Anda di halaman 1dari 4

Nama NPM

: Tandri Julianto : 260110110080

Metana Sebagai Bahan Bakar Alternatif


kMetana adalah hidrokarbon yang paling sederhana yang berbentuk gas dan memiliki rumus struktur CH4, dimana satu atom karbon mengikat empat atom hidrogen. Metana murni tidak berbau, tapi jika digunakan untuk keperluan komersial, biasanya ditambahkan sedikit bau belerang untuk mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi. Metana adalah gas yang sangat mudah terbakar jika berada di udara, Metana adalah komponen utama dari gas alam, sehingga metana dapat menjadi sumber bahan bakar. Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu molekul CO2 (karbondioksida) dan dua molekul H2O (air) :
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O

(www.wikipedia.com) Pada tahun 1971, keberadaan gas metana tidak dianggap penting, karena para peneliti menganggap metana tidak memiliki dampak langsung terhadap cuaca dan biosfer. Namun, seiring berkembangnya jaman, metana diketahui sebagai salah satu gas penyebab efek rumah kaca. (http://www.giss.nasa.gov/research/features/200409_methane/) Metana yang ada dalam batuan sedimen di dasar lautan sebagai hidrat menyatakan bahwa ada penyimpan karbon dalam jumlah besar dan seharusnya diperhitungkan sebagai sumber untuk sumber energy yang belum terlalu dikenal, namun metana yang juga merupakan gas penyebab efek rumah kaca harus dipertimbangkan secara cermat. Total metana yang ada dalam gas hidrat diperkirakan

mencapai dua hingga sepuluh kali lipat dari total bahan bakar fosil yang ada di bumi. Contoh batuan yang mengandung metana adalah fire ice atau methane clathrate atau methane ice, yang bentuknya menyerupai es yang merupakan senyawa clathrate hydrate. Fire ice ini mengandung metana yang terperangkap dalam struktur kristal air. Fire ice ini biasanya ditemukan di daerah kutub atau di laut dengan kedalaman lebih dari 300m dengan suhu air kurang dari 2oC. Karena gas terperangkap dalam struktur air, maka molekul gas cenderung lebih rapat ketimbang gas-gas konvensional. Metana yang terperangkap dalam batuan tersebut bisa dijadikan sebagai bahan bakar alternative, namun dapat beresiko tinggi dalam hal eksplorasi sehingga membutuhkan perencanaan yang matang dan benar-benar dipahami. Karena belum banyak yang diketahui tentang metana dalam batuan ini, maka dalam hal eksplorasi untuk digunakan sebagai sumber energy alternatif, perlu dilakukan analisis yang mendalam mengenai sumber, kestabilan lempeng bumi didalam laut, factor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi metana di suatu tempat, dan masih banyak hal lainnya. (Dr. William Dillon,USGS in http://marine.usgs.gov/fact-sheets/gashydrates/title.html)

Dari diagram lingkaran diatas, terlihat bahwa jumlah gas hidrat adalah yang paling banyak di bumi. Terlebih, dari diagram tersebut, belum termasuk karbon yang terperangkap di batuan sedimen (dalam hal ini metana), sehingga potensi untuk menjadi sumber energy alternative sangatlah besar. (http://www.thegwpf.org/energynews/1961-energy-crisis-what-energy-crisis.html) Besarnya persediaan metana clathrate ini membuat banyak Negara yang tidak dapat menghasilkan minyak melakukan penelitian terhadap metana clathrate ini, seperti Jepang, India, Amerika Serikat, Norwegia dan Cina. Pada tahun 2006 Cina berencana menyediakan dana sebesar 100 juta dolar AS untuk mempelajari tentang metana clathrate ini. Bahkan, Departemen Energi Amerika Serikat telah mempelajari tentang metana clathrate ini sejak tahun 1997, dan telah menghabiskan 47,5 juta dollar AS untuk penelitiannya selama lima tahun sejak tahun 1997. Tim Collet, peneliti dari US Geological Survey mengatakan bahwa ada 0,7 sampai 4,4 miliar kubik metana di Alaska yang diperkirakan dapat menghangatkan 100 juta rumah

selama satu dekade. Jumlah yang sangat besar tersebut hanya perkiraan jumlah metana clathrate yang ada di Alaska saja, belum di seluruh dunia. Diperkirakan eksplorasi secara komersial tentang metana clathrate ini akan muncul untuk pertama kali pada tahun 2015 nanti. (http://alternativeenergyip.com/2009/06/28/methaneclathrates-hissing-masses-for-the-masses/) Dalam 30 tahun terakhir, keberadaan gas metana yang semula tidak dianggap penting, kini menarik minat banyak Negara-negara untuk mempelajari lebih jauh lagi. Terlebih, dalam 30 tahun terakhir jumlah gas metana di atmosfer bumi tidak banyak berubah. Hal ini tentu berita baik dalam usaha mewujudkan metana sebagai bahan bakar alternatif. Namun, para peneliti juga harus mengetahui mengapa jumlah gas metana tida terlalu banyak berubah, karena tidak ada jaminan pasti bahwa emisi gas metana tidak akan bertambah lagi. Untuk mewujudkan metana sebagai bahan bakar alternatif di masa depan, perlu dilakukan penelitian yang mendalam dan memperhitungkan segala resiko yang dapat terjadi mengingat gas metana merupakan gas penyebab efek rumah kaca (gas metana 10x lebih kuat dibanding karbon dioksida dalam menyebabkan efek rumah kaca/pemanasan global). Satu hal yang pasti, kita mengharapkan gas metana dapat menjadi sumber energy selain bahan bakar fosil, sehingga kita tidak perlu lagi khawatir dengan cadangan bahan bakar fosil yang makin menipis (http://www.giss.nasa.gov/research/features/200409_methane/)

Anda mungkin juga menyukai