Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Pengetahuan mengenai struktur masyarakat saja kiranya belum cukup memadai untuk menggambarkan kehidupan bersama manusia secara nyata. Struktur masyarakat barulah menggambarkan kehidupan bersama manusia dalam seginya yang statistik. Agar dapat mengetahui gambaran yang lebih lengkap dan realistik mengenai kehidupan manusia bersama ini, kita perlu memperoleh pengetahuan-pengetahuan mengenai proses-proses sosial yang terjadi dan terdapat di dalam masyarakat. Pengetahuan-pengetahuan mengenai proses-proses sosial ini akan memungkinkan seseorang untuk memahami segi-segi dinamika suatu masyarakat. Perubahan dan perkembangan masyarakat yang mewujudkan segi dinamisnya disebabkan karena para warganya mengadakan hubungan satu dengan lainnya baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok sosial. Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah dasar proses sosial, pengertian tersebut menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dilihat dari segi-segi dinamis. Interaksi sosial sebagai bentuk umum dari proses sosial, dapat juga dikatakan proses sosial, karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas social dalam kehidupan masyarakat.

I.2

Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ingin disampaikan dalam penulisan makalah ini adalah: 1. Bagaimana terjadinya interaksi sosial? 2. Apakah unsur-unsur dalam interaksi sosial? 3. Bagaimana bentuk-bentuk dasar interaksi sosial? 4. Mengapa kehidupan sosial dianggap sebagai suatu sistem sosial?

I.3

Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah penulis ingin menjelaskan tentang: 1. 2. 3. 4. Menjelaskan tentang terjadinya interaksi sosial Menjelaskan unsur-unsur dalam interaksi sosial Menjelaskan bentuk-bentuk dasar interaksi sosial Menjelasakan mengapa kehidupan sosial dianggap sebagai suatu sistem sosial

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Terjadinya Interaksi Sosial Interaksi social dapat terjadi karena adanya : Tindakan social, Kontak social, dan Komunikasi 1. Tindakan Sosial Tidak semua tindakan manusia dinyatakan sebagai tindakan social. Suatu tindakan baru dinyatakan sebagai tindakan social apabila subyeknya dihubungkan dengan individu-individu lain. Menurut Max Weber Tindakan social adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya dalam

masyarakat. Jadi Tindakan social adalah tindakan yang mempengaruhi individu lain dalam masyarakat dan merupakan tindakan bermakna. Yaitu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan keberadaan orang lain. Contoh : Seorang yang sedang menyanyi di kamar mandi sekedar menghibur dirinya sendiri bukan tindakan social, akan tetapi tindakan itu dapat menjadi tindakan social apabila Si penyanyi tadi sedang menyanyi didepan public pengagumnya. Berdasarkan cara dan tujuan yang akan dilakukan maka Tindakan social dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu : a. Tindakan Rasional Instrumental Yaitu suatu tindakan social yang dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian cara yang digunakan dan tujuan apa yang hendak di capai dalam tindakan itu. Pelaku memperhitungkan efisiensi dan efektifitas dari sejumlah pilihan tindakan. Contoh : Tindakan memilih program atau jurusan di SMA, yaitu IPA atau IPS dengan mempertimbangkan bakat, minat, dan cita-cita. b. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai Yaitu tindakan yang tidak lagi mempermasalahkan tujuan dan tindakan, yang menjadi persoalan dan perhitungan pelaku hanyalah tentang

cara. Tindakan rasional berorientasi nilai ini berkaitan dengan nilai-nilai dasar dalam masyarakat. Contoh : Tindakan religius dalam pelaksanaan ibadah puasa bagi umat beragama Islam c. Tindakan Tradisional Yaitu tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan rasional. Tindakan ini hanya dilaksanakan karena pertimbangan kebiasaan dan adat istiadat. Contoh : Penghormatan kepada orang yang lebih tua, berjabat tangan harus dengan tangan kanan, upacara adat dll d. Tindakan Afektif Yaitu Tindakan yang didorong oleh perasaan(afeksi) atau emosi. Contoh : Tindakan mengamuk karena marah, seorang yang meratap dan meraungraung sewaktu orang tuanya meninggal dunia, tindakan seorang ibu yang membelai mesra anaknya dengan penuh kasih saying sebelum anaknya tidur, dll Atas dasar rasionalitas Tindakan social menurut Max weber dibedakan menjadi empat kategori dimana suatu tindakan social semakin rasional maka akan semakin mudah untuk dipahami. 1. Zwerk Rational Disebut tindakan social murni, dimana actor dapat menilai cara yang baik untuk mencapai tujuan juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Actor berkelakuan dengan cara yang paling rasional 2. Weerk Trational Action Dalam tindakan tipe ini actor tidak dapat menilai apakah caracara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan lain. Tindakan ini rasional karena dapat dipertanggungjawabkan untuk dipahami

3. Affectual Action Tindakan yang dibuat-buat dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan Si actor. Tindakan ini sukar dipahami, kurang, atau tidak rasional 4. Traditional Action Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu di masa lalu saja. Hubungan Tindakan Sosial Dan Interasi Sosial Antara tindakan dan interaksi social mempunyai hubungan yang tidak bisa terpisahkan. Tindakan social adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang mempengaruhi orang lain untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Sedangkan interaksi social adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu lain, antara individu dengan kelompok , atau antara kelompok dengan kelompok lain yang disebabkan oleh adanya tindakan (aksi) dan tanggapan (reaksi) dari kedua belah pihak. Tanpa tindakan tidak mungkin menimbulkan hubungan.jadi tindakan social itu merupakan syarat mutlak terbentuknya hubungan timbale balik atau interaksi social. 2. Kontak Sosial Kontak social berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh. Jadi secara harfiah kontak social berarti bersama-sama menyentuh. Secara fisik kontak social baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, sedangkan dalam gejala social tidak selalu berarti hubungan badaniah. Kontak social adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi social dan masing-masing pihak saling bereaksi meski tidak harus bersentuhan secara fisik. Maka kontak social dapat terjadi walaupun dua pihak hanya saling berhadapan atau bertatap muka. Pada zaman sekarang kontak social tidak selamanya bersifat langsung, tetapi ada yang mempergunakan alat bantu komunikasi seperti telepon, video call, chating dsb. Kontak social dapat terjadi melalui dua cara yaitu sbb :

a. Verbal / gestural Yaitu kontak yang terjadi melalui saling menyapa, saling berbicara, atau berjabat tangan b. Non verbal / Non gestural Yaitu kontak social yang tidak mempergunakan kata-kata atau bahasa melainkan dengan isyarat. Misalnya kedipan mata, lambaian tangan, bau farfum dll Kontak social dapat terjadi dalam tiga bentuk antara lain : a. Antar orang-perorangan Misalnya seorang ibu yang sedang menimang-nimang anaknya dengan penuh kasih saying b. Antara orang perorangan dengan kelompok Misalnya sekelompok penjahat yang memeras sopir taksi c. Antara kelompok dengan kelompok lainnya Misalnya dua klub bola basket sedang bertanding Kontak social dapat bersifat positive dan dapat bersifat negative Kontak social yang bersifat positive mengarah pada kerjasama. Adapun yang bersifat negative mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi social. Misalnya Ketika Novita bertemu dengan Clara dan saling melempar senyuman akan terjadi suasana yang menyenangkan (bersifat positive), akan tetapi apabila Novita tersenyum dan Clara membalas dengan muka yang masam situasinya akan menjadi tidak menyenangkan (bersifat negative). Macam-macam Kontak social Dalam kehidupan sehari-hari dikenal beberapa macam kontak social antara lain : 1. Kontak social menurut cara-cara yang dilakukan dapat dibagi menjadi dua yaitu : a. Kontak langsung Yaitu kontak yang terjadi dimana pihak komunikator menyampaikan pesannya secara langsung kepada pihak komunikan melalui tatap muka (face to face) maupun melalui alat bantu media komunikasi

Contoh : Paidi mengedipkan matannya ketika bertemu dengan Minah gadis pujaan hatinya, Seorang pasien berkonsultasi dengan dokter pribadinya melalui pesawat telepon b. Kontak tidak langsung Yaitu kontak social yang terjadi dimana pihak komunikator menyampaikan pesannya kepada pihak komunikan melalui perantara pihak ketiga. Contoh : Bento menyampaikan salamnya kepada Tina melalui Heni, Seseorang yang mengirimkan uang kepada saudaranya melalui jasa Kantor Pos 2. Menurut proses terjadinya kontak social terdiri dari : b. Kontak Primer Yaitu Kontak social yang terjadi apabila komunikator berhubungan secara langsung dengan komunikan melalui tatap muka / face to face Contoh : guru Bimbingan konseling wawancara dengan siswa b. Kontak Sekunder Yaitu kontak social yang terjadi apabila pesan dari komunikator disampaikan kepada komunikan melalui pihak ketiga atau melalui media komunikasi. Dalam prosesnya Kontak sekunder dapat dibedakan menjadi dua yaitu : (1) Sekunder langsung Yaitu kontak social yang dilakukan oleh pihak

komunikator kepada pihak komunikan dengan menggunakan bantuan alat komunikasi langsung, seperti telepon (HP), televise, radio, internet. Contoh : Hendra menanyakan PR Matematika kepada Jono melalui HP (2) Kontak sekunder tidak langsung Yaitu kontak social yang dilakukan oleh pihak

komunikator kepada pihak komunikan dengan bantuan pihak ketiga/perantara. Contoh : Amelia minta tolong kepada Bu Siska untuk

menyampaikan pesannya kepada Bona putranya.


7

3. Komunikasi Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare yang berarti berhubungan. Maka secara harfiah komunikasi berarti berhungan atau bergaul dengan orang lain. Komunikasi lebih ditekankan pada bagaimana pesannya itu diproses. Berbeda dengan kontak social yang pengertiannya lebih ditekankan kepada orang atau kelompok yang berinteraksi, maka Komunikasi merujuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara langsung maupun melalui alat bantu agar orang lain memberikan tanggapan atau respon tertentu. Proses komunikasi terjadi pada saat kontak social berlangsung. Orang yang menyampaikan komunikasi disebut komunikator sedangkan orang yang menerima komunikasi disebut komunikan. Suatu proses komunikasi dikatakan komunikatif apabila pesan yang disampaikan diproses secara berdaya guna dan berhasil guna. Dikatakan berdaya guna apabila pesan disampaikan secara praktis, efisien, rasional, dan mudah dimengerti. Dan dikatakan berhasil guna apabila pesan itu jelas maksud dan tujuannya sehingga komunikan menanggapi, memenuhi, atau

melaksanakan keinginan si komunikator dengan baik. Dengan demikian arti penting dari komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain. Tafsiran tersebut dapat terwujud melalui pembicaraan, gerak-gerik badan, atau sikap yang menunjukkan perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.misalnya senyum dapat ditafsirkan sebagai keramaha-tamahan dan sikap bersahabat, anggukan tanda setuju dll. Selain itu dalam komunikasi penguasaan bahasa juga memegang peranan yang sangat penting. Sebab jika kita tidak mengerti bahasa yang diucapkan oleh orang yang kita ajak bicara, hal ini akan menyulitkan komunikasi. Dengan demikian komunikasi dapat menghasilkan kerja sama antar perorangan atau antar kelompok manusia, tetapi juga dapat menghasilkan suatu pertentangan akibat kesalahpahaman dan tidak mampu mengendalikan diri.Dalam proses komunikasi terdapat unsure-unsur antara lain :

a. Ada

dua

pihak

yang

terlibat

dalam

proses

komunikasi,

yaitu

pengirim/komunikator (sender) dan penerima/komunikan (receiver) b. Ada media atau alat yang digunakan dalam komunikasi c. Ada pesan (message) atau persoalan yang dibahas bersama dalam komunikasi d. Ada respon atau reaksi / umpan balik (feed back) dari pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi

II.2 Unsur-unsur Dasar Interaksi Sosial Di dalam interaksi sosial mengandung makna tentang kontak secara timbal balik atau inter-stimulasi dan respon antara individu-individu dan kelompok-kelompok. Kontak pada dasarnya merupakan aksi dari individu atau kelompok lain. Penangkapan makna tersebut yang menjadi pangkal tolak untuk memberikan reaksi. Kontak dapat terjadi secara langsung, yaitu melalui gerak dan fisikal oraganisme (action of physical organism), misalnya melalui pembicaraan, gerak, isyarat, dan dapat pula secara tidak langsung, misalnya melalui tulisan atau bentuk-bentuk lain dari komunikasi jarak jauh. Adanya komunikasi muncul setelah kontak berlangsung. Terjadinya kontak belum berarti telah ada komunikasi. Komunikasi timbul apabila seseorang individu memberi tafsiran pada perilaku orang lain. Dengan tafsiran tadi, lalu seseorang itu mewujudkan perilaku, dimana perilaku tersebut merupakan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain itu. Dari penjabaran diatas kita dapat menyatakan bahwa syarat terjadinya interaksi adalah kontak dan komunikasi. Menurut Kimbal Young, interaksi sosial dapat berlangsung antara: 1. Orang perorangan dengan kelompok atau kelompok dengan orang perorangan (there may be to group or group to person relation) 2. Kelompok dengan kelompok (there is group to group interaction) 3. Orang perorangan (there is person to person interaction) Sehubungan dengan pendapat Kimbal Young di atas, khusus mengenai hubungan antara kelompok dengan kelompok, atau dimana hubungan itu menyangkut kelompok, perlu disampaikan pandangan Schlegel, yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kelompok atau perorangan dengan kelompok, oleh karena kelompok itu tidak bisa bertindak dan karena
9

kelompok itu adalah orang-orang juga, maka hubungan yang terjadi adalah antara orang dengan orang, anatara satu dengan banyak orang, atau antara banyak orang dengan banyak orang.

II.3 Bentuk-bentuk Dasar Interaksi Sosial Soejono Soekanto menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua bentuk umum dari interaksi sosial, yaitu asosiatif dan disosiatif. Suatu interaksi sosial yang asosiatif merupakan proses yang menuju pada suatu kerja sama. Sedangkan bentuk interaksi disosiatif dapat diartikan sebagai suatu perjuangan melawan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Proses yang asosiatif (processes of association) yang terbagi kedalam tiga bentuk khusus lagi yaitu: 1. Kerjasama Beberapa orang sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sebaliknya, sosiolog lain menganggap bahwa kerjasama adalah merupakan proses utama. Pemberian arti semacam itu mengambil ruang lingkup yang terlalu luas sehingga sulit untuk dianalisis. Kerjasama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompok (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan outgroup-nya). Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institutional telah tertanam didalam kelompok, dalam diri seorang atau segolongan orang. Fungsi kerja sama, menurut Charles H. Cooley yaitu kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentinga-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.

10

2. Akomodasi Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku didalam masyarakat. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi dapat berbeda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, salah satunya yaitu untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. Akomodasi disini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru. 3. Asimilasi dan akulturasi Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Apabila orang melakukan asmilasi kedalam suatu kelompok manusia atau masyarakat, maka dia tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok tersebut yang mengakibatkan bahwa mereka dianggap sebagai orang asing. Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial. Proses inilah yang dinamakan dengan akulturisasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan interaksi sosial kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol. Proses yang disosiatif (processes of dissociation) yang mencakup: 1. Persaingan Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseoragan maupun kelompok
11

manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Di dalam persaingan yang tidak bersifat pribadi, yang langsung bersaing adalah kelompok. Persaingan misalnya dapat terjadi antara dua perusahaan besar untuk mendapatkan monopoli di wilayah tertentu. 2. Persaingan yang meliputi kontraversi dan pertentangan atau pertikaian (conflict) Kontraversi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau petikaian. Kontraversi terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidak pastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Dalam bentuknya yang murni, kontraversi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap tersembunyi tersebut dapat berubah menjadi kebencian, akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan/atau kekerasan. Walaupun pertentangan merupakan suatu proses disosiatif yang agak tajam, akan tetapi pertentangan merupakan salah satu bentuk proses sosial juga mempunyai fungsi positif bagi masyarakat. Pertentangan didalam bentuk yang lunak dan dapat dikendalikan, biasanya digunakan dengan sengaja di dalam seminar atau diskusi-diskusi ilmiah, misalnya dimana dua atau beberapa pendapat yang berbeda diketengahkan dan dipertahankan oleh berbagai pihak.

II.4 Kehidupan Sosial Sebagai Suatu Sistem Sosial Konsep kehidupan sosial sebagai suatu sistem adalah menyangkut tentang: (1) konsep masyarakat dan konsep kehidupan sosial; (2) karakteristik kehidupan sosial kolektif; (3) konsep struktur sosial; dan (4) konsep kehidupan sosial sebagai suatu sistem. Pada dasarnya fenomena kehidupan sosial adalah sangat luas dan kompleks, oleh karena itu analisis tentang fenomena sosial tidak cukup hanya menyangkut keempat aspek tersebut di atas, namun paparan keempat
12

tersebut pada uraian berikut ini dapat dianggap sebagai dasar-dasar pemahaman awal bagi peminat studi ilmu pengetahuan sosial, khususnya dalam membahas tentang kehidupan sosial sebagai suatu sistem. Pertama, konsep masyarakat dan konsep kehidupan sosial. Dalam banyak literatur, baik dalam studi sosiologi maupun antropologi dijelaskan bahwa konsep tentang masyarakat dengan konsep kehidupan sosial adalah mempunyai maksud atau makna yang relatif sama, karena: (1) pada dasanya proses-proses sosial dalam kehidupan masyarakat adalah juga proses-proses sosial dalam kehidupan sosial itu sendiri; dan (2) pada dasarnya unsur-unsur kehidupan masyarakat adalah juga unsur-unsur kehidupan sosial. Sedangkan unsur-unsur kehidupan sosial tersebut antara lain: (a) Status dan peranan sosial; (b) Solidaritas sosial; (c) Lapisan atau stratifikasi sosial; (d) Nilai dan norma sosial; (e) Lembaga sosial; (f) Diferensiasi sosial; (g) Interaksi sosial; (h) Kekuasaan atau wewenang; dan (i) Pengendalian atau kontrol sosial; dan (3) baik konsep kehidupan masyarakat maupun konsep kehidupan sosial sama-sama menunjukkan adanya suatu aktifitas kolektif manusia dalam membangun solidaritas sosial dalam rangka proses pencapaian tujuan hidup, baik secara individu atau kelompok. Jadi, tidak ada kehidupan masyarakat tanpa kehidupan sosial, dan tidak ada pula kehidupan sosial tanpa kehidupan masyarakat. Namun, ada juga yang memandang bahwa antara konsep masyarakat dan konsep kehidupan sosial memiliki sedikit perbedaan, yaitu: (1) konsep kehidupan masyarakat (society) adalah kesatuan-kesatuan manusia dalam melakukan proses-proses sosial yang menempati suatu wilayah tertentu yang relatif lama berdasarkan suatu identitas adat atau norma tertentu, dalam pemenuhan beragam kebutuhan hidupnya. Berdasarkan dan (2) konsep kehidupan sosial adalah proses-proses sosial individu di masyarakat perbedaan tersebut maka makna kehidupan sosial lebih bersifat dinamik dari pada makna masyarakat, disamping itu masyarakat merupakan wadah berkembangnya aktifitas atau kehidupan sosial (Goode, W.J. 1977; Koentjaraningrat, 1989). Dalam kajian buku ini penulis lebih mengambil posisi pemahaman yang relatif sama antara konsep masyarakat dengan konsep kehidupan sosial. Menurut Koentjaraningrat (1989), bahwa pengertian masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
13

bersama. Jadi, suatu kehidupan kolektif disebut masyarakat harus mempunyai ciri atau unsur sebagai berikut: (1) terjadi proses interaksi sosial antar anggota masyarakatnya; (2) memiliki suatu kesatuan identitas atau solidaritas sosial sesama anggota masyarakatnya; (3) proses kehidupan sosial tersebut berlangsung secara terus menerus (kontinyu) dalam waktu tertentu yang relatif lama; dan (4) mempunyai adat istiadat, nilai-norma sosial, seperangkat aturan atau hukum yang mengatur seluruh pola tindakan sosial anggota masyarakatnya. Sedangkan menurut David Popenoe (1974), semua proses kegiatan anggota masyarakat dapat diklasifikasikan dalam lima ciri antara lain: (1) hampir semua proses-proses sosial atau jalinan hubungan sosial antar anggota masyarakat muncul karena adanya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi bersama atau adanya permasalahan bersama yang harus diselesaikan; (2) sesama anggota masyarakat membangun konsensus untuk menyusun prosedur dan mekanisme hubungan sosial antar anggota dalam rangka meraih tujuan, yaitu terpenuhinya beragam kebutuhan hidup di masyarakat; (3) adanya sistem pengendalian yang berpusat pada kekuasaan dan wewenang dalam rangka meminimalkan konflik di masyarakat; (4) kepentingan, solidaritas, kebersamaan anggota masyarakat biasanya menjadi sesuatu yang sangat penting dan mendorong setiap anggota masyarakat untuk memberikan loyalitas tinggi pada masyarakat demi kelestarian masyarakat; dan (5) semua anggota masyarakat berusaha menjalankan sistem nilai norma budaya yang berlaku dan membangun komunikasi dengan bahasa sehari-hari. Berdasarkan ciri atau unsur masyarakat tersebut, maka masyarakat (society) dan kebudayaan (culture) mempunyai hubungan yang sangat erat, karena: (1) masyarakat adalah wadah berkembangnya suatu kebudayaan, sedangkan kebudayaan adalah isi dari masyarakat atau sebagai pelestari kehidupan masyarakat, karena adanya seperangkat nilai-norma sosial-budaya yang berfungsi sebagai pengendali atau kontrol semua pola tindakan sosial warga masyarakat; (2) masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu dengan yang lain, sedangkan kebudayaan adalah suatu sistem nilai dan norma yang terorganisasi yang menjadi pegangan atau pedoman bagi aktifitas sosial angggota masyarakat (Gazalba, S. 1967; Ayatrohaedi. 1986; Herusatoto, B. 2003). Menurut Durkheim, E., dalam Berry (1981), bahwa suatu masyarakat bukanlah hanya sekedar suatu penjumlahan atau sekumpulan individu semata14

mata, melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar anggota masyarakat, sehingga menampilkan suatu realitas sosial tertentu yang mempunyai ciri-cirinya sendiri. Disamping itu menurut Durkheim, bahwa keseragamankeseragaman tingkah laku individu dalam masyarakat adalah produk sosial (masyarakat) atau ditentukan oleh konsensus anggota masyarakat, dan keseragaman perilaku atau tindakan sosial tersebut bukan merupakan sifat asli dari anggota masyarakat. Jadi, diantara inti pandangan Durkheim tentang masyarakat adalah bahwa: (1) masyarakat mempunyai kekuatan determinasi terhadap pola perilaku sosial atau tindakan sosial individu; atau (2) struktur sosial mempengaruhi pola perilaku individu, bukan individu yang mempengaruhi struktur sosial; dan (3) beragam peran individu dalam masyarakat sudah ditentukan oleh sistem norma sosial yang telah disepakati oleh masyarakat (Durkheim, E. 1974). Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kehidupan masyarakat (kehidupan sosial) merupakan bentuk dari kehidupan sosial kolektif yang kelestariannya banyak ditentukan oleh beragam aktivitas sosial individu yang berdasarkan kepada nilai dan norma sosial-budaya yang telah disepakati bersama oleh anggota masyarakat Kedua, karakteristik kehidupan sosial kolektif. Dalam kehidupan masyarakat selalu terdapat aktifitas-aktifitas sosial kolektif dari bentuk yang paling kecil (seperti kolektif keluarga) sampai yang paling besar (seperti kolektif negara atau bangsa). Ada beberapa ciri atau karakteristik kehidupan sosial kolektif, antara lain: (1) adanya pembagian kerja yang relatif permanen antar anggota dalam kelompok tentang berbagai kegiatan untuk pemenuhan beragam kebutuhan kelompok; (2) adanya rasa saling ketergantungan antar anggota dalam kelompok dalam proses pencapaian tujuan kelompok; (3) proses menjalin kerjasama tersebut didasarkan pada sistem nilai, norma yang telah disepakati oleh sesama anggota kelompok; (4) diperlukan adanya pola komunikasi yang baik untuk membangun hubungan kerjsama tersebut; (5) adanya perlakuan yang beragam antar anggota kelompok, sebagai konsekwensi dari keberagaman kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing anggota kelompok; dan (6) adanya solidaritas in-group dan adanya sistem pengendalian sosial terhadap pola perilaku anggota dalam kelompok agar tetap berada pada garis visi dan misi kelompok (Popenoe, D., 1974; Koentjaraningrat, 1989)

15

Ketiga, konsep struktur sosial. Kajian tentang konsep struktur sosial adalah banyak dikupas dalam studi antropologi sosial. Dalam antropologi sosial, konsep struktur sosial seringkali dipergunakan sebagai sinonim dari organisasi sosial, dan terutama dipergunakan dalam melakukan analisis terhadap masalahmasalah kekerabatan, lembaga hukum, lembaga pendidikan, lembaga politik dari masyarakat sederhana atau tradisional. Dalam terminologi sosiologi, konsep struktur sosial juga banyak bersinggungan dengan pola hubungan timbal balik antar unsur dalam suatu organisai sosial yang berkaitan dengan masalah pendidikan, hukum, ekonomi, politik, keluarga dan sebagainya dari masyarakat kontemporer (sekarang atau modern). Menurut para ahli pengertian struktur sosial antara lain: (1) menurut Agus Salim (2002), struktur sosial adalah suatu tatanan hirakhis dari hubunganhubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas aau stratifikasi, dsb) didalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai, norma yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu; (2) menurut Firth, dalam Soekanto, S., (1984), bahwa struktur sosial adalah mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang lebih fundamental yang memberikan bentuk dasar pada masyarakat, yang memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang mungkin dilakukan anggota masyarakat secara organisatoris; (3) menurut Evans dan Leach, bahwa struktur sosial adalah menyangkut hubungan-hubungan antar kelompok, atau berkaitan dengan distribusi kekuasaan diantara orang-orang dalam kelompok; dan (4) menurut Radcliffe Brown, bahwa struktur sosial adalah mencakup semua hubungan-hubungan sosial antara individu dengan individu pada saat tertentu, oleh karena itu struktur sosial merupakan aspek non personal dari sistem sosial, isinya adalah keadaan statis dari sistem sosial. Disamping itu menurut R. Brown, kebudayaan hanya bisa dipelajari secara ilmiah melalui struktur sosial, oleh karena itu struktur sosial tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Jadi, analisis terhadap struktur sosial adalah sebagai salah satu aspek dari studi terhadap kebudayaan. Dalam studi sosiologi pengertian struktur sosial, sering digunakan dalam dua aspek, yaitu: (1) makna struktur atau struktur sosial, yang dipergunakan untuk menggambarkan tentang keteraturan sosial, untuk menunjuk pada pola perilaku sosial yang diulang-ulang dengan bentuk atau cara yang sama.
16

Struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik diantara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan sosial. Struktur sosial sebagai bagian dari sistem sosial. Menurut Parsons, bahwa struktur sosial sebagai aspek yang secara relatif lebih statis daripada aspek fungsional dari sistem sosial. Sistem sosial merupakan konsep yang lebih luas daripada struktur sosial, karena struktur sosial adalah bagian statis dari sistem sosial (Craib, 1984)

17

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Proses sosial merupakan pengaruh timbal balik dari berbagai kehidupan bersama. Kehidupan bersama itu dapat dilihat dari beberapa segi atau aspek, yaitu ada segi kehidupan ekonomi, segi kehidupan politik, segi kehidupan hukum, dan sebagainya. Jadi proses sosial dapat diartikan pengaruh timbal bailk antara, misalnya, segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan hukum, segi kehidupan hukum dengan ekonomi dan seterusnya. Pengetahuan-pengetahuan mengenai proses-proses sosial ini akan memungkinkan seseorang untuk memahami segi-segi dinamika suatu masyarakat. Perubahan dan perkembangan masyarakat yang mewujudkan segi dinamisnya disebabkan karena para warganya mengadakan hubungan satu dengan lainnya baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok sosial. Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah dasar proses sosial sehingga dapat dikatan pula bahwasanya kehidupan sosial merupakan suatu sistem sosial.

III.2 Kritik dan Saran Dengan tujuan penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknnya dan menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah Sistem Sosial Budaya indonesia, maka tersusunlah makalah ini yang berjudul Kehidupan Sosial Sebagai Suatu Sistem Sosial. Penulis beharap makalah ini dapat menjadi pengetahuan yang berguna bagi para pembaca dan dapat menjadi pelajaran dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup kita sesama manusia yang dilaksnakan melalui proses yang disebut interaksi sosial. Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan pada makalah ini yang kurang berkenan. Penulis sebagai mahasiswa yang masih membutuhkan kritik dan saran untuk memperbaiki kekurangan pada makalah ini.
18

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo. Soleman B, Taneko. 1993. Struktur dan Proses Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo. Vembrianto, ST. 1993. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo. Suhardi., Sri Srunarti. 2009. Sosiologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. http://harsosmanwedi.wordpress.com/rpp-klas-x/

19

Anda mungkin juga menyukai