Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM 2 FLORA NORMAL, FAKTOR PERTUMBUHAN & ANTISEPTIK

FLORA NORMAL Kuman terdapat dimana saja di alam ini, yaitu di air, tanah, udara, dan juga dipermukaan tubuh. Serta beberapa alat atau organ tubuh. Pada umumnya kuman kuman tersebut merupakan flora normal. Tempat atau lokasi tempat hidup kuman disebut sebagai habitat. F l o r a n o r m a l a t a u mikrobiota adalah kumpulan organisme yang umum ditemukan secara alamiah pada orang sehat dan hidup rukun berdampingan dalam hubungan yang seimbang dengan host-nya. Mikroorganisme yang apabila berpindah habitat dapat menimbulkan penyakit. Bakteri memerlukan makan namun ada beberapa hal yang dapat menekan pertumbuhan bakteri yaitu suhu, sinar matahari, beberapa jenis logam berat (tembaga dan air raksa) dan bahan kimia. Bahan yang disediakan : 1. Tusuk gigi steril 2. Zat warna untuk pewarnaan sederhana atau Gram 3. Lempeng agar darah Cara Kerja: a. Flora Normal Mulut: 1. Siapkan objek gelas steril 2. Mensterilisasi ose dengan cara membakar pada spiritus 3. Masukkan ose ke dalam tabung NaCl fisiologis 4. Teteskan pada objek gelas 5. Mensterilisasi ose yang baru saja digunakan 6. Ambil kotoran di sela sela gigi dengan menggunakan tusuk gigi steril 7. Letakkan tusuk gigi yang telah digunakan di atas cairan NaCl fisiologis 8. Buang tusuk gigi di bak pewarnaan 9. Keringkan objek glass dengan melewatkannya diatas uap api spirtus 10. Objek gelas yang telah berisi bakteri dipanaskan lalu di fiksasi dengan cara melewatkan pada lidah api sebanyak tiga kali dengan menggunakan pinset 11. Kemudian lakukan pewarnaan Gram 12. Lihat hasil pada mikroskop Hasil praktikum : 1. Flora Normal Mulut Nacl fisiologis + kotoran gigi & pewarnaan gram

OP Bentuk OP 1 OP 2 OP 3 OP 4 OP 5 Kesimpulan dan penjelasan :

Deskripsi Gram

Contoh bakteri Ciri tambahan

b. Flora Normal kulit 1. Letakkan jari telunjuk pada lempeng agar darah 2. Eramkan pada lemari pengeram 37 C selama 24 jam 3. Lihat hasil Hasil praktikum : 2. Flora Normal Kulit ADP + kulit telunjuk Macam koloni Bentuk Koloni 1 Koloni 2 Koloni 3 Koloni 4 Koloni 5 Koloni 6 Koloni 7 Koloni 8 Koloni 9 Kesimpulan dan penjelasan : c. Flora Normal Udara (lab kecil) 1. Siapkan 1 OP untuk memegang medium agar darah 2. Angkat tangan yang memegang lempeng agar darah lebih tiggi dari bahu selama 5 menit 3. Eramkan pada lemari pengeram 37 C selama 24 jam 4. Lihat hasilnya Deskripsi Warna Jenis Koloni Hemolisis

Hasil praktikum : 3. Flora Normal Udara ADP + flora udara Macam Koloni Koloni 1 Koloni 2 bentuk Deskripsi Ukuran Tepi warna

Kesimpulan dan penjelasan :

KEPEKAAN KUMAN TERHADAP BERBAGAI AGEN Pertumbuhan kuman dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti suhu, pH, tekanan osmose, sinar matahari, bahan kimia, logam dan sebagainya. Suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan kuman karena kuman memerlukan suhu optimum untuk dapat tumbuh dengan baik. Suhu juga dapat mempengaruhi pembentukan pigmen pada beberapa jenis kuman, sehingga untuk melihat pigmennya maka kuman harus ditanam dan dieram pada suhu tertentu yang optimum. Sinar matahari, terutama sinar ultra ungu (panjang gelombang 250-265 nano-meter) dan juga sinar-sinar lain yang mempunyai gelombang pendek, dapat menghambat pertumbuhan kuman atau mematikan kuman. Bakteri yang aktif melakukan pembelahan lebih mudah dipengaruhi oleh sinar ultra ungu (ultraviolet, uv). Beberapa jenis logam berat, seperti tembaga dan air raksa, mempunyai daya penghambat pertumbuhan beberapa jenis kuman; daya hambat logam terhadap pertumbuhan kuman ini disebut daya oligodinamik, Hal ini dapat diterangkan dengan ion-ion logam tersebut mempunyai afinitas dengan protein sel kuman, yang mengakibatkan pengumpulan sejumlah besar ion-ion tersebut dan mengakibatkan denaturasi protein sel kuman. Bahan kimia, berbagai jenis bahan kimia dapat menghambat pertumbuhan kuman, misalnya kadar gula yang tinggi, zat warna, desinfektan, antibiotika. Bahan kimia ini dapat menghambat pertumbuhan kuman, disebut efek bakteriostatik, atau dapat membunuh kuman, disebut efek bakterisid. Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk sanitasi, disinfeksi, antisepsis dan untuk membunuh kuman. Antibiotika sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit infeksi bakterial. Antbiotika dapat bersifat bakteriostatik dan juga dapat bersifat bakterisid. Dalam melakukan terapi dengan menggunakan antibiotika guna penanggulangan penyakit infeksi bakterial, kadang diperlukan pemeriksaan kepekaan (tes sensitivitas) kuman terhadap antibiotik yang tersedia, karena pada masa kini telah banyak ditemukan kuman yang resisten terhadap antibiotika. Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika antara lain dapat dilakukan dengan: 1. CARA CAKRAM (DISC METHOD), yaitu dengan menggunakan cakram kertas saring yang mengandung antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar tertentu yang kemudian diletakkan di atas lempeng agar yang ditanami uman yang akan diperiksa, kemudian dieram. Apabila tampak adanya zona hambatan pertumbuhan kuman di sekeliling cakram antibiotika, maka kuman yang diperiksa sensitive terhadap antibiotika tersebut. Cara ini disebut juga sebagai cara difusi agar, cara yang lazim dilakukan adalah cara KirbyBauer.

2. CARA TABUNG (TUBE DILUTION METHOD), yaitu dengan membuat penipisan antibiotika pada sederetan tabung reaksi yang berisi perbenihan cair. Ke dalam tabungtabung tersebut dimasukkan kuman yang akan diperiksa dengan jumlah tertentu dan kemudian dieram. Dengan cara ini akan dapat diketahui konsentrasi terendah antibiotika yang menghambat pertumbuhan kuman yang disebut Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC) Tes kepekaan / resistensi Bahan : 1. 2. 3. 4. 5. Lempeng agar Mueller Hinton Kaldu BHI 1cc Tusuk kapas steril Cakram antibiotic ( 5 macam ) Biakan kuman : Staphylococcus aureus atau Escherichia coli

Cara kerja : 1. Ambil kuman yang telah disediakan dengan sengkelit steril, buat suspensi dalam tabung berisi kaldu BHI steril 1cc , sesuaikan dengan standar Mc Farland 0,5 2. Ambil kapas baru lalu celupkan ke dalam suspense yang telah dibuat. 3. Oleskan usap kapas yang telah mengandung kuman pada permukaan media Agar secara merata ( seluruh permukaan Agar Mueller Hinton ) 4. Letakkan cakram antibiotika yang disediakan pada permukaan agar dengan jarak cukup antara cakram satu dengan cakram lain. 5. Eram pada lemari pengeram 37 C , selama 24 jam dan lihat serta catat hasilnya Hasil Praktikum: 4. Resistensi Cakram Antibiotik + lempeng agar Mueller Hinton + bakteri Bakteri Antibiotik CIP5 E15 Escheria coli S10 AML25 CIP5 Staphylococcus E15 aureus S10 AML25 Kesimpulan dan penjelasan: Deskripsi Diameter 1,3 1,6 3 3,1 1,9 4,2 Keterangan

Antisepsis kulit: Bahan : 1. 2. 3. 4. Cara kerja : 1. Bagian bawah lempeng agar darah dibagi menjadi 4 wilayah dengan menggunakan pensil gelas. a. Pada wilayah I Usap kapas steril dibasahi dengan kaldu steril, kemudian diusapkan pada telapak tangan, selanjutnya dioleskan pada wilayah I bagian lempeng agar darah. b. Pada wilayah II Cuci tangan dengan sabun dan air selama 2 menit, kemudian usap kapas steril yang dibasahi dengan kaldu steril pada telapak tangan, oleskan pada wilayah II pada bagian agar darah. c. Pada wilayah III Ambil sebuah usap kapas steril, basahi dengan kaldu steril, oleskan pada lengan bawah. Kemudian oleskan pada wilayah III pada bagian agar darah d. Pada wilayah VI Basahi tusuk kapas dengan alcohol lalu oleskan pada voler ( sejajar lipatan kulit) dan buang tusuk kapass tersebut. Ambil tusuk kapas yang baru dan teteskan dengan hand sanitizer dan dioleskan di tempat yang sebelumnya telah diolesi alcohol. Ambil tusuk kapas lalu baru oleskan pada lengan bawah bagian voler dan usapkan pada wilayah VI pada agar darah. 2. Eramkan lempeng agar darah ini pada 37 C selama 24 jam dan lihat serta catat hasilnya Lempeng agar darah Kaldu 2cc Tusuk kapas steril Antisepsis (sabun, alkohol)

Hasil praktikum: 5. Antisepsis ADP + antisepsis

I III

II IV

No 1. 2. 3. 4.

Daerah I II III IV

Jumlah koloni Banyak Lebih banyak Lebih banyak drpd I&II Lebih sedikit daripada I, II & III

Kesimpulan dan penjelasan: Bagian I : tes dilakukan sebelum cuci tangan pada daerah telapak tangan. Didapatkan bakteri yang lebih sedikit, koloninya membentuk pola rough Bagian II : tes dilakukan setelah melakukan cuci tangan pada daerah telapak tangan. Bakteri membentuk pola koloni rough. Namun, hasilnya didapatkan lebih banyak daripada bagian I. ini dapat terjadi karena terdapat kontaminasi seperti : a. Sabun yang digunakan tidak steril b. Air yang digunakan terkontaminasi c. Orang percobaan tidak melakukan cara mencuci tangan dengan baik dan benar sesuai standar WHO Bagian III : tes dilakukan pada bagian volar yang belum dicuci. Didapatkan hasil bakteri yang sangat banyak. Hal ini dikarenakan daerah voler lebih

lembab daripada telapak tangan, jarang dibersihkan, dan terkontaminasi kuman dari baju. Bakteri membentuk koloni rough Bagian IV : tes dilakukan pada bagian volar yang sudah di sterilkan dengan alcohol 70% dan handsanitizer. Hasil yang didapatkan terdapat jumlah bakteri yang lebih sedikit daripada bagian I,II, maupun III. Bakteri membentuk koloni rough

Laporan Praktikum 2 Flora Normal, Faktor Pertumbuhan, dan Antiseptik


Kelompok B 11

Nanda Nurdara Tahara Nindya Primadhita Wiwiek Librani S Rizal Fadhlurrahman Siti Saradita Putri Prima Ramadhan Sandi Puspita Pratiwi Wandan Surya Kencana Sheila Prilia Andini

(1102012189) (1102012196) (1102012309) (1102011250) (1102012283) (1102012218) (1102012259) (1102012304) (1102012274)

FK Universitas YARSI Jakarta 2012/2013

Jl.Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510 Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21.4244574

Anda mungkin juga menyukai