Langkah itu dilakukan dengan tujuan menarik hati masyarakat pribumi. Namun sangat memprihatinkan, sebab pada masa itulah kondisi dan kelengkapan bangunan mulai hilang dan rusak.

Sementara grup-grup kesenian yang merupakan bentukan Jepang satu persatu mulai berguguran setelah Jepang angkat kaki meninggalkan Makassar. Sebagai gantinya, lahirlah beberapa grup seniman muda. Sayang sekali setelah kepergian Jepang, grup-grup seniman itu tidak dapat tampil secara langsung di Societeit de Harmonie disebabkan orang-orang Belanda, Keturunan Cina, dan golongan pribumi tertentu kembali menguasai gedung itu. Menjadi Balai Budaya Lokal Berkat dukungan Gubernur Sulawesi Andi Pangerang Pettarani di tahun 1952, Gedung Kesenian yang kembali dikuasai oleh orang-orang Belanda itu berhasil diambil alih sejumlah seniman local. Sejumlah tokoh diantaranya J.E.Tatengkeng, H.D.Mangemba, La Side, Rahim Mone, dan Ali Walangadi, semuanya sudah almarhum kecuali yang disebutkan terakhir. Setelah berhasil menguasai gedung itu, mereka lalu memberinya nama Balai Budaya.

Untuk mendukung kegiatan di gedung tersebut, tokoh-tokoh seniman itu membentuk satu perhimpunan yang dinamaiSumber Seni Indonesia. Semua grup kesenian terutama yang lahir dari sekolah-sekolah dihimpun menjadi satu, dan setiap tahun secara rutin meramaikan gedung kesenian Societeit de Harmonie dengan berbagai pertunjukan kesenian. Selain grup-grup yang mendapat giliran secara teratur tampil di Societeit de Harmonie, muncul pula grup-grup sandiwara yang dibentuk para seniman muda dengan pandangan yang lebih modern. Penggunaan istilah Sandiwara misalnya, diganti dengan teater atau drama. Pada saat itulah lahir tokoh-tokoh penulis lakon sekaligus sutradara teater seperti Henk Rondonuwu, Saleh Malombassi, dan Rahman Arge. Gedung ini pula yang menjadi tempat lahirnya majalah kebudayaan Sulawesi, Mimbar Indonesia dan majalah Zenith. Usaha penerbitan itu merupakan salah satu kegiatan yang dirintis oleh tokoh-tokoh seperti M.Basir, Hisbuldin Patunru, H.D.Mangemba dan Ali Walangadi dalam rangka program STICUSA, yang merupakan program kerja sama Indonesia-Belanda di tahun 1950-an. Direnovasi dan Dilindungi Sebagai Asset Peninggalan Bersejarah

Dalam bangunan utama gedung terdapat auditorium yang berfungsi sebagai tempat pertunjukan. Sistem konstruksi gedung berupa kolomkolom yang berderet pada bagian kaki, badan, dan kepala dihias dengan ornamen modern. Garisgaris vertikal dan horizontal dari ventilasi, tritisan dan sebagainya, juga menjadi unsur dekoratif yang menarik. Sekalipun ada penambahan pada dinding dan pola tata ruang bangunan pada perkembangan selanjutnya, namun tidak mengubah konstruksi lama. Hal ini disesuikan dengan perubahan fungsi setelah tidak lagi digunakan sebagai gedung pertunjukan. Bentuk atap berupa limasan berkemiringan tajam merupakan unsur lokal yang diterapkan pada bangunan, sedang atap pada menara berbentuk kubah, runcing, dan patah di tengah berbentuk bujur sangkar. Dengan status kepemilikan negara dan dikuasai oleh Pemprov Sulsel, Societeit de Harmonie merupakan aset peninggalan sejarah yang dilindungi undang-undang dengan nomor register 343 oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara. Kita berharap Gedung tua yang sedang direnovasi ini tidak hilang dan diruntuhkan struktur aslinya.

Gereja Katedral Ujung Pandang


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Gereja Katedral Ujung Pandang yang nama resminya adalah Gereja Hati Kudus Yesus adalah gedung gereja tertua di kota Makassar dan di seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara. Gereja ini didirikan pada 1898 pada permulaan tahap kedua kehadiran Gereja Katolik di Makassar.

Sejarah
Pada 1525 kota Makassar pertama kali disinggahi oleh tiga orang pastor dan misionaris dari Portugal, yaitu Pastor Antonio do Reis, Cosmas de Annunciacio, Bernardinode Marvao, dan seorang bruder. Namun baru pada 1548 Pastor Vincente Viegas datang dari Malaka dan ditugasi di Makassar. Di sana beliau melayani para saudara Portugis yang Katolik serta beberapa raja dan bangsawan Sulawesi Selatan yang juga telah dibaptis menjadi Katolik. Raja Gowa yang pertama memeluk Islam, yaitu Sultan Alauddin (1591-1638 serta beberapa raja penggantinya memberikan kebebasan kepada umat Katolik untuk mendirikan Gereja pada 1633. Namun gejolak politik antara VOC dan orang-orang Portugis menyebabkan para rohaniwan Portugis tersingkir dari Makassar. Jatuhnya Malaka ke tangan VOC dan perjanjian Batavia 19 Agustus 1660) menyebabkan Sultan Hasanuddin diharuskan mengusir semua orang Portugis dari Makassar (1661). Sultan mengatur dengan baik keberangkatan orang-orang Portugis. Bruder Antonio de Torres yang mengasuh sebuah sekolah kecil untuk anak laki-laki meninggalkan Makassar pada 1668. Sejak itu selama 225 tahun, tidak ada pastor yang menetap di Makassar. Orang-orang Katolik yang masih ada hanya sekali-sekali dilayani dari Surabaya atau Larantuka. Pada 1892, Pastor Aselbergs, SJ, dipindahkan dari Larantuka menjadi Pastor Stasi Makassar (7 September 1892) dan tinggal di suatu rumah mewah di Heerenweg (kini Jl. Hasanuddin). Pada 1895 dibelilah sebidang tanah dan rumah di Komedistraat (kini Jl. Kajaolalido), lokasi gedung gereja sekarang. Gereja dibangun pada tahun 1898 selesai 1900; direnovasi dan diperluas pada tahun 1939, selesai pada 1941 dengan bentuk seperti sekarang. Pada 13 April 1937 wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara dijadikan Prefektur Apostolik Makassar oleh Sri Paus di Roma, dan dipercayakan kepada misionaris CICM, dengan Mgr. Martens sebagai prefek. Pada tanggal 13 Mei 1948 menjadi Vikariat Apostolik Makassar, dan tanggal 3 Januari 1961 menjadi Keuskupan Agung Makassar.

arsitektur kota Makassar. Kali ini penulis akan bercerita tentang perkembangan kota Makassar pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke 19. Tulisan pertama dapat disimak di sini. [m0k]

Struktur kota dan bangunan-bangunan penting di Kota Makassar sekitar awal abad ke-19 dapat dilihat pada peta 2. Pemerintah Belanda telah membangun sarana berupa Lapangan

Koningsplein yang sekarang bernama Lapangan Karebosi. Secara geografis Koningsplein terletak di tengah-tengah kota menjadi lapangan luas hingga depan Rumah Sakit Pelamonia sekarang. Bagian selatan Koningsplein yang dipotong oleh Jalan Ince Nurdin, digunakan untuk Schietterrein Voor Infanterie atau lapangan tembak infantri. Daerah sebelah timurnya atau sekarang di sekitar rumah jabatan Gubernur Sulawesi Selatan, Jalan Jenderal Sudirman, digunakan untuk lapangan tembak artileri Di sisi utara Koningsplein, terdapat tiga bangunan yang dapat mengungkapkan ciri sistem pemerintahan Belanda yaitu unsur eksekutif dan yudikatif, yaitu gedung Stadhuis (Balai Kota), Gevangnis (penjara) dan Gerechtsplaats (pengadilan) (Anonim, 1992b; 26). Kini, lahan bekas ketiga bangunan tersebut menjadi bangunan pertokoan (sekitar Jalan Irian). Peta 2 menunjukkan pula sebuah sekolah bernama Schoolgebouw, di jalan yang sekarang bernama Jalan Balai Kota dan gedung pertemuan milik Club Soranus di sisi selatan Koningsplein, tepatnya di jalan yang sekarang bernama Jalan Kajaolalido. Schoolgebouw, diganti dengan bangunan baru yang bernama Sekolah Frater, dibangun pada tahun 1934 sedangkan lahan bekas gedung Club Soranus, kini berdiri gedung perkantoran. Hingga awal abad ke-19, struktur Kota Makassar tidak banyak berubah. Sekitar Benteng Rotterdam menjadi lingkungan Belanda yang eksklusif. Vlaardingen keadaannya semakin baik dengan bangunan yang sebagian besar dari batu. Sementara Kampung Baru, Kampong Melayu dan daerah pinggiran kota kebanyakan terdiri dari bangunan yang terbuat dari bambu sehingga menjadi lingkungan permukiman dengan keadaan yang kurang baik (lihat Peta 3). Di awal abad ke-18 hingga Akhir Abad ke-19, keadaan politik di Kota Makassar mulai aman. Perlahan, kehidupan dalam benteng ditinggalkan dan beralih ke luar benteng (extra muros), dengan memindahkan beberapa unitbangunan ke luar benteng. Diantaranya membangun kediaman gubernur Belanda pada tahun 1885 dan Gereja Protestan Immanuel tahun 1885 di bagian timur Benteng Rotterdam. Gereja masih berfungsi awal sedangkan kediaman Gubernur Belanda menjadi kantor Polisi Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Makassar yang sebagian besar bangunannya telah mengalami perubahan fisik

Di akhir abad ke-19, Pemerintah Belanda juga mendirikan beberapa bangunan penting diantaranya rumah sakit (sekarang bernama Rumah Sakit Pelamonia) di bagian tenggara Koningsplein, Oliefabrik atau pabrik minyak di Matjiniajo bagian utara Koningsplein, Ysfabriek atau pabrik es bernama Aurora dan Gasfabriek (pabrik gas) di sebelah timur Koningsplein (Sumalyo, 1999; 308). Kecuali rumah sakit, semuanya telah berganti menjadi kompleks pertokoan dan perumahan. Perombakan bangunan diperkirakan terjadi sekitar awal tahun 1990an.

Pada fase berikutnya, Vlaardingen berkembang menjadi Kampung Cina (Pecinan), bangunannya berpola campuran Medieval dan Tionghoa dengan rumah-rumah berpagar tinggi, tanpa halaman depan. Beberapa bukti peninggalannya adalah Vihara Ibu Agung Bahari/Thian Ho Kong (1738) yang terletak di Jalan Sulawesi. Vihara ini hancur akibat kerusuhan di tahun 1997 dan hanya menyisakan pintu utama. Bangunan lain yang masih bertahan adalah Rumah Abu Famili Nio (pertengahan abad ke-18), Klenteng Kwan Kong (1810-an), Klenteng Siang Ma Kiang (1860), rumah leluhur Marga Thoeng dan rumah abu

Thoeng Abadi (1898). Adapun lahan kompleks pekuburan Cina di utara kompleks kuburan Belanda, kini berdiri Makassar Mall. Sarana penting juga dibangun bagi penduduk lokal, diantaranya pelabuhan rakyat di utara kota yang disebut dengan Paotere. Dekat dengan Paotere sebuah bangunan tempat tinggal didirikan dan disebut dengan Landhuis Patingaloang yang tidak ditemukan lagi bekasnya. Hingga kini Paotere menjadi pelabuhan rakyat dan tempat pelelangan ikan bagi nelayan dari berbagai daerah di sekitar Kota Makassar. Selain pemukiman bagi orang Belanda, pemukiman bagi orang-orang pribumi juga berkembang mengelilingi pusat kota diantaranya Oedjoeng Tanah (baca; ujung tanah), Wadjo, Bandang dan Matjiniajo (baca; macciniajo) yang terletak di bagian utara dan timur kota. Daerah Bontoala, Pattoenoewang (baca; pattunuang) dan Matjini berada di bagian timur kota, sedangkan Losari, Bassi dan Baroe (baca; baru) di bagian selatan kota. Kampong-kampong tersebut merupakan wilayah penyangga bagi Kota Makassar karena merupakan lahan pertanian penduduk pribumi (peta 4). Hingga kini, Pemukimaan orang-orang pribumi tersebut, tidak ditemukan lagi mengingat rumah mereka terbuat dari kayu yang mudah rapuh. Penggunaan bahan baku kayu, merupakan ciri khas rumah tradisional Bugis-Makassar. Berkembangnya pemukiman bagi orang-orang Bugis di Kota Makassar seperti Bontoala tidak lepas dari sejarah dan kondisi politik pada masa itu. Saat Raja Bone, Arung Palakka bersama dengan Belanda berhasil menaklukkan Kerajaan Gowa-Tallo, Arung Palakka diberi satu daerah dalam wilayah Kota Makassar yang disebut Bontoala. Belanda memberi gelar kepada Arung Palakka sebagai Koning der Buginezen. Di Bontoala dibangun istana Arung Palakka menghadap ke Benteng Rotterdam yang dikelilingi oleh tembok keliling dan halaman yang cukup luas. Gerbang istana terletak di jalan yang sekarang bernama Jalan Masjid Raya (Mattulada, 1991;99), namun bekas istana ini tidak ditemukan lagi. Daerah Bontoala kemudian ramai didatangi oleh orang-orang Bugis utamanya dari Kerajaan Bone yang bermaksud tinggal dan menetap di Kota Makassar. Begitu pula dengan Kampung Wajo, daerah ini merupakan daerah pemukiman bagi orang-orang Wajo yang datang ke Kota Makassar. Disebutkan Mattulada (1991), bahwa setelah Arung Palakka berhasil menguasai Kerajaan Wajo diadakanlah perjanjian perdamaian antara Belanda dan Kerajaan Wajo yang ditandatangani oleh kedua pihak di Benteng Rotterdam. Setelah perjanjian tersebut, orang-orang Wajo kemudian diberi tempat di utara Vlaardingen yang disebut dengan Kampong Wadjo (Mattulada, 1991; 101). Pemerintah Belanda dalam membangun kota tidak hanya dari fisik saja namun juga memperhatikan penghijauan kota. Dibuatlah taman agar warga kota khususnya bangsa Eropa merasa berada di negeri sendiri. Taman-taman yang didirikan pada masa ini diantaranya Prins Hendrik Plein di utara Benteng Rotterdam (peta 2) dan Kerkplein di timur Benteng Rotterdam. Di sisi timur Prins Hendrik Plein terdapat Juliana Park dilengkapi dengan muziekkoppel (gardu musik) dan sebuah tugu peringatan (Anonim, 1992b; 30). Tugu yang benama Celebes Monument tersebut sekarang berada di pekarangan Benteng Rotterdam.

Di atas Prins Hendrik Plein sekarang berdiri Kantor Radio Republik Indonesia (RRI) yang sebelumnya menggunakan rumah kediaman Haji Lala di Jalan Penghibur. Sebagian besar lahan bekas Kerk Plein dibangun perkantoran sedangkan di Juliana Park kini berdiri gedung eks Bank Duta. Taman-taman dibuat sebagai salah satu langkah pemerintah Belanda untuk mengatasi suhu di daerah ini yang cukup panas. Kini taman-taman tersebut telah hilang, menyebabkan suhu Kota Makassar terasa menyengat. Lebih jelasnya, sebaran bangunan kolonial pada periode ini dapat dilihat pada peta 2.

Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan. Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang

salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur. Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerahdaerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.

Melacak Bangunan Tua Peninggalan Belanda di Makassar Menjejak Sejarah Perkampungan Belanda di Makassar MAKASSAR, FAJAR--Tatanan Makassar tidak terlepas dari peranan Belanda yang pernah tinggal selama 300-an tahun di kota ini. Cikal bakal kosntruksi modern Kota Makassar tidak bisa sepenuhnya dilepaskan dari peranan Belanda yang meletakkan dasar-dasar tata kota di Abad XIX dan XX. Terlepas dari sejarah hitam Belanda yang pernah menjajah Indonesia, termasuk Makassar, namun jejak peninggalan gedung-gedung yang pernah dibangunnya, hingga kini beberapa di antaranya masih eksis, kendati ada yang telah mengalami pemugaran atau bahkan konstruksinya telah berubah. Namun tak sedikit pula di antara bangunan peninggalan Belanda tersebut yang telah dirubuhkan, sebagian besar pada masa orde baru. Salah satu perkampungan Belanda di Makassar yang cukup terkenal adalah kawasan gedung MULO. MULO sendiri merupakan akronim Bahasa Belanda, yakni Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, yang berarti sekolah dasar tingkat lanjutan. Sekolah ini merupakan buatan Belanda yang diperuntukkan bagi anakanak pribumi yang orang tuanya bekerja dan mengabdi bagi negara kincir tersebut. "MULO itu sekolah Belanda setingkat SMP untuk pribumi yang orang tuanya mengabdi pada Belanda. Itu adalah sekolah modern saat itu dan kita beruntung bangunannya masih ada dan dipertahankan," ujar Staf Dokumentasi Publikasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Sulsel, Sultra, dan Sulbar, Muh Natsir kepada penulis, Jumat, 2 Februari 2012. MULO berdiri tak jauh dari Rumah Jabatan Gubernur Jenderal Belanda pada 1927. MULO dibangun lebih awal dibandingkan rumah jabatan tersebut. Dengan demikian, bangunan ini merupakan salah satu sekolah perintis yang ada di Makassar yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Dulu lokasi berdirinya MULO disebut Jalan Hospitalweg yang sekarang berubah menjadi Jalan Ratulangi. MULO kini ditempati oleh Dinas Kebudayaan Sulsel. Sebelah selatan MULO, terdapat bangunan yang disebut Hamente Waterleiding atau tempat

pengolahan air. Bangunan ini pula yang hingga kini dipakai oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar sebagai basis instalasi penampungan, penjernihan, dan pendistribusian air bersih kepada warga Kota Makassar. Lokasinya berada di Jalan Ratulangi. Bangunannya terdiri atas beberapa bagian yang berfungsi sebagai kolam-kolam penampungan dan penjernihan. Setelah itu, air tersebut dialirkan ke rumah warga sejak dulu hingga kini. Terdapat sebuah menara yang hingga kini masih berdiri kokoh di bagian depan Kantor PDAM. Hamente Waterleiding didirikan Pemerintah Belanda pada 1920 atau lebih tua dari MULO dan rumah jabatan gubernur. Luas lahannya mencapai 51.240 hektare. Agak ke selatan menuju ke timur, terdapat RS Jiwa pertama yang didirikan Belanda. Rumah sakit tersebut kini disebut RSJ Lanto Daeng Pasewang. Dulunya, rumah sakit ini hanya digunakan oleh Belanda untuk menampung orang-orang gila. Belanda menamakan rumah sakit ini dengan Krankzinning Gestricht. Barangkali, dari istilah inilah sehingga jika ada orang tak waras disebut orang sinting (dari kata krankzinning). Berselang delapan tahun sejak pendirian MULO, di bagain utaranya, Rumah Jabatan Gubernur Jenderal Belanda, juga didirikan. Dalam Bahasa Belanda rujab ini disebut Gouverneur Woning. Lokasinya berada di Jalan Jenderal Sudirman. Sayang, pasca pembangunannya, hanya satu Gubernur Belanda yang pernah menempatinya, yakni Haze Winkelmen. Masuknya Jepang ke Indonesia membuat Belanda terdesak sehingga asetnya beralih tangan ke negara Sakura tersebut. Gouverneur Woning selanjutya tetap difungsikan sama oleh Pemerintah Indonesia. Bangunan itu tetap dijadikan rujab Gubernur Sulsel. Setidaknya sudah dua kali Gouverneur Woning ini dipugar, yakni pada 1960 dan 1974 serta beberapa perbaikan kecil setelahnya. Di sekitar gedung yang dulu difungsikan sebagai Gouverneur Woning, merupakan pemukiman prajurit Belanda. Di sisi selatan agak ke barat, merupakan lahan luas yang digunakan sebagai taman, sekaligus tempat memelihara aneka jenis binatang. Hingga kini, masih terdapat rusa yang dilepas bebas di taman itu. Selain itu, di bagian depan, yakni di bagian barat, dulu terdapat wisma. Wisma ini sering digunakan oleh tetamu tentara Belanda. Jika ada tamu yang datang, wisma ini salah satunya yang ditempati menginap. Di samping wisma tersebut, terdapat kantor Polisi Militer yang juga dibangun oleh Belanda. Bangunan ini merupakan Kantor Polisi Militer pertama di Makassar didirikan pada 1935. Hingga kini, fungsinya tetap sama dan merupakan aset negara. "Di depan Governeur Woning yang sekarang Rujab Gubernur Sulsel, dulu ada wisma. Wisma itu pernah dipakai Ir Soekarno menginap pada 1945 dalam rangka memberikan pidato kemerdekaan," imbuh Natsir. Lokasi berdirinya wisma tersebut kini terdapat Rumah Makan Kaisar. Setelah pendudukan Jepang 1942, semua aset Pemerintah Belanda diambil alih. Lalu kenapa kebanyakan gedung-gedung modern Belanda dibangun pada Abd XIX, bukankah mereka telah menguasai Makassar sejak pertengahan Abad XVII? Natsir menjelaskan, ketika masa awal

kedatangan Belanda dalam bendera NICA (Netherlands-Indies Civil Administration), terutama setelah Perjanjian Bongaya 1967, Belanda masih memiliki rasa khawatir terhadap serangan pejuang-pejuang lokal yang tak menerima dan kecewa atas implementasi perjanjian yang dianggap sangat merugikan Kerajaan Gowa saat itu. Karenanya, setelah menguasai Benteng Ujung Pandang yang kemudian namanya diubah menjadi Benteng Rotterdam, Belanda lalu membasiskan kegiatannya di benteng tersebut. Aktivitas pemerintahan Kolonial Belanda dipusatkan di dalam Benteng Roterdam. Selain sebagai basis pertahanan, Roterdam juga difungsikan sebagai tempat tinggal serta pusat pemerintahan dan perdagangan. Tempat tinggal lalu dibangun di dalam benteng termasuk melengkapinya dengan infrastruktur berupa jalanan di sekelilingnya, termasuk instalasi saluran air bersih. Para petinggi Belanda tinggal di Benteng Rotterdam Abad XVII-XIX. Barulah pada awal akhir Abad XIX dan awal Abad XX, sejumlah tempat tinggal pejabat dan petinggi Belanda dibangun dan ditempatkan di luar Rotterdam. Perkantoran pun mulai dipindahkan ke luar Rotterdam, yakni di bagian timur, utara, dan selatan benteng. Bagian barat Rotterdam berhadapan langsung dengan laut. Pada masa itu, Belanda memang menitikberatkan pertahanan di laut. Mereka memiliki armada perang laut. Rotterdam sendiri diambil alih oleh Belanda setelah kekalahan perang Kerajaan Gowa antara 1966-1967. Benteng ini didirikan oleh Kerajaan Gowa, saat Raja Tunipallangga Ulaweng, Raja Gowa X memerintah. Benteng ini didirikan pada 1545. Setelah diambil alih Belanda, Rotterdam lalu direkonstruksi. Setidaknya ada 11 bangunan di dalam benteng dibangun saat itu, termasuk sebuah tempat ibadah. Setelah pemerintahan dan militernya semakin kuat, Belanda lalu memberanikan diri membangun di luar benteng. Ekspansi kontsruksi diperluas. Pertengahan Abad XIX dan awal Abad XX, Belanda lalu membangun pelabuhan yang sekarang dikenal dengan pelabuhan Sukarno-Hatta, mendirikan bangunan melingkar dari Pasar Butung, Pasar Sentral, Karebosi, RS Pelamonia, hingga ke wilayah selatan Makassar. "Pelamonia adalah rumah sakit tentara Belanda pertama," beber Natsir. Belanda juga lalu membangun lapangan tentara yang kini dikenal dengan nama Lapangan Hasanuddin. Pada awal dibuatnya, lapangan ini dijadikan sebagai latihan tembak oleh tentara Belanda. Berderet-deret bangunan Belanda, rujab gubernur, MULO, sekolah Lamdukelleng, dan di Jalan Garuda yang sekarang milik TNI, dulu merupakan sekolah pelayaran pertama Belanda. Di sekitar Rotterdam sendiri, pembangunan tak kalah maraknya. Salah satu gedung tertua di bagian utara benteng adalah Societeit de Harmonie yang sekarang menjadi tempat Dewan Kesenian Makassar, terletak di Jalan Prins Hwrid atau sekarang Jalan Riburane. Societeit de Harmonie diperuntukkan untuk menggelar pertunjukan resmi, pagelaran seni dan drama, serta tempat untuk menyambut dan menerima tamu-tamu penting Belanda. Gedung ini dibangun pada 1896. Tak jauh dari Societeit de Harmonie, ke arah barat, terdapat kediaman Residen Gubernur di Jalan

Hoogepad atau sekarang dikenal Jalan Ahmad Yani. Kini eks kediaman Residen Gubernur itu menjadi Kantor Polrestabes Makassar. Tak jauh dari Societeit de Harmonie pula, di bagian selatan agak ke barat, terdapat kantor gouverneur yang sekarang menjadi Kantor Wali Kota Makassar. Didirikan pada 1939 sebagai Kantor Gubernur Gros Oost atau Timur Besar. Pusat pemerintahan Belanda Indonesia Timur memang berada di Makassar. Di bagian selatan Kantor Gubernur Gros Oost, terdapat bangunan Geementehuis sejenis Kantor Wali Kota. Para eksekutif kota berkantor di gedung yang kini menjadi Museum Kota Makassar tersebut, didirikan pada 1918. Bangunan yang relatif baru adalah rumah jabatan Wali Kota Makassar di Jalan Penghibur yang didirikan juga tak jauh dari Benteng Rotterdam. Bangunan ini didirikan 1950 saat masa pendudukan kembali Belanda terhadap Indonesia. Di Jalan Julianaweg (sekarang Jalan Kartini), pada 1915, Belanda mendirikan Raad Van Justitia atau kantor pengadilan. Bangunannya kini dijadikan Kantor Pengadilan Negeri Makassar. Dulunya, terdapat dua bagian di pengadilan ini, yakni Raad Van Justitia untuk mengadili orang China, Eropa, dan Bangsawan, dan Landraad sebagai pengadilan bagi pribumi. Di Karebosi bagian timur, dikenal dengan perkampungan Bone. Ini terjadi karena Aru Palakka, Raja Bone, tinggal di Benteng Vredeburg, sebagai pemberian dari Pemerintah Belanda. Benteng ini diduga terhubung langsung dengan Rotterdam via terwongan. Namun ada juga yang meragukannya, kendati ada eks terowongan di bagian belakang Rotterdam. "Di foto yang kita temukan, dulu ada jalanan di bagian belakang Rotterdam. Jadi tidak bisa dipastikan jika akses yang menghubungkan Rotterdam dan Veredenburg adalah terowongan," ujar Natsir. (***)

(http://lingkarstudyrumput.blogspot.com/2012/03/melacakbangunan-tua-peninggalan.html)

MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1927, bergaya klasik Eropa dipadu dengan tradisional. Terletak di Hospitalweg (kini Jl. Jenderal Sudirman No.23), Kelurahan Mangkura, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar. Latar sejarahnya, bangunan ini difungsikan sebagai sekolah lanjutan 3 tahun khusus bagi anak-anak pribumi yang orang tuanya mengabdi pada Belanda dan dipersiapkan untuk kebutuhan pegawai pangreh praja. Di kekiniannya, gedung yang terawat baik ini difungsikan sebagai kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, yang sebelumnya berfungsi sebagai Kantor Wilayah Depdiknas. Sebagai peninggalan sejarah, gedung MULO dilindungi undang-undang dengan nomor register 327 oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Sejarah perkembangan keramik I.PENDAHULUAN A. Latar Balakang

Keramik adalah salah satu hasil kerajinan tertua yang ada di muka bumi. Hal ini dapat dilihat pada penemuan benda-benda purbakala yang tertanam di alam tanah. Salah satu jenis benda-benda yang ditemukan itu adalah benda-benda keramik berupa wadah-wadah, seperti: guci, peralatan makan minum, alat sesaji dan lainnya, disamping penemuan benda-benda yangterbuat dari batu dan logam. Ditemukan juga bentuk-bentuk figurin berupa manusia dan binatang.

Keramik adalah material organik, nonlogam yang mengandung unsur logam dan nonlogam yang Terutama berikatan ionik dan kovalent. komposisi kimia material keramik sangat bervariasi, dari senyawa sederhana hingga pada campuran dari banyak fasa kompleks yang berikatan. sifat Material

keramik sangat bervariasi karena perbedaan dalam ikatan. Umumnya material keramik, keras dan rapuh dengan kekerasan dan daktilitas yang rendah. Keramik adalah isolator listrik dan panas yang baik karena tidak adanya elektron konduksi. Normalnya material keramik memiliki titik leleh yang tinggi dan kestabilan kimia terhadap lingkungan yang tinggi karena tingkat kestabilan ikatannya. Sifat ceramik material keramik sangat diperlukan untuk berbagai desain rekayasa (Smith, 1996).

Umumnya material keramik digunakan untuk berbagai aplikasi rekayasa, yang dibagi menjadi dua kelompok, keramik tradisional dan keramik rekayasa. Biasanya keramik tradisional dibuat dari tiga komponen utama, yaitu tanah liat, silika (flint/batu) dan felspar. Contoh keramik tradisional adalah batu bata dan genteng yang digunakan dalam industri konstruksi dan porcelen listrik dalam industri listrik. Karamik rekayasa biasanya aluminium oksida murni (Al2O3) sil, siikon carbide (SiC), dan silika nitrida (Si3N4). Material ini digunakan pada keramik berteknologi tinggi, yakni slika karbida pada suhu tinggi pada percobaan mesin pembangkit gas otomatis AGT-100. Dan aluminum oksida untuk penyokong dasar rangkaian chips terintegrasi dalam condisi ruang panas.

Keberagaman jenis dan aplikasi keramik dipelajari dalam kimia dan fisika menurut material penyusunnya dan dalam sejarah akan dibahas dalam tahun dan zaman penemuannya. Dalam makalah ini akan dibahas sejarah penemuan dan peradaban keramik pada awal penemuannya di dunia dan sejarah keramik di Indonesia.

B. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk: 1. Mengetahui sejarah keramik di indonesia dan dunia. 2. Mengetahui berbagai jens keramik dan persebarannya pada awalnya. C. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk

1. Dapat memberikan informasi tentang perkembangan keramk dari zaman purbakala hingga saat ini. 2. Memberikan informasi tentang peradaban keramik pada zaman prasejarah

Keramik

Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedi tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas. Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di samping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.

Kamus dan ensiklopedia pada tahun 1950-an mendefenisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Seiring perkembangan dan kemajuan teknologi defenisi keramik berkembang tidak hanya pada penghasil barang dari tanah liat namun berkembang mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat.

Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan unsurnya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas (annonimous a, 2004).

B. Sejarah Keramik Dunia

Pada zaman Paleoliik (2,6 juta tahun yang lalu), orang-orang Afrika Timur awal mulanya menggunakan peralatan batu, namun perkembangan budaya manusia baru terjadi pada jaman Neolitik ( 10.000 SM). Sejarah awal keramik dimulai sejak 30 ribu tahun yang lalu (Paleolik) atau Jaman Batu Kuno (500 ribu10 ribu SM), pada zaman ini alat pemotong atau senjata tajam pada masa itu terbuat dari batu. Penemuan tembaga, perunggu, dan besi masih jauh dari jaman ini. Pada zaman dahulu manusia hidup berpindah-pindah dan belajar bagaimana membuat api untuk pertama kalinya sebagai upaya melindungi diri dari dingin, binatang buas, memasak daging dan juga membakar tanah liat. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa orang-orang di jaman batu kuno di sebagian belahan bumi telah membakar figurin dari tanah liat dan juga telah membuat tungku pembakaran sederhana

sekitar 30 ribu tahun yang lalu. Walaupun gaya hidup mereka masih primitif, orang-orang di jaman batu mampu membuat gambar-gambar hidup dan realis, sebagian besar ditorehkan dan dipahat pada dinding batuan. Akan tetapi beberapa karya mereka dimodelkan dengan tanah liat. Sebagian gambar-gambar tersebut berupa gambar hewan yang mereka buru. Lukisan jaman batu kuno yang sangat menakjubkan adalah Caves of Lascaux di Perancis dan Caves of Altamira di Spanyol. Para ahli memperkirakan lukisan tersebut sudah sangat tua dan kemungkinan berumur 20 ribu tahun. Meskipun lebih rapuh dibanding lukisan di gua, tetapi gambar-gambar pada tanah liat mampu bertahan. Sebagian besar kemungkinan dibuat 20 ribu tahun yang lalu. Banyak gambar yang mereka buat di gua yang sangat dalam, sehingga membutuhkan cahaya buatan yang mungkin berasal dari obor berbahan bakar lemak binatang. Tempat-tempat yang sulit dan rahasia ini menunjukkan gambar-gambar yang mereka buat memiliki arti sangat penting (Annonimous b, 2007). Gambar 1. Goresan kepala Bison pada lumpur tanah liat, 15000 tahun SM, ditemukan di Perancis.

C. Penemuan Keramik

Penemuan yang menunjukkan api dapat mengubah lempung yang liat menjadi bentuk permanen merupakan awal dari keramik yang terjadi di zaman batu, tetapi kapan dan dimana pertama kali hal itu disadari masih merupakan misteri yang belum terpecahkan. Para ahli arkeologi meyakini manusia menemukan prinsip menggunakan api untuk membakar keramik pada 30 ribu tahun yang lalu, dengan ditemukannya figurin kecil dari lempung pada situs prasejarah di Republik Czech yang diperkirakan ada pada awal 27 ribu tahun SM. Figurines Tertua berwarna hitam ini ditemukan bersama dengan benda-benda bakaran yang lain. Campuran abu tulang dan lempung dibentuk menjadi figurin perempuan atau binatang kemudian dibakar dalam sesuatu tempat yang bisa dikatakan sebagai tungku sederhana di sebuah dusun pada

jaman batu. Tingginya sekitar 4 inchi dikenal dengan Dolni Vestonice Venus dari situs prasejarah di Morovia dekat Brno, di bagian selatan Republic Czech. Jika penanggalannya benar, maka benda ini menjadi keramik terkuno yang ditemukan sejauh ini. Selain bentuk binatang dan orang, perkembangan pottery dari jaman ke jaman mengalami perkembangan desain. Jika diperhatikan awalnya, bentuk yang berkembang merupakan pengembangan bentuk-bentuk bulat (setengah bola), silinder dan tirus (kerucut terbalik). Gambar 2. Karakteristik bentuk keramik pada beberapa periode arkeologis.

D. Pemuan Keramik Beberapa Negara

Palestina, Mesopotami. Benda keramik tertua di daerah ini ditemukan di Jericho (Palestina). penemuan yang lebih muda yaitu di Hacilar dan Anatolia (Turki) dimana penanggalannya sekitar milenium ke-6 SM. Benda-benda ini dibuat dengan tangan langsung berbentuk dasar silinder. Benda ini diberi hiasan berupa goresangoresan, garis-garis, zig-zag, dan diamon. Slip tanah liat warna sudah digunakan untuk menambah warna/melukis. Penumuan lainnya berturut-turut didaerah Samara (bagian utara Mesopotamia) dan Susa (bagian timur Mesopotamia) pada abad ke-5 atau ke-4 SM. Gambar 3. Kendi, pertengahan millennium ke-6 SM B.C.; Hacilar I type Anatolia (Turki) tengah selatan Ceramic with paint; H. 6 1/8 in. (15.6 cm) Gift of Burton Y. Berry, 1964 (64.286.5).

Pada abad itu juga mulai ditemukan benda-benda keramik berdinding tipis berupa alat makan minum, vas, botol dll. Pola-pola geometris mulai terlihat dilengkapi dengan hiasan gambar manusia, binatang, dan tumbuhtumbuhan. Hiasan berwarna merah/hitam. Keramik yang berkembang di Iran

merupakan benda yang dibentuk dengan alat putar, dicat dengan slip. Motof-motif yang dikembangkan adalah motif geometris bentuk bunga dan binatang.

Mesir Keramik kuno di Mesir berbentuk kasar, gelap, dibuat di wilayah Faiyum, dataran rendah Lembah Nil pada periode Neolitik sekitar 4500 SM. Warna hitam pada keramik Mesir terjadi karena cara pembakaran saat itu, dimana posisi api berada diatas benda keramik, menyebabkan banyak abu yang menutup benda, sehingga benda didalam kekurangan udara. Orang-orang yang hidup pada delta sungai Nil kemungkinan telah mengenal tungku pembakar yang lebih baik, terbukti keramik yang mereka hasilkan lebih cerah yang dihiasi dengan gambar kapal, burung-burung, dan simbolsimbol religius. Pada awal perioda, bangsa Mesir telah mengenal glasir yang disebut faience. Glasir ini terbuat dari silika dan soda dicambur dengan lempung dan diberi warna dengan oksida kobalt atau tembaga Gambar 4. Kendi faience, Mesir, tertanggal 100-200 M. Koleksi Freer Gallery of Art, Smithsonian, Washington D.C (annonimous c, 2007).

China Perkembangan keramik di Asia cukup cepat. Keramik di Asia kemungkinan ada pada jaman batu baru. Bukti-bukti kebudayaan neolitik juga ditemukan pada keramik-keramik yang kemungkinan ada pada milenium ke-5 SM. Keramik pada periode neolitik merupakan keramik hitam-beralas bundar dan berdekorasi tekan/impress. Gambar Pada awal milenium 4 SM, keramik yang lebih maju, berdekorasi slip ditemukan pada kebudayaan YangShao di Propinsi Kanzu. Ada beberapa macam produk kebudayaan Yang-Shao yang berujud jar, mangkok, ataupun botol. Dekorasi berupa motif tumbuhan atau ikan. Warna yang dimunculkan

adalah hitam dan merah berasal dari slip mangan dan besi. Berkembangnya keramik di China terutama di dorong oleh kebutuhan alatalat upacara, antara lain upacara minum teh yang dianggap serius dan membutuhkan peralatan yang khusus. Bahan baku untuk pembuatan peralatan minum (keramik) yang ada di China sangat cocok dan memungkinkan perkembangann lebih baik. Negeri China merupakan satusatunya di dunia yang mengalami perkembangan berkesinambungan dalam dunia keramik. China mengalami setiap tahap perkembangan yang harus dilalui dalam teknik pembentukan keramik, mulai dari benda keramik bakaran rendah, bakaran menengah sampai pada benda porselin bakaran tinggi. Maka keindahan dan kesempurnaan teknik keramik China sampai saat ini belum tertandingi oleh negara lain. Negeri ini telah mengalami teknologi pembuatan porselin pada zaman dinasti Sung (600-900 M).

Gambar 5. Terracotta yang terkenal dari China: 8099 figure terracotta tentara dengan ukuran sebenarnya. Di tempatkan di Mausoleum of the First Qin Emperor. Figure ini ditemukan tahun 1974 di dekat Xian, Shaanxi.

Kebudayaan Lung-Shan menghasilkan keramik berciri diding tipis, hitam, menggunakan dekorasi gosok, dan sudah menggunakan alat putar. Pusatpusat kebudayaan neolitik ini dibedakan menurut hasil produk keramiknya yaitu China Barat, China Pantai Timur, dan China Selatan. Keramik China Selatan sudah ada yang menggunakan alat putar dan produknya diberi hiasan gores. Keramik China Pantai Timur ditemukan milenium ke-3 SM; berwarna hitam kelabu, ada yang merupakan hasil dari alat putar. Keramik China Barat berciri dinding tipis, berupa benda-benda untuk ritual kematian. Ditemukan juga keramik yang sudah menggunakan glasir feldspar yang diketahui merupakan cikal bakar produksi porselain pada dinasti Sung (abad ke-

7). Produksi porselin sesungguhnya dimulai pada Dinasti Ming. Perkembangan keramik di China juga tidak lepas dari dinasti yang berkuasa pada saat itu. Dinasti-dinasti yang terkenal yang sering dijadikan masa periode perkembangan keramik adalah Dinasti Shang (1523-1028 BC); Dinasti Chou dan Chin (1027-256 BC); Dinasti Tan (206220 SM), dan Dinasti Sung (960-1279) Gambar 6 . Produk keramik dari Dinasti Chou

Korea Karena letaknya yang dekat dengan China, maka keramik Korea dipengaruhi juga oleh perkembangan keramik China. Keramik Korea pada jaman neolitik yang khas adalah earthenware merah untuk kegunaan sehari-hari: mangkok, vas dengan leher lurus, dan kendi besar. Keramik di Korea dimulai kira-kira 50 th SM. Pada masa awal sejarah Korea, wilayah Korea terbagi menjadi beberapa kerajaan penting: Kokuryo (37 SM668 M), Paekche (18 SM663 M) dan Silla Kuno (57 SM668 M). Penyatuan Korea sempat terjadi pada masa Silla (668935 M). Kokuryo dan Paekche memproduksi earthenware yang memperlihatkan pengaruh China. Seiring pengaruh agama Buda dari China, benda keramik pun banyak berupa perkakas untuk kematian dan kremasi. Masa keemasan keramik Korea terjadi pada masa periode Koryo (918-1392). Meskipun banyak dipengaruhi keramik China Dinasti Sung, tetapi keramik Korea menghasilkan beberapa inovasi yang unik. Sebagai contoh ada sebuah botol buatan China pada Dinasti Sung dikembangkan dengan dekorasi yang khas dan glasir celadon. Gambar 7. Botol celadon pada perioda Koryo dengan desain inlay Chrysanthemum dan kupu-kupu Koryo Dynasty, abad ke 12-Korea The Ho-Rim Museum. (sumber: www.korean-arts.com)

Jepang Pada masa sejarahnya Jepang adalah negara yang terisolasi dari induk daratan Asia. Masa keramik Jepang terbagi-bagi dalam beberapa perioda yaitu Haniwa (200-552); Asura, Nara, dan Heian; dan terakhir Kamakura. Keramik tertua Jepang yang terkenal adalah keramik Jomon dengan bentuknya yang unik. Perioda Jomon berlangsung 10000200 tahun SM.

Gambar 8. Keramik dibentuk dengan pilin, Jepang, Periode Jomon kira-kira 2500 SM. Keramik pada jaman pertengahan Jomon (bergaya Daigi).

E. Sejarah Keramik di Indonesia

Di Indonesia, keramik dikenal sejak zaman Neolithikum, diperkirakan rentang waktunya mulai dari 2500 SM1000 SM. Peninggalan zaman ini diperkirakan banyak dipengaruhi oleh para imigran dari Asia Tenggara berupa: pengetahuan tentang kelautan, pertanian dan peternakan. Alat-alat berupa gerabah dan alat pembuat pakaian kulit kayu. Kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman. Awalnya manusia membuat alat bantu untuk kebutuhan hidupnya, mulai dari membuat kapak dari batu. Seperti di Sumatra ditemukan pecahan-pecahan periuk belanga di Bukit Kulit Kerang. Meskipun pecahan tembikar tersebut kecil dan berkeping-keping namun telah terlihat adanya bukti nyata membuat wadah dari tanah liat. Teknik pembuatannya dilakukan dengan tangan, dan untuk memadatkan serta menghaluskan digunakan benda keras seperti papan. Cara menghias dilakukan dengan menekankan sebuah kayu berukir, atau menekan tali, anyaman bambu, duri ikan, dan sebagainya, pada permukaan keramik (mentah) setelah selesai pembentukan. Cara seperti ini paling banyak dilakukan oleh perajin tradisional di berbagai daerah di pelosok tanah air. Di pantai selatan Jawa tepatnya diantara Yogyakarta dan

Pacitan ditemukan pecahan tembikar yang berhiaskan teraan anyaman atau tenunan seperti hasil tenun yang di buat di Sumba. Di daerah Melolo (P. Sumba) ditemukan pula periuk belanga yang berisikan tulang-tulang manusia. Peninggalan-peninggalan prasejarah ini juga ditemukan didaerah Banyuwangi, Kelapa DuaBogor, Kalumpang serta Minanga di Sulawesi, Gilimanuk di Bali dan juga penemuan pada waktu peninggalan arkeologis di sekitar candi Borobudur dan di Trowulan-Mojokerto. Termasuk juga peninggalan zaman Kerajaan Majapahit (abad 16 M) banyak di temukan bata-bata dan genteng dari tanah liat yang dibakar sebagai bahan bangunan, namun juga benda-benda seperti celengan. Pecahan-pecahan tembikar juga ditemukan di situs Batujaya, di Karawang Jawa Barat. Ditemukan juga fragmen yang terbuat dari terracotta. Sesuai penandaaan maka tembikar-tembikar ini ada pada abad ke 3 atau 4 masehi.

Gambar 9. Tembikar-tembikar yang ditemukan di situs Batujaya.

Gambar tembikar juga terdapat pada relief hiasan bangunan, dan patung-patung. Ini memberikan indikasi bahwa tradisi pembuatan benda keramik dengan teknologi sederhana telah lama berlangsung. Artefak lainnya di gambarkan pada relief candi Borobudur yang menunjukkan motif wanit yang sedang mengambil air dari kolam dengan periuk bulat dan kendi serta memasak dengan kuali. Sedangkan relief candi Prambanan dan candi Penataran (Blitar) melukiskan jambangan bunga dengan hiasan suluran dan bunga-bungaan. Peninggalan ini juga menggambarkan akan adanya kegiatan pembuatan keramik rakyat di pedesaan dan banyak hubungannya dengan penemuan kebutuhan akan wadah. Keramik rakyat ini dari zaman ke zaman berkembang secara

evolusioner. Demikian pula dengan bentuk, teknik pengolahan maupun pembakarannya, pembakaran dilakukan hanya dengan menggunakan daun-daun atau ranting-ranting pohon yang telah kering. Gambar tembikar juga terdapat pada relief hiasan bangunan, dan patungpatung. Ini memberikan indikasi bahwa tradisi pembuatan benda keramik dengan teknologi sederhana telah lama berlangsung. Artefak lainnya di gambarkan pada relief candi Borobudur yang menunjukkan motif wanita yang sedang mengambil air dari kolam dengan periuk bulat dan kendi serta memasak dengan kuali. Sedangkan relief candi Prambanan dan candi Penataran (Blitar) melukiskan jambangan bunga dengan hiasan suluran dan bunga-bungaan. Peninggalan ini juga menggambarkan akan adanya kegiatan pembuatan keramik rakyat di pedesaan dan banyak hubungannya dengan penemuan kebutuhan akan wadah. Keramik rakyat ini dari zaman ke zaman berkembang secara evolusioner. Demikian pula dengan bentuk, teknik pengolahan maupun pembakarannya, pembakaran dilakukan hanya dengan menggunakan daun-daun atau ranting-ranting pohon yang telah kering. Sementara masyarakat tradisional tetap melakukan aktivitas untuk membuat gerabah tradisional untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan kekuatan apa adanya.

Zaman Penjajahan Belanda Teknologi pembuatan keramik dapat dikatakan mulai berkembang dengan didirikannya Laboratorium Keramik atau Het Keramische Laboratorium pada tahun 1922 di Bandung. Fungsi utama laboratorium ini sebagai pusat penelitian bahan bangunan seperti bata, genteng, saluran air dan sebagainya yang terbuat dari tanah liat. Selain itu mengembangkan juga teknologi glasir untuk

barang gerabah halus yang disebut dengan aardewerk. Bahan glasir didatangkan dari Belanda. Selanjutnya di Plered Purwakarta didirikan sebuah pabrik keramik dengan dilengkap alat-alat produksi masinal untuk mengolah bahan tanah liat. Pabrik ini berfungsi sebagi induk yang memberikan bimbingan dalam pembuatan bahan bangunan dan gerabah halus berglasir kepada para perajin setempat. Pabrik keramik di Pleret yang dimaksudkan sebagai pusat penyuluhan di Jawa barat terpaksa gulung tikar. Sedangkan pusat induknya di Bandung hidupnya masih belum menentu keberadaannya. Tetapi walaupun dengan pemasukan teknologi impor ini, keramik Indonesia belum mengalami kemajuan yang pesat. Pusat penyuluhan bidang keramik sasarannya pada kehidupan gerabah pedesaan saja. Masyarakat kota belum banyak mengenal keramik bakaran tinggi pada masa itu, dan lebih suka menggunakan barang impor dari negeri China atau Eropa.

Zaman Pendudukan Tentara Jepang Dengan masuknya tentara Jepang , pabrik keramik di Bandung telah di rubah namanya menjadi Toki Shinkenjo. Laboratorium ini berfungsi sebagai balai penelitian yang meneliti dan mengembangkan serta memproduksi barang-barang keramik dengan suhu bakar tinggi. Produknya antara lain: bata tahan api, botol sake, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dibuat untuk keperluan bala tentara Jepang di Indonesia.

Zaman Pemerintah Republik Indonesia Sejak pemerintahan dipegang pemerintah republik Indonesia, maka Toki Shinkenjo berubah nama menjadi Balai Penyelidikan Keramik (BPK), dalam operasionalnya dilengkapi dengan alat-alat pengujian dan alat-alat produksi yang lebih modern. Fungsi dan tugas BPK semakin berkembang,

tidak hanya berporduksi barang-barang keramik, gelas, isolator listrik tetapi juga aktif melakukan kegiatan penelitian barang-barang mentah keramik hasil temuan bahan keramik di beberapa tempat. Dengan diketemukannya bahan-bahan mentah yang melimpah seperti kaolin, felspard, kwarsa dan sebagainya. maka sejak tahaun 1960-an bermunculan pabrik-pabrik keramik dibebebrapa kota. Produknyapun bermacam-macam seperti produk gerabah, stoneware dan porselin, jenis produksinya antara lain peralatan makan dan minum, benda hias, barang tahan api, bata tahan api, alat-alat teknik, gips, email, dan keramik bahan bangunan. Sekitar tahun 1969 BPK mencoba mengembangkan apa yang disebut dengan keramik biru putih yaitu imitasi keramik China yang pembakarannya pada suhu 1300 derajat celcius. Dengan diperkenalkanya produk ala China ini maka banyak perusahaan lain di kota Bandung memproduksinya; seperti pabrik keramik di Kiara Condong, pabrik keramik Tanah Agung di kota Malang, serta pabrik keramik di Plered-Purwakarta. Produk keramik dengan corak biru putih tersebut ternyata banyak penggemarnya. Pada masa Pelita ke dua munculah harapan-harapan baru untuk penggunaan benda keramik di hotel-hotel di Jakarta dan di kota-kota lain. Benda keramik tersebut berupa peralatan makan, hiasan dan tempat bunga. Kemudian berlanjut ke masyarakat kota yang mulai terbiasa menggunakan benda-benda keramik dan sedikit demi sedikit munculah keinginan benda tersebut sebagai kebutuhan rumah tangga. Kehidupan dunia keramik mulai bangkit dan tumbuhnya perusahaan kecil dan menengah yang bergerak dibidang keramik seperti terdapat di Bandung, Plered-Purwokweto, Klampok, BayatKlaten, Malang, Yogyakarta dan lainnya daerah di luar Jawa. Dengan perjalanan waktu, dan dengan adanya pendidikan tinggi seni rupa seperti ITB Bandung, ASRI (ISI) Yogyakarta, ASTI (ISI) Surakarta dan universitas lainnya mulai menelurkan seniman akademisi keramik yang turut menghidupkan dunia keramik saat ini. Namun, ditengah kemajuan industri keramik dunia, industri keramik Indonesia belum mengalami kemajuan yang signifikan walaupun kemajuan dalam bidang keramik ini

sudah menjadi tuntutan pasar. Hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana, berupa alat-alat untuk mengembangkan industri keramik itu termasuk mahal. Selain itu teknologi yang adapun sulit didapat. Sebab bahan-bahan untuk keramik maju harus bahan yang lebih murni. Tetapi usaha-usaha untuk mengembangkan industri keramik, berupa penelitian-penelitian tetap dilakukan, kegiatan seperti ini telah menjadi kegiatan rutin seperti Balai Besar Keramik di Bandung, juga kegiatankegiatan pengembangan desain untuk benda keramik di industri seperti di Sango Semarang, industri keramik di Tangerang dan di industri lainnya.

Gambar 10. Produk pabrik keramik Sango.

Dari hasil pembinaan dan bimbingan dari pemerintah dan pihak terkait, baik produktivitas dan variasi bentuk juga pengalaman perajin semakin meningkat. Perkembangan dari bentuk produk keramik yang masih melekat ciri khas dari masing-masing daerah semakin menarik dan memperkaya hasil budaya bangsa. Perkembangan dunia pariwisata yang makin maju memberikan dampak yang sangat bagus bagi perkembangan keramik. Dengan dicanangkannya desa wisata seperti: di desa Pager Jurang-Bayat Klaten, desa Kasongan-Bantul, Klampok-Banjarnegara, Banyumulek- Lombok semakin meningkatkan produktivitas dan kualitas juga pemasaran produk keramik yang semakin berkembang hingga kini.

Dari penulisan makalah ini dapat diambil kesimpulan: 1. Keramik adalah hasil kerajinan manusia yang telah ada sejak zaman purbakala. 2. Persebaran peradaban keramik tersebar diseluruh belahan dunia, dengan hasil seni yang berbedabeda. 3. Awal persebaran keramik adalah pada zaman Paleolitk (2.6 juta tahun yang lalu) di daerah Afrika.

4. Di Indonesia, keramik ditemukan pada zamanNeoltikum ( 2500 SM1000 SM).

Nasional Nusa Ekbis Editorial Opini Internasional Iptek Digital Seni Olahraga Jateng Makassar Metro Gaya Makassar Selasa, 14 Mei 2013

Pengadilan Negeri Makassar


Kantor Pengadilan Negeri Makassar atau Pengadilan Negeri Ujung Pandang dulu dikenal dengan nama Raad Van Justitia dibangun pada oleh pemerintah kolonial Belanda Bangunan tua bergaya arsitektur neo-klasik ini sejak awal berfungsi sebagai ruang sidang dan kantor pengadilan hingga saat ini Bangunan berbentuk bujur sangkar ini terdiri atas tiga unit yang membentuk huruf U dari utara ke selatan Bagian depan merupakan unit utama dan berada di bagian utara berhadapan langsung dengan.

Anda mungkin juga menyukai