Anda di halaman 1dari 16

RANGKUMAN FARMAKOLOGI MgSO4 (Magnesium Sulfat)

Disusun Oleh : TUTOR 8 Meila Sabridatia Rini Meilani Mya Ganes S Iswari Nastiti Hannifah Fitriani Santa Maria Siti Herlina Febi Dwi Putri Brighita Puspa Rd. Ami Atmalia Indriyani Putri (220110100 (220110100 (220110100 (220110100 (220110100 (220110100 (220110100 (220110100 (220110100 (220110100 (220110100 ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) )

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013 I. Pendahuluan Magnesium sulfat pertama kali dicoba untuk pengobatan kejang oleh Meltzer pada tahun 1899 dan bersamaan dengan Auer mencobanya untuk pengobatan kejang pada kera yang sakit tetanus. Khon dan Sraubee sependapat dengan mereka dan mulai mengunakan magnesium sulfat untuk pengobatan penderita tetanus. Pengunaan magnesium sulfat parenteral untuk pengobatan eklampsia pertama kali dilakukan oleh Horn tahun 1906 dengan penyuntikan secara intrathekal. Rissmann tahun 1916 memberikan secara subkutan, Fisher tahun 1916 memberikan secara infus sebanyak 250 ml larutan 2% dan Von Miltner (1920) memberikan secara gabungan suntikan subkutan dan intramuskuler. Eastman dan Steptoe melaporkan pada tahun 1945 mengenai pengunaan megnesium sulfat pada eklampsia dengan dosis 10 gram di ikuti tiap 6 jam dengan dosis 5 gram. Setelah mengunakannya untuk 1200 kasus preeklampsia dan eklampsia, Eastman menyatakan bahwa magnesium sulfat merupakan obat tunggal yang paling ampuh pada preeklampsia berat. Selain mencegah kejang obat ini tidak menghambat persalinan. Sejak tahun 1951, Pritchard mempelajari penggunaan magnesium sulfat sebagai pengobatan tunggal pada preeklampsia. Selama 3 tahun terdapat 211 penderita preeklampsia dan eklampsia yang diobati dengan magnesium sulfat dan dilaporkan hanya 1 kamatian ibu, sedangkan kamatian perinatal sebesar 10%. Zuspan pada tahun 1966 melaporkan 69 kasus eklampsia yang dirawat sejak tahun 1956 dengan pengobatan magnesium sulfat secara tetes kontinyu dengan dosis 1 gram/jam dilaporkan 2 kematian ibu (2,9%) yang terjadi 4 minggu pasca persalinan yang disebabkan kelainan sebagai akibat eklampsia. Suplementasi magnesium berupa pemberian oral magnesium aspartate hidrochloride selama kehamilan untuk menurunkan insiden preeklampsia telah diteliti oleh Sibai dkk. Walaupun terjadi peningkatan kadar magnesium dalam plasma darah, hasil analisa menunjukan tidak ada perbedaan bermakna dalam hal insiden preeclampsia. Sampai saat ini magnesium sulfat merupakan obat yang terpakai banyak untuk pengobatan preeklampsia dan eklampsia di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri pengunaan magnesium sulfat pada penderita preeklampsia dan eklampsia sudah cukup lama dan pada saat KOGI VI tahun 1985 di Ujung Pandang oleh Satgas Gestosis POGI

ditetapkan magnesium sulfat merupakan satu-satunya obat yang dipakai untuk pengobatan preeklampsia dan eklampsia.

II. Ikatan Kimia, Struktur Kimia, Formula Magnesium sulfat adalah senyawa ion yang terdiri atas ion dan ion

dimana kedua ion ini memiliki muatan yang sama sehingga rumus kimianya adalah . Magnesium sulfate atau magnesium sulfat adalah garam anorganik ( senyawa kimia) yang mengandung magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus MgSO4. Hal ini sering dijumpai sebagai epsomite heptahidrat sulfat mineral ( MgSO 4 7H2O) , biasa disebut garam Epsom, nama untuk musim semi garam pahit dari kota Epsom di Surrey, Inggris, di mana garam tersebut dihasilkan dari mata air yang muncul di mana berpori kapur dari Downs Utara bertemu non-porous tanah liat London. Garam Epsom terjadi secara alami sebagai mineral murni. Bentuk lain adalah hidrat Kieserite. Magnesium Sulfat adalah salah satu jenis garam dan juga merupakan senyawa kimia yang mengandung magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus MgSO4.Dalam bentuk terhidrasi, pH-nya adalah 6,0 (5,5 6,5). Hal ini sering dijumpai sebagai Heptahydrate, MgSO4.7H2O yang biasanya disebut Epsom, Anhidrat karena bentuk anhidrat adalah higroskopi (mudah menyerap air dari udara). Dalam pertanian dan berkebun magnesium sulfat digunakan untuk memperbaiki kekurangan magnesium dalam tanah, karena magnesium merupakan elemen penting dalam klorofil molekul. Keuntungan dari magnesium sulfat megnesium lainnya atas perubahan tanah (seperti dolomitic kapur) adalah kelarutan yang tinggi. III. Farmakokinetik dan farmakodinamika a. Sifat Fisiokimia
-

Penampilan Bau Kelarutan Kepadatan

: Kristal transparan, atau bubuk putih. : Tidak berbau. : Sangat larut dalam air. : 2.65 g / ml @ 4C

pH

: Larutan netral atau sedikit asam.

% Volatil volume @ 21C (70F) :Tidak ada informasi yang ditemukan. Titik didih Titik Leleh Densitas Uap (udara = 1) Tekanan Uap (mm Hg) Tingkat evaporasi (BuAc = 1) : Tidak berlaku. : 1124C (2055F) : Tidak ada informasi yang ditemukan. : Tidak ada informasi yang ditemukan. : Tidak ada informasi yang ditemukan.

b. Golongan MgSO4 merupakan golongan antikonvulsan atau anti kejang. Biasa digunakan untuk mengatasi Eklampsia, yaitu merupakan onset baru dari aktivitas kejang grandmal dan/atau koma selama kehamilan atau setelah melahirkan pada wanita dengan tanda-tanda atau gejala preeklampsia. Ini biasanya terjadi selama atau setelah 20 minggu kehamilan atau pada periode postpartum.

c. Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi MgSO4 Merelakskan otot, antikovulsan digunakan pada pre-eklamsia dan eklamsia. Inhibisi persalinan premature Pengobatan toksemia dan eklamsia Kontra Indikasi MgSO4 Alergi terhadap produk magnesium, penyekat jantung, kerusakan miokardium, nyeri abdomen, mual, muntah, atau gejala lain berupa apendisitis. Terdapat resiko toksisitas magnesium pada neonates jika magnesium sulfat digunakan dalam persalinan dan pelahiran.

d. Ekresi dan Absorbsi Ekresi Ekskresi magnesium terutama melalui ginjal, sedikit melalui penapasan, air susu ibu, saliva dan diserap kembali melalui tubulus ginjal bagian proksimal. Bila kadar magnesium dalam darah meningkat maka penyerapan ditubulus ginjal menurun, sedangkan clearence ginjal meningkat dan sebaliknya. Peningkatan kadar magnesium dalam darah dapat disebabkan karena pemberian yang berlebihan atau terlalu lama dan karena terhambatnya ekskresi melalui ginjal akibat adanya insufisiensi atau kerusakan ginjal. Pada preeklampsia dan eklampsia terjadi spasme pada seluruh pembuluh darah sehingga aliran darah ke ginjal berkurang yang menyebabkan GFR dan produksi urine berkurang. Oleh karena itu mudah terjadi peninggian kadar magnesium dalam darah. Ekskresi melalui ginjal meningkat selama pemberian glukosa, amonium klorida, furosemide, asam etakrinat dan merkuri organik. Kekurangan magnesium dapat disebabkan oleh karena penurunan absorbsi misalnya pada sindroma malabsorbsi, by pass usus halus, malnutrisi, alkholisme, diabetik ketoasidosis, pengobatan diuretika, diare, hiperaldosteronisme, hiperkalsiuri, hiperparatiroidisme. Cruikshank et al menunjukan bahwa 50% magnesium akan diekskresikan melalui ginjal pada 4 jam pertama setelah pemberian bolus intravena, 75% setelah 20 jam dan 90% setelah 24 jam pemberian. Pitchard mendemontrasikan bahwa 99% magnesium akan diekskresikan melalui ginjal setelah 24 jam pemberian intavena. Pada kondisi tubuh normal konsentrasi magnesium akan selalu berada konstan dalam sirkulasi darah. Homeostasis bergantung pada keseimbangan antara absorpsi di usus dan ekskresi di ginjal dimana tubulus ginjal berperan utama dalam pengaturan magnesium (Sclingmann et al. 2004). Absorpsi magnesium di usus halus lebih sedikit dibandingkan dengan di kolon. Magnesium diperkirakan 1 mmol hilang atau terbuang dalam sekresi di

gastrointestinal setiap hari. Ginjal merupakan regulator utama konsentrasi serum dan kandungan total magnesium tubuh. Ekskresi magnesium lebih banyak terjadi pada malam hari. Pada bagian glomerulus ginjal, magnesium (baik dalam bentuk ion atau magnesium kompleks) mengalami filterisasi sebanyak 70%, sedangkan di bagian nefron reabsorpsi magnesium lebih 96%. Jumlah yang di reabsorpsi dapat bervariasi, mulai mendekati nol sampai 99.5% tergantung pada keseimbangan magnesium individu (Topf and Murray, 2003) Absorbsi Absorpsi magnesium dilakukan di usus halus; yang diserap kurang lebih 24%76%, dilakukan secara aktif mirip dengan sistem transpor Ca; pada pemberian magnesium kadar rendah akan terjadi peningkatan absorpsi Ca. Ekskresi dilakukan di ginjal, kurang lebih 120-140 magnesium/24 jam pada orang dengan diet normal dan dalam keadaan tertentu ginjal dapat mensekresi sampai dengan 5000 magnesium/24 jam tergantung konsentrasi magnesium plasma (Elin, 1987). Ginjal merupakan regulator utama konsentrasi serum dan kandungan total magnesium tubuh. Magnesium difiltrasi oleh glomerulus dan direabsorpsi di tubulus, 60-75% di tubulus asendens. Hipomagnesaemia dapat hanya sementara, mungkin disebabkan karena migrasi dari ekstraselular ke intraselular akibat turunnya konsentrasi ion magnesium intraselular (Reinhart, 1988). Beberapa pendapat tentang terjadinya hipomagnesaemia antara lain: belum dapat dijelaskan tetapi sebagian dikeluarkan oleh urin; penggunaan obat, misal agonis , steroid, dan metilsantin; asupan yang rendah atau hilangnya magnesium karena proses memasak ( Noppen et al. 1990; Dacey, 2001). Kebutuhan rata-rata perhari magnesium adalah 200 mg untuk wanita dan 250 mg untuk pria. Secara prinsip absorbsi magnesium terjadi di ileum dan kolon sedangkan ekskresinya dikontrol melalui ginjal. Seperti kation yang lain ion magnesium difiltrasi di glomerolus, lebih banyak pada ascending limb dari ansa henle dibanding pada tubulus proximal convoluted. Konsentrasi ion magnesium rata-rata adalah 0,860 mmol / liter dengan range normal antara 0,76 0,96 mmol / liter. Peningkatan kadar magnesium menyebabkan hipokalsemia melalui

penekanan sekresi hormon paratiroid dan melalui peningkatan pembuangan

kalsium oleh ginjal. Baik Magnesium dan kalsium direabsorbsi pada tubulus renalis. Pada sisi yang sama Peningkatan kadar magnesium mencegah rabsorbsi kalsium dan menyebabkan hiperkalsiuria. Disamping menyebabkan hipokalsemia, peningkatan kadar magnesium juga berkompetisi dengan sisi ikatan kalsium yang sama yang mengakibatkan penurunan menurunnya kadar ATP (adenosine triphosphate) sampai pada kadar dimana sel tidak mengikat kalsium. Hal ini mencegah aktivasi dari kompleks aktin dan myosin. Data klinik mendukung teori bahwa magnesium berefek sebagai tokolitiknya melalui antogonism kalsium : pada keadaan hipokalsemia pada penderita yang menerima magnesium sulfat kemudian diobati dengan pemberian kalsium, terjadi peningkatan aktivitas uterus

e. Mekanisme Kerja MgSO4 1. Sistem Enzym Magnesium merupakan ko-faktor dari semua enzym dalam rangkaian reaksi adenosin fosfat (ATP) dan sejumlah besar enzym dalam rangkaian metabolisme fosfat. Juga berperan penting dalam metabolisme intraseluler, misalnya proses pengikatan messanger-RNA dalam ribosom.

2. Sistem susunan syaraf dan cerebro vaskuler. Mekanisme dan aksi magnesium sulfat mesih belum diketahui dan menjadi pokok pembahasan. Beberapa penulis berpendapat bahwa aksi magnesium sulfat di perifer pada neuromuskular junction dengan minimal atau tidak ada sama sekali pengaruh pada sentral. Tapi sebagian besar penulis berpendapat bahwa aksi utamanya adalah sentral dengan efek minimal blok neuromuskuler. Magnesium menekan saraf pusat sehingga menimbulkan anestesi dan mengakibatkan penurunan reflek fisiologis. Pengaruhnya terhadap SSP mirip dengan ion kalium. Hipomagnesemia mengakibatkan peningkatan iritabilitas SSP, disorientasi, kebingungan, kegelisahan, kejang dan perilaku

psikotik.Suntikan magnesium sulfat secara intravena cepat dan dosis tinggi dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan dan hilangnya kesadaran. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya hambatan pada neuromuskular perifer. Penghentian dan pencegahan kejang pada eklampsia tanpa menimbulkan depresi umum susunan syaraf pusat pada ibu maupun janin. Donaldson (1978,1986) serta beberapa neurolog lainnya dengan alasan yang sulit dimengerti, secara keliru menekankan bahwa magensium sulfat merupakan anti konvulsan yang bekerja perifer dan karenanya merupakan obat yang jelek. Obat ini hanya bekerja pada konsentrasi yang menyebabkan kelumpuhan dan akibatnya pasien eklampsia yang diobati akan menjadi tenang diluar tetapi masih kejang-kejang didalam. Thurnau dkk. (1987) memperlihatkan bahwa konsentrasi magnesium dalam cairan serebrospinal setelah terapi magnesium pada preeklampsia mengalami sedikit peningkatan tetapi sangat bermakna. Borges dan Gucer (1978) mengajukan bukti yang meyakinkan bahwa ion magnesium menimbulkan efek pada susunan saraf pusat yang jauh lebih spesifik daripada depresi umum. Borges dkk. mengukur kerja magnesium sulfat yang diberikan secara parenteral terhadap aktifitas syaraf epileptik pada primata dibawah tingkat manusia yang tidak di beri obat dan dalam keadaan sadar. Magnesium akan menekan timbulnya letupan neuron dan lonjakan pada EEG interiktal dari kelompok neuron yang dibuat epileptik dengan pemberian penisilin G secara topikal. Derajat penekanan akan bertambah seiring dengan meningkatnya kadar magnesium plasma dan akan berkurang dengan menurunnya kadar magnesium.

3. Sistem neuromuskular Magnesium mempunyai pengaruh depresi langsung terhadap otot rangka. Kelebihan magnesium dapat menyebabkan :

Penurunan pelepasan asetilkolin pada motor end-plate oleh syaraf simpatis.

Penurunan kepekaan motor end-plate terhadap asetilkolin. Penurunan amplitudo potensial motor end-plate.

Pengaruh yang paling berbahaya adalah hambatan pelepasan asetilkolin. Akibat kelebihan magnesium terhadap fungsi neuromuskular (dapat diatasi dengan pemberian kalsium, asetilkolin dan fisostigmin). Bila kadar magnesium dalam darah melebihi 4 meq/liter reflek tendon dalam mulai berkurang dan mungkin menghilang dalam kadar 10 meq/liter. Oleh karena itu selama pengobatan magnesium sulfat harus dikontrol refleks fatela.

4. Sistem syaraf otonom Magnesium menghambat aktifitas dan ganglion simpatis dan dapat digunakan untuk mengontrol penderita tetanus yang berat dengan cara mencegah pelepasan katekolamin sehingga dapat menurunkan kepekaan reseptor adrenergik alfa.

5. Sistem Kardiovaskular Pengaruh magnesium terhahap otot jantung menyerupai ion kalium. Kadar magnesium dalam darah yang tinggi yaitu 10-15 meq/liter menyebabkan perpanjangan waktu hantaran PR dan QRS interval pada EKG. Menurunkan frekuensi pengiriman infuls SA node dan pada kadar lebih dari 15 meq/liter akan menyebabkan bradikardi bahkan sampai terjadi henti jantung yaitu pada kadar 30 meq/liter. Pengaruh ini dapat terjadi karena efek langsung terhadap otot jantung atau terjadi hipoksemia akibat depresi pernapasan.

Kadar magnesium 2-5 meq/liter dapat menurunkan tekanan darah. Hal ini terjadi karena pengaruh vasodilatasi pembuluh darah, depresi otot jantung dan hambatan gangguan simpatis. Magnesium sulfat dapat menurunkan tekanan darah pada wanita hamil dengan preeklampsia dan eklampsia, wanita tidak hamil dengan tekanan darah tinggi serta pada anak-anak dengan tekanan darah tinggi akibat penyakit glomerulonefritis akut. Hutchinson dalam penelitiannya mendapatkan sedikit penurunan darah arteri setelah diberikan magnesium sulfat 4 gram secara intravena dan dalam waktu 15-20 menit normal kembali. Sedangkan Thiagarajah dkk dalam penelitiannya tidak mendapatkan perubahan yang bermakna baik penurunan tekanan darah, perubahan denyut jantung ataupun tahanan perifer. Cotton dkk (1842), mengumpulkan data-data menggunakanan kateterisasi ateri pulmonal dan radial. Setelah pemberian 4 gram magnesium sulfat intravena dalam waktu 15 menit, tekanan darah arteri rata-rata sedikit menurun. Pemberian magnesium menurunkan tahanan vaskuler sistemik serta tekanan arteri rata-rata, dan secara bersamaan juga meningkatkan curah jantung tanpa disertai depresi miokardium.

6. Sistem pernapasan Magnesium dapat menyebabkan depresi pernapasan bila kadarnya lebih dari 10 meq/liter bahkan dapat menyebabkan henti napas bila kadarnya mencapai 15 meq/liter. Somjen memonitor secara ketat dua orang penderita dengan kadar magnesium dalam darah 15 meq/liter akan didapati kelumpuhan otot pernapasan tanpa disertai gangguan kesadaran maupun sensoris. Sebagai pengobatan hipermagnesia segera setelah terjadi depresi pernapasan diberikan kalsium glukonas dengan dosis 1 gram (10 ml dari larutan 10%) secara intravena dalam waktu 3 menit dan dilakukan pernapasan buatan sampai penderita dapat bernapas sendiri. Pemberian ini dapat dilanjutkan 50 ml kalsium glukonas 10% yang dilarutkan dalam dektrose 10% per infus. Bila keadaan tidak dapat diatasi dianjurkan untuk hemodialisis atau peritoneum dialisis.

7. Uterus Pengaruh magnesium sulfat terhadap kontraksi uterus telah banyak dipelajari oleh para sarjana. Hutchinson dkk meneliti 32 penderita yang diberi 4 gram MgSO4 secara intravena dan mendapatkan adanya penurunan kontraksi uterus yang nyata pada 21 penderita , pada 7 penderita terdapat penurunan kontraksi uterus yang sedang dan pada 4 penderita malah di dapatkan penambahan kekuatan kontraksi uter us. Perubahan kontraksi ini hanya berlangsung selama 3-15 menit dima na kadar magnesium meningkat dari 2 meq/liter menjadi 7-8 meq/liter dan menurun kembali 5-6 meq/liter pada akhir menit ke-15. lama dan derajat perubahan sangat individual, bahkan diperoleh perbaikan sifat kontraksi uterus.

f. Interaksi dan Efek Samping Dahulu MgSO4 dalam jumlah yang banyak secara parenteral digunakan sebagaiobat anestesi. Pemberian secara intratekal menghasilkan anestesi yang baik,tetapi pengunaannya sebagai obat anestesi tidak bertahan lama karena sempitnya waktu karena antara terjadinya anestesi dan depresi pernapasan. Karena MgSO 4 menghambat pelepasan asetilkolin dan menurunkan kepekaan motor endplatemaka MgSO4 mempunyai pengaruh potensial, sinergis dan memperpanjang pengaruh dari obat-obat pelemas otot non depolarisasi (kurare) dan depolarisasi(suksinilkolin) sehingga kerja obat-obat tersebut akan lebih kuat dan lebih lama .Pemberian reversal pada akhir operasi akan lebih sulit atau memerlukan dosis yang lebih tinggi. Karena itu dianjurkan 20-30 menit sebelum pemberian obat-obat pelemas otot, sebaiknya pemberian MgSO4 dihentikan dan dosis obat-obatpelemas otot tersebut dikurangi selama operasi. MgSO4 mempunyai pengaruh potensiasi dengan obat-obat penekan

SSP(barbiturat, obat-obat anestesi umum).Pemberian MgSO4 pada penderita yang sedang mendapat pengobatan digitalis harus dengan hati-hati karena bila terjadi hipermagnesia, pengobatan kalsium yang diberikan dapat menyebabkan henti jantung.Pemberian MgSO4 bersamaan dengan promethazine dapat menyebab

kanhipotensi yang hebat karena kedua obat tersebut menpunai efek vasodilatasi. Bloss dkk dalam penelitiannya mendapatkan bahwa gabungan MgSO4dengan oksitosin yang sering terdapat pada penderita preeklampsia berat,ternyata oksitasin tidak mempengaruhi farmakokinetik, distribusi dan kadarmagnesium. Pada penyuntikan intravena didapatkan gejala yang kurang enak berupa: rasa panas dimuka, muka merah, mual-mual dan muntah.

Reaksi ini segera timbul karena kadar magnesium segera meningkat dan akan menghilang dengan menurunnya kadar magnesium. Reaksi tidak didapatkan pada penyuntikan secara intramuskular walaupun dengan dosis tinggi, karena peningkatan kadar magnesium secara perlahan-lahan. Rasa panas dimuka dan muka merah akibat vasodilatasi yang terjadi setelah pemberian magnesium sulfat.

g. Sediaan MgSO4 disebut juga garam Epson banyak dipergunakan disunia kebidanan, Magnesium Sulfat ini tersedia alam berbagai bentuk misalnya magnesium sitrat, magnesium karbonat, magnesium oksida, milk of magnesia, magnesium fosfat, magnesium trisilikat, dan magnesium sulfat. Pemakaian bisa melalui : a. b. Parenteral Injeksi (MgSO4 10% , 12,5%, 25%, 40% , dan 50% )

h. Dosis dan pemberian

Satgas Gestosis POGI dalam buku Panduan Pengolaan Hipertensi Dalam Kehamilan di Indonesia menganjurkan cara pemberian dan dosis magnesium sulfat sebagai berikut : a. Preeklampsia berat 1. Dosis awal 2. 4 gram magnesium sulfat, (20% dalam 20 ml) intravena sebanyal 1 g/menit, ditambah 4 gram intra muskuler di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40% dalam 10 ml) 3. Dosis pemeliharaan 4. Diberikan 4 gram intramuskuler, setelah 6 jam pemberian dosis awal, selanjutnya diberikan 4 gram intramuskuler setiap 6 jam b. Eklampsia 1. Dosis awal 4 gram magnesium sulfat 20% dalam larutan 20 ml intravena selam 4 menit, disusul 8 gram larutan 40% dalam larutan 10 ml diberikan pada bokong kiri dan bokong kanan masing-masing 4 gram 2. Dosis pemeliharaan Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram intramuskuler 3. Dosis tambahan Bila timbul kejang lagi dapat diberikan MgSO 4 2gram intravena 2 menit. Diberikan sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan sekali dalam 6 jam saja Bila setelah diberikan dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital 3-5 mg/KgBB secara intravena perlahan-lahan.

IV. Pengaruh MgSO4 Terhadap Kehamilan : Faktor resiko B (Tidak dapat disimpulkan aman pada wanita hamil trisemester pertama dan tidak terbukti berisiko pada trisemester selanjutnya). Tidak diketahui berbahaya pada penggunaan intravena jangka pendek pada eklamsia, namun dosis berlebih dapat menyebabkan depresi saluran nafas pada bayi baru lahir. Terhadap Ibu Menyusui : Pada pemberian magnesium sulfat secara parenteral pada ibu menyusui harus berhati-hati karena magnesium didistribusikan melalui air susu. Konsentrasi magnesium meningkat hanya untuk sekitar 24 jam setelah terapi magnesium sulfat dihentikan. Terhadap Anak-anak : Pada pemberian magnesium sulfat secara parenteral pada ibu menyusui harus berhati-hati karena magnesium sulfat didistribusikan melalui air susu (Seorang bayi baru lahir dengan berat badan 3,5 kg mempunyai 600 meq magnesium dalam badan.) Bayi baru lahir ibu yang mendapat pengobatan magnesium sulfat kemungkinan akan mengalami hipermagnesemia dengan gejala gagal napas, refleks yang menurun dan gejala perut kembung (akibat hipermagnesemia menekan fungsi otot polos usus sehingga menyebabkan ileus). Oleh sebab itu pada bayi baru lahir tersebut sejak menit pertama sampai 1 jam setelah lahir harus diamati : Tangis, apakah menangis lemah atau tidak ada tangisan Refleks, apakah lemah atau menurun Pernapasan, apakah perlu dilakukan resusitasi atau perlu bantuan pernapasan dengan alat resusitasi Magnesium yang diberikan secara parenteral kepada ibu dengan cepat menembus plasenta untuk mencapai keseimbangan di serum janin dalam derajat yang lebih ringan di

cairan amnion (Hallak, 1993). Neonatus dapat mengalami depresi hanya apbila terjadi hipermagnesemia yang parah saat lahir. Belum pernah dijumpai gangguan neonatus pada terapi dengan meagnesium sulfat (Cunningham dan Pritchard, 1984). Apakah magnesium sulfat mempengaruhi pola frekuensi denyut jantung janin, terutama variabilitas denyut demi denyut masih diperdebatkan. Dalam sebuah penelitian acak yang membandingkan infus magnesium sulfat dengan infus salin, mendapatkan bahwa magnesium sulfat berkaitan dengan penuruanan sedikit yang secara klinis tidak bermakna dalam variabilitas frekuensi denyut jantung janin. Pengobatan hipermagnesemia pada bayi baru lahir : 1. Resusitasi dan bantuan pernapasan, bila perlu dengan intubasi dan alat resusitator. 2. berikan kalsium glukonnas sebagai antagonis terhadap depresi susunan syaraf tepi dan pusat dengan dosis 200-500 mg yang diencerkan dalam 10 ml NaCl dan diberikan secara perlahan-lahan secara intravena dengan memonitor denyut jantung bayi 3. Dekstrose 10% dengan dosis 65 ml/kg/hari dalam 24 jam pertama kemudian dilanjutkan dengan dosis 85 ml/kg/hari dekstrose 10 dalam NaCl 0,2%. Pengobatan ini bertujuan untuk balans elektrolit dan memperlancar diuresis. 4. Transfusi tukar darah Sebagian penulis menyatakan adanya kemungkinan efek protektif magnesium sulfat terhadap cerebral palsy pada janin dengan berat lahir sangat rendah. Murphy (1995) mendapatkan bahwa preeklampsia yang bersifat protektif terhadap cerebral palsy, dan bukan magnesium sulfat. Namun Kimberlin (1996) tidak memperoleh manfaat tokolisis dengan magnesium sulfat pada bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1000 gram.

V.

Kesimpulan Magnesium Sulfat adalah salah satu jenis garam dan juga merupakan senyawa kimia yang mengandung magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus MgSO4.Dalam bentuk terhidrasi, pH-nya adalah 6,0 (5,5 6,5). Hal ini sering

dijumpai sebagai Heptahydrate, MgSO4.7H2O yang biasanya disebut Epsom, Anhidrat karena bentuk anhidrat adalah higroskopi (mudah menyerap air dari udara). Pengunaan magnesium sulfat sebagai pengobatan preeklampsia dan eklampsia lebih disukai karena mudah mencegah dan mengatasi kejang, penderita tetap sadar, jarang terjadi aspirasi, pengaruh terhadap bayi sedikit dan mudah dilaksanakan .Cara pemberian dan dosis terpilih magnesium sulfat masih bermacam-macam, namun semuanya bertujuan untuk mendapatkan kadar magnesium dalam darah yang dapat memberikan efek pengobatan yang optimal dan berlangsung lama. Daftar Pustaka Carlan SJ, O.brien WF. The effect of magnesium sulfate on the biophysical profile of normal term fetuses. Obstet Gynecol. 1998; 92: 691-3 Hernawati Hidayat. Peranan Magnesium Pada Kesehatan Hewan Dan Manusia. Bandung: Upi Holcomb Jr WL, Shakelford GD, Petrie RH. Magnesium tocolysis and neonatal bone abnormalities : a controlled study. Obstet Gynecol. 1991; 78: 611-4 Liborius Vendwi Bramantyo. 2009. Perbandingan Perubahan Gejala Hemodinamik Antara Prekurarisasi Atrakurium 0,05 Mg / Kg Bb Dengan Mgso4 40% 40 Mg Karena Penggunaan Suksinilkolin Sebagai Fasilitas Intubasi. Semarang: Undip Morgan, Geri & Carole Hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik. Ed. 2. Jakarta: EGC. http://digilib.unsri.ac.id/download/MGSO4%20.pdf Diakses pada tanggal 29 April 2013 http://www.atmos.umd.edu/~russ/MSDS/magnesium_sulfate_anhydrous.htm Diakses pada tanggal 29 April 2013 Anonim.-. Indformasi Obat Mg Sulfat.http://dinkes.tasikmalayakota.go.id diakses pada tanggal 29 April 2013 Anonim.2011.Hormon Oksitosin dan MgSO4.http://mahasiswibidanindonesia.blogspot.com diakses pada tanggal 29 April 2013

Anda mungkin juga menyukai