Anda di halaman 1dari 6

BAB 1 PENDAHULUAN LATARBELAKANG S e t i a p o r a n g m e n g h a r a p k a n s e b u a h k e l u a r g a ya n g h a r m o n i s , t a n p a kekerasan didalamnya.

Namun yang terjadi, banyak istri yang menjadi korbankekerasan oleh suaminya sendiri. Ini membuktikan, adanya keluarga yang tidak ideal, yang tidak sesuai dengan harapan anggota keluarga tersebut.Bagi masyarakat Indonesia sendiri, kekerasan dalam rumah tangga bukanlahfenomena yang baru. Kenyataan ini diperkuat dengan pernyataan Menteri NegaraPemberdayaan Perempuan yang mengatakan bahwa 11,4 % dari 217 juta penduduk Indonesia atau 24 juta terutama di pedesaan pernah mengalami kekerasan dan terbesar adalah kekerasan dalam rumah tangga (Soedjendro, 2005). Menurut catatanMitra Perempuan, hanya 15,2 % perempuan yang mengalami KDRT menempuh jalur hukum, dan mayoritas (45,2 %) memutuskan pindah rumah dan 10,9 %memilih diam. Berdasarkan studi kasus persoalan Kekerasan Terhadap Istri (KTI)yang masuk di Rifka Annisa Womens Crisis Center pada tahun 1998, dari 125 kasus KTI, 11 % diantaranya mengakhiri perkawinannya dengan perceraian, 13 %mengambil jalan keluar dengan cara melaporkan suami ke polisi, ke atasan suami,atau mengajak berkonseling, dan mayoritas korban (76 %) mengambil keputusankembali kepada suami dan menjalani perkawinannya yang penuh dengan kekerasan Statistik Mitra Perempuan Womens Crisis Centre tahun 2009 ( h i n g g a 1 4 Desember) mencatat jumlah layanan pengaduan dan bantuan diberikan kepada 204orang perempuan dan anak-anak yang mengalami kasus kekerasan terutama KDRT(91,67%) di wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor dan sekitarnya.M e s k i p u n j u m l a h p e r e m p u a n ya n g b a r u d i b a n t u l a ya n a n H o t l i n e & konseling di 3 tempat layanan Mitra Perempuan (Jakarta, Tangerang & Bogor) ditahun ini menurun 26,88% dibandingkan tahun sebelumnya (2008: 279 orang, 2007: 283 orang), tetapi jenis kasus dan dampak kekerasan yang dialami olehkorban cukup serius dan terjadi peningkatan jumlah perempuan yang menempuhupaya hukum sebagai implementasi Undang-Undang No. 23 tahun 2004 tentangPenghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Data diatas membuktikan bahwa angka korban KDRT di Indonesia cukup besar, dan hanya sedikit korban yang menempuh jalur hukum. Sedangkan sebagian besar korban lebih memilih kembali pada suami dan melanjutkan hidup dengankekerasan. RUMUSAN MASALAH Ada beberapa masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini, yaitu:Apa itu kekerasan dalam rumah tangga?Mengapa bisa terjadi kekerasan dalam rumah tangga?Dampak apa yang ditimbulkan akibat kekerasan dalam rumah tangga?Solusi apa yang harus dilakukan? BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN DAN JENIS KDRT Menurut La Pona dkk (Sugihastuti, 2007:172) k e k e r a s a n t e r h a d a p perempuan adalah tindakan seorang laki-laki atau sejumlah laki-laki denganmengerahkan kekuatan tertentu sehingga menimbulkan kerugian dan penderitaansecara fisik, seksual, atau psikologis pada seorang perempuan atau sekelompok perempuan, termasuk tindakan yang bersifat memaksa, mengancam, dan/atau berbuat sewenang-wenang, baik terjadi dalam kehidupan

bermasyarakat maupundalam kehidupan pribadi di ruang domestik dan publik.Berdasarkan UndangUndang No 23 tahun 2004 tentang PKDRT pada pasal1 butir 1 menyebutkan bahwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkuprumah tangga. Kekeraan dalam rumah tangga juga juga berarti segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secarafisik, psikis, seksual dan ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yangterjadi dalam rumah tangga atau keluarga. Selain itu, hubungan antara suami danistri diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan emosional,ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan istri.Johnson mengungkapkan ada tiga bentuk komitmen perkawinan yang menentukan seseorang untuk bertahan atau melepaskan diri dari perkawinannya.Pertama adalah komitmen personal seperti cinta dan rasa puas terhadap perkawinan.Kedua adalah komitmen moral, yakni rasa bertanggung jawab secara moral karenam e n g a n g g a p p e r n i k a h a n h a r u s b e r l a n g s u n g s e p a n j a n g h i d u p . K e t i g a a d a l a h komitmen struktural, yakni keinginan bertahan karena faktorfaktor penahan sepertitekanan sosial jika bercerai, masalah anak, prosedur perceraian yang sulit, dansebagainya. Setelah membaca pengertian kekerasan dalam rumah tangga kita mengerti bahwa kekerasan tidak hanya dalam bentuk fisik saja, tetapi juga dalam bentuk psikis, seksual, dan ekonomi. Ini bererti bahwa tidak hanya istri yang tidak bekerjadan bergantung pada suami saja yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga,tetapi juga terjadi pada istri yang bekerja. bentuk, bentuk kekerasan dalam rumahtangga antara lain:Kekerasan fisik Suatu tindakan kekerasan yang menyebabakan sakit, luka, atau cacat padatubuh istri dan bisa berakibat pada kematian.Kekerasan psikisSuatu penyiksaan dalam bentuk ucapan (menghina, berkata kasar) sehinggamenurunkan rasa percaya diri dan meningkatnya rasa takut istri. Kekerasanini jika dilakukan terus menerus akan membuat dndam di hati istri.Kekerasan seksualP e r b a u t a n ya n g b e r h u b u n g a n d e n g a n p e m a k s a a n k e p a d a i s t r i u n t u k melakukan hubungan seksual dengan cara yang tidak wajar.Kekerasan ekonomiSuatu tindakan yang membatasi istri untuk bekerja di dalam atau di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang, termasuk membiarkan istriyang bekerja untuk di-eksploitasi, sementara si suami tidak memenuhikebutuhan ekonomi keluarga. Sebagian suami juga tidak memberikan gajinya pada istri karena istrinya berpenghasilan, suami menyembunyikangajinya,mengambil harta istri, tidak memberi uang belanja yang mencukupi,atau tidak memberi uang belanja sama sekali, menuntut istri memperoleh penghasilan lebih banyak, dan tidak mengijinkan istri untuk meningkatkankarirnya.O l e h k a r e n a i t u , m a s ya r a k a t h a r u s s a d a r , t a h u , m e n g e r t i , d a n d a p a t mencegah kekerasan dalam rumah tangga agar tercipta hubungan yang harmonisdalam keluarga. PENYEBABTERJADINYAKEKERASANDALAMRUMAHTANGGA Di Indonesia, kekerasan dalam rumah tangga sudah banyak dilakukan olehsuami kepada istri. masyarakat sendiri tidak sadar bahwa kekerasan dalam r u m a h t a n g g a s u d a h m e m b u d a ya d i I n d o n e s i a . A d a b e b e r a p a p e n ye b a b terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Disini akan dibahas penyebab kekerasan dalam rumah tangga dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek ekonomi,aspek sosial-budaya, dan aspek politik. Aspek Ekonomi Dilihat dari aspek ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga b i s a disebabkan karena:Kemiskinan Pendapatan istri lebih besar daripada suami J i k a pendapatan istri lebih besar daripada suami, dapat terjadi k e c e m b u r u a n

a n t a r a s u a m i d a n i s t r i . S e h i n g g a s u a m i m e r a s a disepelekan dan m e l a k u k a n kekeraan. ini juga dipengaruhi oleh psikologi suami.Istri terlalu bergantung pada suami dalam hal ekonomiIstri yang terlalu bergantung akan membuat suami semenamenaterhadap istrinya. Karena dia merasa bahwa istrinya tidak bisa berbuatapa-apa tanpa dia. Sehingga suami bisa berbuat kekerasan kepadaistrinya.Ekonomi istri dan suami yang mapan membuat mereka mempunyai PILatau WIL.Suami pengangguran dan tidak mau bekerjaSuami hanya menunggu hasil kerja dari istri dan merelakan istrinya dieksploitasi demi uang. Aspek Sosial-budaya Dilihat dari aspek sosial-budaya, kekerasan dalam rumah tangga bisaterjadi karena:Adanya pandangan bahwa perempuan hanya sebagai konco wingking.Persepsi pada masyarakat bahwa kekerasan dalam rumah tangga harusditutupi. Ketika masyarakat memiliki persepsi seperti itu, korban kekerasand a l a m r u m a h t a n g g a a k a n m e n j a d i r a h a s i a k e l u a r g a s e h i n g g a mereka tidak mau melaporkan kepada pihak yang berwenang danakhirnya kekerasan tersebut terus berlanjut.Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakatKebiasaan masyarakat mendidik anak laki-laki dengan menumbuhkank e ya k i n a n b a h w a a n a k l a k i - l a k i h a r u s k u a t , b e r a n i , d a n t i d a k toleran.Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.Adanya budaya patriarkiPerempuan telah ditanamkan kepatuhan dan pelayanan terhadaps u a m i . S u a m i m e n e n k a n k a n h a l i n i k e p a d a i s t r i s s e b a g a i pembenaran atas kekerasan yang telah dilakukan. Suami memaksaistri untuk melakukan hal-hal yang tidak disukai atau bahkanmenyakiti hati istri. namun, banyak ostri yang beranggapan bahwaini adalah bentuk kepatuhan istri kepada suami sehingga istri tidak menyadari bahwa ini adalah bentuk kekerasan psikologis terhadapdirinya. Aspek politik Pengambilan keputusan dalam keluarga yang didominasi oleh salahsatu pihak.Tidak adanya demokarasi dalam keluarga.Adanya budaya feodalAda juga penyebaba lain yang menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga, yaitu:Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai cara mendidik istri,kepatuhan istri terhadap suami, penghormatan posisi suami sebagai kepalakeluarga, sehingga muncul persepsi bahwa suami boleh menguasai istri dan berakibat suami semena-mena kepada istrinya.Kepribadian dan kondisi psikologi suami yang tidak stabilPelaku (suami) pernah mengalami kekerasan pada masa kecilnya. Melakukan imitasiHal ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki yang hidup dalam keluargayang tidak harmonis dan sering melihat ataupun mengalami kekerasandalam keluarga yang dilakukan oleh ayahnya sehingga anak tersebut menirukebiasaan ayahnya.Ketidakmampuan mencari solusi masalah yang terjadi dalam rumah tangga.Kurangnya komunikasi antar anggota keluarga, dan antara suami dan istri.Tidak bisa mengendalikan emosiPenyebab diatas bisa memicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yangs e b a g i a n b e s a r k o r b a n n ya a d a l a h i s t r i . U n t u k i t u , i s t r i h a r u s t a h u p e n y e b a b kekerasan dalam rumah tangga. Begitu juga dengga n suami. Pelaku kekerasandalam rumah tangga sebagian besar dilakukan oleh suami. Sehingga suami harustahu bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan

kesalahan karena telahmelanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dan telah melanggar hukum. DAMPAK YANG DITIMBULKAN S e t i a p k e k e r a s a n , k h u s u s n ya k e k e r a s a n d a l a m r u m a h t a n g g a , p a s t i menimbulkan suatu dampak bagi dirinya korban, orang lain, ataupun pelaku.Kekerasan dalam rumah tangga bisa berdampak poditif, bisa juga berdampak negatif.Dampak Positif Meskipun kekerasan dalam rumah tangga ini termasuk dalam kriminalitas,tetapi ada juga dampak positif yang ditimbulkan. Korban kekerasan dalamrumah tangga bisa mengendalikan kesadarannya untuk lebih membuka mataterhadap bentuk-bentuk kekerasan ayng dialaminya. Selain itu, masyarakat juag bisa melihat dampak negatif akibat kekerasan dalam rumah tangga danmereka bisa mengambil pelajaran dari korban kekerasan dalam rumah tangga, dan bisa mengurangi KDRT.Dampak Negatif Dampak negatif dari kekerasan dalam rumah tangga pastinya lebih banyak daripada dampak positifnya. Dampak negatif tersebut bisa dibagi menjadi dua, yaitu dampak negatif bagi korban (istri) dan dampak negatif bagi anak.Dampak negatif bagi korban:Korban KDRT biasanya akan mengalami dampak jangka panjangdan dampak jangka pendek. Dampak jangka pendek akibat kekerasandalam rumah tangga bisa dilihat dari segi fisik dan psikologi. Dari segifisik, biasanya korban akan mengalami luka-luka pada tubuh akibat darikekerasan yang dilakukan oleh suaminya. Dari segi psikologis, Biasanyakorban merasa sangat marah, jengkel, merasa bersalah, malu dan terhina.Gangguan emosi ini biasanya menyebabkan terjadinya kesulitan tidur (insomnia) dan kehilangan nafsu makan (lost apetite), cemas, depresi berat.Dampak jangka panjang akibat kekerasan dalam rumah tanggaterjadi karena korban tidak mendapatkan penenangan atau bantuan(konsultasi psikologis) yang memadai. Akibatnya korban dapatmempunyai persepsi yang negatif terhadap laki-laki.Selain itu, KDRT bisa menyebabkan kematian bagi korban,kesehatan fisik(sakit kepala, sakit di punggung, pergerakan tubuh yangterbatas) bahkan KDRT bisa menyebabkan ketidakmampuan seorang ibuuntuk merespon kebutuhan anaknya.Dampak negatif bagi anak:Selain bagi korban, kekerasan dalam rumah tangga juga mempunyaidampak yang negatif bagi anak. Apalagi untuk anak usia dini. Anak yangmelihat secara langsung kekerasan yang dilakukan oleh ayah kepadaibunya akan mengalami depresi. Dia juga berpotensi melakukankekerasan dalam rumah tangga jika telah menikah. Umumnya anak meniru tingkah laku orang tuanya, sehingga biasanya anak-anak akanmelakukan hal-hal yang membahayakan bagi teman sebayanya,contohnya menggigit, dan memukul. Anak yang dalam keluarganyat e r j a d i k e k e r a s a n d a l a m r u m a h t a n g g a , b i a s a n y a m e n d a p a t s e d i k i t perhatian dari orang tuanya sehingga akan terjadi penurunan prestasisekolahnya. Jika anak tersebut sudah dewasa, dia akan merasa tidak nyaman di rumah, sehingga dia akan lari pada hal -hal yang negatif,contohnya minuman keras, narkoba, dll.Selain dampak diatas, anak juga akan merasa tidak aman beradadirumahnya sendiri. Mereka akan takut jika suatu saat mereka akan jadikorbannya juga. Sehingga hidup mereka tidak akan tentram.Dampak negatif bagi masyarakat dan negara:Selain memiliki dampak negatif bagi korban dan anak, kekerasandalam rumah tangga juga memiliki dampak yang negatif bagi masyarakatdan negara. Kekerasan dalam rumah tangga bisa menyebabkan

angka pengangguran meningkat karena biasanya korban KDRT tidak mempunyai ketrampilan yang dibutuhkan untuk bekerja sehingga merekat i d a k b i s a m e n d a p a t k a n n p e k e r j a a n s e l a i n i t u u m e r e k a j u g a h a r u s mengurus anaknya sendirian. Selain itu, kekerasan dalam rumah tangga juga bisa meningkatkan angka kemiskinan akibat wanita korban KDRThanya ditinggalkan sedikiti materi. Selain dampak diatas, KD RT bisamenyebabkan siklus kekerasan akan terus berlanjut ke generasi yang akan datang dan juga anggapan yang keliru bahwa pria lebih baik dariwannita akan terus berkembang. SOLUSIYANGHARUSDILAKUKAN Setelah kita tahu apa saja bentuk kekerasan dalam rumah tangga, penyebab, dan dampak atau akibat yang ditimbuklan baik bagi korbankekerasan dalam rumah tangga, ataupun bagi anak yang menyaksikannya,tentunya kita berpikir bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi korbankekerasan dalam rumah tangga dan mencegah kekerasan dalam rumahtangga agar tidak semakin banyak korban. Dalam menghadapi masalahkekerasan dalam rumah tangga, harus diselesaikan secara preventif dank u r a t i f . P r e v e n t i f b e r t u j u a n u n t u k m e n g u r a n g i K D R T d i m a s ya r a k a t , sedangkan kuratif bertujuan untuk mengurangi dan menyembuhkan trauma pada korban KDRT.Kita dapat melakukan pencegahan (pendekatan preventif) KDRT dengan cara:Menyelenggarakan pendidikan orangtua untuk dapat menerapkan cara mendidik dan memperlakukan anak-anaknya secara humanis.Mendidik anggota keluarga agar bisa menjaga diri dan terhindar dari KDRT.Memberikan pendidikan tentang HAM dan pemberdayaan perempuan.Membiasakan diri menolak kekerasan sebagai jalan menyelesaikan masalah.Mengadakan penyuluhan untuk mencegah kekerasan.Memberikan pembekalan bagi suami, istri, calon suami, dan calon istri bagaimana membina hubungan yang baik dan harmonis.Mendorong dan menfasilitasi pengembangan masyarakat untuk lebih pedulidan responsif terhadap kasus-kasus KDRT yang ada di lingkungannya.Sedangkan untuk korban KDRT itu sendiri, diatasi dengan menggunakan pendekatan kuratif, yaitu:Memberikan sanksi edukatif kepada pelaku KDRTMembawa korban KDRT ke dokter Memberikan perlindungan bagi korban KDRTMelaporkan kepada yang berwenangMelakukan konsultasi dengan psikologiMemberikan pendampingan bagi korban KDRTPeduli pada korban KDRT dan tidak menyalahkan. BAB IIIPENUTUP KESIMPULAN Kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah satu bentuk komitmen struktural, yaitu keinginan bertahan karena faktor-faktor penahan. Kekerasan dalamrumah tangga ini terus berlanjut karena korban menganggap bahwa KDRT bukanmasalah sosial sehingga mereka menyembunyikan masalah itu sendiri.Kekerasan dalam rumah tangga bisa dibagi menjadi empat, yaitu kekerasanfisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi.Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya KDRT yaitu dilihat dari faktor ekonomi, sosial-budaya, dan politik.Kekerasan dalam rumah tangga juga memberikan dampak positif dannegatif. Dampak positif dari KDRT adalah bisa membe rikan kesadaran pada masyarakat bahwa KDRT perlu dicegah dan dihentikan. Dampak negatif KDRTtidak hanya pada korban saja, tetapi juga pada anak yang menyaksikan.Untuk mengurangi angka KDRT di Indonesia, digunakan dua pendekatan,yaitu pendekatan preventif dan pendekatan kuratif. Pendekatan preventif bertujuana g a r m a s ya r a k a t b i s a t e r h i n d a r d a r i K D R T d a n t i d a k m e n j a d i k o r b a n K D R T sedangkan pendekatan kuratif bertujuan mengembalikan rasa percaya diri korbanKDRT dan menyembuhkan stres pasca trauma. DAFTAR PUSTAKA Nursyahbani Katjasungkana. (2001). Potret Perempuan . Yogyakarta: PustakaPelajar.Sugihastuti & Itsna Hadi Saptiawan. (2007). Gender & Inferioritas Perempuan

.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=475diakses pada tanggal26 Mei 2011.http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/012007/16/0902.htmd i a k s e s p a d a tanggal 26 mei 2011.http://www.duniaesai.com/index.php/direktori/esai/39gender/15perlindungankorban-kdrt.htmldiakses pada tanggal 26 Mei 2011.http://esterlianawati.wordpress.com/2008/09/15/memahami-psikologi-korban-kdrt-mengapaperempuan-bertahan/diakses pada 26 Mei 2011. http://f137r13.wordpress.com/2010/10/26/%E2%80%9Ckekerasan-dalam-rumahtangga%E2%80%9D/diakses pada 3 juni 2011.http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/kekerasan.html d i a k s e s p a d a 3 J u n i 2011.

Anda mungkin juga menyukai