Anda di halaman 1dari 28

I PENDAHULUAN Laboratorium klinik atau laboratorium medis ialah laboratorium di mana berbagai macam tes dilakukan pada spesimen

biologis untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan pasien. Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting dalam membantu diagnosis suatu penyakit. Pelayanan pemeriksaan laboratorium klinik biasanya dilakukan sesuai dengan permintaan dokter sehubungan dengan gejala klinis dari penderita. Untuk dapat membantu diagnosis suatu penyakit diperlukan mutu hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang berkualitas Pada umumnya diagnosis penyakit dibuat berdasarkan gejala penyakit (keluhan dan tanda), dan gejala ini mengarahkan dokter pada kemungkinan penyakit penyebab. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat menunjang atau menyingkirkan kemungkinan penyakit yang menyebabkan, misalnya dalam pemeriksaan biakan darah pada demam tifoid, jika positif amat mendukung diagnosis, tapi bila negatif tak menyingkirkan diagnosis demam tifoid jika secara klinis dan pemeriksaan lain (misalnya pemeriksan WIDAL)

menyokong.

Dalam diagnosis penyakit kadang-kadang tidaklah mudah, terutama pada permulaan penyakit, gejala klinis penyebabnya masih berupa kemungkinan, meski dokter biasanya dapat menetapkan kemungkinan yang paling tinggi. Karena itu, pada tahap permulaan dokter tidak selalu dapat menentukan diagnosis penyakit. Diperlukan data-data tambahan dari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain. Perlunya pemeriksaan lab laboratorium yakni :
1. 2. 3. 4. 5.

Untuk menunjang diagnosis klinis Untuk menyingkirkan kemungkinan suatu diagnosis atau penyakit Untuk digunakan sebagai pedoman terapi atau manajemen Untuk digunakan sebagai panduan prognosis Untuk mendeteksi suatu penyakit (uji saring)

Dari lima hal di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan laboratorium memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut:

Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi individu beresiko tinggi (walaupun tidak ada gejala atau keluhan).

Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita seseorang, berkaitan dengan penanganan yang akan

diberikan dokter serta berkaitan erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi

Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis

Membantu pemantauan pengobatan Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, yaitu untuk memprediksi perjalanan penyakit dan berkaitan dengan terapi dan pengelolaan pasien selanjutnya

Memantau

perkembangan

penyakit,

yaitu

untuk

memantau

perkembangan penyakit dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya dilakukan secara berkala.

Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan

Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit

Prodia merupakan laboratorium klinik yang terbesar di Indonesia. Dengan jaringan 99 cabang yang tersebar di 73 kota, di 25 propinsi, Prodia mampu melayani sekitar 48.000 pelanggan per tahun di seluruh Nusantara. Didukung oleh lebih dari 2700 karyawan yang profesional dan berdedikasi tinggi, Prodia melayani para pelanggannya yaitu para dokter, perusahaan, rumah sakit,

perguruan tinggi, perusahaan farmasi, laboratorium serta institusi lain dan masyarakat umum yang membutuhkan jasanya.

Kami memilih prodia sebagai tempat tour de lab kali ini karena Prodia merupakan klinik (laboratorium medis) yang memiliki manajemen yang tangguh fasilitas, peralatan dan layanan pemeriksaan yang berkualitas, ditambah kemampuan melayanai lebih dari 2000 jenis pemeriksaan, Prodia telah berperan sebagai laboratorium rujukan berskala nasional. Prodia memiliki berbagai macam layanan, diantaranya adalah layanan pemeriksaan laboraturium rutin yang menggunakan sistem mutu yang memenuhi standar Prodia mencakup peralatan,prosedur serta kompetensi setiap personilnya. Sistem Technical Quality Assurance (TQA) Prodia menjamin, bahwa mutu pemeriksaan yang dihasilkan setiap cabang Prodia adalah sama, dengan menerapkan prosedur pemeriksaan standar, secara berkala melakukan kalibrasi alat/analyzer yang sesuai dengan standar internasional dan melakukan audit secara berkala. Selain itu prodia juga memiliki layanan pemeriksaan laboratorium khusus ntuk memenuhi kebutuhan diagnosis yang lebih spesifik, rujukan pemeriksaan dari rumah sakit, laboratorium dan institusi lain.

II PROSEDUR KERJA LAB. KLINIK A. Penerimaan pasien dan pengambilan spesimen Pada penerimaan pasien di prodia yakni pasien sebelumnya harus mengambil nomor antrian dan menunggu hingga pasien tersebut di panggil untuk di daftarkan namanya oleh salah satu karyawan yang ada di prodia, karena di prodia memakai sistem online jadi semua data dari pasien langsung terinput di komputer. Pada tahap ini pasien diminta untuk menyebutkan nama, alamat, umur, jenis kelamin, data klinis / diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang. Setelah melakukan pendaftaran, pasien akan dituntun oleh karyawan prodia untuk melakukan pengambilan specimen. Pada tahap ini, pasien akan diminta untuk lebih rileks dan santai. Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena

kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi. Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Prosedur pengambilan spesimen : 1. Petugas mempersiapkan alat bantu dan perlengkapan

pengambilan darah, mencuci tangan, dan mengenakan sarung tangan. 2. Petugas akan mengajukan pertanyaan seputar identitas Anda. Pada tahap ini pasien harus menyimak dengan benar apa yang ditanyakan oleh petugas dan menjawab dengan jelas untuk mencegah tertukarnya sampel atau formulir pemeriksaan. 3. Petugas akan menyiapkan jenis dan jumlah tabung sampel yang diperlukan, dan mengkonfirmasi persiapan yang harus Anda lakukan seperti lama puasa, jam terakhir makan, obat yang dikonsumsi, dsb. 4. Petugas akan akan menempelkan barcoe di tabung berisi darah / sampel Anda selama proses pemeriksaan. Adanya barcode mencegah tertukarnya sampel, dan mengurangi risiko kesalahan memasukkan data, karena sudah terintegrasi dengan komputer dan alat. Petugas akan menunjukkan identitas pada barcode.

5. Setelah

itu petugas akan

memasangkan

Tourniquet untuk

memudahkan petugas menemukan vena dan lokasi pengambilan darah. Pemasangan tourniquet maksimal 1 menit, ingatkan petugas jika pemasangan lebih dari 1 menit, atau jika Anda sudah merasa tidak nyaman. Pastikan petugas menggunakan jarum steril yang masih baru dikeluarkan dari kemasannya. 6. Petugas akan melakukan pembersihan disekitar area pengambilan darah. Pastikan petugas membersihkan kulit pada area

pengambilan darah dengan alcohol 70% dengan arah spiral mengarah ke luar untuk mencegah kontaminasi dan infeksi. Dan pastikan area yang sudah dibersihkan dibiarkan mengering selama 30 detik agar tidak menyebabkan nyeri saat alcohol kontak dengan tempat masuknya jarum. 7. Pada pengambilan darah petugas akan menusukkan jarum dengan kemiringan 30 derajat. Sebaiknya pasien menarik nafas saat jarum ditusukkan dapat mengurangi rasa nyeri. 8. Bila sudah terkena venanya, isap pelan-pelan darah supaya tidak terjadi hemolisis - cabut jarum, dengan sebelumnya melepas dan menekan daerah tusukan. jarum dilepas kemudian alirkan darah ke dalam penampung melalui dinding penampung perlahan-lahan sehingga tidak hemolisis.

9. Bekas pengambilan darah ditutup dengan kasa dan plester untuk mencegah pendarahan. Penggunaan kapas tidak dianjurkan karena dapat menempel pada bekas tusukan. 10. Setelah itu spesimen akan dikirim ke ruang pemeriksaan

B. Distribusi sampel dan rujukan

Pendistribusian sampel di klinik prodia yakni setelah dilakukan pengambilan specimen, petugas prodia akan memasukkan tabung yang berisi specimen kedalam keranjang. Lalu petugas akan membunyikan bel yang artinya bahwa sampel siap untuk periksa.

Petugas yang ada di lantai atas (ruang pemeriksaan) akan menarik keranjang yang berisi specimen tersebut. Dimana keranjang tersebut ditarik menggunakkan tali yang sudah dipasangi katrol di tali tersebut. Hal ini dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya hemolisis pada spesimen.

Setelah itu petugas akan mengidentifikasi barcode dari tabung spesimen untuk mengetahui identitas pemilik tabung spesimen. Lalu petugas akan mencetak barcode yang sama, yang gunanya untuk ditempelkan pada tabung pemeriksaan yang lainnya (diperbanyak)

Petugas akan mensentrifugasi spesimen tersebut hingga diperoleh serum. Lalu serum tersebut akan dilanjutkan pemeriksaanya ke arah yang lebih spesifik, contohnya seperti pemeriksaan glukosa, kreatini, kolestrol, SGOT, SGPT, LDL, HDL, ureum, trigliserida, dll.

C. Bagian hematologi

Pada pemeriksaan hematologi dilakukan pemeriksaan :

1. Pemeriksaan hitung retikulosit dilakukan untuk mengukur jumlah sel darah merah muda dalam volume darah tertentu. Pada kondisi normal, jumlah retikulosit mencapai 1% dari total jumlah sel darah merah. Peningkatan pembentukan retikulosit merupakan respon sumsum tulang terhadap kondisi tubuh yang memerlukan lebih banyak sel darah merah seperti yang terjadi pada kondisi anemia. Dengan demikian, pemeriksaan ini merupakan penilaian terhadap fungsi sumsum tulang. 2. Penilaian dasar komponen sel darah yang dilakukan dengan menentukan jumlah sel darah dan trombosit, persentase dari setiap jenis sel darah putih dan kandungan hemoglobin (Hb). Hematologi rutin meliputi pemeriksaan Hb, eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit, dan nilai-nilai MC.

3. Pemeriksaan eritrosit dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan sel darah merah yang berfungsi sebagai alat transport utama yang membawa oksigen. Umur eritrosit normal rata-rata 110-120 hari. Setiap hari terjadi kerusakan sel eritrosit sebesar 1% dari seluruh jumlah eritrosit yang ada dan diikuti dengan pembentukan sel eritrosit oleh sumsum tulang. Bila tingkat kerusakan sel eritrosit lebih cepat (umur eritrosit lebih pendek) dari kapasitas sumsum tulang untuk memproduksi sel eritrosit (disebut proses hemolisis), maka akan menimbulkan kondisi anemia. 4. Pemeriksaan besi atau serum iron (SI) merupakan

pengukuran konsentrasi besi yang terikat pada transferin dan bersikulasi di dalam darah. Ion besi di dalam tubuh berperan penting dalam pembentukan sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dan zat-zat makanan ke seluruh tubuh, serta membantu proses metabolisme tubuh dalam menghasilkan energi. 5. Pemeriksaan ini digunakan untuk membantu mendiagnosis trombosis. 6. Analisa Hb (HPLC)HPLC merupakan pemeriksaan yang bersifat kuantitatif untuk HbA2 dan HbF (%), serta pemeriksaan untuk mendeteksi hemoglobin yang abnormal

(Hb variant) secara kualitatif (adanya S window, D window, C window). 7. Pemeriksaan G6PD merupakan pengukuran konsentrasi G6PD dalam darah. G6PD adalah suatu enzim yang berperan dalam proses pembentukan dan perombakan sel darah merah dan pencegahan hemolisis pada eritrosit. Kelainan enzim G6PD menyebabkan proses pembentukan dan perombakan sel darah merah menjadi tidak normal dan mudah pecah (hemolitik). Hemolisis yang disebabkan defisiensi G6PD dapat terulang menjadi infeksi virus atau bakteri akut dan kelainan metabolik seperti asidosis. 8. Pemeriksaan hematokrit menggambarkan perbandingan persentase antara sel darah merah, sel darah putih dan trombosit terhadap volume seluruh darah atau konsentrasi (%) eritrosit dalam 100mL/dL keselurahan darah.

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan hemoglobin (Hb) dan eritrosit.

Untuk pemeriksaan hematologi menggunakkan alat yaitu sysmex XT 1800.

D. Bagian pemeriksaan urin

Pemeriksaan urin meliputi kimia (berat jenis, pH, leukosit esterase, nitrit, albumin, glukosa, keton, urobilinogen, biliubin, darah), sedimen mikroskopis (eritrosit, leukosit, silinder, epitel sel, bakteri, kristal), dan makroskopis (warna dan kejernihan). Tujuan dari pemeriksaan ini untuk mendiagnosis dan memantau kelainan ginjal/ saluran kemih termasuk infeksi saluran kemih (ISK); dan mendeteksi penyakit metabolik atau sistemik. Pemeriksaan urin menggunakkan alat miditron junior II.

Urin segar, sangat dianjurkan urin pagi pertama yang telah terkonsentrasi selama 8 jam di kandung kemih. Untuk pemeriksaan kimia urin dapat dipakai urin sewaktu, tapi lebih dianjurkan urin pagi.

Untuk pemeriksaan Spesimen harus segar (kerjakan < 2 jam setelah penampungan). Jika tidak segera dikerjakan, simpan pada suhu stabil 2-8 C selama 8 jam dengan penyimpanan di tempat gelap (ex. cooler box) untuk menghindari kerusakan bilirubin dan

urobilinogen. Biarkan kembali pada suhu kamar sebelum dilakukan pemeriksaan.

E. Bagian pemeriksaan kimia darah

Pemeriksaan ini dengan menggunakkan alat cobas integra 400. Pada bagian ini dilakukan pemeriksaam terhadap :

1. Pemeriksaan

Glutamic

Oxaloacetic

Transaminase

(GOT)

merupakan pengukuran kadar GOT dalam darah. GOT adalah suatu enzim yang berhubungan dengan sel parenkim hati. Pemeriksaan ini kurang spesifik untuk mendeteksi kerusakan hati, karena enzim GOT juga dihasilkan oleh sel lain seperti sel jantung dan sel otot skelet. 2. Pemeriksaan trigliserida merupakan pemeriksaan untuk

menentukan konsentrasi trigliserida di dalam darah . Trigliserida adalah bentuk dari lemak yang tersimpan dalam tubuh dan banyak ditemukan di jaringan adipose. Beberapa trigliserida yang

bersikulasi di dalam darah digunakan sebagai energi bagi otot untuk bekerja. Pemeriksaan ini bertujuan untuk Menentukan faktor risiko independent untuk penyakit jantung koroner (PJK), dan mendeteksi sindrom metabolik. 3. Pemeriksaan Urea N menggambarkan perbandingan antara produksi dan klirens urea. Konsentrasi urea N dalam darah dapat meningkat pada kondisi penyakit ginjal akut maupun kronik.

4. Kolesterol

HDL

atau

High-Density

Lipoprotein

merupakan

lipoprotein yang berasal dari hati, memiliki densitas tinggi dan tidak mudah menggumpal. Disebut juga sebagai kolesterol `baik` karena membantu "membersihkan" tumpukan kolesterol dari pembuluh darah dan mengangkutnya ke dalam hati (proses Reserve Cholesterol Transport). Pemeriksaan ini bertujuan untuk

Memprediksi terjadinya aterosklerosis dan risiko penyakit jantung koroner. 5. Kolesterol LDL atau Low Density Lipoprotein merupakan lipoprotein yang berasal dari penyerapan makanan di usus, memiliki densitas rendah, mudah menggumpal dan lengket pada dinding pembuluh darah. Disebut juga sebagai kolesterol `jahat` karena dapat membentuk plak aterosklerosis yang mempersempit pembuluh darah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi gangguan metabolisme lemak, menentukan faktor risiko penyakit jantung koroner, dan memantau terapi penurun lipid 6. Kolesterol total merupakan pemeriksaan yang menentukan jumlah kolesterol yang terdapat di dalam semua partikel lipoprotein tubuh (semua jenis kolesterol dan trigliserida). Pada kondisi penyakit jantung koroner, kolesterol total adalah suatu alat untuk

menentukan risiko, bukan sebagai uji diagnostic

7. Pemeriksaan glukosa 2 jam postprandial merupakan pengukuran kadar glukosa dalam darah setelah 2jam pembebanan glukosa yang setara dengan 75 g glukosa. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk evaluasi aktivitas insulin di dalam tubuh. 8. Pemeriksaan glukosa puasa merupakan pengukuran kadar glukosa dalam darah pada kondisi puasa selama 12 jam. Pemeriksaan ini dapat menggambarkan kadar glukosa endogen 9. Pemeriksaan glukosa sewaktu merupakan pengukuran kadar glukosa dalam darah saat itu (ketika pemeriksaan dilakukan). 10. Pemeriksaan kreatinin ini dilakukan untuk mengetahui keadaan ginjal seseorang, apakah ada kerusakan ginjal. 11. Pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (GPT) atau Alanine Aminotransferase (ALT) merupakan suatu enzim yang banyak ditemukan dalam organ hati. Selain itu, dalam jumlah yang kecil juga ditemukan pada organ ginjal, jantung, dan sel otot. Pada kondisi normal, konsentrasi serum ALT dalam darah rendah. Namun, ketika terjadi kerusakan pada organ hati, ALT akan dilepaskan ke dalam aliran darah sebelum gejala kerusakan hati nampak seperti jaundice (mata dan kulit berwarna kuning). ALT lebih spesifik dari AST dalam mendeteksi adanya kerusakan hati. Jumlah sel hati yang mati tidak berkaitan dengan peningkatan

konsentrasi serum ALT sehingga pada kerusakan hati yang parah, konsentrasi serum ALT bisa saja normal atau menurun.

F. Bagian pemeriksaam EKG

EKG atau elektrokardiografi adalah pencatatan grafik variasi-variasi potensial listrik yang disebabkan oleh aktivitas listrik otot jantung dan terdeteksi pada permukaan tubuh. Prinsip kerja EKG adalah merekam signal elektrik yang berkaitan dengan aktivitas jantung dan menghasilkan grafik rekaman tegangan listrik terhadap waktu.

EKG adalah suatu metode untuk mempelajari kerja otot jantung sehingga dapat membantu diagnosis abnormalitas jantung dan

kecenderungan atau perubahan fungsi jantung. Electrocardiograph adalah alat untuk melakukan elektrokardiografi sedangkan electrocardiogram adalah kertas yang mencatat grafik variasi-variasi potensial listrik yang disebabkan oleh eksitasi otot jantung dan terdeteksi pada permukaan tubuh. Elektrokardiogram yang normal menunjukkan defleksi/pembelokkan yang dihasilkan dari aktivitas atrial dan ventricular sebagai perubahan kecenderungan tegangan/voltage dan polaritas (positif dan negatif) terhadap waktu. Defleksi pertama atau P wave adalah hasil eksitasi atria; Defleksi kompleks QRS adalah hasil eksitasi (depolarisasi) ventrikel dan T wave sebagai hasil recovery ventrikel (repolarisasi)

Faktor-faktor kritis yang mempengaruhi pemeriksaan EKG :

1. Penempatan elektroda yang tidak benar atau elektroda yang tidak menempel sempurna di kulit dapat mempengaruhi keakuratan rekaman EKG. 2. Suhu di area pemeriksaan harus dipertahankan pada suhu 20-25oC dan kelembabannya harus rendah. 3. Pemeriksaan EKG harus jauh dari peralatan yang menyebabkan bising seperti ultrasonic, X-ray, handphone atau alat elektronik lainnya. 4. Pasien harus dalam kondisi tenang, tidak bergerak atau berbicara selama pemeriksaan. Kaki dan lengan pasien dipastikan tidak kontak dengan bahan metal. 5. Data usia dan jenis kelamin pasien harus benar karena beberapa jenis alat EKG menginterpretasi hasil berdasarkan usia dan jenis kelamin. 6. Tidak menggunakan barang yang mengandung logam seperti jam, handphone, kunci dll 7. Pasien tidak diperkenankan berolah raga sebelum pemeriksaan

G. Bagian treadmill

Treadmill adalah perekaman EKG yang terus berlangsung tanpa henti. Kegunaannya adalah untuk menilai kondisi jantung dengan cara merekam jantung disertai latihan fisik. Selain dapat mendeteksi aritmia, treadmill juga dapat digunakan sebagai tes skrining yang dapat mendeteksi adanya penyempitan arteri koroner yang dapat membatasi suplai oksigen ke otot jantung.

Persiapan pasien sebelum melakukan treadmill :

1. Tidak makan dan minum (kecuali makanan ringan dan air putih) minimal 4 jam sebelum pemeriksaan untuk mengurangi mual dan muntah 2. Mengenakan pakaian longgar dan nyaman serta sepatu yang nyaman 3. Pasien dianjurkan menghentikan meminum obat khusus jantung 1-2 hari sebelum pemeriksaan.

Pemeriksaan treadmill tidak diperbolehkan pada kondisi-kondisi sebagai berikut :

1. Infark miokard akut atau komplikasi infark miokard 2. Perubahan hasil EKG yang signifikan yang menunjukkan keadaan infark atau keadaan akut jantung

3. Angina yang tidak stabil 4. Gagal jantung kongestif 5. Ventricular atau atrial disaritmia 6. Memiliki sejarah penggunaan obat-obatan seperti digoxin, diuretic, sedative, psikotropika 7. Stenosis aortic atau Left ventricular hypertrophy 8. Dicurigai aneurism 9. Miokarditis atau miokardiopati 10. Thrombophlebitis aktif 11. Emboli sistemik atau paru 3 bulan terakhir 12. Sedang menderita penyakit infeksi.

H. Bagian pemeriksaan USG USG atau ultrasonografi adalah suatu teknik diagnostik pencitraan yang menggunakan ultrasonik yaitu gelombang suara dengan frekuensi yang lebih tinggi dari kemampuan pendengaran manusia. Teknik ini digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran serta strukturnya. Secara umum kegunaan USG adalah membantu

menegakkan diagnosis dalam berbagai kelainan organ tubuh

Pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara dengan frekuensi 1-10 MHz. Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan

penembusan ke dalam tubuh pasien. Gelombang suara frekuensi tinggi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang terdapat dalam suatu alat yang disebut transducer/probe. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis pada kristal akan menimbulkan tegangan listrik dimana fenomena ini disebut efek Piezo electric. Bentuk kristal juga akan berubah bila dipengaruhi oleh medan listrik. Kristal akan mengembang dan mengkerut sesuai dengan pola medan listrik yang melaluinya sehingga dihasilkan gelombang suara frekuensi tinggi.

Salah satu contoh ultrasonografi adalah Sonografi obstetric yang digunakan oleh dokter spesialis kebidanan untuk memperkirakan usia kandungan, memperkirakan hari persalinan dan juga dapat membantu melihat adanya kelainan pada kandungan/janin.

Sebelum melakukan pemeriksaan USG ada beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh pasien yaitu :

1. Penderita obstipasi sebaiknya diberikan laksatif di malam sebelumnya. 2. Untuk pemeriksaan organ-organ di rongga perut bagian atas, sebaiknya dilakukan dalam keadaan puasa dan pada pagi hari dilarang makan dan minum yang dapat menimbulkan gas dalam perut karena akan mengaburkan gambar organ yang diperiksa.

3. Untuk pemeriksaan kandung empedu dianjurkan puasa sekurangkurangnya 6 jam sebelum pemeriksaan, agar diperoleh dilatasi pasif yang maksimal. 4. Untuk pemeriksaan kebidanan dan daerah pelvis, buli-buli harus dalam keadaan penuh.

I. Pemeriksaan audiometric

Audiometri adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat/ambang batas pendengaran seseorang dan jenis gangguannya bila ada. Pemeriksaan dilakukan dengan memakai alat audiogram nada murni di dalam ruang kedap suara.

Prinsip pemeriksaannya adalah bermacam-macam frekuensi dan intensitas suara (dB) ditransfer melalui headset atau bone conducter ke telinga atau mastoid dan batasan intensitas suara (dB) pasien yang tidak dapat didengar lagi dicatat, melalui program computer atau diplot secara manual pada kertas grafik.

Kegunaan audiometri :

untuk mengetahui derajat ketulian ringan, sedang atau berat

untuk mengetahui jenis tuli konduktif, tuli syaraf (sensorineural) atau tuli campuran

Indikasi pemeriksaan :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Adanya penurunan pendengaran Telinga berbunyi dengung (tinitus) Rasa penuh di telinga Riwayat keluar cairan Riwayat terpajan bising Riwayat trauma Riwayat pemakaian obat ototoksik Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga Gangguan keseimbangan

Derajat parameter ketulian :

- Tuli ringan

: 26-40 dB

- Tuli sedang

: 41-60 dB : 61 90 dB

- Tuli berat

- Tuli sangat berat

: > 90 dB

Pelaporan hasil berupa ambang dengar normal, ambang dengar dengan tuli konduktif, ambang dengar dengan tuli sensorineural, ambang dengar tuli campuran

J. Bagian pemeriksaan spirometri

Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer.

Tujuan :

mengukur volume paru secara statis dan dinamik

menilai perubahan atau gangguan pada faal paru

Prinsip spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru selama pernafasan yang dipaksakan atau disebut forced volume capacity (FVC). Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin. Sebelum dilakukan spirometri, terhadap pasien dilakukan anamnesa, pengukuran tinggi badan dan berat badan. Pada spirometer

terdapat nilai prediksi untuk orang Asia berdasarkan umur dan tinggi badan. Bila nilai prediksi tidak sesuai dengan standar Indonesia, maka dilakukan penyesuaian nilai prediksi menggunakan standar Indonesia. Volume udara yang dihasilkan akan dibuat prosentase pencapaian terhadap angka prediksi.

Spirometri dapat dilakukan dalam bentuk social vital capacity (SVC) atau forced vital capacity (FVC). Pada SCV, pasien diminta bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece sudah terpasang di mulut) sebelum menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara maksimal. Pada FVC, pasien diminta menarik nafas dalam-dalam sebelum mouth piece dimasukkan ke mulut dan dihembuskan secara maksimal.

Pengukuran fungsi paru yang dilaporkan :

1. Forced vital capacity (FVC) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter. 2. Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam liter. Bersama dengan FVC merupakan indikator utama fungsi paru-paru. 3. FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya sekitar 75% - 80%

4. FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional 5. Peak Expiratory Flow (PEF), merupakan kecepatan pergerakan udara keluar dari paru-paru pada awal ekspirasi, diukur dalam liter/detik. 6. FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran (kecepatan) udara keluar dari paru-paru selama pertengahan

pernafasan (sering disebut juga sebagai MMEF(maximal midexpiratory flow)

Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi) :

Gangguan restriksi 80% nilai prediksi

: Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksi; FVC <

Gangguan obstruksi nilai prediksi

: FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75%

Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi.

Bentuk spirogram adalah hasil dari spirometri. Beberapa hal yang menyebabkan spirogram tidak memenuhi syarat :

1. 2.

Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah Batuk

3. 4. 5. 6.

Terminasi lebih awal Tertutupnya glottis Ekspirasi yang bervariasi Kebocoran

Setiap pengukuran sebaiknya dilakukan minimal 3 kali. Kriteria hasil spirogram yang reprodusibel (setelah 3 kali ekspirasi) adalah dua nilai FVC dan FEV1 dari 3 ekspirasi yang dilakukan menunjukkan

variasi/perbedaan yang minimal (perbedaan kurang dari 5% atau 100 mL).

K. Ruang penyimpanan Ruang penyimpanan lab. Prodia terletak di lantai 3. Guna dari ruangan ini yakni untuk menyimpan alat-alat yang dipakai dalam pemeriksaan, seperti tabung feses, tabung urin, tabung sperma, kapas steril dan alatalat lab lainnya. Suhu ruangan pada ruang penyimpanan ini harus harus diatas 8C. suhu ruangan harus selalu dijaga. Penempatan alat-alat disini tidak disesuaikan dengan abjad. Dan petugas-petugas lab prodia akan selalu melakukan pengecekan expair date untuk tiap alat yang ada pada ruang penyimpanan.

III PENUTUP A. KESIMPULAN pemeriksaan laboratorium yang dirancang untuk tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan. Prodia merupakan klinik (laboratorium medis) yang memiliki

manajemen yang tangguh fasilitas, peralatan dan layanan pemeriksaan yang berkualitas. Setelah mengamati secara langsung tata cara dari prosedur pengambilan spesimen, pemeriksaan dan penyerahan hasil kepada pasien kiranya tidak ada perbaikan atau kesalahan yang terjadi dalam tata cara tersebut. Semuanya berjalan sesuai dengan prosedur yang ada dan bahkan untuk pemeriksaan lab-nya pun dilakukan dengan teliti dan hati-hati agar tidak terjadi kesalahan, dan dilakukan dalam ruang yang steril.

B. SARAN

Diharapkan untuk kegiatan tour de lab berikutnya kiranya mahasiswa dapat langsung mempraktekkan langsung apa yang sudah diajarkan di lab.

Anda mungkin juga menyukai