Anda di halaman 1dari 9

HUKUM LINGKUNGAN

NAMA KELOMPOK :

Satrisca Sagitha Surya Ida Ayu Nanda Pramasari Ni Made Utami Jayanthi IGusti A. Devi Maharani

1103005002 1103005010 1103005011 1103005015

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA 2013

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Limbah cair industri pangan mengandung bahan organik yang tinggi, bila dibuang ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu akan menimbulkan dampak negatif berupa penurunan kualitas badan air penerima. Kandungan bahan organik dalam limbah industri pangan memiliki bahan organik yang tinggi dan dapat sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan mikroba. Dengan pasokan makanan yang berlimpah, mikroorganisme akan berkembang biak dengan cepat dan mereduksi oksigen terlarut yang terdapat dalam air. Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Sebagian besar produk tahu di Indonesia dihasilkan oleh industri skala kecil yang kebanyakan terdapat di Pulau Jawa. Industri tersebut berkembang pesat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun, di sisi lain industri ini menghasilakan limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan. Industri tahu membutuhkan air untuk pemrosesannya, yaitu untuk proses sortasi, peredaman, pengupasan kulit, pencucian, penggilingan, perebusan dan penyaringan. Air buangan dari proses pembuatan tahu ini menghasilkan limbah cair yang menjadi sumber pencemaran bagi manusia dan lingkungan. Limbah tersebut, bila dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat mengakibatkan kematian makhluk hidup dalam air termasuk mikroorganisme (jasad renik) yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan biologis air, oleh karena itu penanganan limbah cair secara dini mutlak perlu dilakukan.

B.

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pencemaran dan seperti apa pencemaran limbah industri pangan itu? 2. Apa saja dampak yang ditimbulkan limbah industri pangan terhadap lingkungan? 3. Bagaimana cara pengolahan limbah cair industry pangan dan pemanfaatan limbah industri pangan?

C. 1. 2.

Tujuan Mengetahui dan memahami pengertian pencemaran Mengetahui gambaran pencemaran limbah industri pangan

3. Mengetahui dan memahami dampak yang ditimbulkan dari limbah industri pangan terhadap lingkungan maupun manusia 5. 6. Mengetahui dan memahami cara pengolahan limbah cair industri pangan Mengetahui dan dapat mempraktekkan cara pemanfaatan limbah industri pangan.

BAB II PEMBAHASAN

A.

Pencemaran Limbah Industri Pangan

Pengertian Pencemaran

Pencemaran lingkungan kadang-kadang tampak jelas pada kita seperti timbunan sampah di pasar-pasar, pendangkalan sungai yang penuh kotoran, ataupun sesaknya napas karena asap knalpot ataupun cerobong asap pabrik. Tetapi ada juga yang kurang nampak misalnya terlepasnya gas hidrogen sulfida dari sumber minyak tua. Begitu pula musik yang memekakkan telinga yang keluar dari peralatan elektronik modern. Ion fosfat dalam limbah pabrik merupakan pencemar, tetapi merupakan rabuk yang baik bagi pepohonan. Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 yang dimaksud dengan pencemaran adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air, udara/tanah dan atau berubahnya tatanannya (komposisi) oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air, udara/tanah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Dengan semakin meningkatnya perkembangan industri, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan yang disebabkan oleh hasil buangan industri tersebut. Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh perkembangan industri,

perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber air dan baku mutu limbah cair. Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air tetapi air tersebut tetap dapat digunakan sesuai dengan kriterianya, sedangkan baku mutu limbah cair merupakan kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air.

Pencemaran Limbah Industri Pangan

Limbah industri pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam mineral dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya, limbah dari industri tahu, susu, pembekuan dan pengeringan makanan, industri pengolahan daging, unggas, dan hasil laut dapat menimbulkan bau yang tidak diinginkan dan polusi berat pada perairan bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat. Secara normal, air mengandung kira-kira 8 ppm oksigen terlarut. Standar minimum oksigen terlarut untuk kehidupan ikan adalah 5 ppm dan dibawah standar ini akan menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat akrab dengan masyarakat indonesia. Air buangan industri tahu rata-rata mengandung BOD, COD, TSS dan minyak/lemak berturut-turut sebesar 4583, 7050, 4743 dan 26 mg/l. Bila dibandingkan dengan baku mutu limbah cair industri produk makanan dari kedelai menurut KepMenLH No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Inddustri, kadar maksimum diperbolehkan untuk BOD5, COD dan TTS berturut-turu adalah 50, 100 dan 200 mg/l, sehingga jelas bahwa limbah cair industri ini telah melampaui baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk menurunkan kandungan bahan organik dalam air buangan industri tahu tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode fisika-kimia, biologis aerob dan pemanfaatan gulma air. Akan tetapi, penerapan ketiga metode tersebut dalam skala riil khususnya di Indonesia relatif sulit karena beberapa alasan, antara lain: metode dan operasi relatif kompleks, kebutuhan jumlah koagulan besar dan biaya energi listrik untuk aerasi tinggi, serta lahan fasilitas pengolahan yang relatif luas. Dengan demikian, para pengusaha industri tahu sering membuang limbah ke badan air tanpa pengolahan terlebih dahulu. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan metode pengolahan alternatif baru yang efektif, murah dan efisien serta mudah dioperasikan.

Terkait dengan pembuangan limbah industri tahu yang sering dibuang ke badan air tanpa pengolahan terlebih dahulu, sehingga menimbulkan pencemaran, semua telah diatur dalam Pasal 48 PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dinyatakan bahwa : setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melanggar ketentuan Pasal 24 ayat (1), Pasal 25, Pasal 26, Pasal 32, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 40, dan Pasal 42, Bupati/Walikota berwenang menjatuhkan sanksi administrasi.

B. Dampak Limbah Industri Pangan

Limbah usaha kecil pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya.

C.

Pengolahan Limbah Cair Industri Pangan dan Pemanfaatan Limbah Industri Pangan

Pengolahan Limbah Cair Industri Pangan

Berbagai upaya untuk mengolah limbah cair industri tahu dicoba dan dikembangkan. Secara umum, metode pengolahan yang dikembangkan tersebut dapat digolongkan atas 3 jenis metode pengolahan, yaitu secara fisika, kimia maupun biologis. 1. Cara Fisika

Merupakan metode pemisahan sebagian dari beban pencemaran khususnya padatan tersuspensi atau koloid dari limbah cair dengan memanfaatkan gaya-gaya fisika. Dalam pengolahan limbah cair industri tahu secara fisika, proses yang dapat digunakan antara lain adalah filtrasi dan pengendapan (sedimentasi). Filtrasi (penyaringan) menggunakan media penyaring terutama untuk menjernihkan dan memisahkan partikel-partikel kasar dan padatan tersuspensi dari limbah cair. Dalam sedimentasi, flok-flok padatan dipisahkan dari aliran dengan memanfaatkan gaya graviatasi. 2. Cara Kimia

Merupakan metode penghilangan atau konsevari senyawa-senyawa polutan dalam limbah cair dengan penambahan bahan-bahan kimia atau reaksi kimia lainnya. Beberapa proses yang dapat diterapkan dalam pengolahan limbah cair industri tahu diantaranya termasuk koagulasiflokulasi dan netralisasi. Selain metode tersebut diatas, metode gabungan fisika-kimia mencakup flokulasi yang dikombinasikan dengan sedimentasi juga telah dicoba degunakan dalam skala laboratorium. Namun, penerapan metode fisika, kimia atau gabunan keduanya dalam skala riil hasilnya kurang memuaskan khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara lain: metode pengolahan fisika-kimia terlalu kompleks, kebutuhan bahan kimia cukup tinggi, serta lumpur berupa endapan sebagai hasil dari sedimentasi menjadi masalah penanganan lebih lanjut. 3. Cara Biologi

Cara biologi ini dapat menurunkan kadar zat organik terlarut dengan memanfaatkan mikroorganisme atau penumbuh air. Pada dasarnya cara biologi adalah pemusatan molekul kompleks menjadi molekul sederhana. Proses ini sangant peka terhadap faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan zat-zat inhibitor terutama zat-zat beracun. Mikroorganisme yang digunakan untuk pengolahan limbah adalah bakteri, algae atau protozoa. Sedangakan tumbuhan air yang dapat digunakan termasuk gulma air (aquatic weeds).

Metode biologis lainnya yang juga telah dicoba diterapkan dalam penanganan limbah cair industri tahu yaitu menggunakan proses lumpur aktif (activated sludge) untuk mendegradasi kandungan organik dalam bahan limbah cair tahu dan susu kedelai. Akan tetapi melihat tingkat pengetahuan para pengrajin tahu khususnya di Indonesia yang relatif minim dalam hal penanganan limbah dan faktor-faktor teknis lainnya, seperti biaya investasi dan operasi cukup tinggi, luas lahan yang diperlukan cukup besar, serta pengendalian proses yang relatif kompleks. Sehingga, penerapan metode ini khususnya di Indonesia kurang berdaya guna. Hal ini dapat dilihat bahwa banyak diantara pengrajin tahu membuang limbahnya ke perairan tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, perlu dicari metode pengolahan limbah cair yang lebih sederhana, efektif dan murah serta mudah dioperasikan, sehingga dapat diterima dan diterapkan di Indonesia.

Pemanfaatan Limbah Industri Pangan Kemajuan ilmu dan teknologi menimbulkan dampak positif bagi perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun di lain pihak dampak negatifnya berupa makin banyaknya limbah yang dihasilkan dari industri-industri tidak dapat dihindari. Untuk menanggulangi masalah pencemaran, masyarakat harus mulai berfikir keras untuk memanfaatkan limbah industri yang masih dapat dimanfaatkan. Hal ini akan mengurangi biaya pengolahan limbah dan akan menambah pendapatan bagi masyarakat. Industri tahu yang menghasilkan limbah merupakan salah satu sumber pencemaran udara berupa bau busuk dan pencemaran sungai yang ada di sekitar pabrik. Limbah yang dihasilkan pabrik tahu berupa kulit kedelai, ampas dan air tahu masih dapat dimanfaatkan menjadi produkproduk yang bermanfaat. Pada tahun 1990 ditemukan cara pemanfaatan limbah cair tahu menjadi nata de soya yang jika dilakukan bersama-sama oleh pengusaha tahu dapat mengurangi pencemaran sungai akibat pembuangan limbah cair tahu di sekitar pabrik. Ampas tahu juga dapat diolah menjadi produk makanan, salah satu alternatifnya adalah dibuat abon ampas tahu. Abon merupakan salah satu bentuk diversifikasi makanan berbahan baku ampas tahu. Abon adalah produk hasil olahan denan menggunakan teknik pengeringan untuk menghilangkan air yang terdapat dalam bahan sehingga produk menjadi renyah. Produk yang dihasilkan ini diharapkan memiliki kandunan gizi yang tinggi dengan umur simpanan yang lama, karena berbentuk kering. Dengan cara pengolahan yang baik, abon dapat disimpan berbulan-bulan tanpa mengalami banyak penurunan mutu.Selain bermanfaat mengatasi pencemaran lingkungan, upaya pengolahan limbah tersebut telah memberikan banyak manfaat secara ekonomis.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 yang dimaksud dengan pencemaran adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air, udara/tanah dan atau berubahnya tatanannya (komposisi) oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air, udara/tanah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pembuangan limbah industry sebaiknya diolah terlebih dahulu agar tidak menimbulkan dampak negative akibat pencemaran yang ditimbulkan. Untuk menanggulangi masalah pencemaran, masyarakat harus mulai berfikir keras untuk memanfaatkan limbah industri yang masih dapat dimanfaatkan. Hal ini akan mengurangi biaya pengolahan limbah dan akan menambah pendapatan bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Firdauz, Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu, Winalti Pudji. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Sastrawijaya, A. Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Rineka Cipta http://nurdianara3.wordpress.com/2011/09/09/contoh-laporan-pencemaran-lingkungan-di sekitar-pabrik-tahu/ http://kakisewu.wordpress.com/2008/03/28/dampak-limbah-industri/ http://www.artikelkimia.info/jenis-jenis-limbah-industri-47150524082011

Anda mungkin juga menyukai