Anda di halaman 1dari 10

Jumat, 17 Februari 2012

KONSEP PERILAKU
Dr. Suparyanto, M.Kes Konsep Perilaku Perilaku menurut skinner (1938) yang dikutip Notoadmojo (2007) adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini,maka perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku tertutup (Covert Behavior),respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup ( Covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut. Perilaku terbuka (Overt Behavior), respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka,misalnya ibu memeriksakan kehamilanya,atau membawa anaknya ke puskesmas (Notoadmojo.2007).

2.1 Proses Adopsi Perilaku


Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Syarifudin (2009) menggungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1. Awareness ( kesadaran ), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus ( obyek ) terlebih dahulu. 2. 3. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. 5. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lestiry) dan sebaliknya.

2.2 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Perilaku

Status kesehatan menurut bloom dipengaruhi oleh 4 komponen yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dari keempat komponen ini, berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, perilaku merupakan faktor utama yang mempengaruhi status kesehatan, menurut Lawrence green yang dikutip oleh Syarifudin (2009) menjelaskan bahwa perilaku di pengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : 1. Factor predisposisi (predisposing factor) Merupakan factor internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai,persepsi, dan keyakinan. 2. Factor pemungkin (Enabling Faktor) Merupakan factor yang memungkinkan individu berperilaku karena tersedianya sumberdaya,keterjangkauan,rujukan dan ketrampilan. 3. Factor penguat (Reinforcement Faktors) Merupakan factor yang menguatkan perilaku seperti,sikap dan ketrampilan petugas kesehatan, teman sebaya, dan orang tua.

Pengetahuan

merupakan

faktor

predisposisi

terhadap

perubahan

perilaku

yang

mengarahkan pada peningkatan status kesehatan, termasuk perilaku itu dalam menangani dan merawat bayinya yang terkena sariawan, selain faktor yang lain untuk mencapai penanganan dan perawatan bayi yang terkena sariawan secara optimal dan untuk mengoptimalkan pengetahuan individu diperlukan pendidikan kesehatan melalui komunikasi ataupun dinamika kelompok (Notoatmodjo, 2003). 2.3 Kriteria Perilaku Dalam Azwar (2009), misalkan suatu reaksi evaluatif yang tidak tampak dapat diukur dengan skala 7 titik sebagai berikut: -3 1 2 3 -2 -1 0

Tidak Vavorebel

netral

vavorebel

Menurut prinsip kesesuaian, semakin dalam intensitas reaksi evaluative itu yakin semakin jauh dari titik netral maka semakin berkuranglah kecenderungan pergeseran reaksi kearah berlawanan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likertmempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatif, yang dapat berupa kata antara lain: 1. Selalu mempunyai skor 4 2. Sering mempunyai skor 3 3. Kadang- kadang mempunyai skor 2 4. Tidak pernah mempunyai skor 1 pernyataan-pernyataan yang terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan perilaku kelompok responden. Kriteria pengukuran sikap (Azwar, 2009) yakni: 1. Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner > T mean. 2. Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner < T mean. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Azwar, Saifuddin.2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bobak, Margaret Duncan. 2000. Perawatan Maternitas dan Ginekologi.Bandung YIA-PKP :

Cuningham, F. Gary.Dkk. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika Machfoedz, Eko Suryani. 2009. Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta: Firamaya Kesehatan Bagian Dari Promosi

Manuaba, I.A Candradinata.Dkk. 2008 . Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Dan Obstetri Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC Manuaba, I.B Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC Maulana, D.J Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 2007. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC Nursalam, Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Keperawatan. Jakarta : Infomedika Nursalam.2008. Konsep dan Penerapan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Metodologi

Metodologi

Riset

Penelitian

Ilmu

Notoatmodjo, Sukidjo. 2010. Metodologi Riset Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Sukidjo. Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo,Sukidjo. Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu

2003. Pendidikan

dan

Perilaku

Perry, Potter. 2005. Buku Saku Keterampilan Dan Prosedur Dasar. Jakarta : EGC Rukiyah, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi.Jakarta : TIM Salmah. Dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC Sastrawinata, Sulaiman.Dkk. 2004. Obstetri Patologi Reproduksi. Jakarta : EGC Syarifudin, Yudhia Fratidhina. Kebidanan.Jakarta : TIM 2009. Promosi Kesehatan Ilmu Kesehatan

Untuk

Mahasiswa

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Yulianti, Devi.2005. Buku Saku Manajemen Komplikasi Persalinan. Jakarta: EGC

Kehamilan

dan

Depkes RI. 2010 Angka Kematian Ibu.www.Google.com. Download 3 November 2011 Ensiklopedia bebas berbahasa 2011, Pengetahuan .www. Wikipedia. Co.Id. download:3 November 2011 IndonesiaMDG_BI. 2007.pdf. www.google.com. Download 3 november 2011
Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2006. www.google.com.Download 3 November 2011

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/02/konsep-perilaku.html

KONSEP PERILAKU MENURUT Prof. Dr. SOEKIDJO NOTOATMODJO

Konsep Perilaku Kesehatan Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : 1. Perilaku tertutup (convert behavior) Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. B. Klasifikasi Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance). Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. 2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. C. Domain Perilaku Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari : 1. Pengetahuan (knowlegde) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang : 1) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik. 2) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana. 3) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran. Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2) Memahami (Comprehension) Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. 4) Analisis Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponenkomponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain. 5) Sintesa Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru. 6) Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek. 2. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok : 1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan : 1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). 2) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. 3. Praktik atau tindakan (practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan : 1) Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. 2) Respon terpimpin (guide response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua. 3) Mekanisme (mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga. 4) Adopsi (adoption) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang stdah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni : 1) Kesadaran (awareness) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) 2) Tertarik (interest) Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

3) Evaluasi (evaluation) Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Mencoba (trial) Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. 5) Menerima (Adoption) Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. D. Asumsi Determinan Perilaku Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain : 1. Teori Lawrence Green (1980) Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh : 1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya. 3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 2. Teori Snehandu B. Kar (1983) Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari : 1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention). 2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support). 3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information). 4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy). 5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation). 3. Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah : 1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan). (1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. (2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. (3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. 2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. 3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. 4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003). C. Pengertian Sikap Menurut Para Ahli Secara historis istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer tahun 1862, yang diartikan sebagai status mental seseorang. Sejumlah ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, Charles Osgood menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang mana dapat memihak (favorable) maupun tidak memihak (unfavorable) pada suatu obyek tertentu. Sedangkan kelompok ahli psikologi sosial seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Gordon Allport menganggap sikap sebagai kesiapan(kecenderungan potensial) untuk bereaksi pada suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Selanjutnya La Pierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku,tendensi atau kesiapan antisipatif, dan predisposisi untuk menyesuaikan dengansituasi sosial, atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap stimuli sosialyang telah terkondisikan (Azwar, 1995). Kelompok ahli lain yang berorientasi pada triadic scheme menganggap sikap sebagai konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami dan merasakan suatu obyek. Secord dan Backman mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek tertentu. Komponen kognitif berkaitan dengan kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sesuatu yang telah diyakini akan menjadi suatu stereotipe pada individu tersebut, sehingga pikirannya selalu terpola. Misalnya, bila individu percaya bahwa mencuri adalah sesuatu yang buruk maka kepercayaan tersebut akan selalu terpola pada pikirannya. Komponen afektif menunjuk pada perasaan emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek. Sedangkan komponen konatif merupakan struktur sikap yang menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang dikaitkan dengan obyek sikap yang dihadapinya (Azwar, 1995). Muchielli menggambarkan sikap sebagai suatu kecenderungan mental atau perasaan yang relatif tetap terhadap suatu kategori obyek, orang, atau situasi tertentu. Recht menyatakan bahwa sikap

menggambarkan kumpulan kepercayaanyang selalu memasukan aspek penilaian, artinya sikap selalu dapat ditafsirkan sebagai baik dan buruk atau positif dan negatif (Green, 1980). Referensi: Suryabrata, Sumadi (1989), Psikologi Pendidikan, Edisi IV. Penerbit Rajawali: Jakarta. Gunarsa (2003).Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT BPK GunungMulya: Jakarta.

http://duniafarmasi212.blogspot.com/2012/11/konsep-perilaku-kesehatan-menurut-prof.html

Anda mungkin juga menyukai