Anda di halaman 1dari 23

KEKUASAAN PRESIDEN

Dalam sistem pemerintahan presidential kedudukan dan fungsi/wewenang presiden berbeda dengan yang dianut dalam sistem pemerintahan parlementer. Dalam sistem pemerintahan presidential, kekuasaan presiden meliputi berbagai bidang, selain menjalankan kekuasaan eksekutif, juga menjalankan kekuasaan2 lainnya.

THE EXECUTIVE
THE POWERS OF THE EXECUTIVE:

i. ii. iii. iv. v.

Diplomatic power relating to the conduct of foreign affairs. Administrative power relating to the execution of the laws and the administration of the government. Military power relating to the organisation of the armed forces and the conduct of war. Judicial power- relating to the granting of pardons, reprieves, etc. to those convicted of crime. Legislative power relating to the drafting of Bills and directing their passage into law.
(CF Strong, Modern Political Constitutions: 1966, p. 233-234)

SISTEM PEMERINTAHAN
PARLEMENTER: 1. Presiden sebagai Kepala Negara (head of state); hanya menjalankan kekuasaan yang bersifat seremonial; 2. Kekuasaan secara nyata (real executive power) dilakukan oleh Dewan Menteri yang dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. PRESIDENTIAL 1. Presiden menjalankan kekuasaan eksekutif sekaligus menjalankan fungsi sebagai Kepala Negara. 2. Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan secara nyata. 3. Presiden dipilih oleh sebuah badan pemilihan (electoral college) atau dipilih secara langsung oleh rakyat. 4. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Parlemen.

SISTEM PRESIDENTIAL
The Non-parliamentary Executive or The Presidential Government. Fixed executive (masa jabatannya ditetapkan untuk suatu jangka waktu tertentu dan tidak dapat diberhentikan oleh tindakan badan legislatif (cannot be moved by the action of the legislature). Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen (badan legislatif). Presiden memegang kekuasaan pemerintahan secara riil, sekaligus sebagai kepala negara (head of state).

Sistem pemerintahan presidential yang bersifat murni, dicirikan dengan:


1. Presiden memegang kekuasaan pemerintahan eksekutif tunggal; 2. Dalam kedudukan sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan negara itu terkandung pula status kepala negara (head of state), sehingga kedudukan kepala negara (head of state) dan kepala pemerintahan eksekutif (head of government) menyatu secara tidak terpisahkan dalam jabatan presiden; 3. Presiden tidak diangkat atau dipilih oleh lembaga perwakilan rakyat; 4. Presiden tidak bertanggung jawab kepada lembaga perwakilan rakyat, 5. sehingga tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen karena alasan politik;Presiden memangku jabatannya selama kurun waktu yang tetap (fixed term), misalnya di Amerika Serikat ditentukan untuk waktu empat tahun, di Indonesia lima tahun dan sesudahnya hanya dapat dipilih lagi untuk satu periode berikutnya; 6. Presiden hanya dapat diberhentikan dari jabatannya melalui prosedur yang dikenal dengan impeachment karena alasan pelanggaran hukum sebagaimana ditentukan dalam undang-undang dasar.
(Jimlly Asshiddiqie: 2007 hlm 335)

KEKUASAN PRESIDEN INDONESIA


Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 kewenangan konstitusional Presiden (presidential powers), dapat diklasifikasi dalam: Kewenangan di bidang eksekutif Kewenangan di bidang non eksekutif, yang meliputi kewenangan yang bersifat legislatif dan yang bersifat yudikatif
(Jimmly Asshiddiqie: 2007 hlm 336-352)

Kekuasaan pemerintahan Presiden atau kewenangan konstitusional menurut UUD 1945


1. 2. 3. 4. 5. 6. Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR (Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 ). Menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya (Pasal 5 ayat (2) UUD 1945); Memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan. (Pasal 7 UUD 1945 Baru); Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.****) Membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.***)

Lanjutan
7. Menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang. 8. Mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.*) 9. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.*) 10. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.*) 11. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.*) 12. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang.*) 13. Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undangundang.****) 14. Mengangkat dan memberhentikan Menteri-menteri Negara. (Pasal 17 ayat (2).

Lanjutan..
15. Membahas RUU bersama DPR (Pasal 20 ayat (2); 16. Mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang.(Pasal 20 ayat (4); 17. Menetapkan Perpu (Pasal 22); 18. Mengajukan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD (Pasal 23); 19. Meresminkan anggota BPK setelah dipilih oleh DPR dengan memperhaytikan pertimbangan DPD (Pasal 24B ); 20. Menetapkan Hakim agung yang diusulkan oleh KY dan mendapat persetujuan DPR; 21. Mengangkat dan memberhentikan anggota KY (Pasal 24B ayat (3) ) 22. Menetapkan Hakim Konstitusi yang diajukan oelh MA, DPR dan Presiden sendiri masing-masing tiga orang (Pasal 24C ayat (3): (bandingan dengan Jilmy Asshiddiqie, Pokok-pokok... hlm 336-338)

KEKUASAAN PRESIDEN DI BIDANG PERUNDANG-UNDANGAN


1. 2. 3. 4. 5. 6. MENGAJUKAN RUU KEPADA DPR( Psl 5 ayat (1)); BERSAMA-SAMA DPR MEMBAHAS RUU UNTUK MENDAPAT PERSETUJUAN BERSAMA (Psl 20 ayat (2)); MENGESAHKAN/MENOLAK MENGESAHKAN RUU YANG TELAH DISETUJUI BERSAMA DPR (Psl 20 ayat (4)); DALAM KEGENTINGAN YANG MEMAKSA MENETAPKAN PERPU (Psl 22); MENETAPKAN PP UNTUK MENJALANKAN UU (Psl 5 ayat (2)); MENETAPKAN PERPRES UNTUK MELAKSANAKAN PERINTAH UU ATAU MELAKSANAKAN PP (Psl. 11 UU No.10 Thn 2004);

FUNGSI LEGISLASI PRESIDEN


1. BERSIFAT ATRIBUSIAN MENGAJUKAN RUU MEMBAHAS RUU BERSAMA DPR MENYETUJUI RUU YANG DIBAHAS BERSAMA DPR UNTUK DISAHKAN MENJADI UU; MENETAPKAN PERPU;

2. BERSIFAT DELEGASIAN MENETAPKAN PP (pouvoir reglementaire); MENETAPKAN PERPRES;

KEWENANGAN PRESIDEN DI BIDANG YUDISIAL

1. 2. 3. 4.

GRASI; REHABILITASI; AMNESTI; DAN ABOLISI.

GRASI DAN REHABILITASI


Pengampunan yaitu pembebasan atau pengurangan atau perubahan hukuman terhadap seseorang yang telah dijatuhi hukuman ((HASAN ZAINI: 1971 hlm 218) Pemberian grasi merupakan wewenang Presiden, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 14 (1) UUD 1945: Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.

GRASI
DIATUR DALAM UU NO. 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI. GRASI PADA DASARNYA MERUPAKAN BENTUK PENGAMPUNAN BERUPA PERUBAHAN, PERINGANAN, PENGURANGAN, ATAU PENGHAPUSAN PELAKSANAAN PIDANA KEPADA TERPIDANA YANG DIBERIKAN OLEH PRESIDEN. BENTUK KONKRITNYA DAPAT BERUPA: (a) PERINGANAN/PERUBAHAN JENIS PIDANA; (b) PENGURANGAN JUMLAH PIDANA; (c) PENGHAPUSAN PELAKSANAAN PIDANA.

REHABILITASI
DIATUR DALAM UU NO. 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN. PEMULIHAN HAK SESEORANG BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN PADA KEDUDUKAN SELUMA YANG MENYANGKUT KEHORMATAN, NAMA BAIK ATAU HAKHAK LAIN.

REHABILITASI
Upaya untuk mengembalikan nama baik atau kehormatan seseorang karena dituduk/disangka/didakwa berbuat sesuatu yang melanggar hukum. Setelah dibuktikan di pengadilan ternyata orang tersebut tidak melakukan sesuatu seperti yang didakwakan kepadanya. Pemulihan nama baik tersebut disebut rehabilitasi. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman pengertian rehabilitasi adalah pemulihan hak seseorang dalam kemampuan atau posisi semula yang diberikan oleh Pengadilan. (Penjelasan Pasal 9). Wewenang atau kekuasaan untuk mengembalikan nama baik seseorang dalam UUD 1945 berada pada Presiden.

BATASAN MENURUT UU NO.8 TAHUN 1981 (KUHAP)


HAK SESEORANG UNTUK MENDAPAT PEMULIHAN HAKNYA DALAM KEMAMPUAN, KEDUDUKAN, DAN HARKAT SERTA MARTABATNYA YANG DIBERIKAN PADA TINGKAT PENYIDIKAN, PENUNTUTAN, ATAU PERADILAN KARENA DITANGKAP, DITAHAN, DITUNTUT, ATAUPUN DIADILI TANPA ALASAN YANG BERDASARKAN UNDANGUNDANG ATAU KARENA KEKELIRUAN MENGENAI ORANGNYA ATAU HUKUM YANG DITERAPKAN MENURUT CARA YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG INI.

AMNESTI
Berasal dari istilah Yunani Amnestia yang berarti melupakan (forgetting). AMNESTY, PARDON, MERCY. Hak Presiden untuk memberikan pengampuan secara umum, biasa diberikan pada hari-hari besar nasional. Diatur dalam Pasal 14 UUD 1945 (HASAN ZAINI : 1971 hlm 219). UU NO. 11 Tahun 1954 tentang Amnesti dan Abolisi dan UU No. 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.

ABOLISI
to abolish, to annul, eliminate, or Destroy, especially an ongoing practice or thing(membatalkan atau menghancurkan, terutama suatu praktik atau sesuatu hal yang sedang berlangsung). Hak Presiden untuk menghentikan tuntutan atau pengusutan terhadap seseorang tersangka. Diatur dalam Pasal 14 UUD 1945. (HASAN ZAINI : 1971, hlm 219) Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim merumuskan abolisi adalah tindakan menghentikan pengusutan dan pemeriksaan suatu perkara akan tetapi terhadap perkara itu pengadilan belum menjatuhkan keputusannya. Alasan untuk memberikan abolisi ini terletak pada kepentingan umum mengingat perkara yang menyangkut para tersangka ini menyangkut kepentingan negara yang tidak bisa dikorbankan oleh keputusan pengadilan.(MOH KUSNARDI dan HARMAILY IBRAHIM: 1983 hlm 240)

WAKIL PRESIDEN
1. Pasal 4 ayat (2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. 2. Pasal 6 (1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.*** (2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang.*** 3. Pasal 6A (1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.*** (2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.*** (3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden (4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.**** (5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang.***

WAKIL PRESIDEN
Pasal 7 Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.*

Pasal 7A Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***

Pasal 7B

Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan h Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan kyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada hkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus ndapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil esiden telah melakukan pelanggaran hokum berupa pengkhianatan hadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau rbuatan tercela, dan atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil esiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil esiden.***

endapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil esiden telah melakukan pelanggaran hokum tersebut ataupun telah ak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden alah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan rwakilan Rakyat.***

Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah nstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurangangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang dir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya

(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hokum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.*** (6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh haru sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut.*** (7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat.***Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.***

Anda mungkin juga menyukai