Anda di halaman 1dari 6

DURASI TIDUR DAN PERILAKU ANAK DI SEKOLAH

Abstrak Durasi tidur sangat berpengaruh bagi perilaku anak di sekolah. Ke tidak stabilan, mudah gelisah, dan impulsif merupakan gangguan prilaku yang dapat terjadi bila seorang anak tidak mendapatkan secara penuh durasi tidur mereka. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh tim peneliti dari McGill University, Montreal, Kanada yang dipimpin oleh Reut Gruber, PhD melibatkan 34 anak sehat berusia 7-11 tahun, dan di dapatkan hasil, separuh partisipan yang tidur kurang dari sejam dari jam tidur biasa mereka terlihat lebih mengantuk dan mengalami lebih banyak gangguan perilaku di sekolah daripada sebelum studi ini dilakukan. Namun, prilaku nakal anak tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan peran orang tua untuk mengontrol dan mengawasi agar durasi tidur anak terpenuhi sepenuhnya.

I.

PENDAHULUAN
Tidur merupakan keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang. Dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologi, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Aziz, 2009). Sedangkan Potter & Perry (2005), menyatakan bahwa tidur merupakan perubahan keadaan kesadaran yang terjadi secara terus-menerus dan berulang untuk menyimpan energy dan kesehatan. Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat

perkembangan, variasi pola tidur menurut usia yaitu masa neonatus (0-1 bulan) tidur 14-18 jam perhari, bayi (1-18 bulan) tidur 12-14 jam perhari, masa anak (18-3 tahun) tidur kurang lebih 11-12 jam perhari, prasekolah (3-6 tahun) tidur kurang lebih 11 jam perhari pada malam hari, usia sekolah (6-12 tahun) tidur kurang lebih 10 jam perhari, remaja (12-18 tahun) tidur kurang lebih 8,5 jam perhari, dewasa muda (18-40 tahun) tidur 7-8 jam perhari, masa paruh baya (40-6 tahun) tidur kurang lebih 7 jam perhari, dan dewasa tua (60 tahun ke atas) tidur kurang lebih 6 jam perhari (Aziz, 2009).

Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat di gunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, mengurangi stress pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur sehingga, dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur: pertama, efek dari system saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf; dan yang kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan (Aziz (2009)). Tidur yang tidak cukup dengan durasi atau dengan kata lain kekurangan tidur bukanlah tidak berdampak bagi seseorang individu, kekurangan tidur menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan angka ketidak hadiran di kelas, mempengaruhi prestasi di sekolah, dan meingkatkan perilaku kenakalan anak di sekolah. Dari penjelasan di atas saya merasa tertarik untuk membuat sebuah artikel ilmiah berdasarkan fenomena dan hasil penelitian mengenai durasi tidur anak yang dapat mempengaruhi perilaku di sekolah.

II.

FENOMENA
Jangankan anak-anak, orang dewasa yang kurang tidur saja berisiko tinggi mengalami sejumlah gangguan perilaku dan kesehatan. Itulah mengapa sebuah studi baru dari Kanada mengungkapkan bahwa anak-anak perlu diberi jam tidur tambahan agar perilakunya dapat dikendalikan. Menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics ini, anak yang diberi jam tidur tambahan sebanyak 27 menit di malam hari akan menunjukkan perbedaan perilaku yang signifikan di sekolah. Anakanak yang diberi jam tidur tambahan ini pun emosinya terlihat lebih stabil, tidak mudah gelisah dan tak terlalu impulsif.

Menurut berbagai studi dan survei ditemukan bahwa 43 persen anak laki-laki berusia 10-11 tahun tak memperoleh durasi tidur yang direkomendasikan para pakar setiap malamnya. Sebagian besar anak lakilaki dan perempuan yang terlibat dalam studi dan survei ini rata-rata jarang berangkat tidur sekitar pukul 9 malam Salah satu penyebab kurangnya durasi tidur anak adalah penggunaan peralatan elektronik, terutama pada remaja. Menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Applied Ergonomics, peralatan elektronik ini membuat Anda berkenan untuk berbaring tapi tak bisa tidur. Pasalnya, cahaya khusus yang dipakai berbagai layar alat elektronik dapat mempengaruhi hormon melatonin (hormon yang berfungsi untuk mengembalikan jam biologis manusia) di malam hari dan mengakibatkan tidur menjadi tertunda. Oleh karena itu tim peneliti dari McGill University, Montreal, Kanada yang dipimpin oleh Reut Gruber, PhD melibatkan 34 anak sehat berusia 7-11 tahun untuk mengetahi pengaruh durasi tidur terhadap perilaku anak. Lalu peneliti membagi 34 partisipan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diminta tidur satu jam lebih lama dari biasanya selama lima malam, sedangkan kelompok kedua diminta tidur kurang dari satu jam dari biasanya selama lima malam. Ke semua partisipan tidak diijinkan tidur siang. Kebetulan seluruh partisipan diketahui tak memiliki gangguan tidur, gangguan akademik maupun gangguan perilaku. Hasilnya, kelompok pertama memperoleh rata-rata jam tidur tambahan sebanyak 27 menit, sebaliknya kelompok kedua tidur 54 menit lebih sedikit ketimbang hari-hari biasanya. Tentu saja keesokan harinya partisipan yang tidur kurang dari sejam terlihat lebih mengantuk daripada biasanya. Partisipan ini juga dilaporkan mengalami lebih banyak gangguan perilaku di sekolah daripada sebelum studi ini dilakukan. Gangguan perilaku yang dimaksud adalah tidak stabil, mudah gelisah dan impulsif. Dilansir dari medicalnewstoday, Selasa 16/10/2012 (Touchette M, et al, 2007).

III.

PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan dari hasil penelitian di atas, kita dapat menyadari bahwa tidur dengan durasi yang cukup di malam hari bagi anak sekolah sangat berpengaruh, kerena apabila durasi tidur anak tidak terpenuhi seutuhnya, pada saat di sekolah anak akan merasakan kantuk yang berat, serta proses reparasi tubuh dan produksi hormon-hormon tubuh yang seharusnya berlangsung selama tidur pun menjadi tidak maksimal. Salah satu hormone yang sangat berpengaruh adalah Hormon

Pertumbuhan, hormone ini di produksi 1 jam setelah tidur. Kekurangan dari hormone pertumbuhan ini dapat menimbulkan gejala cepat lelah, otot lemas, mudah cemas, depresi, osteoporosis, dll, (Price & Wilson, 2005). Tidak hanya sebatas itu berkurangnya jam tidur anak dimalam hari juga mempengaruhi prestasi akademis dan perilaku anak di sekolah seperti: mudah mengantuk, tidak stabil, mudah gelisah, dan infulsif seperti hasil penelitian yang di lakukan oleh tim dari McGill University, Montreal, Kanada yang dipimpin oleh Reut Gruber, PhD melibatkan 34 anak sehat berusia 7-11 tahun. Apabila durasi tidur anak terpenuhi secara penuh maka, proses reparasi tubuh secara habis-habisan selama tidur akan sempurna sehingga, pada saat kita bangun di pagi hari tubuh akan menjadi segar, anak tidak mudah gelisah, stabil, dan tidak infulsif, serta nilai akademis menjadi lebih meningat

IV.

KESIMPULAN
Tidur merupakan keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan curi adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologi, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Aziz, 2009) Tidur dengan durasi yang cukup bagi anak sekolah sangat perlu untuk di perhatikan karena dengan durasi tidur yang cukup di malam hari akan memaksimalkan reparasi tubuh dan pada saat bangun akan

menjadikan anak lebih stabil, tidak mudah gelisah, tidak infulsif dan tidak mengantuk di sekolah. Untuk memenuhi durasi tidur yang cukup bagi anak sekolah tersebut, peran dan pengawasan orang tua sangat di butuhkan untuk mengontrol jadwal tidur, menghilangkan gangguan, dan memprioritaskan tidur sehingga, anak dapat tidur tepat waktu dan durasi tidur anak terpenuhi, serta menghilangkan perilaku nakal anak di sekolah.

V.

SARAN
Penulis menyadari bahwa artikel ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan. Kesempurnaan dari artikel ilmiah ini mungkin dapat disempurnakan oleh penulis lain berdasarkan penelitian terbaru. Penulis juga menyarankan kepada pembaca artikel ilmiah ini dan juga bagi orang tua khususnya agar selalu mengontrol dan mengawasi durasi tidur anak-anaknya agar perilaku anak di sekolah dapat terkendali.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz A. (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusi: aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, pproses, dan praktik; edisi 4 (Alih Bahasa Asih, Yasmin. et.al). Jakarta: EGC Price, S.A., & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit; edisi 6 (Alih bahasa Pendit, Braham U. et.al). Jakarta: EGC Touchette, E et al. (2007). Associations between sleep duration patterns and behavioral/cognitive functioning at school entry. Journal Sleep, Vol. 30, No. 9.

Anda mungkin juga menyukai