Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN I.

Latar Belakang Alat penukar kalor adalah suatu alat yang menghasilkan perpindahan kalor dari suatu fluida ke fluida lainnya. Jenis penukar kalor yang paling sederhana adalahh sebuah wadah dimana fluida yang panas dan fluida yang dingin dicampur secara langsung. Dalam sistem ini kedua fluida akan mencapai suhu akhir yang sama, dan jumlah kalor yang perpindah dapat diperkirakan dengan menyamakan kehilangan energi dari fluida yang lebih panas dengan perolehan energi oleh fluida yang lebih dingin. Tetapi yang lebih lazim adalah penukar kalor dimana suatu fluida terpisah dari fluida lainnya oleh suatu dinding atau sekat penghantar panas (konduktor). Penukar kalor terdapat dalam berbagai bentuk, seperti pipa di dalam pipa (koaksial) yang sederhana dengan permukaan perpindahan kalor yang kecil, kondensor, evaporator, dan lain-lain. Penggunaan berbagai jenis penukar kalor tergantung kepada efisiensi penukar kalor, biaya, dan tempat yang tersedia. Dalam industri seringkali ada energi yang terbuang percuma. Misalnya air panas yang keluar dari turbin uap. Air panas ini biasanya dialirkan melalui pipa ke instansi lain atau bahkan dibuang langsung ke laut atau ke sungai. Air panas yang melalui pipa ini dapat dimanfaatkan sebagai penukar kalor dengan memasukkan ke dalam pipa lain yang lebih besar. Dengan menghembuskan udara di anulusnya (ruang antara pipa dalam dan pipa luar), jadilah penukar kalor jenis pipa di dalam pipa. Kelebihan penukar kalor jenis ini adalah sederhana, biaya murah, mudah dalam pemasangan, fluida pendinginan dalam hal ini adalah udara, murah. Udara panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan dalam proses industri untuk pengeringan dan proses kimia. Karena udara tidak terhalang oleh sekat (baffle), daya motor yang digunakan untuk memutar blower menjadi rendah, dan debit yang dihasilkan besar. Kelemahannya, kalor yang berpindah relatif kecil dibandingkan dengan penukar kalor jenis lain, dan instalasinya menjadi panjang. Pipa air panas sebagai sumber kalor seperti contoh di atas dapat juga berupa pipa gas buang hasil pembakaran. Kedua sumber kalor ini bannyak terdapat di ligkungan industri. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari proses perpindahan kalor, diperlukan studi untuk mencari karakteristik dari parameter-parameter yang berpengaruh pada proses perpindahan kalor alat penukar kalor jenis koaksial tersebut. Water to Air Heat Transfer Aparatus yang terdapat di Laboratorium Perpindahan Kalor Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia, cukup representasi bagi para mahasiswa teknik mesin sebagai alat praktikum atau eksperimen penukar kalor jenis koaksial. Dengan mengukur distribusi temperatur pada kedua pipa dan dengan menggunakan rumus-rumus dasar perpindahan kalor dan mekanika fluida, didapatkan heat transfer coefficient water to air.

II. Tujuan Tujuan dari praktikum: Mahasiswa mengerti dan memahami proses perpindahan kalor, khususnya konveksi Mahasiswa memahami pemakaian alat-alat ukur seperti flowmeter dan thermocouple Mahasiswa memahami prinsip kerja alat penukar kalor jenis koaksial, khususnya untuk water to air heat transfer

III. Landasan Teori Sudah umum diketahui bahwa plat logam panas akan menjadi dingin lebih cepat bila ditaruh di depan kipas angin dibandingkan dengan bilamana ditempatkan di udara tenang. Hal ini dikatakan bahwa kalor konveksi keluar, dan proses ini dinamakan perpindahan kalor secara konveksi. Tentu kecepatanudara yang ditiupkan ke plat panas akan mempengaruhi laju perpindahan kalor. Juga berbeda laju perpindahan kalornya jika plat panas itu didinginkan dengan air. Perhatikan plat panas seperti pada gambar 3.1. Suhu plat adalah Tw, dan suhu fluida adalah T. Kecepatan aliran adalah nol pada muka plat sebagai akibat aksi kental viskos (Viscous action). Oleh karena kecepatan lapisan fluida pada dinding adalah nol, maka di sini kalor hanya dapat berpindah dengan cara konduksi saja. Namun harus diperhitungkan pula kecepatan fluida, sehingga perpindahan kalor konveksi pun harus diperhitungkan. Gradien suhu bergantung kepada kecepatan fluida membawa kalor itu, kecepatan yang tinggi akan menyebabkan gradien suhu yang besar pula. Jadi, gradien suhu bergantung kepada medan aliran, sehingga dua besaran itu akan selalu ditemui pada saat analisis perpindahan kalor. Namun perlu diingat bahwa, mekanisme fisis pada dinding itu berupa proses konduksi. Guna menyatakan pengaruh konduksi secara menyeluruh, digunakan hukum Newton tentang pendinginan, yaitu: Q = hA (Tw - T) (3-1)

Di sini laju perpindahan kalor dihubungkan dengan beda suhu menyeluruh antara dinding dan fluida, dan luas permukaan A. Besaran h disebut koefisien perpindahan kalor konveksi (Convection Heat Treansfer Coefficient), dan persamaan (3-1) itulah rumus dasarnya. Dari persamaan (3-1) dapat dilihat bahwa satuan h adalah Watt per meter persegi per derajat Celcius.

Gambar 3.1 perpindahan kalor konveksi dari suatu plat Kita dapat melakukan perhitungan analitis atas h untuk beberapa sistem. Untuk situasiyang rumit h harus ditentukan dengan percobaan. Koefisien perpindahan kalor kadang-kadang disebut konduktans film (film conductance) karena hubungannnya dengan proses konduksipada lapisan fluida diam yang tipis pada muka dinding. Dari pembahasan di atas telah disebutkan bahwa perpindahan kalor konveksi bergantung pada viskositas fluida disamping ketergantungannya kepada sifat-sifat termal fluida itu (konduktivitas termal, kalor spesifik, densitas). Hal ini dapat dimengerti karena viskositas mempengaruhi profil kecepatan, karena itu mempengaruhi laju perpindahan energi di daerah dinding. Jika suatu plat panas dibiarkan berada di udara sekitar tanpa ada sumber gerakan dari luar, maka udara itu akan bergerak sebagai akibat terjadinya gradien densitas di dekat plat itu. Peristiwa ini dinamakan konveksi alamiah (natual convection) atau konveksi bebas (free convection) untuk membedakannya dari konveksi paksa (forced convection) yang terjadi apabila udara itu dihembuskan di atas plat itu dengan kipas. Fenomena pendidihan dan pengembunan juga termasuk dalam kelompok masalah perpindahan kalor konveksi. III.1 Dasar-Dasar Lapisan Batas Bila fluida mengalir sepanjang permukaan, gerakan partikel-partikel dekat permukaan diperlambat oleh gaya-gaya viskos. Partikel-partikel fluida yang berbatasan dengan permukaan melengket pada permukaan itu dan mempunyai kecepatan relatif nol terhadap batas. Partikel-pertikel fluida lainnya yang mencoba untuk meluncur pada partikel-partikel yang disebutkan tadi akan terhambat sebagai akibat interaksi antara fluida yang bergerak lebih cepat dan partikel fluida yang bergerak lebih lambat. Pengaruh gaya-gaya viskos yang berasal dari perbatasan itu meluas ke dalam tubuh fluida, tetapi pada jarak dekat dari permukaan tersebut. Kecepatan partikel fluida mendekati aliran bebas yang tidak terganggu. Fluida yang terdapat di daerah yang perubahan kecepatan yang besar itu dinamakan lapisan batas termodinamika atau

velocity boundary layer. Pada gambar 3.2 dapat dilihat profil kecepatan untuk kapasitas batas laminar dan turbulenpada aliran yang melewati plat datar.

Gambar 3.2 Profil kecepatan lapisan batas laminar dan turbulen pada plat datar Pada permulaan, pembentukan lapisan batas itu laminar, tetapi pada suatu jarak kritis dari tepi depan, bergantung dari medan aliran dan sifat-sifat fluida, gangguangangguan kecil pada aliran itu membesar dan mulailah terjadi proses transisi hingga aliran menjadi turbulen. Daerah aliran turbulen dapat digambarkan sebagai kocokan dimana gumpalan fluida bergerak kesana kemari di segala arah. Transisi dari aliran laminar mennjadi turbulen pada aliran di permukaan plat data terjadi pada: Kita perhatikan juga aliran dalam tabung seperti gamabar 3.3, pada waktu masuk terbentuk suatu lapisan batas. Lama kelamaan lapisan batas ini memenuhi seluruh tabung dan dikatakan aliran itu sudah berkembang penuh. Jika aliran itu laminar, profil kecepatan itu berbentuk parabola dan jika aliran itu turbulen bentuk profil itu lebih tumpul. Angka Reynolds digunakan sebagai kriteria untuk menunjukkan apakah aliran dalam tabung atau pipa itu laminar atau turbulen. Aliran turbulen akan terjadi jika:

Gambar 3.3 Profil kecepatan aliran dalam tabung III.2 Persamaan-Persamaan Dasar a. Heat loss (water), qw [W] qw = Gw. w. cp (Tw2 Tw4) qw = Gw. w. cp (Tw4 - Tw2) parallel flow counter flow (3-4) (3-5)

dimana: Tw : Temperatur air pada pipa dalam [K] Gw : Laju aliran air pada pipa dalam, [m3/s] w : berat spesifik air [kg/m3] cp : kalor spesifik air [kJ/kg.K]

b. Temperatur rata-rata (logarithmic mean temperature), water to inner pipe, Tw [K] Tw = (Tw2 Twall 2 ) - (Tw4 Twall 4 ) Tw2 Twall 2 ln Tw4 Twall 4

parallel flow

(3-6)

Tw = (Tw4 Twall 4 ) - (Tw2 Twall 2 ) Tw4 Twall 4 ln Tw2 Twall 2 Dimana:

counter flow

(3-7)

Tw1 Tw5 Twall2 Twall4

: Temperatur air pipa dalam [K] : Temperatur permukaan luar dinding pipa dalam [K]

Catatan: perbedaan temperatur antara permukaan luar dan dalam pada pipa dalam diabaikan c. Koefisien perpindahan kalor lokal dari air ke dinding dalam pipa dalam, hw [W/ m2.K]

hw =

qw A.Tw

(3-8)

Dimana: A : Luas permukaan kalor = 1,22 x 0,028 = 0.1073 [m2] Perhatikan jenis aliran, parallel atau counter flow

d. kecepatan air dalam pipa, vw [m/s]

vw = =
dimana: d

(3-9)

: diameter dalam pipa dalam = 0,028 m

e. Bilangan Reynolds untuk air dalam pipa, Rew

(3-10)
Dimana: vw : viskositas kinematik air (m2/s) pada T (K) w : viskositas dinamik air (kg/ms)

[ ]

Parallel flow

(3-11)

[ ]

counter flow

(3-12)

f. Bilangan nusselt untuk air, Nuw

(3-13) Dimana: Kw : konduktivitas termal air [W/mK] pada T [K] g. Berat spesifik udara (Air Specific Weight), a [kg/m3] (3-14) Dimana : : Humidity relative pada orifice PD : Tekanan uap air jenuh pada temperatur T0 [kg/m2] D : Berat spesific uap jenuh pada temperatur T0 [kg/m3] h. Laju aliran udara, Ga [m3/s]

Dimana: d0 P : koefisien aliran = 08534 : diameter orifice = 0,0283 m : perbedaan tekanan pada orifice [N/m2]

(3-15)

i. Kalor yang ditransfer ke udara, qa [W] (3-16) Dimana : cpa : kalor spesifik udara pada

, [k J/ kg K ]

: Temperatur udara di ruang anular [K] . Temperatur rata-rata (Logaritmic mean temperature), inner pipe to air,Ta [K] (3-17)

k. Koefisien perpindahan kalor udara dari permukaan solid ke dinding luar pipa dalam, ha [W/m2. K]

(3-18) Dimana : A0 : luas permukaan perpindahan kalor = 0,1150 [m2] III.3. Perbandingan Eksperimen dan Korelasi Empiris a. Plot pada kertas, logaritma hubungan empiris dari perpindahan kalor dengan Mc Adams (3-19) (3-20)

b.
c. Plot

, dan Rew dihitung berdasarkan data eksperimen


dan log Rew pada kertas (3-21)

Dari grafik hasil eksperimen tersebut, dihitung a dan b, kemudian dimasukkan nilai -nilai tersebut ke persamaan (3-22) (3-22)

IV. Spesifikasi Alat Uji Water to Air Heat Transfer Peralatan untuk pengujian perpindahan kalor dari air ke udara adalah Water to air Heat Transfer Apparatus yang terdapat di Laboratorium Perpindahan Kalor Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia. Bentuk alat uji ini adalah penukar kalor pipa ganda di mana air yang dialirkan melalui pipa dalam, sedangkan aliran udara pada bagian anular. Arah aliran air dapat diubah searah

(parallel flow) maupun berlawanan arah (counter flow) terhadap arah aliran udara. Bahan pipa adalah tembaga, sedangkan tabung luarnya terbuat dari bahan acrylic. Termokopel dan piranti-piranti ukur yang lain diletakkan di tempat-tempat tertentu sehingga dapat memberikan data pengamatan selama ujian. Alat perpindahan kalor air ke udara yang terdapat di Laboratorium Perpindahan Kalor Departemen Teknik Mesin FTUI tersebut dibuat oleh TOKYO METER Ltd, Tokyo Jepang dengan spesifikasi sebagai berikut: Model Tahun pembuatan Power supply Nomor seri : WHAT-30-50-E : 1987 : AC 380 V, 50 Hz, 3 P : 86EI-0784-1

Sesuai dengan fungsinya sebagai alat praktikum perpindahan kalor, maka alat dilengkapi pula dengan alat perlengkapan lainnya yang terdiri dari: 1. Blower dan motor penggeraknya Spesifikasi blower: Merk : TAKAMARK Tipe : AA Diameter Delivery : 105 mm Kapasitas : 16 m3/ min Tekanan udara statis : 180 mmH2O Spesifikasi motor: Jenis Daya Voltage Putaran : Induksi, 3 fase : 0,75 kW : 380 V, 1,8 A, 50 Hz : 2880 rpm

2. Pompa dan motor penggeraknya Spesifikasi pompa: Model : 25 lp-3090G Kapasitas : 55 l/ min Head : 4m Daya : 90 W Frekuensi : 60 Hz Spesifikasi motor: Daya Voltage 3. Pemanas Listrik : 160 W : 200 V

Jumlah Daya Voltage

: 3 buah : 2 kW, 2 kW, dan 3 kW : AC 380 V, 3 fase

Selain peralatan di atas, dilengkapi pula dengan piranti-piranti untuk mengukur parameter-parameter yang diperlukan seperti: 1. Termokopel dan Termometer Untuk mengukur temperatur air dan udara di sepangjang alat uji digunakan termokopel yang terbuat dari logam Kromel dan Alumel (thermocouple type-K), kecuali untuk temperatur udara dengan menggunakan termokopel alkohol. Khusus untuk pengukuran temepratur bola basah den kering juga digunakan thermometer alkohol. 2. Rotameter Pengukuran debit air pana yang mengalir di penukar kalor digunakan rotameter dan pengaturannya dilakukan dengan menggunakan katup pengatur aliran. Rentang pengukuran maksimum 200 l/h dan minimum 20 l/h. 3. Orifice Pengukuran debit udara yang mengalir pada penukar kalor digunakan dengan menggunakan orifice. 4. Inclined Manometer Pengukuran debit udara yang mengalir pada penukar kalor dilakukan dengan mengukur tekanan udara masuk sebelum orifis serta perbedaan tekanan udara masuk dan keluar orifis. Untuk digunakan manometer. Gambar alat uji serta skematik aliran dapat dilihat pada lampiran.

Gambar 3.4 Penampang melintang alat uji dan alat ukur V.Prosedur pengujian Prosedur pengujian mengacu kepada buku manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatan peralatan uji sebagai berikut:

1. Isi tangki bawah (2) dengan air. Bila air mulai melimpah (air terbuang ke drainase), nyalakan pompa air pada switch (30) untuk mengalirkan air ke tangki atas (1). Stop suplai air bila kedua tangki sudah penuh. 2. Pompa air (30) tetap dalam kondisi menyala, nyalakan switch pemanas elektrik (28 dan 30) 3. Putar pengontrol temperatur (32) pada skala 10, dan tetapkan temperatur yang diinginkan pada pengatur temperatur (33). 4. Bila temperatur air sudah konstan pada temeperatur yang diinginkan, matikan pemanas elektrik (29). Pemanas otomatis (33) akan menjaga temperatur air konstan. 5. Tetapkan arah aliran dengan mengatur dua katup (6 dan 7) untuk mendapatkan arah aliran air searah atau berlawanan arah dengan arah aliran udara. Atur kapasitas aliran air yang bersirkulasi dengandengan memutar katup pengatur aliran air (8) dan melihat rotameter (5). Untuk menghindari adanya udara pada saluran air, buka katup pada ujung-ujung siku pipa air (12 s/d 15) hingga udara keluar dan katup ditutup kembali. 6. Nyalakan blower untuk mengalirkan udara dalam penukar kalor melalui switch pada panel (34). Tetapkan kapasitas aliran udara dengan mengatur dua katup yang terdapat pada saluran udara (10 dan 11) berdasarkan tekanan yang terjadi pada manometer. 7. Mulai pengambilan data setelah temperatur penukar kalor mencapai angka yang konstan. 8. Ulangi pengukuran lebih dari 5 kali untuk aliran yang berbeda pada aliran udara tetap. Catatan: sebelum menyalakan pemanas elektrik, pastikan tangki atas sudah penuh terisi air. Sedangkan pengukuran yang dilakukan meliputi: Temperatur air dalam pipa Temperatur permukaan luar dinding pipa dalam Temperatur udara Temperatur udara searah radial pada ruang anular Laju aliran air pada pipa dalam Temperatur udara pada orifis Beda tekanan udara sebelum dan sesudah orifis Tekanan statis aliran udara [Tw1-Tw5] [T wall2 T wall4] [Ta1 s/d Ta5] [Ta2 s/d Ta4] [Gw] [To] [P] [Ps]

Anda mungkin juga menyukai