Anda di halaman 1dari 18

1. Permasalahan dalam self report survey research?Bagaimana mengatasi masalah ini?

Ada beberapa permasalahan yang timbul dalam penggunaan metode self-repot dalam survei dengan kuesioner, yang paling utama masalah validitas dan realibilitas data yang didapat dari responden. Kebenaran data merupakan masalah utama dalam model survei ini, Cook dan Campbel dalam (chong, 2010) menggaris bawahi bahwa responden memiliki dua kecenderungan, melaporkan apa yang dia yakini peneliti inginkan dan melaporkan apa yang mencerminkan hal positif dalam dirinya. Kecenderungan ini akan menimbulkan permasalahan besar dalam output penelitian. Pertama bias atau variabel eror, dalam hasil kuesioner sering ditemui jawaban responden secara random, jawaban extrem, dan netral, masalah ini bisa diatasi secara teknis statistik dengan uji validitas dan uji realibilitas. Kedua masalah kejujuran atau Mengungkapkan kebenaran merupakan masalah utama dalam penelitian dalam bisnis dan organisasi, terkait metode self-report survey dengan kuesioner. Cara umum memcocokkan jawaban responden adalah dengan cara

validasi eksternal dengan jawaban responden, semisal pertanyaan tentang tanggal lahir, gender, alamat dan pekerjaan dapat dengan mudah peneliti cross cek dengan kartu tanda pengenal. Akan tetapi validasi eksternal tidak mungkin bisa digunakan dalam pengukuran perilaku, kepercayaan, persepsi atau keinginan karena tidak ada data eksternal yang mampu digunakan untuk membandingkan Validasi kejujuran jawaban responden juga ditimbulkan dari dugaan atau ancaman negatif yang timbul dari responden terkait jawaban yang akan diberikan, semisal masalah kekayaan yang sangat sensitif dengan pajak, atau masalah konsumsi obat terlarang dan sex before meried yang bertentangan dengan agama, dan lain sebagainya yang dapat memicu prasangka dari responden terhadap akibat jawaban yang diberikan. Tanpa menampikkan masalah teknis pada point pertama, point kedua

merupakan masalah yang menjadi isu utama dalam penggunan metode self-report dengan kuesioner. Dimana banyak peneliti mengganggap metode ini sangat lemah digunakan dalam penelitian tentang perilaku baik dalam bisnis dan organisasi. Apakah masalah besar? Kejujuran adalah masalah yang besar dalam penelitian self-report karena akan berdampak dalam hasil penelitian, akan tetapi menurut saya tidak ada alat penelitian

yang buruk, bahkan self report kuesinoer dalam penelitian hubungan sosial sekelaipun. Argumennya adalah bahwa peneliti memiliki kebatasan biaya, waktu dan sumber daya, sehingga metode self-report dengan kuesioner sangat relevan dalam hal ini. Dengan self report survey, sample yang besar bisa dilakukan, sehingga peneliti dapat melihat semua gagasan atau faktor apapun yang mempengaruhi riset. Argumen kedua, jika 20% responden dalam menjawab pertanyaan tidak jujur, maka dapat disimpulkan bahwa 80% lainnya jujur atau jika responden 30% memanipulasi jumlah kekayaannya, maka 70% lainnya menyatakan kebenaran. Kita tidak mungkin memukul rata bahwa hasil penelitian tersebut tidak valid, yang perlu diingat bahwa wajar kesalahan akan lebih besar terjadi kepada konten pertanyaan yang sensitif. Self-report survey menyederhankan proses kompleks, memberikan pemahaman bahwa ini merupakan perilaku nyata dari responden, bukankah inti dari riset ini mendekatkan pada apa yang terjadi di dalam situasi yang sebenarnya. Masalah dalam memperoleh informasi yang akurat dalam survei adalah masalah yang sama yang kita hadapi dalam komunikasi sehari-hari. Orang tua pasti akan mendorong anaknya untuk mengatakan sesutau yang jujur walau akan menyakitkan, terdapat beberapa pendekatan yang dilakukan orang tua agar tercipta keterbukaan dengan anak. Begitu juga dengan survey, yang terpenting adalah mendorong responden untuk berkata jujur. Untuk itu harus ada langkah yang dilakukan peneliti untuk mencegah atau paling tidak meminimalisir permasalahan ini. Solusi ? Menurut (Branny, Billy, and Grady, 2003) masalah kejujuran dan kebenaran dalam metode self-report survey dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, kognitif dan situasional. Isu kognitif berkaitan dengan pemahaman responden atas pertanyaan kuesioner, sedangkan situasinal merupakan pengaruh yang ditimbulkan pada saat pengisian kuesioner. Kedua isu ini menurut saya dapat meminimalisir permaslahan yang telah dibahas sebelumnya. a. Isu kognitif Dalam metode self-report survey, responden hanya dihadapkan pada pertanyaan kueisioner, sehingga permasalahan kejelasan pertanyaan kuesioner sangat krusia. Peneliti harus memastikan pertanyaan akan mudah dicerna dan dijawab oleh responden. Branny et all (2003) menjelaskan bahwa dalam penelitian self-report akurat ketika responden mengerti esensi pertanyaan kuesioner. Beberapa survey

mungkin dilakukan on the spot, sehingga responden bisa bertanya pada surveyor yang bertugas ketika ada pertanyaan yang kurang dimengerti. Akan tetapi bila kuesioner dikirim lewat surat, email atau secara online, masalah ini menjadi sangat penting. Selain itu ketika pertanyaan sulit untuk dimengerti keengganan responden untuk menjawab pada pertanyaan selanjutnya semakin besar. Peneliti harus mampu menyesuaikan bobot, kalimat dan model sesuai dengan responden sasaran, sebagai contoh jika responden anak kecil penggunaan simbol akan lebih mudah dicerna daripada kalimat panjang yang membosankan. b. Isu situasional Self-report erat kaitannya dengan situasi dan kondisi responden, sebagai contoh sederhana peneliti ingin meneliti kecurangan dalam pengerjaan UN (Ujian Nasional) penelitian tidak disarankan di sekolah, karena beberapa pertanyaan sensitif akan dijawab tidak semestinya oleh responden karena ketakutan bila diketahui oleh pihak sekolah. Untuk itu perlu dilihat kondisi dan situasi dari responden akan memberikan jawaban yang jujur. Selain situasi self-report survey membutuhkan responden yang sukarela mengisi kueisoner, atau tanpa paksaan sehingga dengan adanya keinginan dari diri responden, kemungkinan memberikan jawaban yang jujur sangat besar. Survei menempatkan responden dalam posisi di mana mereka diberitahu bahwa mereka memiliki sesuatu untuk berkontribusi dan peneliti peduli pandangan terhadap mereka, hal ini menciptakan situasi yang menciptakan kejujuran responden. Sebagai contoh, dalam survei bisnis terhadap produk, dalam kuesioner harus ditegaskan bahwa jawaban responden sangat dibutuhkan untuk perbaikan produk, hal ini menambah motivasi responden bahwa jawabnnya dihargai selain itu perbaikan produk pada akhirnya akan dinikmati responden. Menciptakan partisipasi sukarela dalam keterlibatan diakui cukup sulit, beberapa peneliti menggunakan iming-iming hadiah untuk responden yang mengisi kuesioner. Cara ini mungkin bisa digunakan untuk menciptakan awareness responden, akan tetapi cara ini perlu dicermati lagi motivasi yang tercipta dalam pemberian hadiah tersebut. Yang pasti perlu ditekankan dorongan untuk menyuarakan pandangan mereka, dan jaminan bahwa tidak ada jawaban yang benar atau salah, hal ini akan membantu responden mengatasi keraguan untuk memberikan jawaban yang bisa diterima secara sosial, serta kepastian kerahasiaan atas jawaban yang diberikan bila diperlukan.

Sumber Referensi : http://www.minnetonka.k12.mn.us/TonkaCares/RwR/Documents/Validity%2 0of%20Self%20Report.pdf (Brener ND, Billy JOG, Grady WR, 2003. Assessment of factors affecting the validity of self-reported health-risk behavior) http://www.creative-wisdom.com/teaching/WBI/memory.shtml podskaf and Organ. 1986. Self-Reorts in Organizational Research: Problem and Prospect. Journal of Management. Volume 12

2. Studi pengaruh perubahan dari perusahaan privat menjadi perusahaan publik Latar Belakang Riset Tujuan dari perencanaan strategis adalah peningkatan kinerja perusahaan, go public adalah salah satu dari perencanaan strategis. Dalam perencanaan strategis perlu diadakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan dari sebuah strategi. Penelitian terdahulu mengenai go public memberikan hasil beragam, DSouza dan Megginson (1999) menunjukkan adanya peningkatan profitabilitas dan efisiensi sebuah perusahaan setalah berubah dari perusahan privat menjadi perusahaan publik. Pada penelitia lainnya yang dilakukan di indonesia, Lubis (2004) perubahan bentuk perusahaan tidak mempengaruhi kinerja keuangan secara signifikan. Sehingga diperlukan sebuah evaluasi perbandingan untuk menunjukan bukti empiris terhadap perbedaan kinerja keuangan sebelum dan setelah perubahan bentuk perusahaan dari privat menjadi go public melalui IPO (Innitial Public Offering). Permasalahan Riset Berdasarkan paparan mengenai latar belakang di atas, maka rumusan pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah: Elemen apa saja yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan.? Apakah terdapat peningkatan kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public?

Landasan Teori Riset Perusahaan Privat Vs Publik Go public adalah kegiatan penawaran sahan atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh undangundang dan peraturan yang berlaku. Tujuan dari strateegi ini agar perusahaan dapat meningkatkan likuiditas, mengurangi resiko portofolio dari pemilik, memberi nilai suatu perusahaan di pasar, dan yang terakhir adalah meningkatkan potensi pasar. IPO (Initial Public Offering) IPO (Initial Public Offering) adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana tersebut. Metode IPO adalah metode privatisasi yang paling banyak digunakan sebab selain mampu menambah dana dalam jumlah besar juga meningkatkan kepemilikan saham oleh masyarakat luas. Dari pengertian diatas tujuan utama dari perubahan go public adalah, adalah meningkatkan kinerja perusahaan melalui beberaa cara. Pertama, restrukturisasi modal yaitu untuk membentuk struktur modal yang lebih baik bagi perusahaan dengan mengurangi kebergantungan pada utang melalui penerbitan saham baru selain terjadi perubahan porsi kepemilikan saham. Kedua, transparansi dalam pengelolaan perusahaan, keeterlibatan publik atau pasar yang lebih luas menuntut manajemen agar lebih transparan sebab pemegang saham sebagai salah satu pemangku kepentingan memiliki hak untuk mengetahui pengelolaan perusahaan dan kinerja perusahaan. Ketiga, peningkatan efisiensi dan produktivitas dengan pengelolaan perusahaan yang baik mendorong efisiensi dan produkivitas. Keempat, perubahan budaya perusahaan sehingga manajemen dituntut lebih profesional dan memiliki daya saing tinggi. Analisis Laporan Keuangan Leland dan Pyle (1997) menjelaskan teori signal dalam proses IPO, bahwa pihak manajemen sebagai agen akan berusaha memberikan informasi mengenai hasil yang telah dicapai di perusahaan salah satunya melalui laporan keuangan dan sebagai sinyal bagi pemilik, kreditor maupun calon investor dan calon kreditor mengenai kemampuan perusahaan di masa depan sebagai bahan pertimbangan untuk berinvestasi. menyatakan bahwa perusahaan yang baik

akan memberi sinyal yang jelas dan sangat bermanfaat bagi keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas atau setara kas, dan bagaimana perusahaan memanfaatkan sumber daya pendanaan dan investasi yang ada. Laporan keuangan sebagai juga dipandang sebagai pertanggung jawaban manajemen bagi stokeholder. Dengan adanya interpretasi atas laporan akan mengetahui kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan, rasio keuangan merupakan analisa yang biasa digubakan dalam pengukuran laporan keuangan. Rasio keungan menggambarkan informasi hubungan antara berbagai macam akun dari laporan keuangan yang mencerminkan kondisi keuangan serta kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio keuangan dilakukan terhadap data keuangan historis untuk memperoleh gambaran atau indikasi mengenai kinerja perusahaan pada saat ini dan masa depan. Analisa loparan keuangan dengan menggunakan analisis rasio

keuangan dapat dilakukan dengan membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio dari waktuwaktu yang lalu (histories ratio). Menurut Copeland dan Weston (1988) bahwa rasio keuangan dikelompokkan berdasarkan ruang lingkup, yaitu: Rasio Likuiditas : kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yaitu kewajiban yang harus segera dipenuhi, semakin tinggi rasio kinerja perusahaan semakin baik Rasio Aktivitas : kemampuan efisiensi perusahaan pemanfaatan harta yang dimiliki (efektivitas penggunaan aset). Rasio Profitabilitas : kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dari penjualan hasil produksinya Rasio Solvabiltas : kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya dan Rasio Leverage : kemampuan perusahaan dalam penggunaan biaya tetap untuk menghasilkan pendapatan dan keuntungan perusahaan

Rasio Pasar : kemampuan yang diungkapkan dalam nilai basis per saham dalam pasar atau melihat nilai reltif perusahaan terhadap nilai buku perusahaan.

Desain dan Metodologi Riset Dari telaah teori dapat dibenuk kerangka pemikiran sebagai salah satu awal dari desain penelitian, bahwa perbandingan atau evakuasi kenirja perusahaan yang mengalami perubahan dari perusahaan privat menjadi perusahaan publik dapat di bandingkan dalam analisa laporan keuangan pada masing-masing kondisi. Analisa laporan keuangan dapat dilakukan dengan perbandingan rasio keuangan, rasio digunakan karena lebih dapat memberikan gambaran nyata antara input dan output sehingga dirasa lebih adil. Analisa laporan keuangan melalui rasio keuangan dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain rasio efisiensi, rasio likuiditas dan rasio leverage. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa rasio keuangan yang mencerminkan ketiga indikator laporan keuangan tersebut, yaitu asset turnover, ROA, ROE, ROS, debt to total asset dan rasio lancar. Dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :

Laporan Keuangan Rasio Efisiensi Rasio Likuiditas Rasio Levarage KINERJA SEBELUM GO PUBLIC

KINERJA SETELAH GO PUBLIC

Kontrol Riset Dalam kinerja keuangan setiap periodenya dipengaruhi oleh banyak hal, terutama kondisi makro ekonomi yang mempengaruhi perusahaan. Untuk itu menurut DSouza dan Megginson (1999) perlu dilakukan kontrol variabel dalam penelitian, dengan melakukan pembatasan periode penelitian atas kinerja keuangan perusahaan setelah dan sebelum go public untuk melihat pengaruh go public dalam jangka pendek dan menghindari pengaruh selain go public tersebut. Untuk itu data penelitian yanga akan digunakan selama 4 periode, 2periode sebelum go public dan 2 periode setelah go public. Dalam penelitian yang sama DSouza dan Megginson (1999) menggunakan jangka

waktu penelitian 2 tahun, karena memberikan hasil yang serupa dengan jangka waktu penelitian 3 tahun. Metode Riset Data riset dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari laporan keuangan, yang telah diterbitkan perusahaan dalam periode tertentu. Data laporan keuangan yang digunakan sebanyak empat periode, dua periode sebelum go public dan dua periode setelah go public. Data tersebut diolah untuk mendapat perhitungan rasio keuangan sebelum dan sesudah go public, data akan diperbandingkan secara statistik untuk melihat apakah ada perubahan yang signifikan dari laporan keuangan sebelum dan sesudah pelaksanaan IPO. Uji hipotesis akan dilakukan untuk mengukur adanya peningkatan kinerja keuangan dalam perusahaan diantara sebelum pelaksanaan IPO dan Setelah pelaksanaan IPO. Uji hipotesis akan dilakukan secara tunggal diantara indikator rasio keuangan dan dilakukan secara kolektif seluruh indikator yang memprsentasikan kinerja laporan keuangan.

Referensi : Megginson, William dan Juliet DSouza. 1999. The Financial and Operating Performance of Privatized Firms during The 1990s. Journal of Finance http://delfisolution.blogspot.com/2012/06/perusahaan-go-publik-dan-pasar modal.html Lubis, Maria. 2004. Dampak Privatisasi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Tesis Pascasarjana Ekonomi Universitas Gadjah Mada,

3. Studi Efektifitas model kompensasi (remunerasi) terhadap kinerja perusahaan pada level individu dan organisasi Latar Belakang Riset Perusahaan harus mampu meningkatkan keunggulan kompetitif sumber daya manusia (SDM), sehingga dapat mengkonversi strategi bisnis menjadi pencapaian tujuan yang optimal. SDM pada dasarnya memiliki tujuan yang berbeda antar individu, untuk itu perusahaan perlu mengembangkan sebuah sistem yang mampu menciptakan goal congcruence pada setiap kaaryawan. Motivasi pertama ketika seorang bekerja adalah untuk memenuhi kebuuhan, inilah

faktor pendorong utama untuk bekerja. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, motivasi setiap individu berkembang menyesuaikan kondisi internal dan ekternal. Untuk itu perusahaan perlu untuk memberikan balas jasa sebagai timbal balik kontribusi yang telah diberikan oleh karyawan, salah satunya adalah sistem kompensasi bagi karyawan yang mampu mengantisipasi perkembangan motivasi setiap individu. Pemberian kompensasi dengan sistem yang tepat merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja karyawan. Indarto (2001) menjelaskan dengan adanya kompensasi yang diberikan sesuai dengan haknya akan sangat mempengaruhi kinerja seseorang. Untuk itu perusahaan harus memperhatikan prsepsi sistem kompensasi yang berkembang dalam lingkungan perusahaan, baik tetantang keadilan, kewajaran dan kesesuaian dengan kondisi internal dan eksternal. Perusahaan perlu melakukan evaluasi tentang sistem kompetensi, apakah sudah sesuai dengan kondisi pada saat ini sebanding dengan kinerja baik individu dan organisasi. Pelaksanaan sebuah sistem kompensasi yang baru dalam perusahaan perlu ditinjau ulang efektifitas dan efisiensinya, bagaimana sebuah sistem kompensasi yang baru dapat meningkatkan value added kinerja perusahaan. Perusahaan juga perlu membandingkan sistem kompensasi lama dan kompensasi baru, bahwa sistem baru ini lebih dapat menciptkan keadilan dan kewajaran dalam pemberian kompensasi Pertanyaan Riset Rumusan masalah yang menjadi fokus utama dalam riset ini adalah : 1. Bagaimana implementasi dan persepsi karyawan mengenai sistem kompensasi yang baru dalam perusahaan? 2. Bagaimana korelasi sistem kompensasi yang baru terhadap peningkatan kinerja karyawn? 3. Nilai tambah apa yang didapat perusahaan berkaitan dengan kinerja, dengan penerapan sistem kompensasi yang baru jika dibanding sistem kompensasi sebelumnya?

Dasar Teori Kompensasi Kompensasi semua pendapatan (finansial dan non-finansial) yang diterima karyawan sebagai balas jasa kontribusi kepada perusahaan. Kompensasi yang diberikan oleh organisasi harus mampu digunakan karyawan untuk mempertahankan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dari pengertian tersebut kompensasi mengandung arti yang lebih luas daripada gaji atau upah (finansial), pada kompesasi faktor non finansial ikut membentuk sebuah sistem. Menurut Davis dan Werther dalam Indarto (2001), tujuan manajemen kompensasi yang efektif, meliputi hal berikut; memperoleh personil yang berkualifikasi, mempertahankan karyawan yang ada, menjamin keadilan, penghargaan terhadap perilaku yang. Dessler (2001) menerangkan bahwa kompensasi dikelompokkan menjadi dua kategori besar: ekstrinsik dan intrinsik. Kompensasi ekstrinsik adalah reward eksternal dari suatu pekerjaan, seperti gaji, promosi dan tunjangan, sedangkan kompensasi intrinsik adalah merupakan bagian dari pekerjaan tersebut, diantaranya tanggung jawab, tantangan, dan feedback dari pekerjaan itu sendiri. Kompensasi ekstrinsik berkaitan dengan indikator finansial, sedangkan intrinsik lebih fokus pada indikator non-finansial. Kompensasi non finansial berkaitan dengan karir seorang karyawan, sperti jabatan yang didudukinya, peluang yang terbuka untuk promosi, pengakuan atas prestasi. Selain karir indikator non-finansial juga berkaitan dengan lingkungan pekerjaan, seperti tanggung jawab, sosialiasi dan tantangan dari pekerjaan. Dalam sebuah artikel (anonim) mengungkapkan asas yang harus ada dalam pemberian kompensasi, pertama asas keadilam yaitu kompensasi yang dibayar kepada setiap karyawan harus disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan pekerja. Asas kedua adalah layak, dimana kompensasi dapat memenuhi kebutuhan ideal seseorang Kompensasi Berbasis Kinerja Perkembangan dan perubahan dinamika tata kelola organisasi menuntut sistem kompensasi tradisional menjadi ebih adil. Salah satunya dengan penerapan sistem kompensasi berbasis kinerja (pay based performance). Dimana kompensasi harus memperhatikan individu dan kinerja (kessler, 2005), sehingga kompensasi harus dikaitkan dengan kinerja. Pemberian kompensasi berdasar

penilaian kinerja individu, individu yang mampu menyelesaikan kinerja dengan baik akan mendapat kompensasi yang tinggi, begitu juga sebaliknya individu berkinerja buruk tentu akan mendapatkan kompensasi lebih rendah. Kompensasi berbasis kinerja merupakan kompensasi yang menghargai seseorang berdasarkan usaha dan jerih payah yang telah dikeluarkannya, bukan berdasarkan golongan, pangkat dan senioritas. Sistem kompensasi merefleksikan bagaimana organisasi menghargai pegawainya. Organisasi dituntut untuk memberikan balas jasa secara adil agar setiap orang merasa betah karena diperlakukan secara wajar. Guna mewujudkan prinsip keadilan dalam

memberikan reward pada pegawai, organisasi dapat menerapkan sistem kompensasi berbasis kinerja (pay based performance). Sistem kompensasi berbasis kinerja dibangun atas monitoring perilaku atau kontrol output dengan tujuan mendorong setiap pegawai untuk memaksimalkan kinerja atau kemampuan mereka. Definisi Kinerja Pencapaian kinerja optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki seorang karyawan merupakan hal yang selalu menjadi perhatian para pemimpin organisasi, kinerja individu tentu saja akan berdampak pada kinerja perusahaan secara organisasi dan tercapainaya tujuan organisasi. Menurut Robbins (1998), kinerja merupakan ukuran hasil kerja yang mana hal ini menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan berusaha dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Kinerja individu berhubungan dengan individual variable dan situational variable. Perbedaan individu akan

menghasilkan kinerja yang berbeda pula. Individual variable adalah variabel yang berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan, misalnya kemampuan, kepentingan, dan kebutuhankebutuhan tertentu. Sedangkan situational variable adalah variabel yang bersumber dari situasi pekerjaan yang lebih luas (lingkungan organisasi), misalnya pelaksanaan supervisi, karakteristik pekerjaan, hubungan dengan sekerja dan pemberian imbalan. Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah prosesnya organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Penilaian kinerja memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan dan standar kinerja individu di waktu berikutnya. Unsur-unsur kinerja atau

prestasi kerja para karyawan akan dinilai oleh setiap perusahaan tidak selalu sama, namun pada dasarnya penilaian ini mencakup beberapa hal (Mondy, 1998) : a. Efisiensi Kinerja : bagaimana karyawan selalu berusaha menampilkan hasil kerja yang lengkap dan tidak melakukan kesalahan. b. Efektifitas Kinerja : karyawan melakukan sesuatu dengan tepat atau kemampuan untuk menentukan tujuan yang tepat. c. Tanggung Jawab : kemampuan karyawan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai dengan ketentuan perusahaan, karyawan bersedia bekerja lembur jika pekerjaan yang ditugaskannya belum selesai, karyawan berusaha mempelajari hal baru yang belum diketahuinya yang menyangkut pekerjaan. d. Kerjasama : kondisi dimana setiap karyawan saling bertukar pikiran dan saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaannya. e. Loyalitas : kesetiaan karyawan terhadap perusahaan, setiap karyawan merasa memiliki perusahaan (sense of belonging) yang tinggi. f. Komunikasi : hubugan karyawan dengan atasan dan sesama rekan kerja.

g. Suasana Kerja.: keadaan tempat bekerja karyawan yang mendukung untuk membantu menyelesaikan setiap pekerjaannya. h. Disiplin : kepatuhan karyawan akan aturan yang ditentukan oleh perusahaan, disiplin akan waktu bekerja dan frekuensi kehadiran. Desain dan Metodologi Riset Berdasar kajian teori dapat diambil dibuat sebuah desain dan kerangka pengembangan riset, dimana dengan penerapan sistem kompensasi baru berbasis kompetensi, perusahaan perlu melihat persepsi karyawan dari penerapan sistem kompensasi tersebut. Perusahaan juga perlu membandingkan sistem kompensasi yang baru dengan sistem yang lama, apakah penerapan kompensasi ini mampu memberikan niali tambah pada peningkatan kinerja perusahaan, sperti pada kajian teori bahwa kompensasi mengakibatkan dampak manajerial, yaitu biaya dan pencapaian tujuan organsisai. Untuk itu perlu ditelusuri rasio perbandingan biaya dan nilai tambah yang didapat perusahaan dengan penerapan sistem kompensasi yang baru. Dapat digambarkan dalam kerangka penilitan sebagai berikut :

KOMPENSASI IMPLIKASI MANAJERIAL Sistem lama Sistem baru Perbandingan Biaya pencapaian tujuan Nilai prestasi karyawan

FINANSIAL

NON-FINANSIAL

KINERJA

Metode Riset Data riset diperoleh melalui dua cara, primer dan sekunder. Primer diperoleh dengan kuesioner unuk melihat persepsi sistem kompensasi baru, sample responden dipilih menggunakan metode quota sampling, dimana sample dirasa mampu mewakili seluruh unit atau divisi dalam perusahan. Proporsi jumlah sample diliat dari proporsi riil kondisi perusahaan, penentuan jumlah sample ditentukan berdasar kebutuhan alat analisa statistik yang digunakan. Kuesioner menggunakan pengukuran skala likert, setiap variabel dalam kuesioner harus mewakili indikatorindikator pengukuran, hubungan kompensasi dengan kinerja, yaitu aspek finansial dan non finansial serta variabel pembentuk kinerja seperti efisiensi, efektifitas, tanggung jwab, loyalitas, kerjasama dan disiplin. Data sekunder yang digunakan berupa laporan pembayaran

kompensasi, penilaian kinerja, tujuan organisasi yang dicapai. Data yang digunakan selama dua periode, sebelum dan sesudah penerapan sistem kompensasi yang baru. Analisa rasio digunakan untuk mengetahui peningkatan kinerja baik secara individu dan organisasi, serta mengukur nilai tambah yang didapat dari penerpan sistem kompensasi yang baru, terkait dengan biaya dan pencapaian kinerja, apakah rasio ini sebanding dengan tambahan biaya yang dikeluarkan dengan penambahan kinerja yang didapat perusahaan.

Referensi : Dulebohn, J. Stephen, E. Werling B. 2007. Compensation research past, present, and future. Human resource Management Review Dessler, G. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Bahasa Indonesia. PT Prehallindo. Jakarta. Mondy, R.W.,et al. 1998. Management : Concept and Practices. Fourth Edition. Allyn and Bacon. Boston. http://educationesia.blogspot.com/2012/10/implikasi-sistem-kompensasiberbasis.html http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/462/jbptunikompp-gdl-isniar-23091-1014perte-i.pdf 4. Review artikel Coevolution of Intitution an Corporation in Emerging Economies: How the Salim Group Morphed into an Institution of Suhartos Crony Regime Ringkasan artikel Artikel ini berangkat dari fenomena kekuasaan dan pengaruh yang dominan Salim Group dalam pemerintahan dan perekonomian di indonesia pada zaman orde baru. Berkebalikan pada teori institusional dan koevolusi dimana pemerintah akan mempengaruhi organisasi yang lebih kecil, salim group sebagai institusional yang kecil secara nyata mampu mempengaruhi kebijakan dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah indonesia. Walaupun bertentangan dengan teori institusional, fenomena ini dapat dijustifikasi pada pemerintahan indonesia yang lemah dan konsentrasi kekayaan hanya tersentralisasi pada beberapa kelompok. Yang menarik dalam penyusunan penelitian ini adalah peneliti mampu menyajikan pembahasan yang lengkap, runtut, dan menarik. Sehingga pembaca menikmati tulisan ini sebagai novel daripada seperti membaca buku sejarah atau bahkan penelitian ilmiah. Dengan desain laporan penelitian tersebut laporan penelitian mudah dicerna orang awam sekalipun. Artikel ini dibagi menjadi, bagian pertama menjelaskan teori interaksi diantara institusi pemerintah dan perusahaan, bagian kedua teori koevolusi, bagaimana teori ini dapat terintegrasi dengan desain penelitian, bagian selanjutnya penjelasan metodologi, dilanjutkan sejarah koevolusi pemerintah indonesia dengan grup salim, interpetrasi penemuan

penelitian dalam pola koevulusi, dan menggunakan penemuan ini untuk merefleksikan teori yang ada. Desain Riset Penelitian ini di desain untuk memahami bagaimana dan mengapa suatu fenomena terjadi, penggunaan riset kualitatif yang merupakan rangkaian teknik interpretasi yang mampu menjelaska, mentransformasikan, dan

menerjemahkan makna dari fenomena yang terjadi secara alami, sangat relevan untuk digunakan dalam penelitian salim group. Fenomena ini pada waktu penelitian dibuat bahkan mungkin sampai saat ini menjadi suatu isu yang sensitif, untuk itu peneliti sangat berhati-hati dalam penelitian. Subjektifitas merupakan suatu hal yang ingin dihindari oleh peneliti, hal ini disebabkan dalam penelitian terbentuk dua kubu yang pro dan kontra akan tema yang diangkat. Untuk itu peneliti menggunakan studi kasus (case study) dimana mampu menggabungkan wawancara individu dengan analisis rekaman dan observasi. Selain itu dilakukan penggabungan metode kualitatif dan kuantitatif, yang dirasa mampu menutupi celah metode kualitatif pada bagian subjektifitas dan generalisasi penelitian. Pengumpulan Data Peneliti melakukan penelitian periode tahun 2003 hingga 2005 menggunakan berbagai macam sumber, 56 responden, 69 laporan keuangan tahunan dari 8 perusahaan salim, sumber media 6349 artikel selama 20 tahun, literatur dan beberapa bentuk dokumen perusahaan. Banyak data yang dianalisis dimaksudkan memperkuat tema yang muncul dan mencapai triangulasi pengumpulan data. Analisis dilakukan secra berulang-ulang untuk

memungkinkan kontruksi data yang hilang dan memperkuat yang sudah ada. Permasalahan utama dalam pengumpulan data adalah dikotomi dalam pandangan responden dan media, disatu sisi melihat salim keluarga yang korup dan rent-seeking (pemburu rente), yang mengekploitasi pemerintahan untuk kekayaan pribadi, disisi lain menganggap salim sebgai perusahaan terbaik dan profesional di indonesia. Untuk itu dalam penelitian peneliti menggunakan sumber data yang beragam dalam kuantitas yang cukup besar dalam penelitian. Berbeda dengan penelitan kualitatif yang pada umumnya sedikit. a. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan gabungan metode pengambilan sampel bertujuan dan sampel bola salju. Pada sampel bertujuan CEO dan jajaran manjemen Salim group sebagai sampel yang harus diwawancarai, sedangkan pada sampel bola salju peneliti bermula pada BPPN (Badan Penyehatan Perbankan nasional) untuk mengikuti suatu rantai hubungan kasus penelitian, sehingga responden yang relevan dan mengetahui tema penelitian dapat ditentukan. Karena sesnitifitas masalah wawancara untuk beberapa responden dilakukan 2-3 kali, selain untuk mendekatkan diri kepada responden peneliti ingin mengetahui konsistensi jawaban. Seperti yang diketahui setelah peristiwa reformasi 1998 group salaim menjadi tertutup dan beberapa responden takut untuk menjawab. Teknik wawancara dengan menggunakan konsep semi terstruktur dimana dimulai dengan beberapa pertanyaan khusus dan selanjutnya sudut pandang individu sejalan dengan penggalian lebih jauh oleh pewawancara. Hal ini dimaksudkan proses wawancara menjadi tidak kaku, sehingga responden dapat lebih terbuka. Khusus untuk CEO Salim group dan manajer Salim Group, peneliti melakukan Individual Depth Interview (IDI) dimana peneliti melakukan wawancara mendalam kepada sosok sentral sebagai saksi dan pelaku dalam permasalahan penelitian. Walau tidak secara eksplisit dijelaskan dalam artikel, frekuensi sesi wawncara menjelaskan ke 8 responden sebagai sosok sentral dalam permasalahan penelitian. b. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah sumber data yang diolah secara kualitatif, pada analisis keuangan dari laporan tahunan, peneliti menggunakan teknik pengkodean untuk mengubah informasi kualitatif pada pengembangan strategi perusahaan lebih dari 20 tahun menjadi informasi kuantitatif. Kombinasi data dari berbagai sumber ini dimaksudkan untuk membentuk time-line strategi bisnis grup salim, peristiwa baru dalam bisnis salim, investasi baru, kemitraan dan divestasi. Laporan keuangan ini dirasa perlu untuk mengetahui laju pertumbuhan dari Salim Group, karena pada beberapa kasus ditemukan perusahaan salim yang di backup oleh pemerintah. Laporan keungan sekiranya dapat mengamati alaran dana dan aktifitas perusahaan salim, serta strategi diversifikasi salim group. c. Sumber Media

Peneliti menggunakan sumber media yang kebanyakan dari luar indonesia, karena dimasa pemerintahan orde baru, media dan pers dikontrol sepenuhnya oleh pemerintah. Pemberitaan tentang hubungan salim dan presiden soeharto dilarang keras oleh pemerintah, lexisnexis menjadi sumber media yang digunakan peneliti untuk melihat berita tentang liem soe liong beserta perusahaan grup salim. Ada lebih enam ribu artikel selama 20 tahun. Sumber media digunakan peneliti karena memberikan pandangan yang luas tentang permasalahan penelitian. Pengumpulan data yang begitu banyak dan komplek ini sangat diperlukan untuk mengembangkan framework yang baru, dimana penelitian ini bertentangan dengan teori yang telah ada. Sumber data yang bisa dibilang luar biasa untuk penelitian kualitatif ini diharapkan mampu digeneralisasi pada penelitian dengan objek lain

METODE PENELITIAN BISNIS

UJIAN TENGAH SEMESTER TAKE HOME

Oleh : ADIB DZIKRON I NIM S411208003

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SEMESTER GENAP 2013

Anda mungkin juga menyukai