Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dewasa ini dunia seni mengalami perkembangan yang sangat pesat, sejalan dengan kemajuan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat maka kebutuhan akan seni juga meningkat. Seni selain mempunyai karakteristik indah dan menarik namun untuk beberapa jenis seni terapan fungsi merupakan bagian yang sangat penting. Seni terapan atau yang biasa orang kebanyakan mengenalnya dengan nama kerajinan telah banyak beredar di kalangan masyarakat luas diantaranya adalah kerajinan tekstil, kerajinan logam, kerajinan kayu, kerajinan keramik, kerajinan kulit dan se bagainya. Nama-nama dari kerajinan tersebut mewakili bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan. Begitu juga dengan kerajinan kulit, kerajinan kulit adalah kerajinan yang dibuat dengan bahan dasar berupa kulit baik itu kulit perkamen maupun kulit tersamak. Banyak yang sudah mengenal kulit samak seiring dengan semakin banyaknya penemuan teknologi dalam bidang penyamakan kulit. Selain jenis kulit samak, ada jenis lain yang dihasilkan dari kulit hewan yaitu kulit perkamen. Namun kulit perkamen sekarang ini tidak banyak dikenal dalam masyarakat dunia, tapi di Indonesia kulit perkamen masih digunakan khususnya di daerah Jogjakarta namun pengaplikasiannya hanya terbatas pada wayang kulit, kap lampu, dan benda-benda kerajinan lainnya. Kulit perkamen adalah material yang tipis terbuat dari kulit sapi, kerbau, kambing atau domba. Proses pembuatan kulit perkamen sangat sederhana, yaitu melalui proses pembersihan, lalu direntangkan dan dikeringkan di bawah sinar matahari sehingga menghasilkan karakter kulit yang kaku berwarna putih kekuning-kuningan dan transparan.

Berangkat dari fenomena di atas maka penulis berupaya untuk membuat karya kreatif dan inovatif dari kulit perkamen yaitu lampion kulit, sehingga diharapkan karya yang beredar tidak hanya monoton namun ada perkembangan guna meningkatkan nilai jual produk.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimanakan bentuk produk lampion yang dibuat menggunakan kulit perkamen? 2) Apa sajakah alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat lampion? 3) Bagaimaanakah proses pembuatan lampion berbahan dasar kulit perkamen?

C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuaan dari pembuatan produk ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui bagaimanakah bentuk produk lampion yang dibuat menggunakan kulit perkamen 2) Untuk mengetahui apa sajakah alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat lampion 3) Untuk mengetahui bagaimaanakah proses berbahan dasar kulit perkamen? pembuatan lampion

D. Manfaat Manfaat yang dapat diambil dari pembuatan produk ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Menciptakan desain

yang inovatif dan menarik yaitu lampion

berbahan dasar kulit perkamen yang berbeda dari sebelumnya 2) Menambah wawan terkait tentang kerajinan kulit serta produk yang bisa dibuat 3) Mengembangkan teknik berkarya tatah sungging yang telah di dapatkan di bangku perkuliaahan 4) Mengurangi pengangguran 5) Sebagai alternatif produk dalan usaha kecil maupun menengah

BAB II LANDASAN TEORI DAN DASAR PENCIPTAAN

A. Landasan Teori 1. Kerajinan Kulit Perkamen Produk kerajinan kulit dapat dihasilkan secara manual maupun masinal. Beberapa hewan yang dapat diambil kulitnya sebagai bahan dasar dari produk kerajinan diantaranya adalah sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, biawak, komodo, ular dan lain-lain. Perkamen atau dalam bahasa Inggris disebut Parchment adalah bahan tipis yang dibuat dari kulit binatang seperti kulit domba, kulit kambing, kulit sapi. Perkamen biasanya digunakan untuk halaman buku, codex, atau manuskrip. Perkamen sangat berbeda dengan bahan leather/kulit karena tidak dihilangkan asam tannic-nya, tapi di lebarkan dan dikeringkan untuk menciptakan suatu bahan kulit binatang yang kaku, putih, kekuning-kuningan atau transparan. Perkamen telah digunakan semenjak 200 tahun SM. SEJARAH PERKAMEN

Pada 200 tahun sebelum masehi, perpustakaan dibangun di Pergamum, sebuah kawasan di Asia kecil, oleh Raja Eumenes II. Pliny menuliskan ini pada Natural History di buku ke 13, paragraph 21

Pada saat, Raja Ptolemy dan Raja Eumenes berkuasa, mereka bersaing akan keberadaan perpustakaan mereka. Ptolemy menghentikan eksport papyrus, dan setelah ditemukannya perkamen di Pergamum maka Ptolemy mulai menggunakannya karena harganya lebih murah. (Reeds, 1975: 7)

Pentingnya penemuan perkamen di Pergamum adalah kepraktisannya dalam proses perendaman dan pengeringannya lalu kemudian diregangkan, membuatnya lebih halus dan berwarna pucat. (Reed, 1975: 43)

Pada tahun 1909, dua dokumen perkamen ditemukan di Avroman, Kurdistan, yang diperkirakan dokumen tersebut diterbitkan pada tahun 88 SM dan 22 SM. Serta pada tahun 1923, pada penelitian di situs berstruktur zaman Roma di Dura, ditemukan dokumen perkamen lainnnya yang diperkirakan terbit pada tahun 189-195 SM. Karena hal ini, maka beberapa kebijakan percaya bahwa perkamen telah digunakan sebelum Perpustakaan Pergamum berdiri (Kenyon, 1932: 89).

Pada 100 tahun SM akhir, perkamen mulai banyak dikenal orang dikarenakan kemudahannya untuk digunakan sebagai tag dan label (Reed, 1975: 47). Selain itu, kelebihan perkamen dari papyrus adalah kefleksibelannya dibandingkan papyrus, yakni pada kedua sisinya dapat ditulis. Selain itu juga penulisan lebih mudah dilakukan dan dapat dibaca dengan jelas serta apabila ingin dilakukan pengoreksian tulisan pun juga dapat dilakukan dengan lebih mudah (Reed, 1972: 5). Maka pada abad ke 3, perkamen dijadikan sebagai media tulisan pilihan untuk semua tulisan (Reed, 1975: 33).

JENIS-JENIS PERKAMEN Perkamen dibedakan jenisnya dari bahannya. Perkamen Uterine Dari masa pertengahan, beberapa perkamen dibuat dari kulit binatang yang belum lahir. Kulit dalam rahim binatang merupakan bahan kulit yang halus dengan jaringan dermal yang kokoh sehingga menjadi bahan kulit yang tipis dan kuat.

Perkamen Goldbeater Perkamen jenis ini dibuat dari kulit sapi. Jenis perkemen ini diproses dan dibentuk sama seperti pembiatan perkamen biasa. Jenis bahan Perkamen Goldbeater ini tipis, kuat, dan dapat di lebarkan tanpa menyebabkan kerusakan.

Perkamen Transparan Perkamen transparan digunakan untuk mengiluminasikan manuskrip agar menjadikannya lebih dekoratif. Perkamen transparan juga dapat digunakan untuk kaca pembesar, dan juga sebagai kaca jendela apabila bahan kaca tidak tersedia.

PROSES PEMBUATAN PERKAMEN 1. Pemilihan Kulit 2. Mencuci kulit 3. Perendaman 4. Menghilangkan Bulu 5. Merendam dan Mencuci Kembali 6. Peregangan 7. Pengeringan

KELEBIHAN & KEKURANGAN PERKAMEN Perkamen tidak mengandung asam yang tinggi, sehingga tidak mudah berubah warna Fleksibel, karena dapat digunakan di kedua sisinya Mudah dibaca dan dikoreksi kembali Proses waktu pembuatan keseluruhan perkamen lebih lama.

FAKTOR INTERNAL & EKSTERNAL Durabilitas: Perkamen memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan uap yang sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan perkamen mudah rusak apabila kelembaban tidak sesuai. Apabila kelembaban udara sekitarnya tinggi, maka perkamen tidak akan bertahan lama (basah). Sedangkan apabila kelembaban udara disekitarnya rendah, perkamen akan menjadi kering dan mudah rusak sehingga tinta atau cat yang berada di permukaan perkamen akan mengelupas.

Cahaya: perkamen akan mengalami kekeringan sehingga mudah hancur. Panas: apabila perkamen terlalu sering terkena panas, maka akan berkerutkerut.

Serangga:

serangga

cenderung

mengkonsumsi

perkamen

dengan

menggigiti pinggiran perkamen sehingga meninggalkan kerusakan yang terlihat jelas.

Jenis Kulit Berdasarkan Kualitasnya a. Bagian punggung Bagian kulit yang letaknya ada pada punggung dan mempunyai jaringan struktur yang paling kompak; luasnya 40 % dari seluruh luas kulit, karakteristiknya kuat, elastis dan tidak mudah molor b. Bagian leher Kulitnya agak tebal, sangat kompak tetapi ada beberapa kerutan, sebenarnya pada bagian ini juga kuat namun tebal dan kaku akibat adanya kerutan.

c. Bagian bahu Kulitnya lebih tipis, kualitasnya bagus, hanya terkadang ada kerutan yang dapat mengurangi kualitas d. Bagian perut dan paha Struktur jaringan kurang kompak, kulit tipis dan mulur. Walaupun proses pengolahan atau pengawetan kulit telah dilakukan dengan hati-hati dan menurut ketentuan yang benar, namun ternyata hasilnya tidak selalu seperti yang diharapkan. Kemungkinan setelah kering, kulit menjadi tidak sama kualitasnya. Dalam perdagangan, kulit dapat dikelom pokkan/dikelaskan berdasarkan kualitas dan beratnya

2. Lampion

Lampion tentu sudah sangat identik dengan perayaan Imlek, seakan menjadi tradisi yang tidak dapat dirubah lagi. Di sudut-sudut kota terlihat sangat mempesona yang dipasang menggantung diantara jendela-jendela rumah bagian atas yang saling bertautan satu sama lain. Adapula yang memasang di rumahnya sendiri dengan berbagai ragam bentuk dan variasi.

Walaupun dibentuk sedemikian rupa, baik bulat, panjang, balok, maupun bentuk-bentuk lainnya, tapi warna untuk lampion seragam bewarna merah. Merah, menurut pengertian luas bermakna berani.

Ternyata lampion mempunyai arti dan mitos tersendiri menurut warga Tionghoa. Lampion merah digantung selama perayaan Tahun Baru Imlek sebagai makna keberuntungan. Tapi tidak hanya itu yang menjadi alasan dasar adanya lampion yang terasa menjadi tak terpisahkan dari perayaan Tahun Baru Imlek.

Konon, zaman dahulu ada mahluk jahat bernama NIAN yang selalu mengganggu rakyat. NIAN datang untuk memakan hewan ternak, hasil panen bahkan penduduk terutama anak-anak. Pada saat itu penduduk percaya dengan menyimpan makanan di depan rumah mereka agar NIAN tidak mengganggu mereka. Namun, suatu ketika seorang warga melihat NIAN berlari ketakutan setelah melihat seorang anak mengenakan baju bewarna merah.

Semenjak itu, penduduk memasang lampion bewarna merah, bahkan gorden pintu dan jendela dipasang serba merah pada saat menjelang dan selama Tahun Baru. Selain itu, masyarakat juga menghidupkan mercun untuk menakuti NIAN. Sejak itulah, mahluk jahat tersebut

tidak pernah datang lagi ke desa mereka.

Adat tradisi tersebut secara turun-temurun dilakukan dengan tujuan untuk mengusir hal-hal jahat dan mendapat keselamatan, keberuntungan, serta menjadi simbol kebahagian seluruh Warga Tionghoa. Namun untuk saat ini lampion tidak hanya simbol perayaan imlek yang bersifat mistis namun lampion merupakan lampu unik yang bisa digunakan sebagai hiasan seiring dengan perkembangannya . 3. Teknik tatah sungging Tatah sungging merupakan sebuah teknik menatah kulit dengan suatu pola-pola yang rumit yang dilakukan secara terus-menerus sehingga menghasilkan sebuah tatahan yang rapid an indah di pandang yang kemudian dilanjutkan dengan teknik menyungging yang merupakan teknik mewarnai dari sutu pola-pola tersebut sehingga kelengkapan pola dan keindahan serta keunikanya semakin menarik dan mencolok perhatian para penikmatnya. Menyungging merupakan proses pewarnaan pada bidang kulit yang telah selesai ditatah tembus. Tujuan menyungging adalah memberikan kesan indah.. dalam pekerjaan, sunggingan tidak dapat berdiri sendiri karena terkait dengan pola tatahan. Pola tatahan dengan sungging harus saling mengisi sehingga dihasilkan bentuk yang serasi dan harmonis yang menimbulkan keindahan. Teknik menyungging sangat erat hubungannya dengan nilai filosofi yang terkandung dalam warna yang digunakan. Artinya pada saat nenek moyang kita mewujudkan satu sosok pewayangan semua sifat atau perwatakan tokoh tersebut diekspresikan melalui bentuk tahapan dan warna yang diterapkan. Jadi dalam pewarnaan terdapat pedoman atau peraturan yang memberikan yang memberikan batasanbatasan. a. Pembagian warna

10

Pengelompokan warna dalam praktik sungging dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Warna primer terdiri dari warna merah, kuning, dan biru 2. Warna sekunder yaitu warna orange, ungu, dan hijau, abu-abu, merah jambu, dan coklat 3. Warna sekunder terang yaitu campuran warna sekunder dengan warna ringan. Yaitu hijau muda, ungu muda, abu-abu, orange muda,, merah jambu muda, dan coklat muda Pewarna yang digunakan untuk penyunggingan adalah pewarna dengan pengencer air. Oleh karena itu barang kerajinan kulit tidak boleh basah agar tidak luntur.

B. Dasar Pemikiran Penciptaan 1. Aspek Fungsi Fungsi utama pembuatan lampion ini adalah sebagai hiasan ruang tamu sehingga menambah kesan artistik pada ruangan

2. Aspek Estetika 1. Pemilihan motif, motif yang dipilih dalam pembuatan karya

iniadalah motif burung, burung biasa digambarkan sebagai hewan yang hidup di udara. Dalam hal ini motif burung digunakan sebagai gambaran lampion yang berada di udara dengan cara digantung 2. Warna yang akan digunakan dominan menggunakan warna sekunder terang agar nantinya cahaya yang dihasilkan bisa menembus keluar. 3. Pengulangan bentuk terjadi pada setiap bagian dari sisi lampion, pengulangan dimaksudkan agar karya terlihat harmonis antar bagiannya 4. Proporsi yang di gunakan relatif pas dengan keadaan ruangan sehingga jika digantung karya tidak akan terlihat kecil atau malah kebesaran

11

5. Komposisi warna dan motif yang selaras menjadikan karya ini terlihat harmonis

3. Studi Ergonomi 1. Keamanan: produk ini dinilai aman karena menggunakan bahan yang tidak berbahaya, 2. Kenyamanan: produk ini dinilai nyaman ketika diletakkan pada ruang tamu yang ukurannya disesuaikan dengan proporsi produk, sehingga peletakaan produk nantinya tidak akan menggangu. 3. Keindahan: produk ini bernilai estetis/ini karena dipadukan dengan warna yang selaras dengan motif sederhana yang terkesan elegan 4. Pertimbangan ekonomi: harga produk ini relatif terjangkau baik itu oleh masyarakat menengah bawah maupun masyarakat menengah atas. 4. Aspek Proses a Perencanaan dan desain Perencanaan meliputi membuat desain alternatif sehingga nanti akan dipilih 1 desain terbaik yang akan dibuat produk b Persiapan alat dan bahan Alat yang digunakan diantaranya adalah tatah, landasan kayu, dan pemukul kayu Bahan yang digunakan adalah kulit perkamen kambing, amplas, cat poster, cat tembok mowilex, tali senar c Pembuatan gambar kerja Setelah alat dan bahan siap maka gambar kerja yang telah direncanakan harus sudah selesai dibuat untuk menentukan gambar pola sebenarnya. d Menatah Setelah kulit dipotong dan ditempeli dengan kertas pola maka kulit siap ditatah menggunakan tatah yang diinginkan. Tatahan harus rapi agar hasil akhirnya juga rapi

12

Mengamplas Kulit yang sudah ditatah kemudian di amplas agar

permukaannya halus f Menyungging Setelah itu kulit yang telah dihaluskan permukaanya

disungging menggunakan cat poster yang telah disediakan. Selain itu isi bagian dalam sunggingan dengan tinta atau yang biasa kita sebut isen-isen

Finishing Selanjutnya semprot karya menggunakan pilox clear agar hasil karya terlihat lebih cemerlang

13

BAB III VISUALISASI

A.

Desain adalah Dalam sebuah kalimat, kata "desain" bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti "proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru". Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata.

Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya. Akhir-akhir ini, proses (secara umum) juga dianggap sebagai produk dari desain, sehingga muncul istilah "perancangan proses".

B.

Penerapan desain Desain alternatif Desain terpilih Gambar pola (Gambar desain terlampir)

14

C.

Kalkulasi Biaya 1. Bahan Pokok

no 1 2

spesifikasi Kulit kambing Cat poster

jumlah 1/3 dan 1

Harga 20000 17000

mowilex total 37000

2.

Bahan Pembantu

no 1 2 3

spesifikasi Tali senar Tinta amplas total

jumlah 1 1 1

Harga 1000 2000 2000 5000

Total bahan pokok dan pembantu adalah 52000 3. Tenaga/Jasa 10000 4. Desain 10%x 52000 = 5200 5. Keuntungan 10%x 57200= 5720 dibulatkan 5800

6.

Biaya lain-lain 5%x 63000= 3150 dibulatkan menjadi 3500

7.

Harga jual Harga jual produk per satuan adalah 63000+3500=66500

15

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan Kerajinan kulit lampion dengan teknik tatah sungging memiliki nilai estetis tinggi, selain fungsinya sebagai penerang lampion ini bisa digunakan sebagai hiasan ruangan. Harganya yang terjangkau memungkinkan semua kalangan untuk bisa membelinya

B. Saran Kerajinan kulit telah dikenal sejak zaman dulu. Ada baiknya jika keberadaanya tetap kita lestarikan sebagai wujud cinta budaya bangsa, selain itu pengembangan-pengaembangan produk dengan varian yang banyak juga sangat diharapkan agar karya kerajinan kulit tidak menjadi monoton ditinjau dari segi jenis produknya.

DAFTAR PUSTAKA Budiyanto, Wahyu Gatot dkk, 2008, Kriya Kulit Jilid 1 untuk SMK, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Sunarto.1985. Mengenal tatah sungging Kulit.Yogyakarta:Masagung

16

Lampiran Desain Alteernatif

17

Anda mungkin juga menyukai