Anda di halaman 1dari 12

25

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Pembentukan diversifikasi portofolio internasional dan regional dapat dilakukan terhadap bursa saham yang telah berada pada posisi fully integrated market dengan bursa saham global. Selanjutnya, dalam melakukan diversifikasi perlu dicermati negara-negara mana yang paling ekonomis untuk menjadi sasaran diversifikasi investasi. Meskipun bursa saham suatu negara telah berada pada fully integrated market dan menjadi efisien akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Namun searah dalam perjalanan waktu terlihat bahwa, setiap bursa saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda dalam merespon informasi dan komunikasi global, baik pada saat perdagangan saham berjalan normal maupun pada saat terjadi krisis. Sensitivitas setiap bursa saham terhadap informasi dan komunikasi global dapat dilihat pada pergerakan fluktuasi indeks bursa saham. Dalam prakteknya, pergerakan fluktuasi indeks bursa saham merupakan informasi yang sangat penting bagi investor dan fund manager perusahaan/intitusional baik secara teknikal maupun fundamental dalam melakukan diversifikasi portofolio internasional dan regional. Pada kajian teknikal tentang informasi dan komunikasi pasar modal, bahwa pasar modal yang lebih kuat dapat mempengaruhi pasar modal yang lebih lemah, atau dengan kata lain, informasi fluktuasi pergerakan indeks harga saham di bursa saham yang lebih kuat dapat mempengaruhi fluktuasi pergerakan indeks harga saham di

Universitas Sumatera Utara

26

bursa saham yang lebih lemah. Berdasarkan kajian teknikal ini, berarti investor dan fund manager dapat dengan lebih mudah memprediksi pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), melalui pergerakan indeks harga saham, misalnya: di New York Stock Exchange (NYSE). Selanjutnya investor dan fund manager akan dengan mudah mendapatkan keuntungan dari diversifikasi portofolio di Bursa Efek Indonesia. Tetapi kenyataannya tidak semudah asosiasi di atas. Adakalanya kenaikan indeks harga saham di New York Stock Exchange diikuti penurunan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia dan pelemahan indeks harga saham di New York Stock Exchange justeru direspon dengan penguatan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia. Untuk memperjelas uraian ini, disajikan Tabel I.1. dan Tabel I.2. yang memperlihatkan fluktuasi pergerakan beberapa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada saat terjadi krisis tahun 2008 dan pada saat perdagangan berjalan normal tahun 2006, sebagai berikut: Tabel I.1. Fluktuasi Pergerakan IHSG Beberapa Bursa Saham pada Saat Krisis Perdagangan Tahun 2008
IHSG 02 Juni 03 Juni Perubahan IHSG Dalam Persen (%) 04 Juni 05 Juni 06 Juni 09 Juni 0,326 -1,993 -1,409 Na Na 0,079 -2,126 Na 0,174 -0,494 10 Juni -1,505 -1,653 -0,002 -3,422 Na -0,244 -1,130 -4,207 -0,653 -0,856

Regional IHSG BEI -0,678 -0,987 -1,715 1,570 0,107 Straits Times -0,143 -1,070 -0,607 0,290 0,090 KLSE -1,067 -0,390 -0,354 -2,359 2,044 PSE CI -0,055 -1,525 -0,348 -1,973 0,783 SET Index Na Na Na Na Na Internasional/Indeks Utama (Major Indices) S&P 500 -1,050 -0,579 -0,033 1,950 -3,089 Nikkei-225 0,709 -1,599 1,593 -0,654 1,034 Hang Seng 1,216 -1,835 -1,036 0,547 0,606 DAX 30-DA -1,240 0,148 -0,765 -0,339 -1,988 FTSE100FTI -0,758 0,834 -1,446 0,422 -1,476 Sumber: http://www.econstats.com/eqty/eq_d_mi_0.htm dan http://www.econstats. com/eqty/eq_d_ap_0.htm

Universitas Sumatera Utara

27

Tabel I.2. Fluktuasi Pergerakan IHSG Beberapa Bursa Saham pada Saat Perdagangan Berjalan Normal Tahun 2006
IHSG 01 Juni 02 Juni Perubahan IHSG Dalam Persen (%) 05 Juni 06 Juni 07 Juni 08 Juni -3,562 -2,476 -0,684 -2,738 Na 0,142 -3,067 -0,980 -2,898 -2,513 09 Juni 2,692 1,756 -0,202 0,084 Na -0,448 0,805 1,156 1,501 1,659

Regional IHSG BEI -0,635 1,977 0,100 -2,379 -2,260 Straits Times 0,119 1,371 -0,503 -0,716 -1,447 KLSE 0,288 0,029 0,127 -0,688 -0,207 PSE CI 0,611 -0,259 0,010 -0,634 -3,117 SET Index Na Na Na Na Na Internasional/Indeks Utama (Major Indices) S&P 500 1,230 0,195 -1,780 -0,114 -0,609 Nikkei-225 0,235 1,842 -0,766 -1,809 -1,877 Hang Seng -1,341 1,709 0,651 -0,269 -0,980 DAX 30-DA 0,259 -0,360 -1,158 -2,106 0,747 FTSE100FTI 0,453 0,259 -0,043 -1,602 0,644 Sumber: http://www.econstats.com/eqty/eq_d_mi_0.htm dan http://www.econstats. com/eqty/eq_d_ap_0.htm

Pada Tabel I.1. dan Tabel I.2. dapat dilihat bahwa, indeks bursa saham regional yang dinyatakan sebagai bursa saham emerging market memberi respon pergerakan yang berfluktuasi dengan besaran yang beragam baik positif maupun negatif terhadap seluruh perubahan pergerakan indeks bursa saham

internasional/indeks utama (major indices) baik pada saat menguat maupun melemah. Selanjutnya, di antara indeks bursa saham internasional yang dinyatakan sebagai bursa saham establish market, dapat dilihat bahwa, beberapa indeks bursa saham menunjukkan pergerakan yang tidak searah dari yang lainnya dalam merespon informasi dan komunikasi baik pada saat krisis perdagangan saham tahun 2008 maupun pada saat perdagangan berjalan normal tahun 2006. Secara fundamental, salah satu yang mempengaruhi fluktuasi pergerakan indeks harga saham pada suatu bursa saham adalah faktor fundamental perekonomian negara tersebut. Misalnya, pada saat terjadi subprime mortgage di Amerika Serikat

Universitas Sumatera Utara

28

tahun 2007. Kasus subprime mortgage ini berdampak luas terhadap pertumbuhan ekonomi dengan mengetatnya likuiditas perbankan dan institusi non bank, serta penurunan secara tajam indeks harga saham di berbagai bursa saham Amerika Serikat. Situasi ini secara langsung dan tidak langsung memicu terjadinya krisis pasar modal dengan anjloknya indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia. Meskipun demikian, bukan berarti subprime mortgage juga terjadi di Indonesia, melainkan fundamental perusahaan-perusahaan Indonesia yang menjadikan Amerika Serikat sebagai tujuan ekspor langsung maupun tidak langsung harus mengurangi produksinya, karena terjadinya penurunan permintaan, demikian pula dengan negaranegara lainnya, sehingga menjadi satu efek berantai dan berakhir pada depresi perekonomian global. Kondisi di atas mendorong investor-investor Amerika Serikat atau internasional mengalihkan dananya dalam jumlah yang cukup besar dari Bursa Efek Indonesia dengan berbagai alas an. Di antaranya, untuk menutupi kerugian penurunan harga saham di negara asal, memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan atau pesimistis terhadap return ekspektasi di Bursa Efek Indonesia. Akibatnya, bursa saham mengalami tekanan jual dan modal portofolio asing keluar dari Indonesia, sehingga Rupiah (Rp) mengalami tekanan jual dan terjadilah depresiasi nilai tukar yang cukup besar. Untuk memperjelas uraian ini, disajikan Tabel I.3. yang memperlihatkan fluktuasi nilai kepemilikan asing di Bursa Efek Indonesia dan kurs Dolar Amerika Serikat (US$), sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

29

Tabel I.3. Fluktuasi Nilai Kepemilikan Asing di Bursa Efek Indonesia dan Kurs Dolar Amerika Serikat (US$) Minggu Pertama, Bulan: Oktober, November dan Desember Tahun 2008
Tanggal/Bulan Nilai Asing (Miliar Rupiah) Persen (%) Selisih Beli/Jual Asing (Miliar Rupiah) Rupiah/Dolar Amerika Serikat

Minggu I Oktober 2008 29/September 812,29 35,69 105,96 9.416,20 06/Oktober 1.716,42 37,43 -117,96 9.469,70 07/Oktober 1.109,25 34,33 244,70 9.624,640 08/Oktober 236,66 23,94 46,31 9.532,890 Minggu I Nopember 2008 03/November 524,54 24,52 -194,81 11.049,70 04/November 818,42 31,70 -18,70 10.989,0 05/November 649,68 24,26 -36,56 10.929,0 06/November 788,06 39,81 82,69 10.787,50 07/November 578,25 26,71 -121,79 10.846,0 Minggu I Desember 2008 01/Desember 506,57 25,05 56,11 12.837,0 02/Desember 356,76 32,53 -57,68 12.755,10 03/Desember 203,31 21,94 -68,73 12.285,0 04/Desember 350,14 29,40 -23,80 12.315,30 05/Desember 262,50 27,16 -11,36 12.062,70 Sumber: http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/statistik_pm/inde.htm dan http://www.oanda.com/convert/fxhistory

Pada Tabel I.3. dapat dilihat bahwa, terjadi penurunan dana investasi asing pada awal minggu pertama Oktober sebesar Rp. 812,29 Miliar menjadi Rp. 262,50 Miliar pada akhir Minggu pertama Desember 2008 atau dengan jumlah penurunan sebesar Rp. 549,79 miliar, hal ini berimbas pada terus terdepresiasinya Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, yaitu: dari posisi Rp. 9.416,20 di awal minggu pertama Oktober melemah ke posisi Rp. 12.062,70 di akhir minggu pertama Desember 2008. Tanda negatif (-) pada kolom Selisih Beli/Jual Asing (Miliar Rupiah) menunjukkan bahwa, penjualan saham oleh asing lebih besar dari pembelian saham oleh asing di Bursa Efek Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

30

Modal asing yang masuk ke Indonesia dengan tujuan untuk melakukan diversifikasi portofolio internasional sebagai mana pada uraian di atas, dihitung dalam bentuk Dolar Amerika Serikat. Sehingga kurs awal Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah pada saat investor dan fund manajer perusahaan berinvestasi di Bursa Efek Indonesia adalah catatan penting untuk mengambil tindakan di setiap pergerakan kurs terhadap indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia di masa yang akan datang. Dalam kurun waktu berjalan, pemerintah Indonesia telah menetapkan sistem manajemen kurs mengambang (managed floating), yang artinya: fluktuasi kurs valuta asing terhadap Rupiah di tentukan oleh mekanisme pasar, namun tidak sepenuhnya, di mana pemerintah akan melakukan intervensi pasar jika dianggap perlu. Meskipun demikian, dalam melakukan diversifikasi portofolio internasional, kenyataannya investor dan fund manager perusahaan akan tetap rentan menghadapi risiko fluktuasi kurs valuta asing, terutama pada saat terjadi krisis, seperti pengalaman pada tahun 1997 dan tahun 2008. Pada kajian teknikal menyatakan bahwa, asosiasi Dolar Amerika Serikat terhadap indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia berbanding terbalik, pada saat Dolar Amerika Serikat mengalami penguatan, indeks harga saham mengalami pelemahan. Sebaliknya, jika Dolar Amerika Serikat mengalami pelemahan maka indeks harga saham mengalami penguatan. Berdasarkan kajian teknikal ini, berarti investor dan fund manager akan dengan lebih mudah memprediksi pergerakan indeks harga saham, melalui pergerakan kurs Dolar Amerika Serikat di pasar uang. Kalau

Universitas Sumatera Utara

31

asosiasi sesederhana ini terjadi, maka investor dan fund manager dapat dengan mudah menperoleh keuntungan dari Bursa Efek Indonesia dan pasar uang di Indonesia. Tetapi kenyataannya tidak demikian, terutama pada saat perdagangan berjalan normal. Untuk memperjelas uraian ini, disajikan Tabel I.4. yang menunjukkan fluktuasi IHSG dan Dolar Amerika Serikat, sebagai berikut: Tabel I.4. Fluktuasi IHSG dan Dolar Amerika Serikat (US$) pada Saat Perdagangan Saham Berjalan Normal Tahun 2006 dan Krisis Tahun 2008 Sampai dengan Tahun 2009
2006 2008-2009 Tanggal/Bulan/Tahun IHSG US$ IHSG US$ 08 Juni 2006 1.241,3 9.372,070 08 September 2008 2.038,00 9.337,070 10 Juli 2006 1.339,8 9.337,070 08 Oktober 2008 1.451,67 9.532,890 10 Agustus 2006 1.384,8 9.082,650 10 November 2008 1.340,68 11.098,80 11 September 2006 1.447,2 9.132,420 10 Desember 2008 1.315,90 11.286,70 10 Oktober 2006 1.554,9 9.276,440 09 Januari 2009 1.416,67 10.976,90 10 November 2006 1.664,8 9.107,470 09 Februari 2009 1.342,23 11.655,0 11 Desember 2006 1.759,6 9.140,770 10 Maret 2009 1.300,21 12.106,50 Sumber: http://www.econstats.com/eqty/eqem_ap_12.htm dan http://www.oanda. com/convert/fxhistory Tanggal/Bulan/Tahun

Pada Tabel I.4. dapat dilihat bahwa, pada saat perdagangan saham berjalan normal tahun 2006, pergerakan kurs Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah relatif stabil di kisaran Rp. 9.082,650 terendah sampai dengan Rp. 9.372,070 tertinggi, dan tampak IHSG terus mengalami penguatan dari posisi 1.241,33 poin ke posisi 1.759,67 poin atau dengan jumlah penguatan sebesar 518,34 poin. Sedangkan pada saat terjadi krisis perdagangan saham tahun 2008 dimana Dolar Amerika Serikat mengalami apresiasi terhadap Rupiah dari kisaran Rp. 9.337,070 terendah sampai dengan Rp. 12.106,50 tertinggi per Dolar Amerika Serikat, direspon negatif oleh IHSG Bursa

Universitas Sumatera Utara

32

Efek Indonesia yang terus bergerak melemah dari posisi 2.038,00 poin ke posisi 1.300,21 poin, atau terjadi pelemahan sebesar 737,79 poin. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pengembangan diversifikasi portofolio internasional di Bursa Efek Indonesia, diperlukan kajian lebih lanjut oleh investor dan fund manager perusahaan, terhadap asosiasi yang lebih baik, antara: indeks bursa saham asing terhadap indeks Bursa Efek Indonesia dan Dolar Amerika Serikat terhadap indeks Bursa Efek Indonesia. Dari fenomena yang telah diuraikan di atas, maka investor dan fund manager yang berinvestasi pada saham khususnya yang di bentuk ke dalam portofolio internasional, akan menghadapi dua risiko, yaitu: risiko fluktuasi harga saham dan fluktuasi kurs, oleh karena di antara bursa saham mengandung pengaruh dan untuk meminimalisasi rugi, maka menarik untuk menganalisis pengaruh indeks bursa saham asing dan kurs Dolar Amerika Serikat (US$) terhadap indeks Bursa Efek Indonesia (BEI). I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah diuraikan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh indeks bursa saham Internasional terhadap indeks Bursa Efek Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh indeks bursa saham regional terhadap indeks Bursa Efek Indonesia?

Universitas Sumatera Utara

33

3. Bagaimana pengaruh kurs Dolar Amerika Serikat terhadap indeks Bursa Efek Indonesia? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari pada penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh indeks bursa saham Internasional terhadap indeks Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh indeks bursa saham regional terhadap indeks Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kurs Dolar Amerika Serikat terhadap indeks Bursa Efek Indonesia. I.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan teoritis bagi setiap investor dan fund manager perusahaan/institusi baik domestik maupun internasional yang akan beinvestasi di Bursa Efek Indonesia. 2. Sebagai bahan masukan bagi Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK), Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia (BI) dalam menyusun regulasi dan promosi investasi portofolio internasional di Indonesia. 3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam pengembangan hal-hal yang berhubungan dengan investasi pada saham dalam bentuk portofolio internasional.

Universitas Sumatera Utara

34

4. Menambah khazanah penelitian bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 5. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkenan mengembangkan penelitian tentang bursa saham dan diversifikasi portofolio internasional. I.5. Kerangka Berpikir Sampai saat ini, dalam perjalanan perekonomian global, merupakan suatu kenyataan bahwa, ada negara yang mempunyai kelebihan modal (capital abundant) dan ada pula yang mengalami kelangkaan modal (capital scarce). Oleh karena modal merupakan faktor produksi, maka modal akan mengalami marginal produk, dalam artian, semakin banyak modal berada dalam suatu negara, maka akan semakin kecil return modal yang akan di peroleh di dalam negara tersebut, demikian juga sebaliknya. Inilah salah satu dasar bagi para investor dan fund manager perusahaan untuk berinvestasi ke negara lain yang mengalami kelangkaan modal, baik melalui instrumen efek di pasar modal, maupun dengan melakukan investasi langsung oleh perusahaan Multi National Corporations (MNCs), sehingga terjadi apa yang disebut dengan arus modal internasional. Hady (2004: 92) menyatakan bahwa, secara umum arus modal internasional dapat dibagi menjadi dua: 1. Portofolio investment, yaitu arus modal internasional dalam bentuk investasi aset-aset finansial, seperti saham (stock), obligasi (bond), dan commercial pepers lainnya. Arus portofolio investment inilah saat ini paling banyak dan cepat mengalir ke seluruh penjuru dunia melalui pasar uang dan pasar modal di pusat-pusat keuangan internasional, seperti New York, London, Paris, Frankfurt, Tokyo, Hong Kong, Singapura.

Universitas Sumatera Utara

35

2. Direct investment, yaitu investasi rill dalam bentuk pendirian perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian barang modal, tanah, bahan baku, dan persedian dimana investor terlibat langsung dalam manajemen perusahaan dan mengontrol penanaman modal tersebut. Direct investment ini biasanya dengan pendirian subsidiary atau pembelian saham mayoritas dari suatu perusahaan. Selanjutnya, perbedaan satuan nilai mata uang melahirkan istilah yang disebut dengan kurs valuta asing. Pergerakan arus modal dari satu negara tentu harus disesuaikan dengan mata uang negara tujuan investasi. Di Bursa Efek Indonesia, modal asing yang terhimpun secara umum dihitung dengan Dolar Amerika Serikat, sehingga kurs awal Dolar Amerika Serikat pada saat awal investasi adalah catatan penting bagi investor dan fund manager perusahaan di setiap fluktuasi pergerakan Dolar Amerika Serikat terhadap indeks bursa saham di waktu-waktu yang akan datang. Fluktuasi pergerakan Kurs Dolar Amerika Serikat dan Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia oleh investor dan fund manager dimanfaatkan untuk meminimalisasi risiko dan ambil untung. Setelah keuntungan tersebut dianggap optimal maka Dolar Amerika Serikat dikonversi kembali ke Rupiah untuk membeli saham yang telah murah harganya di Bursa Efek Indonesia. Karwiyani (2004: 34) dalam Siswaji (2005: 15) menyatakan bahwa: Melemahnya nilai tukar rupiah akan berakibat mengalirnya dana kepasar valuta asing, baik dana dari pasar uang maupun pasar modal. Pengalihan dana dari pasar uang akan mengakibatkan likuiditas ketat, sementara itu dipasar modal harga saham mengalami penurunan karena terjadi aksi jual. Sedangkan Fabozzi (1999: 17) menyatakan bahwa Pasar saham terbesar di dunia terdapat di AS dan Jepang. Karena nilai pasar tersebut dinyatakan dalam US$, maka ukuran relatifnya berbeda-beda sesuai dengan perubahan Yen terhadap US$: harga saham AS meningkat jika yen mengalami depresiasi dan menurun jika Yen mengalami apresiasi.

Universitas Sumatera Utara

36

Secara garis besar, pengaruh indeks bursa saham asing (internasional dan domestik) dan Kurs Dolar Amerika Serikat terhadap Indeks Bursa Efek Indonesia dapat digambarkan dalam Gambar I.1. sebagai berikut:

Bursa Saham Internasional

IHSG BEI

Kurs US$

Bursa Saham Regional Gambar I.1. Kerangka Berpikir

I.6. Hipotesis Adapun hipotesis dari pada penelitian ini adalah: 1. Indeks bursa saham internasional berpengaruh terhadap indeks Bursa Efek Indonesia. 2. Indeks bursa saham regional berpengaruh terhadap indeks Bursa Efek Indonesia. 3. Kurs Dolar Amerika Serikat berpengaruh terhadap indeks Bursa Efek Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai