Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Karakteristik Tenaga Kerja dan Faktor Pekerjaan Dengan Kecelakaan Kerja

HUBUNGAN KARAKTERISTIK TENAGA KERJA DAN FAKTOR PEKERJAAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI PERUSAHAAN MEUBLE KAYU KELURAHAN OESAPA KOTA KUPANG Helda J.M. Pandie1, Noorce Christiani Berek2 Abstract : The purposes of this research are to know correlation between labour characteristic (age, education and the experience of work) and job factor (periode time of work) with accident of work at wood meubel factory in Kelurahan Oesapa Kupang. This research is analytic observational with cross sectional study design. Population of this research is the labour of wood meubel factory at Kelurahan Oesapa and sample as much 69 labour at wood meubel factory in Kelurahan Oesapa Kupang. The result of this research indicate no correlation between age and education of labour with accident of work, but there is correlation between the experience of work and periode time of work with accident of work. Keyword : Labour Characteristic, Job Factor, Accident of Work. PENDAHULUAN Latar Belakang Tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang penting dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu, kesehatan tenaga kerja perlu diperhatikan. Perlindungan kesehatan tenaga kerja ini akan berdampak meningkatkan produktifitas dan efisiensi kerja. Ratusan tenaga kerja di seluruh dunia saat ini bekerja pada kondisi yang tidak aman dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Menurut ILO, setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan kerja. (Aditama, 2002) Berdasarkan data PT. Jamsostek kantor cabang Kupang, angka kecelakaan kerja di Propinsi NTT tahun 2001 sebesar 41 kasus, tahun 2002 sebesar 19 kasus, tahun 2003 sebesar 30 kasus, tahun 2004 sebesar 5 kasus dan tahun 2005 meningkat menjadi 20 kasus. (Disnakertrans Prop. NTT, 2005) Terjadinya kecelakaan kerja dapat diakibatkan oleh faktor lingkungan, faktor pekerjaan dan faktor manusia (Depkes R.I., 1990). Faktor manusia dapat berupa umur, tingkat pengetahuan, lama kerja, keadaan
1 2

psikologis (kelelahan, stress) dan motivasi kerja. Menurut hasil penelitian, 85% kecelakaan terjadi disebabkan oleh faktor manusia. Sedangkan salah satu faktor pekerjaan adalah jam kerja. Jam kerja yang baik bagi seorang pekerja adalah 6-8 jam sehari. Memperpanjang waktu kerja dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terklihat penurunan serta kecenderungan timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Makin panjang waktu kerja makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. (Sumamur, 1998) Seiiring dengan perkembangan dan kemajuan di Indonesia saat ini, berbagai perusahaan mulai bermunculan dan telah mengalami perkembangan yang pesat termasuk di Kota Kupang. Salah satu perusahaan yang mulai banyak berkembang di Kota Kupang adalah perusahaan meubel kayu yang terdapat di Kelurahan Oesapa. Perusahaan meubel kayu ini menggunakan bahan baku kayu, yang kemudian dibentuk menjadi berbagai barang sesuai dengan permintaan konsumen. Dalam melaksanakan proses produksi, tenaga kerja di perusahaan meubel kayu ini tidak terlepas dari risiko kecelakaan kerja. Kecelakaan yang dialami oleh tenaga kerja meubel kayu dapat berupa

Alumni Jurusan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja FKM Undana Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja FKM Undana

MKM Vol. 02 No. 01Juni 2007

luka terpukul, tersayat mesin gergaji/pisau, tertusuk paku/sekrup dan lain-lainnya. (Depkes R.I., 1992) Melihat permasalahan ini maka peneliti merasa perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui Hubungan Karakteristik Tenaga Kerja dan Faktor Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja di Perusahaan Meubel Kayu Kelurahan Oesapa Kota Kupang. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan karakteristik tenaga kerja dan faktor pekerjaan dengan kecelakaan kerja di Perusahaan Meubel Kayu Kelurahan Oesapa Kota Kupang.Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan karakteristik tenaga kerja dan faktor pekerjaan dengan kecelakaan kerja di Perusahaan Meubel Kayu Kelurahan Oesapa Kota Kupang. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk: (1)Mengetahui hubungan umur dengan kecelakaan kerja; (2)Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kecelakaan kerja; (3)Mengetahui hubungan lama kerja dengan kecelakaan kerja; (4)Mengetahui hubungan faktor pekerjaan (jam kerja) dengan kecelakaan kerja. Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan. Tak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsure kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materiil maupun penderian dari yang paling ringan samapi kepada yang paling berat yang tidak diingini. (Aditama, 2002) Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada perusahaan. Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja

yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan-kecelakaan di rumah atau waktu rekreasi atau cuti dan lain-lain adalah di luar makna kecelakaan akibat kerja, sekalipun pencegahannya sering dimasukkan dalam program keselamatan perusahaan. Kecelakaankecelakaan demikian termasuk kecelakaan umum, hanya saja menimpa tenaga kerja di luar pekerjaannya (Sumamur, 1995). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja antara lain karakteristik tenaga kerja dan faktor pekerjaan itu sendiri. Karakteristik Tenaga Kerja Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang lakilaki atau wanita yang sedang dalam atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Beberapa karakteristik tenaga kerja yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan kerja antara lain : umur, pendidikan/pengetahuan dan lama kerja. Faktor Pekerjaan Faktor pekerjaan dalam hal ini jam kerja sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Jam kerja adalah jam /waktu bekerja termasuk waktu istirahat. Lama kerja dalam sehari yang baik adalah tidak lebih dari 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Dalam melakukan pekerjaan yang ringan atau berat, produktivitas mulai menurun setelah bekerja selama 4 jam. Keadaan ini terjadi sebagai akibat menurunnya kadar gula dalam darah tenaga kerja. Oleh karena itu perlu adanya istirahat dan kesempatan untuk makan bagi tenaga kerja agar dapat menaikan kembali kadar gula darah. Dengan demikian waktu istirahat setengah jam

38

Hubungan Karakteristik Tenaga Kerja dan Faktor Pekerjaan Dengan Kecelakaan Kerja

setelah bekerja 4 jam terus menerus sangat penting artinya. Pekerjaan berat ditandai dengan pengerahan tenaga yang besar dalam waktu relative lebih pendek. Otot-otot, susunan kardiovaskuler dan paru-paru harus bekerja sangat berat. Oleh karena itu beban kerja yang demikian tidak bias secara terus menerus dilakukan, perlu istirahat-istirahat pendek setiap selesai suatu tugas (Sumamur, 1988). Pemberian waktu istirahat dapat meningkatkan produktivitas. Dianjurkan bahwa jam istirahat 20-30% dari jumlah jam kerja atau paling sedikitnya adalah 15% dari jumlah jam kerja per minggu (Sumamur, 1987). Perusahaan Meubel Kayu Perusahaan meubel kayu merupakan salah satu usaha di sector informal yang mulai berkembang pesat saat ini. Pada dasarnya pembuatan meubel dari kayu melalui lima proses utama, yaitu proses penggergajian kayu, proses penyiapan bahan baku, proses penyiapan komponen, proses perakitandan pembentukan serta proses akhir (finishing). Penggergajian kayu adalah proses untuk menghasilkan bentuk kayu yang ukurannya menjadi lebih kecil seperti balik/papan. Papan dan balok kayu yang sudah ada digergaji dan dipotong menurut ukuran komponen meubel yang hendak dibuat.proses penggergajian kayu ini akan menghasilkan banyak debu dal;am ukuran yang besar. Kayu yang telah dipotong tersebut kemudian dibentuk menjadi komponen meubel sesuai yang diinginkan dengan cara memotong, meraut, menyerut, mengamplas, melobangi, mengukir dan lain sebagainya. Dalam tahap ini akan terbentuk banyak debu yang berukuran lebih keceil, ditambah lagi dengan ruang kerja yang sempit dan pengap menyebabkan debu terkurung. Alat-alat kerja yang digunakan antara lain pahat, palu, gergaji dan lain-lain.

Komponen meubel yang sudah jadi, dipasang dan dihubungkan satu sama lain hingga menjadi meubel. Pemasangan ini dilakukan dengan menggunakan baut, sekrup, lem, paku atau pasak kayu yang kecil. Pada proses perakitan ini, tak banyak debu yang dapat terbentuk. Kalaupun ada, hal tersebut terutama berasal dari perautan yang mungkin diperlukan untuk menyesuaikan antar komponen. Kegiatan yang selanjutnya adalah penyelesaian terakhir, yang meliputi pengamplasan permukaan meubel, pendempulan lubang dan sambungan, pemutihan meubel, pemelituran, pengecatan, pengkilapan dengan menggunakan melamic clear. Meubel yang telah dicat kemudian dikeringkan (Depkes R.I., 1993). METODE Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan Cross Sectional Study, yaitu suatu penelitian dimana variablevariabel yang termasuk faktor risiko dan variable-variabel yang termasuk efek diobservasi dalam waktu bersamaan. (Notoatmodjo, 2005) Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja pada perusahaan meubel kayu di Kelurahan Oesapa Kota Kupang yang berjumlah 250 orang. Dari populasi ini diambil 69 orang sebagai sampel. Adapun pengambilan sample dilakukan dengan Simple Random Sampling, dimana setiap anggota dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambik sebagai sample. (Notoadmodjo, 2005) penentuan besar sample menggunakan rumus : n nf = n 1+ N

n=

Z 2 . p.q d2

Variabel Penelitian

39

MKM Vol. 02 No. 01Juni 2007

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik tenaga kerja yang meliputi umur, pendidikan, lama kerja dan faktor pekerjaan (jam kerja). Sedangkan varibel terikat dalam penelitian ini adalah kecelakaan kerja. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di perusahaan meubel kayu yang terdapat di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Penelitian dilakukan selama 3 bulan , April Juli 2006. HASIL Gambaran Umum Meubel Kayu di Kelurahan Oesapa Perusahaan meubel kayu di Kelurahan Oesapa telah berkembang sejak tahun 1980-an dengan tenaga kerja antara 316 orang untuk setiap meubelnya. Pemilik perusahaan meubel ini hamper semuanya adalah pendatang, dan hanya beberapa perusahaan saja yang dimiliki oleh orang asli Nusa Tenggara Timur (NTT). Demikian pula denga tenaga kerjanya, sebagian besar berasal dari luar NTT, dengan spesifikasi keahlian sebagai tukang ukir, tukang cat ataupun tukang potong kayu yang menyiapkan komponen meubel serta yang merakit dan membentuk meubel. Hubungan Antara Varibel Hubungan antara variable bebas (karakteristik tenaga kerja: umur, pendidikan, lama kerja; faktor pekerjaan: jam kerja) dengan varibel terikat (kecelakaan kerja) diuji dengan menggunakan uji statistic Chi Square (X2). Adapun hasil pengujkian dapat dilihat secara berturut-tur dalam tabel 1 sampai tabel 4 dibawah ini. Tabel 1. Hubungan antara Umur dengan Kecelakaan Kerja
Kelompok Umur 31 Tahun 18-30 Tahun Total Kecelakaan Kerja Ya Tidak n % n % 16 66,7 8 33,3 34 75,6 11 24,4 50 72,5 19 27,5 Jumlah N 24 45 69 % 100 100 100

Tabel 2. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kecelakaan Kerja


Tingkat Pendidikan Tidak SekolahSLTP SLTA Total Kecelakaan Kerja Ya Tidak n % n % 38 73,1 14 26,9 12 50 70,6 72,5 5 19 29,4 27,5 Jumlah N 52 17 69 % 100 100 100

Sumber : Data Primer Tabel 3. Hubungan antara Lama Kerja dengan Kecelakaan Kerja
Lama Kerja Kecelakaan Kerja Ya Tidak n % n % 34 87,2 5 12,8 16 53,3 14 46,7 50 72,5 19 27,5 Jumlah N 39 30 69 % 100 100 100

2 Tahun 3 Tahun Total

Sumber : Data Primer Tabel 4. Hubungan antara Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja
Jam Kerja Kecelakaan Kerja Ya Tidak n % n % 42 82,4 9 17,6 8 44,4 10 55,6 50 72,5 19 27,5 Jumlah N 51 18 69 % 100 100 100

8 Jam/Hari >8 Jam/Hari Total

Sumber : Data Primer Hasil analisis statistik untuk tabel 1 dan tabel 2 menunjukan nilai > , dimana = 0,614 untuk tabel 1 dan = 1,000 untuk tabel 2 dengan = 0,05 artinya Ho diterima, tidak ada hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan kecelakaan kerja pada tenaga kerja di perusahaan meubel kayu Kelurahan Oesapa. Sedangkan hasil analisis untuk tabel 3 dan 4 menunjukan nilai nilai < , dimana = 0,004 untuk tabel 3 dan tabel 4 dengan = 0,05 artinya Ho ditolak, ada hubungan antara lama kerja dan jam kerja dengan kecelakaan kerja pada tenaga kerja di perusahaan meubel kayu Kelurahan Oesapa. PEMBAHASAN Hubungan Umur dengan Kecelakaan Kerja Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda satu dengan yang lainnya dan sangat tergantung pada berbagai faktor,

Sumber : Data Primer

40

Hubungan Karakteristik Tenaga Kerja dan Faktor Pekerjaan Dengan Kecelakaan Kerja

salah satunya adalah faktor usia. Depnaker R. I. (1998), menyatakan bahwa tenaga kerja yang masih muda mempunyai kemampuan kerja yang lebih baik dari tenaga kerja yang sudah tua. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya kemampuan kerja dari tenaga kerja sejalan denga pertambahan usia, karena perubahan pada alat-alat tubuh. Sedangkan Phoon (1988) menyatakan bahwa umur yang terlalu tua dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja yang menimbulkan penderitaan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan reaksi dan kesulitan dalam penyesuaian diri dengan pekerjaan. Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja. Hasil ini bertentangan dengan teori yang ada. Walaupun demikian harus diingat bahwa umur hanyalah dsalah satu faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Ada sejumlah faktor lain yang mungkin lebih dominan dibandingkan dengan faktor umur, seperti walaupun seorang tenaga kerja mempunyai umur 31 tahun, namun telah mengerjakan pekerjaan yang sama selama kurun waktu yang cukup panjang maka tenaga kerja tersebut cenderung terbebas dari kecelakaan kerja. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kecelakaan Kerja Peristiwa kecelakaan kerja tentu ada penyebabnya. Salah satu penyebab dari kecelakaan kerja adalah perbuatan tidak aman, seperti perbuatan tidak aman yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan, keletihan dan kelesuan, serta sikap dan tingkah laku yang tidak aman. Pendidikan seseorang sangat penting diperhatikan untuk meningkatkan kesadaran akan arti pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja (Depnaker R.I., 1998).

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan responden tidak berhubungan dengan kecelakaan kerja. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa pendidikan seorang tenaga kerja mempengaruhi cara berpikirnya dalam mengahadapi pekerjaannya, termasuk cara pencegahan kecelakaan maupun menghindari kecelakaan saat ia melakukan pekerjaannya (Depkes R.I., 1990). Hal ini dapat disebabkan oleh adanya faktor lain yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja seperti tingkat pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja serta sikap tenaga kerja itu sendiri dalam melakukan pekerjaannya. Hubungan Lama Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pengalaman kerja dari seorang tenaga kerja dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian berkaitan dengan pengalaman kerja terhadap 383 kasus kecelakaan kerja di Hongkong membuktikan bahwa kecelakaan kerja pada tangan akibat kena mesin terjadi pada tenaga kerja yang bekerja kurang dari 1 tahun (Depkes R.I., 1990). Hasil analisis data yang dilakukan menunjukan bahwa lama kerja mempunyai hubungan dengan kecelakaan kerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumamur (1987) yang mengemukakan bahwa pengalaman untuk waspada terhadap kecelakaan kerja bertambah baik sesuai denga pertambahan masa kerja dan lama bekerja di tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya. Mereka juga sering mementingkan dahulu selesainya pekerjaan tertentu yang diberikan kepada mereka, sehingga keselamatan tidak cukup mendapatkan perhatian. Selain itu, banyak tenaga kerja baru yang belum mengetahui dengan jelas cara-cara kerja mesin dan keselamatannya. Sebagai contoh, ada tenaga kerja baru yang mengalami

41

MKM Vol. 02 No. 01Juni 2007

kecelakaan saat pertama kali bekerja menggunakan mesin pemotong kayu, karena belum mengetahui dengan jelas cara penggunaan dan cara bekerja yang aman serta belum terbiasa menggunakan mesin tersebut. Hubungan Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja Jam kerja adalah waktu bekerja termasuk juga waktu istirahat. Waktu kerja dari seseorang menentukan efisiensi dan produktivitasnya. Seseorang dapat bekerja denga baik dalam sehari selama 8 jam atau 40 jam dalam seminggu. Waktu sisa dalam satu hari (16 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat dan lain-lain (Sumamur, 1988). Berdasarkan hasil analisis diketahuio bahwa ada hubungan antara jam kerja dengan kecelakaan kerja. Hal ini sesuai dengan pernyatan Sumamur (1987) bahwa jam kerja turut mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Memperpanjang jam kerja dapat menyebabkan kelelahan dan memperbesar risiko kecelakaan saat bekerja. Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwasebagian besar tenaga kerja di perusahaan meubel kayu bekerja selama 10 jam sehari, yaitu mulai pukul 08.00-17.00 dan diberi waktu istirahat selama 1 jam, dengan jumlah hari kerja rata-rata 7 hari seminggu, sehingga sebagian besar tenaga ekrja melakukan pekerjaannya selama 60-70 jam seminggu. Kondisi ini belum termasuk tenaga kerja yang melakukan lembur kerja untuk mengejar target penyelesaian produk yang ditargetkan dalam seminggu. Dengan demikian risiko untuk terjadinya kecelakaan memang cukup besar, karena jam kerja yang telah melebihi kjam kerja normal yang akhirnya dapat meningkatkan kelelahan dan memperbesar risiko kecelakaan kerja. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Tidak ada hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja, dimana nilai > (0,614 > 0,05), artinya baik tenaga kerja dengan golongan umur 18-30 tahu maupun tenaga kerja dengan umur 31 tahun sama-sama mempunyai risiko mengalami kecelakaan saat bekerja; (2) Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kecelakaan kerja, dimana nilai > (1,000 > 0,05), artinya tenaga kerja baik dengan tingkat pendidikan rendah maupun tinggi mempunyai risiko yang sama untuk mengalami kecelakaan kerja; (3) Ada hubungan antara lama kerja dengan kecelakaan kerja, dimana nilai < (0,004 < 0,05); (4) Ada hubungan antara jam kerja dengan kecelakaan kerja, dimana nilai < (0,004 < 0,05). Saran Beberapa hal yang dapat menjadi masukan dari penelitian ini adalah : (1) Kepada pihak-pihak yang terkait denga kesehatan dan keselamatan kerja, agar perlu memberi informasi kepada para pengusaha dan tenaga kerja khususnya di perusahaan meubel kayu, mengenai cara-cara bekerja yang aman sehingga angka kecelakaan kerja dapat ditekan; (2) Penelitian ini dibatasi pada karakteristik tenaga kerja (umur, tingkat pendidikan dan lama kerja) dan faktor pekerjaan (jam Kerja). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian-penelitian lain dengan variable yang berbeda guna mengetahui lebih jauh faktor-faktor yang berpengaruh tehadap terjadinya kecelakaan kerja. DAFTAR PUSTAKA Aditama Y.T., Hastuti T. 2002. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: UI Press,: hlm. 12, 64 Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PrinsipprinsipDasar. Jakarta: Rineka Cipta,: hlm. 175-194

42

Hubungan Karakteristik Tenaga Kerja dan Faktor Pekerjaan Dengan Kecelakaan Kerja

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,: hlm. 27-92 Phoon. 1988. Practical Occupational Health. Singapore: PG Publishing Propinsi NTT. Disnakertrans. 2005. Lembar Informasi Ketenagaan. Januari 2005. Kupang: Disnakertrans Propinsi NTT R.I. Depkes. 1990. Materi Orientasi Bagi Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan MasyarakatDirektorat Bina Peran Serta Masyarakat,: hlm. 153-158 R.I. Depkes. 1992. Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja Bagi Perajin (Kulit, Mebel, Aki Bekas, Tahu dan Tempe, Batik). Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat-Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat,: hlm. 44-52 R.I. Depkes. 1993. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan MasyarakatDirektorat Bina Peran Serta Masyarakat,: hlm. 105-109 R.I. Undang-Undang. 1997. Ketenagaan. Jakarta: Sinar Grafika,: hlm. 3-40 Sumamur. 1987. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV.Haji Masagung,: hlm. 44-45 Sumamur. 1988. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV.Haji Masagung

43

Anda mungkin juga menyukai