Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

Seksio sesarea didefinisikan sebagai tindakan melahirkan fetus melalui sayatan pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi) dengan syarat rahim utuh dan berat janin lebih dari 500 gram. Definisi ini tidak mencakup pengeluaran fetus dari rongga perut karena ruptur dari uterus atau kehamilan abdominal. (1,2) Jenis-Jenis Seksio Sesarea : (2,3,4) 1. 2. 3. 4. Seksio Sesarea Klasik korporal Seksio Sesarea Transperitoneal Profunda (SCTP) Seksio Sesarea yang diikuti dengan histerektomi Seksio Sesarea ekstraperitoneal

Penanganan secara seksio sesarea umumnya dilakukan pada kasus-kasus kehamilan risiko tinggi misalnya kehamilan dengan janin letak sungsang dan perkiraan berat badan janin > 3500 gram.(4) Letak sungsang adalah letak janin yang memanjang ( membujur ) dalam rahim, dimana kepala berada di fundus dan bokong di bawah.(1,2) Angka kejadian persalinan sungsang kurang lebih 2-4% dari seluruh persalinan. Pada persalinan sungsang morbiditas dan mortalitas bayi lebih besar dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Hal ini disebabkan karena pada persalinan letak sungsang lebih sering terjadi prematuritas, asfiksia dan atau trauma (perdarahan intrakranial, paresis, dan fraktura). Angka morbiditas ibu juga meningkat yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dan atau trauma jalan lahir.(2) Selain itu dikenal beberapa macam letak sungsang, yaitu:(3,4) 1. letak bokong (Frank Breech). 2. letak sungsang sempurna (Complete Breech). 3. letak sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech).

Penyebab Letak sungsang antara lain :(1,4) 1. fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggul sempit, hidrosefalus, anensefali, plasenta previa, tumortumor pelvis, dan lain-lain. 2. janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur). 3. Gemelli (kehamilan ganda). 4. kelainan uterus, seperti uterus arkuatus, bikornis, mioma uteri. 5. janin sudah lama mati. 6. sebab yang tidak diketahui. Persalinan Sungsang dapat berlangsung secara : (3) 1. Pervaginam : a) Spontan :bayi dilahirkan dengan kekuatan ibu sendiri (spontan penuh dengan Bracht) b) persalinan yang dibantu (Assisted breech delivery/ partial breech extraction) c) ekstraksi sungsang (total breech extraction) :bayi dilahirkan dengan proses memakai tenaga penolong seluruhnya. 2. Perabdominam (bedah Caesar) Umumnya dilakukan pada persalinan sungsang apabila: 1) skor Zatuchni - Andros 3.(5,6) Faktor Paritas Umur kehamilan (mg) Taksiran berat janin Persalinan sungsang terdahulu Pembukaan serviks Turunnya bokong (Station) SKOR 0 Gravida 1 39 > 3600 Tidak pernah 2 > -3 1 Multipara 38 3000 3600 1 3 -2 2 37 < 3000 2 atau lebih 4 -1

2) tidak memenuhi syarat persalinan sungsang yang aman sesuai kriteria Gimovsky, yaitu - pada setiap persalinan sungsang pervaginam harus tetap

dipersiapkan operasi setiap saat bila diperlukan. - taksiran berat janin 2000 - 4000 gram. - Umur kehamilan antara 36-42 minggu. - Ukuran dan bentuk panggul baik. - Pengawasan ketat keadaan janin selama persalinan. - Perjalanan kala I harus sesuai kurve friedman. Pada primigrvida 1 cm/jam, sedangkan pada multigravida 1,3 cm/jam. - Kepala janin tidak dalam keadaan defleksi. 3) pada persalinan sungsang prematur dengan berat badan janin 2000 gram (atau sesuai dengan batas minimal kemampuan pengelolaan bayi prematur setempat ). 4) kepala janin defleksi/ hiperekstensi. 5) pertumbuhan janin yang sangat terhambat 6) terdapat kematian perinatal sebelumnya terutama bila disertai dengan trauma kelahiran. Makrosomia didefinisikan sebagai bayi yang lahir dengan berat badan 4000 sampai 4.500 gram. Definisi lain dari makrosomia adalah bayi yang lahir dengan berat lebih dari 90 % dari berat badan yang sesuai dengan usia kehamilan atau large of gestational age. Beberapa faktor risiko makrosomia seperti orangtua yang besar, multiparitas, adanya penyakit pada ibu seperti diabetes melitus, obesitas, kehamilan lewat waktu, serta riwayat persalinan sebelumnya dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gram. Secara khas, bayi makrosomia yang lahir dari ibu dengan diabetes melitus memiliki lemak tubuh dan panjang tubuh yang lebih besar, tapi ukuran kepala dan otak tetap. Hal ini menyebabkan pada pemeriksaan ultrasonografi dapat terjadi kesalahan dalam estimasi berat badan janin terutama dalam hal jarak biparietal (BPD). Juga bisa terjadi adanya perbedaan yang tidak normal antara besarnya bahu dan ukuran kepala, sehingga seringkali terjadi distosia bahu.8,9

Manifestasi Klinis: 1. Pada saat kehamilan : a) Uterus lebih besar dari biasanya atau tidak sesuai dengan usia gestasi b) Tinggi fundus pada kehamilan aterm lebih dari 40 cm. c) Taksiran berat badan janin (TBBJ) dari 4000 gram. 2. Pada bayi baru lahir : a) Berat badan lebih dari 4000 gram b) Badan montok dan kulit kemerahan c) Organ internal membesar (hepatosplenomegali, spenomegali, kardiomegali) d) Lemak tubuh banyak. Makrosomia juga dapat meningkatkan risiko trauma lahir, asfiksia, dan persalinan dengan seksio caesar. Perlu diperhatikan bahwa janin yang terlampau besar berisiko mempersulit proses kelahiran, seperti meningkatkan kemungkinan perobekan atau perdarahan, serta kemungkinan harus melahirkan lewat operasi caesar. Sementara janin sendiri berisiko mengalami macet di bahu atau patah tulang selangka pada saat proses persalinan. Bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram berpotensi mengalami obesitas setelah dewasa. Obesitas dapat mengakibatkan berbagai penyakit diantaranya penyakit jantung, diabetes milletus dan stroke. Oleh sebab itu, usahakan berat badan ibu selama hamil dalam batasan normal sehingga berat badan bayi ketika lahir juga dalam kisaran normal.9

LAPORAN KASUS

IDENTITAS Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Alamat Suku Bangsa Agama Nama suami Pekerjaan MRS : Ny. S.N : 38 tahun : Tamat SMP : Ibu rumah tangga : Minaesa, lingkungan 2 : bolaang mangondouw : Indonesia : Islam : Tn. C.M : Guru : 8 April 2013, jam 19.00

ANAMNESIS Anamnesis (diberikan oleh penderita). Keluhan utama: Nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan Riwayat penyakit sekarang: Nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan dirasakan teratur oleh pasien. pelepasan lendir campur darah , pelepasan air dari jalan lahir (-), pergerakan janin masih dirasakan sampai saat masuk rumah sakit. Riwayat gemeli tidak ada. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa. Riwayat penyakit dahulu Penyakit jantung, darah tinggi, paru, hati, ginjal, kencing manis disangkal

Anamnesis Kebidanan

Riwayat Kehamilan Sekarang Pemeriksaan Ante Natal (PAN) PAN dilakukan sebanyak 6 kali di PKM Wori, TT 2 kali di PKM Wori. Riwayat Haid Haid pertama pada usia 15 tahun dengan siklus teratur dan lamanya haid tiap siklus 7 hari. Hari pertama haid terakhir (HPHT) 30 Juni 2012 dan taksiran tanggal partus 07 April 2013. Riwayat Keluarga Penderita menikah satu kali dengan suami sekarang 13 tahun. Jumlah anak sekarang 2 orang Keluarga Berencana Pernah ikut KB dengan Pil. Riwayat Kehamilan Terdahulu 1. 1996, , aterm, spontan letak belakang kepala, di puskesmas, oleh bidan, BBL: 2800 gr, Meninggal (IUFD). 2. 2002, , aterm, spontan letak belakang kepala, di rumah,oleh bidan, BBL: 3000 gr, Hidup. 3. 2007, , aterm, spontan letak belakang kepala, di rumah, oleh bidan, BBL: 3000 gr, Hidup.

PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan Fisik Umum Status Praesens Keadaan Umum Kesadaran Tekanan darah Nadi : Cukup. : Compos mentis. : 110/70 mmHg : 88x/m.

Pernapasan Suhu badan Berat badan Tinggi badan Gizi Kepala

: 24x/m. : 36,8 0C. : 65 kg. : 153 cm. : Cukup.

Kepala berbentuk simetris (normocephal). Kedua konjungtiva tidak anemis, kedua sklera tidak ikterik. Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret yang keluar dari liang telinga. Hidung berbentuk normal dengan kedua septum intak, tidak ada sekret yang keluar dari hidung, tidak ada septum deviasii. Pada gigi tidak ditemukan adanya karies dentis. Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis. Leher Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher. Dada Bentuk simetris normal. Jantung Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung. Paru-paru Suara pernapasan vesikuler, tidak ditemukan adanya ronki dan wheezing di kedua lapangan paru. Abdomen Hepar dan lien sukar dievaluasi Alat kelamin Tidak ada kelainan. Anggota gerak Tidak ada edema pada kedua tungkai. Varises tidak ada. Refleks Refleks fisiologis positif normal, tidak terdapat refleks patologis. Kulit Turgor normal.

Status Obstetri Pemeriksaan luar Inspeksi Tinggi fundus uteri Letak janin Detak jantung janin His TBBA Pemeriksaan dalam (PD) Portio tebal lunak arah axial, pembukaan 1-2 cm, ketuban (+), presenting part bokong HI-II. : Vulva dan vagina tidak ada kelainan : 39 cm. : Letak bokong punggung kiri : 12 11 12. : 8-9 / 10-15 : 4.100 gram

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hb Leukosit Trombosit GDS : 13,1 gr %. : 10.400/mm3. : 197.000/mm3. : 98 mg/dl

RESUME MASUK G4P3A0, 38 tahun hamil 40-41 Minggu, masuk rumah sakit tanggal 08 April 2013 jam 19.00 WITA, dengan keluhan utama nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan. Nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan dirasakan teratur. Tandatanda inpartu (+). Status Praesens: KU: cukup, TD: 110/70 mmHg, Nadi: 88 kali/menit, R: 24 kali/menit, SB 36,8 oC. Status Obstetri : Inspeksi : Vulva dan vagina tidak ada kelainan

Tinggi fundus uteri : 39 cm. Letak janin : Letak bokong punggung kiri

Detak jantung janin: 12 11 12. His TBBA : 8-9 / 10-15 : 4.100 gram

Pemeriksaan Dalam: Portio tebal lunak arah axial, pembukaan 1-2 cm,ketuban (+), presenting part bokong HI-II. Diagnosa G4P3A0, 38 tahun, hamil 40-41 minggu, inpartu kala I Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak bokong HI-II + makrosomia Sikap MRS Rencana seksio sesarea cito + sterilisasi pomeroy Observasi tensi, nadi, respirasi, his dan BJA Laboratorium lengkap, USG, EKG Sedia darah, setuju operasi Konseling dan informed consent Lapor konsulen

OBSERVASI PERSALINAN 08 April 2013 Jam 19.00: St Praesens Kesadaran: CM, TD: 110/70 mmHg, N: 88 x/m, R: 24 x/m

St Obstetric HIS :8-9 / 10-15 BJA: (+) 12-11-12 PD : Portio tebal lunak, pembukaan 1-2 cm, ketuban (+), presenting part bokong HI-II Diagnosis G4P3A0, 38 tahun, hamil 40-41 minggu, inpartu kala I Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak bokong HI-II + makrosomia Sikap MRS Observasi tensi, nadi, respirasi, his dan BJA Laboratorium lengkap, USG, EKG Sedia darah, setuju operasi Konseling dan informed consent Rencana seksio sesarea cito + sterilisasi pomeroy Lapor konsulen Observasi HIS dan BJJ: Jam 19.30-20.00: His: 8-9 / 10-15 Jam 20.00-20.30: His: 8-9 / 10-15 Jam 20.30-21.00: His: 8-9 / 10-15 Jam 21.30-22.00: His: 8-9 / 10-15 Jam 22.00-22.30: His: 8-9 / 10-15 Jam 22.30-23.00: His: 8-9 / 10-15 Jam 23.15-23.30: His: 8-9 / 10-15 Jam 22.30-22.45: His: 8-9 / 10-15 Jam 22.45-23.00: His: 8-9 / 10-15 BJA: 12-11-12 BJA: 12-11-12 BJA: 13-11-12 BJA: 12-11-11 BJA: 12-11-11 BJA: 12-11-11 BJA: 13-11-11 BJA: 13-12-11 BJA: 12-11-11

10

Jam 23.00-23.15: His: 8-9 / 10-15 Jam 23.15-23.30: His: 8-9 / 10-15 Jam 23.30-23.15: His: 8-9 / 10-15 Jam 23.15-23.30: His: 8-9 / 10-15 Jam 23.30-23.45 : His: 8-9 / 10-15 Jam 23.45

BJA: 12-11-12 BJA: 12-11-12 BJA: 12-11-12 BJA: 12-11-12 BJA: 12-11-12

: Penderita di dorong ke OK Cito BJA: 12-11-12

Jam 23.45 - 00.00: His: 8-9 / 10-15 Jam 00.15 Jam 00.20

: Operasi dimulai dilakukan SCTP : Lahir bayi perempuan, BBL: 4100 g, PBL: 48 cm, AS: 6-8, dilanjutkan dengan sterilisasi cara Pomeroy pada tuba dextra

& sinistra. Jam 01.25 : Operasi selesai

LAPORAN OPERASI Penderita dibaringkan terlentang di atas meja operasi. Dilakukan tindakan antisepsis pada abdomen dan sekitarnya. Abdomen ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi. Dalam keadaan general anastesi (GA) dilakukan insisi linea mediana inferior pada scar bekas operasi yang lalu. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai peritoneum. Peritoneum dijepit, digunting, diperlebar ke atas dan ke bawah sehingga tampaklah uterus gravidarum. Identifikasi plika vesicouterina, dijepit, digunting dan disisihkan ke depan, dilindungi dengan haak abdomen, dilakukan insisi semilunaris pada SBR diperdalam secara tumpul sampai cavum uteri, ketuban sedikit mekoneum kental. Identifikasi bayi letak bokong, bayi dikeluarkan dengan ekstraksi bokong. Jam 00.20 lahir bayi perempuan, BBL 4100 g, PBL 48 cm, AS 6-8. Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat di jepit dengan 2 klem kocher, digunting diantara dua klem. Bayi diserahkan kepada TS Neonati.Plasenta implantasi di fundus, dikeluarkan secara

11

manual. Uterus dijepit dengan beberapa ring tang, dijahit 2 lapis dengan cara simpul dan jelujur, dilakukan reperitonealisasi, kontrol perdarahan (-). Dilakukan sterilisasi cara Pomeroy pada tuba dextra dan tuba sinistra, kontrol perdarahan (-), peritoneum dijahit secara jelujur dengan chromic, otot dijahit secara simpul dengan chromic, fascia dijahit secara jelujur dengan dexon, lemak subcutan dijahit secara simpul dengan chromic. Kulit dijahit secara simpul dengan zeide. Ibu dibersihkan dan diistirahatkan. Operasi selesai. KEADAAN UMUM POST OPERASI TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/m, R: 20 x/m, S: 360C Kontraksi uterus Perdarahan Diuresis : baik : + 500 cc : + 200 cc

DIAGNOSIS POST OPERASI P4A0, 38 tahun, post SCTP + sterilisasi pomeroy atas indikasi letak sungsang + makrosomia Lahir bayi perempuan, BBL 4100 g, PBL 48 cm, AS 6-8 INSTRUKSI POST OPERASI - Kontrol tanda vital, diuresis, perdarahan - Puasa sampai peristaltik (+)/flatus (+) - Infus D5% : RL = 2 : 2 30 gtt/menit - Antibiotik Ceftriaxon inj 2 x 1 g, i.v (skin test) - Metronidazole inj 2 x 0,5 g, i.v - Piton S 2 x 1 ampul, drips - Transamin 3 x 1 ampul

12

- Vitamin C 1 x 1 ampul - kaltrofen supp 1 x 2 supp - Cek Hb 2 jam post OP, bila Hb 10 g/dl pro transfusi. OBSERVASI NIFAS 09 April 2013, 06.00 Keluhan : (-),

Pemeriksaan Fisik: KU: cukup, Kesadaran: CM St praesens : TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/mnt, R: 20 x/mnt, SB: 36,8oC conjungtiva anemis (-/-), C/P dalam batas normal St puerpuralis : Mammae TFU Abdomen : laktasi (-/-), infeksi (-/-) : 1 jari dibawah pusat : peristaltik (+) normal, flatus (+), luka operasi terawat, tertutup kasa steril Lochia : rubra

BAB (-), BAK (+) Diagnosis : P4A0, 38 tahun, post SCTP + sterilisasi pomeroy atas indikasi letak sungsang + Makrosomia Lahir bayi perempuan, BBL 4100 g, PBL 48 cm, AS 6-8 Sikap : IVFD RL : Dextrosa 5 % = 2 : 2 Ceftriaxon 2 x 1 g, i.v Metronidazole 2 x 0,5 g, i.v Vitamin C inj 1 x 1 ampul

13

Hasil Laboratorium : Hb: 10,3 g% 10 April 2013 Keluhan : (-), KU: cukup, Kesadaran: CM

Pemeriksaan Fisik: St praesens

: TD: 110/80 mmHg, N: 80 x/mnt, R: 20 x/mnt, SB: 36,5oC conjungtiva anemis (-/-), C/P dalam batas normal

St puerpuralis : Mammae TFU Abdomen

: laktasi (-/-), infeksi (-/-) : 2 jari dibawah pusat : peristaltik (+) normal, flatus (+), luka operasi terawat, tertutup kasa steril

Lochia

: rubra

BAB (-), BAK (+) Diagnosis : P4A0, 38 tahun, post SCTP + sterilisasi pomeroy atas indikasi letak Sungsang + Makrosomia H 1. Lahir bayi perempuan, BBL 4100 g, PBL 48 cm, AS 6-8 Sikap : Mobilisasi Rawat Luka Diet bubur Saring Aff infus & kateter, obat ganti oral. Cefadroxil Tab 3x500mg Metronidazol 3x5mg SF 2x200 mg

14

Vit.C 3x1 tab 11 April 2013 Keluhan : (-), KU: cukup, Kesadaran: CM

Pemeriksaan Fisik: St praesens

: TD: 120/80 mmHg, N: 84 x/mnt, R: 24 x/mnt, SB: 36,5oC conjungtiva anemis (-/-), C/P dalam batas normal

St puerpuralis : Mammae TFU Abdomen

: laktasi (-/-), infeksi (-/-) : 2 jari dibawah pusat : peristaltik (+) normal, flatus (+), luka operasi terawat, tertutup kasa steril

Lochia

: rubra

BAB (-), BAK (+) Diagnosis : P4A0, 38 tahun, post SCTP + sterilisasi pomeroy atas indikasi letak Sungsang + Makrosomia H 2.

Lahir bayi perempuan, BBL 4100 g, PBL 48 cm, AS 6-8 Sikap : Mobilisasi Rawat Luka Diet THTP Cefadroxil Tab 3x500mg Metronidazol 3x5mg SF 2x200mg Vit.C 3x1 tab

15

12 April 2013 Keluhan : (-), KU: cukup, Kesadaran: CM

Pemeriksaan Fisik: St praesens

: TD: 120/80 mmHg, N: 84 x/mnt, R: 20 x/mnt, SB: 36,3oC conjungtiva anemis (-/-), C/P dalam batas normal

St puerpuralis : Mammae TFU Abdomen

: laktasi (-/-), infeksi (-/-) : 2 jari dibawah pusat : peristaltik (+) normal, flatus (+), luka operasi terawat, tertutup kasa steril

Lochia

: rubra

BAB (+), BAK (+) Diagnosis : P4A0, 38 tahun, post SCTP + sterilisasi pomeroy atas indikasi letak Sungsang + Makrosomia H 3.

Lahir bayi perempuan, BBL 4100 g, PBL 48 cm, AS 6-8 Sikap : Mobilisasi Rawat Luka Diet THTP Cefadroxil Tab 3x500mg Metronidazol 3x5mg SF 2x200mg Vit.C 3x1 tab

16

13April 2013 Keluhan : (-), KU: cukup, Kesadaran: CM

Pemeriksaan Fisik: St praesens

: TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/mnt, R: 20 x/mnt, SB: 36,7oC conjungtiva anemis (-/-), C/P dalam batas normal

St puerpuralis : Mammae TFU Abdomen

: laktasi (-/-), infeksi (-/-) : 2 jari dibawah pusar : peristaltik (+) normal, flatus (+), luka operasi terawat, tertutup kasa steril

Lochia

: rubra

BAB (-), BAK (+) Diagnosis : P4A0, 38 tahun, post SCTP + sterilisasi pomeroy atas indikasi letak Sungsang + Makrosomia H 4. Lahir bayi perempuan, BBL 4100 g, PBL 48 cm, AS 6-8 Sikap : Mobilisasi & Rawat Luka Diet THTP Cefadroxil Tab 3x500mg Metronidazol 3x5mg SF 2x200mg Vit.C 3x1 tab Rencana Pulang

17

DISKUSI

Seorang penderita G4P3A0, 38tahun, hamil 40-41 minggu, inpartu kala 1, janin intra uterin , tunggal, hidup, letak Sungsang HI-II + Makrosomia. Dalam Diskusi ini akan dibahas mengenai: 1. Diagnosis 2. Penanganan 3. Komplikasi 4. Prognosis Diagnosis Diagnosis pada penderita ini selain berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kebidanan, maka didapatkan: Penderita ini telah hamil sebanyak 4 kali, pernah melahirkan 3 kali dimana anak pertama meninggal saat dilahirkan, berusia 38 tahun. Penderita sedang hamil dengan usia kehamilan 40-41 minggu dan inpartu kala 1 Janin terletak intra uterin, tunggal, hidup, letak bokong HI-II Tinggi fundus uteri 39 cm, sehingga perkiraan berat badan janin sebesar 4100 gram. Dengan adanya kepustakaan yang menyatakan bahwa makrosomia adalah janin dengan berat badan 4000 gram atau lebih, maka janin pada penderita ini menurut perkiraan tergolong makrosomia. Untuk menilai berat badan janin dapat diukur dengan menghitung tinggi fundus uteri. Namun penilaian yang lebih akurat, bisa digunakan dengan ultrasonografi sehingga selain dapat menentukan berat badan janin yang lebih akurat, juga dapat menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain. 8

18

Ada beberapa hal yang menyebabkan janin kelebihan berat badan : 1. Ibu menderita DM Kadar gula darah ibu hamil penderita Diabetes Melitus tergolong tinggi. Kondisi inilah yang memberi peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran rata-rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusar baik, maka si calon bayi dapat tumbuh makin subur. 2. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar, Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan Giant baby berpeluang besar melahirkan anak kedua dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya. 3. Faktor genetik Obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat menurun pada bayi. 4. Pengaruh kecukupan gizi porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh terhadap bobot janin. Asupan gizi yang berlebih bisa

mengakibatkan bayi lahir dengan berat diatas rata-rata. 5. Bukan kehamilan pertama, dimana ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama. Pada kasus ini lebih disebabkan oleh multi gravida dan porsi makan pada ibu yang berlebih sehingga dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan berlebih. Letak sungsang dapat disebabkan oleh beberapa hal. Penyebab letak sungsang dapat berupa:5 1. fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggul sempit, hidrosefalus, anensefali, plasenta previa, tumor-tumor pelvis, dan lain-lain. 2. janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multiparitas, janin kecil (prematur). 3. Gemelli (kehamilan ganda). 4. kelainan uterus, seperti uterus arkuatus, bikornis, mioma uteri. 5. janin sudah lama mati. Pada kasus ini, satu-satunya penyebab yang ada yaitu multiparitas, karena keadaan keadaan lain seperti yang disebutkan diatas tidak ditemukan. Selain itu

19

tidak terdapat hubungan antara makrosomia dengan letak sungsang karena kelainan letak sungsang lebih sering terjadi pada janin kecil dibandingkan janin besar. Penanganan Pada penderita ini direncanakan seksio sesarea cito dengan indikasi letak sungsang dan makrosomia dimana perkiraan berat badan janin lebih dari 4000 gram. Pengalaman persalinan sebelumnya tidak dapat dijadikan tolak ukur bahwa persalinan kali ini pun dapat dilakukan secara pervaginam. Keadaan-keadaan diatas merupakan salah satu indikasi dilakukannya seksio sesarea cito. Selain itu, umumnya dilakukan persalinan sungsang secara seksio sesarea apabila: skor Zatuchni - Andros 3.(6) Pada kasus ini didapatkan skor Zatuchni-Andros = 1. yaitu: pada multiparitas, skor Umur kehamilan 40-41 minggu Taksiran berat janin 4100 gram Persalinan sungsang terdahulu tidak ada Pembukaan serviks tidak ada Penurunan bokong tidak ada =1 =0 =0 =0 =0 =0

-----------------------------------------------------------------------Total =1

Sehingga pada kasus ini dianjurkan untuk mengakhiri persalinan secara seksio sesarea. Setelah dilakukan tindakan seksio sesaria cito, terbukti berat badan bayi lebih dari 4000 gram yaitu 4100 gram. Setelah kehamilan ini pasien sudah tidak ingin punya anak lagi. Pada kasus ini dilakukan sterilisasi Pomeroy. Pilihan kontrasepsi sterilisasi pada kasus ini sudah tepat karena usia pasien sudah 38 tahun dimana penderita tidak lagi tergolong dalam usia reproduktif. Selain itu, sebelumnya pasien sudah mempunyai dua anak yang sehat. Komplikasi Salah satu indikasi dari dilakukannya seksio sesarea pada pasien ini adalah ditakutkan terjadinya komplikasi pada persalinan pervaginam dengan makrosomia 20

dan letak sungsang dimana dapat terjadi persalinan lama akibat distosia bahu ataupun cephalo-pelvic disproportion yang dapat menimbulkan trauma hebat bagi ibu dan bayi. Komplikasi yang lain yang juga dapat terjadi pada makrosomia ialah perdarahan post partum, selain itu kehamilan ibu yang termasuk dalam resiko tinggi juga dapat berakibat meningkatnya morbiditas dan mortalitas dari ibu dan janin pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada kasus ini keadaan janin sebelumnya baik dan alasan untuk melakukan SC karena letak sungsang dan taksiran berat badan janin > 4000 gram, sehingga komplikasi pasca operasi tidak ditemukan. Sedangkan pada ibu keadaan post operasi baik dan selama di follow up di ruangan tidak ditemukan keluhan yang mengarah pada komplikasi pasca operasi. Prognosis Prognosis ibu pada kasus ini sebelum operasi adalah dubia ad malam (buruk), mengingat usia kehamilan ibu saat MRS sudah 40-41 minggu malpresentasi janin yaitu letak sungsang yang dapat menyebabkan ruptura uteri. Prognosis post operasi adalah dubia ad bonam karena operasi dapat berjalan lancar tanpa komplikasi. Juga dapat dinilai dari masa observasi hingga pasien dipulangkan tidak ada keluhan bermakna sehubungan dengan tindakan yang telah dilakukan. Prognosis bayi adalah dubia ad bonam, sehingga bayi juga dapat dipulangkan bersama ibu.

21

PENUTUP

Kesimpulan o Diagnosis letak sungsang dan makrosomia pada penderita ini berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan kebidanan, serta pemeriksaan penunjang. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan post operasi, yaitu posisi bokong berada dibawah dan berat badan bayi lebih dari 4100 gram o Penanganan pasien ini sudah sesuai dengan prosedur penanganan makrosomia yakni seksio sesarea dengan sterilisasi pomeroy, dimana alasan sterilisasi karena pasien sebelumnya sudah mempunyai 3 orang dan saat ini dalam keadaan sehat, selain itu usia pasien sudah 38 tahun sehingga memenuhi syarat dilakukannya sterilisasi. o o Pada pasien ini didapatkan tidak didapatkan komplikasi pada ibu maupun pada bayi. Prognosis post operasi pada kasus ini ditinjau dari ibu dan anak adalah dubia ad bonam.

Saran Perlu adanya usaha-usaha untuk memberikan penerangan kepada masyarakat mengenai pentingnya PAN untuk mencegah terjadinya penyulitpenyulit dalam kehamilan dan persalinan atau bahkan penyulit yang sudah ada yang mungkin saja berdampak buruk baik bagi ibu maupun janin. Selain itu edukasi dan konseling mengenai kontrasepsi berencana sangatlah penting mengingat ibu dengan multiparitas dan usia tua memiliki faktor resiko tinggi dalam kehamilan maupun persalinan.

22

DAFTAR PUSTAKA

1.

Husodo L. Pembedahan dengan Laparotomi. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. hal: 869 76.

2.

Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Bedah Kebidanan. Seksio Sesarea. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007. Hal: 133 41.

3.

Wiknjosastro, Hanifa. Distosia karena Kelainan Letak dan Bentuk Janin. Dalam: Buku Ilmu Kebidanan, edisi ketiga cetakan kesembilan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2007. Hal: 606-622.

4.

Krishadi, Sofie R.et all.editor.Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Dr.Hasan Sadikin. BagianPertama. Bandung. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Staf Bagian Obstetri & Ginekologi FK UnDip. Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Letak Sungsang. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. 2005. Hal: 46 53.

5.

Yoshua, Andry dkk. Presentasi Sungsang. Departemen Ilmu Kesehatan Obstetri dan Ginekologi Universitas Indonesia. 2007. Hal : 1-15

6.

Saifuddin. Buku Acuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006. Hal: 523-26.

7.

Cunningham FG, et al. Breech Presentation and Delivery in William Ostetrics 22nd edition.pdf. USA : McGraw-Hill. 2005. Hal: 316-328.

8.

Varney, H., Kriebs, M., Jan., Gegor, L., Carolyn. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4. vol 2. Jakarta: EGC. 2010. Hal: 814-20.

9.

Sarwono. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2005. Hal: 104-07; 606-09.

23

Anda mungkin juga menyukai