Anda di halaman 1dari 2

Aneka Macam Infeksi Nosokomial Tweet

Ada berbagai jenis infeksi nosokomial. Namun menurut dokter Najatulllah SpBp yang sering terjadi adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK). Sekitar 80 persen dari insidensi infeksi jenis ini dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi bisa menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian. Organisme yang bisa menginfeksi antara lain E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus. Infeksi yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen, sedangkan infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena mikroorganisme eksogen. Sangat sulit untuk mencegah penyebaran mikroorganisme sepanjang uretra yang melekat dengan permukaan kateter. Kebanyakan pasien akan terinfeksi setelah 1-2 minggu pemasangan kateter. Penyebab paling utama adalah kontaminasi tangan atau sarung tangan ketika pemasangan kateter. Selain itu air yang digunakan untuk membesarkan balon kateter juga turut memberi andil. Dapat juga karena sterilisasi yang gagal dan teknik septik dan aseptik. Jenis infeksi nosokomial yang juga sering muncul adalah pneumonia nosokomial. Pneumonia nosokomial muncul terutama pada pasien yang menggunakan ventilator, tindakan trakeostomi, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi. Kuman infeksi jenis ini paling sering berasal dari gram negatif seperti Klebsiella dan Pseudomonas. Organisme ini sering berada di mulut, hidung, kerongkongan, dan perut. Keberadaan organisme ini dapat menyebabkan infeksi karena adanya aspirasi oleh organisme ke traktus respiratorius bagian bawah. Dari kelompok virus dapat disebabkan oleh cytomegalovirus, influenza virus, adeno virus, para influenza virus, enterovirus, dan corona virus. Penderita penyakit pernapasan, penyakit jantung kronis, perokok berat, dan obesitas, berisiko tinggi terinfeksi pneumonia nosokomial. Selain itu infeksi dipengaruhi oleh kualitas perawatan, beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ, tingkat penggunaan antibiotika, penggunaan ventilator dan intubasi, serta penurunan kesadaran pasien. Penyakit yang biasa ditemukan antara lain respiratory syncytial virus dan influenza. Pada pasien dengan sistem imun yang rendah, pneumonia lebih disebabkan karena Legionella dan Aspergillus. Sedangkan di negara dengan prevalensi penderita tuberkulosis yang tinggi, kebersihan udara harus sangat diperhatikan. Mematikan

Pasien rumah sakit juga berisiko terserang bakteremi nosokomial. Infeksi ini hanya mewakili sekitar 5 persen dari total infeksi nosokomial, tetapi dengan risiko kematian yang sangat tinggi. Bakteremi nosokomial terutama disebabkan oleh bakteri yang resistan antibiotika seperti Staphylococcus dan Candida. Infeksi dapat muncul di tempat masuknya alat-alat seperti jarum suntik, kateter urin, dan infus. Faktor utama penyebab infeksi ini adalah panjangnya kateter, suhu tubuh saat melakukan prosedur invasif, dan perawatan dari pemasangan kateter atau infus. Selain ketiga jenis infeksi di atas, masih terdapat beberapa infeksi yang sering berisiko menjangkiti pasien rumah sakit. Di antaranya tuberculosis, diare, gastroenteritis, infeksi pembuluh darah, difteri, tetanus, dan pertusis. Penyebab utama tuberkulosis adalah adanya strain bakteri yang multiresisten terhadap obat. Kontrol terpenting untuk penyakit ini berupa identifikasi yang baik, isolasi, dan pengobatan serta tekanan negatif dalam ruangan. Diare dan gastroenteritis paling sering disebabkabkan oleh bakteri E.coli, Salmonella, Vibrio Cholerae, dan Clostridium. Selain itu, dari gologan virus lebih banyak disebab-kan oleh golongan enterovirus, adenovirus, rotavirus, dan hepatitis A. Faktor risiko gastroenteritis nosokomial dapat dibagi menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi abnormalitas dari pertahanan mukosa seperti achlorhydria, lemahnya motilitas intestinal, dan perubahan pada flora normal. Adapun faktor ekstrinsik terdiri atas pemasangan nasogastric tube dan mengkonsumsi obat-obatan saluran cerna. Infeksi pembuluh darah berkaitan erat dengan penggunaan infus, kateter jantung, dan suntikan. Virus yang dapat menular dari cara ini adalah virus hepatitis B, hepatitis C, dan HIV. Difteri disebabkan oleh Corynebacterium diptheriae. Gram negatif pleomorfik itu memproduksi endotoksin yang menyebabkan timbulnya penyakit. Penularannya terutama melalui sistem pernafasan. Pertusis atau batuk rejan disebabkan oleh Bordetella Pertusis. Penyakit ini muncul dengan siklus tiap 3-5 tahun dan menjangkiti 50 persen dari individu yang tidak imun. Infeksi kulit dan jaringan lunak juga termasuk infeksi nosokomial yang sering muncul. Luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan luka bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat terjadinya infeksi sistemik. Dari golongan virus yaitu herpes simplek, varicella zooster, dan rubella. (Nashihah-13) (/)

Infeksi luka operasi dapat terjadi tergantung banyak hal misalnya 1) jenis operasi yang dikerjakan. Pada operasi dengan jenis contaminated / yang tercemar terkontaminasi tentu saja resiko infeksi nya jauh lebih besar dibandingkan jenis operasi bersih. Contoh, operasi usus buntu dengan kondisi usus buntu yang sudah bernanah, sudah pecah tentu resiko infeksi yang terjadi jauh lebih besar dibandingkan operasi usus buntu dalam kondisi usus buntu yang masih baik 2) Lokasi target orga ...

Anda mungkin juga menyukai