Anda di halaman 1dari 15

Asma Bronkial

ASMA BRONKIAL
I. Pendahuluan
Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran napas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan. Serangan asma dapat berupa sesak napas ekspiratoir yang paroksismal, berulang-ulang dengan mengi (wheezing) dan batuk yang disebabkan oleh konstriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi mukosa bronkus dan produksi lendir kental yang berlebihan. Istilah asma berasal dari bahasa Yunani asthma yang berarti "sengal-sengal". Dalam pengertian klinik, asma dapat kita artikan sebagai batuk yang disertai sesak nafas berulang dengan atau tanpa disertai mengi. Penyebab asma dapat berasal dari gangguan pada saluran pernapasan, yang kita kenal sebagai asma bronkial, dan bisa juga berasal dari jantung. Yang kedua ini kita kenal dengan istilah asma jantung (asthma cardiale). Istilah bronkial sendiri merujuk pada bronkus. Istilah tersebut berasal dari bahasa Inggris, bronchial. Dengan demikian, asma bronkial dapat dipahami sebagai asma yang penyebabnya berkaitan dengan bronkus. Pada penderita asma bronkial terjadi penyempitan bronkus secara berulangulang. Di antara masa serangan tersebut, terdapat masa di mana fungsi ventilasi paru mendekati keadaan normal. Penyebab dari serangan yang berulang-ulang tersebut adalah kelabilan bronkus yang abnormal terhadap berbagai faktor. Akibat kelabilan ini, penyempitan bronkus mudah terjadi. Kelabilan bronkus terjadi baik pada mereka yang memiliki kecenderungan alergi maupun yang tidak. Faktor alergi memang memegang peranan penting pada sebagian besar penderita asma. Walau demikian, pada sebagian penderita, kita tidak dapat menemukan faktor alergi yang mendasarinya. Setiap orang bisa menderita asma, tapi serangan asma memang lebih sering muncul pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, dan orang dewasa pada usia 30-tahunan.(1,2,7)

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

Asma Bronkial II. Definisi


Asma adalah kelainan episodik pada saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk, mengi dan sesak napas disebabkan oleh hiperaktifitas bronkus.(1,2,3,4,5)

III. Etiologi
Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperaktivitas bronkus). Karena adanya hambatan sebagian sistem adrenergik, kurangnya enzim adenilsiklase dan meningginya tonus sistem parasimpatik. Keadaan demikian menyebabkan mudah terjadinya kelebihan tonus parasimpatik kalau ada rangsangan sehingga terjadi spasme bronkus. Banyak faktor yang turut menentukan derajat reaktivitas atau iritabilitas tersebut. Faktor genetik, biokimiawi, saraf otonom, imunologis, infeksi, endokrin, psikologis dan lingkungan lainnya, dapat turut serta dalam proses terjadinya manifestasi asma. Karena itu asma disebut penyakit yang multifaktorial.(1,2,3,4)

IV. Epidemiologi
Asma mungkin mempunyai awitan pada setiap usia, sekitar 80 90% anak asma mendapat gejala pertama mereka sebelum usia 4 5 tahun. Kira-kira 2 20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Belum ada penyelidikan menyeluruh mengenai angka kejadian asma pada anak di Indonesia, namun diperkirakan berkisar antara 5 10%. Di Poliklinik Subbagian Paru Anak FKUI-RSCM Jakarta, lebih dari 50% kunjungan merupakan penderita asma.(1,2)

V. Patofisiologi
Seperti yang telah diutarakan terdahulu, asma terjadi pada orang yang mempunyai kelabilan bronkus tinggi terhadap berbagai faktor pencetus. Faktor pencetus akan mengaktifkan respon imunitas, dan mediator-mediator peradangan akan dilepaskan sebagai akibatnya. Lepasnya berbagai mediator peradangan akan memunculkan reaksi pada tubuh penderita, dalam hal ini khususnya pada saluran pernapasan. Pada respon imunitas tersebut, imunoglobulin E (IgE) akan berikatan dengan alergen dan hal tersebut akan menyebabkan terjadinya degranulasi

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

Asma Bronkial
dari sel mast. Sel mast akan melepaskan histamin dan histamin akan menyebabkan terjadinya berbagai hal seperti: Bronkospasme (otot polos bronkus mengalami kontraksi) Edema mukosa bronkus (akibat meningkatnya permeabilitas kapiler) Hipersekresi mukus dalam lumen bronkus (selain itu juga terjadi peningkatan viskositas mukus) Kongesti dan pembengkakan ruang interstisial paru Akibat dari hal-hal tersebut, terjadi hambatan aliran udara yang masuk ke dalam paru dan akibatnya terjadi juga penurunan ventilasi alveolar. Lendir (mukus) pada saluran pernafasan yang seharusnya dapat dikeluarkan menjadi sulit untuk dilepaskan. Hal ini merupakan akibat dari penyempitan bronkus dan viskositas mukus yang meningkat (lendir menjadi kental). Selain itu, sebagian epitel bersilia (yang bertugas untuk mengantarkan mukus keluar) juga rusak dan hilang terlepas. Semua faktor ini menyebabkan lendir tertahan di saluran pernafasan (seakan menjadi sumbat mukus). Aliran udara yang terhambat mengakibatkan hantaran oksigen (O 2) ke dalam darah menjadi berkurang, dan pengeluaran karbondioksida (CO2) dari darah pun terhambat pula. Kesulitan dalam mengeluarkan karbondioksida mula-mula masih dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi berupa hiperventilasi pada sebagian alveolus. Dengan terjadinya hiperventilasi, karbondioksida dapat dikeluarkan. Proses ini seringkali ditandai dengan turunnya tekanan parsial CO2 (pCO2) darah arteri di bawah 45 mmHg. Bila asma semakin berat, proses kompensasi pun sudah terlampaui. Pada saat ini pCO2 darah akan kembali ke tingkat normal (seakan-akan membaik) atau bahkan melampaui tingkat normal. Tanda ini harus benar-benar kita waspadai. Jadi bila kita menjumpai pCO2 darah arteri 45 mmHg, mungkin saja hal tersebut bukan menandakan hal yang baik, malah pemburukan keadaan. Kita tidak boleh alpa untuk memperhatikan tekanan parsial O2. Berbeda dengan karbondioksida, hambatan hantaran oksigen ke dalam darah tidak dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi. Akibatnya, tekanan parsial O2 (PO2) darah akan turun terus seiring dengan bertambah beratnya keadaan yang diderita. Bila pO2 darah < 60 mmHg, maka penderita sudah mengalami asma berat.(1,2,3,4)

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

Asma Bronkial VI. Gejala Klinis


Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran napas ini dapat menyebabkan timbulnya episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khusunya pada malam atau siang hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi, yang sebagian besar bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatn. Gejala dan serangan asma biasanya timbul bila pasien terpajan dengan faktor pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual.(1,2,3,4,5,6,7) Penilaian derajat serangan asma berdasarkan klasifikasi klinis :(1,4)
Parameter Klinis fungsi paru. Laboratorium Aktivitas Ringan Berjalan Bayi : menangis keras Kalimat Biasa berbaring Mungkin teragitasi Tidak ada Sedang, sering hanya pada akhir respirasi Minimal Biasanya tidak Dangkal, retraksi interkostal Meningkat Normal Tidak ada < 10 mmHg > 95% Normal < 45 mmHg Sedang Derajat Berat Istirahat Bayi : berhenti makan Kata-kata Duduk bertopang lengan Biasanya teragitasi Ada Sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop Berat Ya Dalam, ditambah napas cuping hidung Meningkat Takikardi Ada > 20 mmHg <95% < 60 mmHg > 45 mmHg Ancaman napas henti

Bicara Posisi Kesadaran Sianosis Mengi

Berbicara Bayi : tangis pendek dan lemah Kesulita makan Penggal kalimat Lebih suka duduk Biasanya teragitasi Tidak ada Nyaring, sepanjang ekspirasiinspirasi sedang Biasanya ya Sedang, ditambah retraksi suprasternal Meningkat Takikardi Ada 10-20 mmHg 91-95% > 60 mmHg < 45 mmHg

Kebingungan Sulit terdengar tidak

Sesak napas Otot bantu napas Retraksi

Gerakan paradok torakoabdominal Dangkal/hilang

Laju napas Laju nadi Pulsus paradoksus SaO2 PaO2 PaCO2

Menurun Bradikardi Tidak ada, Tanda kelainan otot napas

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

Asma Bronkial VII.Diagnosis


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas. Serangan batuk dan mengi yang berulang sering lebih nyata pada malam hari, atau bila ada beban fisik sangat karakteristik untuk asma sehingga diagnosis pad umumnya mudah dibuat. Walaupun demikian cukup banyak asma anak dengan batuk kronik berulang, terutama terjadi pada malam hari ketika hendak tidur, disertai sesak, tetapi tidak jelas mengi dan sering didiagnosis sebagai bronchitis kronik. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan spirometri berulang. Spirometri juga digunakan untuk menilai beratnya penyumbatan saluran udara dan untuk memantau pengobatan. Menentukan faktor pemicu asma seringkali tidak mudah. Tes kulit alergi bisa membantu menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma. Jika diagnosisnya masih meragukan atau jika dirasa sangat penting untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya asma, maka bisa dilakukan bronchial challenge test. (1,2,3,4,6)

VIII. Diagnosis Banding


Mengi dan dispnu ekspiratoir dapat terjadi pada bermacam-macam keadaaan yang menyebabkan obstruksi pada saluran napas : 1. Pada bayi adanya korpus alienum di saluran napas dan esophagus atau kelenjar timus yang menekan trakea. 2. Penyakir paru kronik yang berhubungan dengan bronkiektasis atau fibrosis kistik. 3. Bronkiolitis akut, biasanya mengenai anak dibawah umur 2 tahun dan terbanyak dibawah umur 6 bulan dan jarang berulang. 4. Bronkitis. Tidak ditemukan eosinofilia, suhu biasanya tinggi dan tidak herediter. Bila sering berulang dan kronik biasanya disebabkan oleh asma. 5. Tuberkulosis kelenjar limfe didaerah trakeobronkial. 6. Asma kardial. Sangat jarang pada anak. Dispnu paroksismal terutama malam hari dan biasanya didapatkan yanda-tanda kelainan jantung. 7. Kelainan trakea dan bronkus, misalnya trakeobronkomalasi dan stenosis.(1,2)

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

Asma Bronkial IX. Komplikasi


Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka akan terjadi emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk toraks yaitu toraks membungkuk ke depan dan memanjang. Pada asma kronik dan berat dapat terjadi bentuk dada burung dara dan tampak sulkus Harrison. Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat sehingga dapat terjadi atelektasis pada lobus segmen yang sesuai. Bila atelektasis berlangsung lama dapat berubah menjadi bronkiektasis, dan bila ada infeksi terjadi bronkopneumonia.(1)

X. Penatalaksanaan
Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah serangan. Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik. Bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik (misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik. Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan untuk mencegah serangan. Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup) dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjangkau saluran udara yang mengalami penyumbatan berat. Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

Asma Bronkial
dapat menjangkau daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat. Jenis bronkodilator lainnya adalah teofilin. Teofilin biasanya diberikan per-oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul dan tablet long-acting. Pada serangan asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah). Jumlah teofilin di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau kejang. Pada saat pertama kali mengkonsumsi teofilin, penderita bisa merasakan sedikit mual atau gelisah. Kedua efek samping tersebut, biasanya hilang saat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan obat. Pada dosis yang lebih besar, penderita bisa merasakan denyut jantung yang cepat atau palpitasi (jantung berdebar). Juga bisa terjadi insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan, ketakuatan), muntah, dan kejang. Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan. Tetapi penggunaan tablet atau suntikan kortikosteroid jangka panjang bisa menyebabkan : gangguan proses penyembuhan luka terhambatnya pertumbuhan anak-anak hilangnya kalsium dari tulang perdarahan lambung katarak prematur peningkatan kadar gula darah penambahan berat badan kelaparan kelainan mental. Tablet atau suntikan kortikosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler kortikosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

Asma Bronkial
50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya. Kortikosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan gejala asma. Kromolin dan nedokromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala. Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik. Pengubah leukotrien (contohnya montelukas, zafirlukas dan zileuton) merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma). (1,2,3,4,5,6,7) PENGOBATAN UNTUK SERANGAN ASMA Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernapasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda. Agonis reseptor beta-adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak nafas yang sangat berat). Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita. Pengobatan asma juga bisa dilakukan dengan memberikan suntikan epinefrin atau terbutalin di bawah kulit dan aminofilin (sejenis teofilin) melalui infus intravena. Penderita yang mengalami serangan hebat dan tidak menunjukkan perbaikan terhadap pengobatan lainnya, bisa mendapatkan suntikan kortikosteroid, biasanya secara intravena (melalui pembuluh darah). Pada serangan asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

Asma Bronkial
tambahan oksigen. Jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena. Jika diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik. Selama suatu serangan asma yang berat, dilakukan : pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow meter) pemeriksaan rontgen dada. (6) PENGOBATAN ASMA JANGKA PANJANG Salah satu pengobatan asma yang paling efektif adalah inhaler yang mengandung agonis reseptor beta-adrenergik. Penggunaan inhaler yang berlebihan bisa menyebabkan terjadinya gangguan irama jantung. Jika pemakaian inhaler bronkodilator sebanyak 2-4 kali/hari selama 1 bulan tidak mampu mengurangi gejala, bisa ditambahkan inhaler kortikosteroid, kromolin atau pengubah leukotrien. Jika gejalanya menetap, terutama pada malam hari, juga bisa ditambahkan teofilin peroral. (6) Obat-obat yang dipakai untuk asma pada anak : (1)
Nama Obat Obat simpatomimetik : Terbutaline Nama Dagang Bricasma Dosis Oral : 0,075 mg/kgBB tiap 6 jam Subkutan: 0,005 mg/kgBB Aerosol: 1-2 se,protan (250500 mcgr)tiap 4-6 jam Larutan respirator: 0,02-0,03 ml/kgBB tiap 4-6 jam Oral : 0,3 mg/kgBB tiap 6 jam Larutan respirator (2%): 0,010,02 ml/kgBB tiap 4-6 jam Oral : 0,15 mg/kgBB tiap 6 jam Aerosol : 2 semprotan (200mcgr) tiap 4-6 jam Larutan respirator: 0,02-0,03 ml/kgBB tiap 4-6 jam Oral:1 mg/tahun per kali 3-4 kali/hari Subkutan: larutan 1:1000, 0,01 ml/kgBB/kali, maksimal 0,5 ml

Orciprenalin (metaproterenol) Salbutamol (albuterol)

Alupent Ventollin

Efedrin HCl Adrenalin

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

Asma Bronkial
Methylxantine : Aminophyline IV: 5 mg/kgBB tiap 6 jam atau 5 jam mg/kgBB permulaa dan 0,9 mg/kgBB perjam dalam infus Oral:5-6mg/kgBB tiap 6 jam maks. 200 mg Oral: 8-10 mg/kgBB tiap 12 jam maks. 500 mg 1 spincap (20mg) 3-4x/hari 2 ml nebulizer solution (20mg) 3-4x/hari Anak umur > 3 thn 2x1mg/hari Anak umur < 3 thn 2x0,50,25mg/hari Aerosol:2-4 semprotan (100200 mcgr) 3-4x/hari Puyer kering (rotacaps) 100200 mg 3-4x/hari Aerosol:2-4x semprotan (100200 mcgr)3-4 x/hari Oral:1-2mg/kgBB/hari/3-4x IM/IV:15mg/kgBB/hari 3-4 kali

Theophyllin standard slow release Sodium cromoglycate Ketotifen Steroid : Beclomethasone Intal Zaditen

Aldecin

Budesonid Prednison Hidrokortison

Pulmicort

XI. Prognosis
Prognosis jangka panjang asma anak pada umumnya baik. Sebagian besar asma anak hilang atau berkurang dengan bertambahnya umur. Secara keseluruhan dapat dikatakan 70-80% asma anak bila diikuti sampai dengan umur 21 tahun asmanya sudah menghilang. Faktor yang dapat mempengaruhi prognosis asma anak ialah : Umur ketika serangan pertama timbul Banyak sedikitnya faktor atopi Pernah menderita eksema infantile Lamanya ninum susu Usaha pengobatan Polusi udara dan asap rokok Penghindaran allergen Jenis kelamin, hormonal dan lain-lain.(1)

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

10

Asma Bronkial

Daftar Rujukan
1. Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghozali MV, Putra ST. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid ke-3. hassan R, Alatas H, Ed. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fk-UI, Infomedika, Jakarta, 1985, Hal ;1203-1228 2. Behrman R, Vaughan V. Asma dalam ; Nelson Ilmu Kesehatan Anak (Nelson : Textbook of Pediatrics), Edisi 12, Bagian: 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1992, Hal ; 859-868 3. Mansjoer, A (editor), Kapita Selekta Kedokteran, FKUI, Jakarta, Edisi ke-3, Jilid II, Cetakan I, 1999, Hal ; 861-864 4. Asma Bronkial, Dalam : Standar Profesi Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang, Draft untuk lokakarya 2-3 Oktober 1999, Hal ; 9-14

5. Asma. Available from URL : http://www.medicastore.com 6. Asma. Available from URL : http://www.ub.net.id/Tips/tips_asma.htm

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

11

Asma Bronkial

Daftar Isi
Halaman Kata Pengantar i Daftar Isi ... ii

I. Pendahuluan.....................................................................................................................1 II. Definisi...........................................................................................................................2 III. Etiologi..........................................................................................................................2 IV. Epidemiologi.................................................................................................................2 V. Patofisiologi....................................................................................................................2 VI. Gejala Klinis..................................................................................................................4 Derajat.............................................................................................................................4 VII. Diagnosis.....................................................................................................................5 VIII. Diagnosis Banding......................................................................................................5 IX. Komplikasi....................................................................................................................6 X. Penatalaksanaan..............................................................................................................6 XI. Prognosis.....................................................................................................................10 Daftar Rujukan..................................................................................................................11 Halaman.....................................................................................................................12 ANDRI JAYA...............................................................................................................14 NIM. 96310022.............................................................................................................14

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

12

Asma Bronkial

ii

Kata Pengantar
Assalamualikum wr. Wb. Dengan rasa syukur dan hati lega, penulis telah selesai menyusun paper ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan (RSUPM) dengan judul Asma Bronkial. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Sugiyani, SpA. para Supervisor dan para Residen Ilmu Kesehatan Anak di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUPM atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUPM serta dalam penyusunan paper ini. Bahwasanya hasil usaha penyusunan paper ini masih banyak kekurangannya, tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan penyusunan paper lain dikemudian kesempatan. Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan penyakit asma bronkial pada anak di masyarakat.

Medan, April 2004 Penulis

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

13

Asma Bronkial

ASMA BRONKIAL
Tugas Ini Dibuat Untuk Melengkapi Persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior Di SMF Ilmu Kesehatan Anak Dr. Pirngadi Medan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung

Oleh,
ANDRI JAYA NIM. 96310022

Pembimbing,

Dr. Hj. Sugiyani S, Sp.A.

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

14

Asma Bronkial

SMF ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2004

KKS SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Pirngadi Medan

15

Anda mungkin juga menyukai