Anda di halaman 1dari 8

PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Siti Badriah

Abstrak Discharge Planning (DP) merupakan proses perencanaan sistematik yang dipersiapkan bagi pasien untuk meninggalkan instansi perawatan (rumah sakit). Pada kenyataannya pelaksanaan DP sekarang ini masih belum optimal yang disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya karena belum ada media informasi yang tepat. Dalam perannya sebagai change agent perawat harus mampu membuat suatu terobosan baru dengan penggunaan teknologi informasi dalam pelaksanaan DP. Pelaksanaan DP berbasis teknologi informasi dan komunikasi merupakan metode/media yang efektip untuk dikembangkan. Salah satu bentuk penggunaan media teknologi informasi tersebut adalah Comapact Disk (CD) pembelajaran untuk pelaksanaan DP yang dinilai sudah bisa dikembangkan di Indonesia karena menghemat waktu dan tenaga perawat. Selanjutnya komunikasi on line antara pasien dengan penyelenggara kesehatan di RS setelah pasien pulang diperlukan juga untuk menjamin kontinuitas perawatan sehingga dapat mencegah terjadinya kasus rawat ulang dan hal dapat berhasil bila ada pemanfaatan informasi yang digunakan secara bersama-sama dan efektif antara pasien, dan penyelenggara pelayanan termasuk perawat. Oleh karena itu diperlukan sarana dan prasarana untuk menunjang terwujudnya pelaksanaan DP dengan berbasis teknologi dan perlunya peningkatan pelatihan/trainning bagi perawat untuk bisa menguasai teknologi informasi dan komunikasi Kata kunci : discharge planning, perawat A. Latar Belakang Dewasa ini kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang berbasis komputer telah berkembang dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dunia kesehatan. Perkembangan teknologi informasi dengan kekuatan prosesnya memungkinkan terjadinya pengembangan sistem informasi manajemen berbasis komputer. Pemanfaatan teknologi informasi mempunyai banyak keuntungan berupa kemudahan menyimpan, mengorganisasi dan melakukan pengambilan (retrieval) terhadap berbagai data. Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan. Terkait dengan tugasnya perawat harus mampu berperan sebagai: kolaborator, pendidik, konselor, change agent, dan peneliti. Keperawatan mempunyai karakteristik profesi yaitu memiliki body of knowledge yang berbeda dengan profesi lain, altruistik, memiliki wadah profesi, mempunyai standar dan etika profesi, akuntabilitas otonomi dan kesejawatan (Perry & Potter, 2001) Sesuai dengan peran dan fungsinya tersebut, perawat diharapkan mampu mengimbangi perkembangan kemajuan teknologi informasi dalam pemberian asuhan keperawatan, salah satunya dengan kemampuan penguasaan komputer. Kemampuan perawat dalam penggunaan komputer meliputi keterampilan penggunaan, keterampilan membaca informasi, atau kompetensi informatika secara keseluruhan. Keterampilan dasar mencakup hal hal seperti menggunakan prosesor kata, mampu berkomunikasi dengan mengunakan email, dan menggunakan aplikasi untuk mendokumentasikan pasien. Keterampilan membaca informasi mencakup kemampuan menentukan informasi bibliografi dari internet, dan kemampuan mengevaluasi serta menggunakan informasi secara tepat. Kompetensi informatika secara keseluruhan mencakup mengimplementasikan kebijakan untuk melindungi privasi, kerahasiaan, kemaanan informasi serta mencatat data yang relevan dengan pelayanan keperawatan (Blais,Kathleen. K, et al, 2007). Terkait dengan pelayanan keperawatan saat ini masih banyak laporan tentang pelayanan keperawatan yang belum optimal. Salah satu kegiatan keperawatan yang belum optimal adalah kegiatan discharge planning (DP = perencanaan pulang pasien). DP ini merupakan bagian dari proses keperawatan dan merupakan fungsi utama dari perawatan. DP merupakan proses perencanaan sistematik yang dipersiapkan bagi pasien untuk meninggalkan instansi perawatan (rumah sakit) dan untuk mempertahankan kontinuitas perawatan. Seringkali pasien yang tidak mendapat pelayanan sebelum pemulangan, terutama pasien yang memerlukan perawatan kesehatan dirumah, konseling kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan komunitas akan kembali ke ruang kedaruratan dalam 24-48 jam, dan kemudian pulang kembali. Kondisi kekambuhan pasien ini tentunya sangat merugikan pasien, keluarga dan juga rumah sakit. Rumah Sakit yang mengalami kondisi ini lambat laun akan ditinggalkan oleh pelanggan (Haryati at al, 2008 dalam http//www.repository.ui.ac.id dikutip tanggal 30 Oktober 2010).

Selain itu juga sering kali terjadi diskontinuitas dan pragmentasi perawatan setelah pasien pulang dari rumah sakit yang dapat menyebabkan munculnya resiko yang lebih besar dan tidak jarang pasien harus kembali lagi ke rumah sakit untuk menjalami perawatan. Archie and Baron (2006) dalam http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC281540 menyebutkan telah terjadi pengeluaran dana sebesar $ 735 milyar akibat dari proses discharge planning yang tidak memenuhi standar di 38 Rumah Sakit (RS) di Amerika Serikat sehingga menyebabkan pasien harus kembali ke RS untuk menjalani perawatan. Sebenarnya hal ini tidak perlu tejadi seandainya dilakukan pelayanan pasien sebelum pulang dengan optimal dan selalu ada komunikasi yang terus menerus antara petugas kesehatan/keperawatan dari RS dengan care giver/keluarga atau pasien itu sendiri setelah pulang dari RS. Pada kenyataanya sekarang ini tidak semua DP dilakukan dengan benar karena berbagai alasan, Haryati at al, 2008 dalam http//www.repository.ui.ac.id dikutip tanggal 30 Oktober 2010 berdasarkan hasil studi pendaahuluannya saat penelitian dilakukan di RS di Jakarta menyebutkan bahwa alasan belum optimalnya pelaksanaan DP selain pelaksanaannya yang belum terstruktur dan belum mempunyai satuan acara juga tidak adanya media yang memadai untuk melaksanakan DP yang baik. Oleh karena itu penyedia pelayanan kesehatan termasuk perawat merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan untuk merubah semua itu dengan menciptakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelaksanaan discharge planning B. Kajian Literatur 1. Pelaksanaan DP dengan menggunakan Teknologi Informasi Teknologi informasi memiliki andil yang sangat besar dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan kesehatan sehingga hal ini memberikan kesempatan yang sangat luas bagi keperawatan untuk dapat memanfaatkan teknologi informasi tersebut (Blais.Kathleen.K et all, 2007). Terkait dengan penggunaan teknologi informasi dalam pelaksaan discharge planning, Haryati at all (2008) dalam http //repository.ui.ac.id yang diakses

tanggal 30 Oktober 2010, telah mengujicobakan prototype model DP dengan menggunakan media interaktif CD pembelajaran yang sesuai dengan penyakit yang ada di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perencanaan pulang sangat membantu pasien dan keluarga dalam mempersiapkan pulang. Pasien dan keluarga terbantu dengan adanya media pembelajaran DP. CD media pembelajaran ini juga membantu perawat dalam memberikan edukasi kepada pasien. Penelitian juga menyimpulkan adanya pengaruh penerapan DP berbasis CD media pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan perawat dalam melaksanakan DP dan juga mempunyai pengaruh dalam meningkatkan praktek pelaksanaan DP. 2. Komunikasi secara online The American Academy of Nursing ( AAN) pada tahun 2008 mengeluarkan sebuah konsensus bahwa perlu dilakukan tranformasi dalam hubungan antara pasien dan rumah sakit. Kerjasama ini dilakukan dalam rangka meningkatkan keamanan, peningkatan kualitas yang berorientasi pada pasien. Perluasan sistem, teknologi yang terintegrasi dan kerjasama yang erat antara arsitek, vendor, perawat, dokter, laboratorium, farmasi dan caregiver dalam segala aspek untuk memastikan teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan sesuai kebutuhan pasien (Krummen,2010). Sand (2008) dalam http//www.sisco.com /index.php/fdt/article 0724 yang di akses tanggal 15 Oktober 2010 menebutkan bahwa telah dialakukan suatu proyek penelitian dengan menawarkan layanan aman e-health yang memungkinkan pengguna/pasien dapat berkomunikasi secara eletronik dengan perawat dan dokter setelah mereka pulang dari RS dan saat mereka membutuhkan. Adanya komunikasi tersebut telah meningkatkan kepuasan pasien dan hal ini menjadi investasi bagi RS di California yang karyawannya telah menggunakan teknologi informasi dalam mengelola kesehatan pasien. Selanjutnya ide komunikasi antara pasien dengan dokter dan perawat melalui internet segera menjadi standar operasional bagi Rumah Sakit tersebut. Selanjutnya untuk menghindari hambatan dalam komunikasi di luar bahasa inggris dan respon pasien terhadap penyakit yang membuat dokter/perawat tidak memahmi tanda dan gejala pasien maka diciptakan Perawatan Kesehatan

Interpreter Network (HCIN) di California Utara untuk menyediakan layanan penerjemah yang mencakup sebagian besar bahasa di luar bahasa Inggris dan penyediaan jaringan call center yang didasarkan pada teknologi video dan voiceover-IP dan hampir 400 staf rumah sakit dapat mengaksesnya dengan cepat. Penerjemah dapat menanggapi panggilan pasien rata-rata menghabiskan waktu 22 detik, atau tidak lebih dari tiga menit. Layanan ini tersedia 24 jam sehari. Hasil survey ternyata tidak hanya memberikan kepuasan pada pasien dan peningkatan kualitas pelayanan, tetapi juga meningkatkan produktivitas tenaga medis dan pengurangan beban biaya per menit. C. Diskusi Penggunaan teknologi informasi dalam bentuk CD pembelajaran pada pelaksanaan discharge planning sangat mungkin dilaksanakan oleh perawat diruangan karena dapat menghemat waktu dan tenaga sehingga pelaksanaan bisa lebih optimal. Berg at all (2007) Media elektronik dapat memfasilitasi pasien dalam meningkatkan partisipasi dalam proses pelaksanaan discharge planning. Pengunaan media CD adalah salah satunya akan tetapi seperti yang dikemukaan oleh Haryati at all (2008) dalam http //repository.ui.ac.id yang diakses tanggal 30 Oktober 2010 dalam pelaksanaan DP dengan menggunakan CD peran perawat untuk mengkomunikasikan isi CD tetap diperlukan, pendampingan dan konseling terhadap isi materi DP akan melengkapi persiapan pulang pasien. Peningkatan kualitas secara teknis serta isi CD yang interaktif juga harus selalu dikembangkan, dimana CD yang isinya berkualitas dan menarik akan membantu pemahaman terhadap perawatan dan dapat meningkatkan persiapan pulang dari pasien. Selanjutnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan pasien setelah pulang dari RS, dinilai sangat efektif, menghemat waktu dan dapat mencegah terputusnya perawatan dalam pengelolaan pasien di rumah sehingga meningkatkan kepuasan pasien dan mencegah terjadinya rawat ulang di rumah sakit. Selain itu kemampuan untuk menghubungi orang yang tepat dengan cepat dapat menciptakan efisiensi di antara staf kesehatan dan hal ini sangat mempengaruhi perawatan

pasien (http//www.ahrg.gov/research/0609RA 29htm). Akan tetapi Sand (2008) menyebutkan hambatan yang mungkin ditemukan dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yaitu ketika personel/ orang yang dimaksud oleh pasien saat berkonsultasi tidak ditemukan atau sedang tidak ada ditempat, atau jenis/saluran teknologi informasi yang dipilih kurang tepat sehingga tidak dapat ditangani secara tepat waktu. Sebagai contoh ekomunikasi seperti email tidak boleh digunakan untuk masalah pasien yang terkena serangan jantung, atau dalam situasi yang memerlukan pertukaran informasi yang cepat. Pager,lebih tepat untuk masalah waktu yang terbatas, sedangkan videoconference atau alat berbasis web merupakan pilihan yang lebih efisien untuk bertukar informasi yang banyak, seperti laporan kasus rinci. Karena laporan kasus memerlukan banyak diskusi di antara dokter, perawat dan pasien dirumah. Selanjuntnya ada hal-hal yang perlu diantisipasi sebagai kendala ketika kita akan menerapakan teknologi komunikasi pada pasien setelah proses pemulangan dianyatanya :
1. Keterbatasan sarana dan prasarana teknologi dan komunikasi : kemungkinan

tidak adanya integrasi antara sistem yang digunakan oleh pasien maupun provider sehingga dapat mempengaruhi kualitas proses pelaksanaan monitoring, sharing informasi antara penyelenggara kesehatan di RS dengan pasien yang ada dirumah.
2. Masih kuatnya budaya perawat (nursing culture) yang berkaitan dengan

teknologi informasi yang menyebabkan para perawat menjadi gaptek dalam penggunaan teknologi informasi untuk mengelola informasi kesehatan. Akibatnya perawat menjadi enggan untuk menggunakan layanan teknologi komunikasi.
3. Kurangnya pengenalan informasi tehnologi keperawatan sejak duduk di

bangku kuliah dan masih bervariasinya tingkat pendidikan perawat yang bekerja di RS sehingga hal ini mempengaruhi dalam perkembangan teknolgi informasi dalam bidang keperawatan termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelaksanaan discharge planning

D. Kesimpulan

Penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelaksaan DP sangat tepat digunakan untuk menjamin pelaksanaan DP lebih optimal. Salah satu bentuk penggunaan teknologi informasi yang efektif dan dapat mefasilitasi pasien untuk meningkatkan persepsi dan keluarga terhadap rencana DP yaitu media CD pembelajaran. Selanjutnya Penerapan teknologi komunikasi on line antara petugas kesehatan termasuk perawat dengan pasien post pemulangan dari rumah sakit sangat perlu dilakukan untuk menjamin kontinuitas perawatan sehingga dapat mencegah terjadinya rawat ulang. E. Rekomendasi dan Implikasi Dalam upaya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada pelaksanaan DP diupayakan diperukan pembuatan website dapat memberikan jaminan terhadap keamanan pasien dan hendaknya dioperasikan oleh teknisi yang memahami teknologi informatika dan menguasai teknis pelayanan kesehatan. Selanjutnya diperlukan pelatihan yang cukup bagi perawat dan petugas kesehatan lainnya untuk lebih memahami dan mahir dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga dapat dikembangkan lagi media pembelajaran berbasai teknologi informasi dalam pelaksanaan DP dan mampu melakukan diskusi dan sharing informasi secara on line. DAFTAR PUSTAKA Archie and Boren (2006). opportunities for Informatics to Improve Discharge Planning: A Systematic Review of the Literature http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC281540 diakses tanggal 15 Oktober 2010 Blais, Kathleen. K et al.(2007). professional nursing practice: Concepts and Perspectives. New Jersey :Pearson Education. Krunmen (2010). the impact of the electronic medical record on patient safety and care. Highland Heights. College of Health Profession. Kentucy.

Haryati at all (2008). Evalausi model perencanaan pulang yang berbasis teknologi informasi.http//www.repository.ui.ac.id diakses tanggal 30 Oktober 2010 Helles(2005).information handling in the nursing discharge note http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2702.2005.01235.x/full Potter, PA. & Perry, A.G. Potter & Perrysfundamentals of nursing: With over 1100 illustration. (4th ed). Sydney: Mosby (2001). Sand (2008). communication Health Care. http//www.cisco.com/web wp0724 diakses tanggal 25 Oktober 2010 Anonim.(2007).discharge process reduces hospital in the 30 day following discharge. http//www.ahrg.gov/research/0609 Anonim.(2007).family caregiver guide planning.http//www.caregiving.org to hospital discharge

Anonim. adverse events after hospital discharge. http://psnetahrq.gov/primer.aspx

Anda mungkin juga menyukai