Anda di halaman 1dari 20

1

TRANSFER BELAJAR 04/EXP/2013 Nama Peneliti NIM Inisial Subjek Jenis Kelamin Umur Pendidikan terakhir Tanggal Penelitian Waktu Penelitian Tempat Penelitian : Andi Fahrul Syarif : 1171040073 :K : Laki-laki : 21 Tahun : SMA : 17 Mei 2013 : Pukul 15.00 - 16.00 WITA : Laboratorium Fakultas Psikologi UNM

4.1 Rumusan Masalah Bagaimanakah mengukur efek kebiasaan dari belajar itu? Kalau proses belajar dengan trial dan error menjadi kebiasaan dan kemudian stimulusnya di ubah, apakah akan menimbulkan transfer belajar?

4.2 Kajian Pustaka dan Hipotesis 4.2.1 Kajian Pustaka 4.2.1.1 Belajar 1. Pengertian belajar Winkel (2004:58) menjelaskan bahwa belajar merupakan proses mental yang terjadi di dalam diri individu. Winkel melanjutkan bahwa belajar adalah kegiatan

individu yang mengikuti kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan. Chaplin (2009:272) memaparkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu akibat pengalaman yang dirasakan oleh indera. Santrock (2011:266) memaparkan belajar sebagai sikap yang menetap pada individu karena terdapat proses pengalaman individu dari lingkungan. Lewis dan Moje (2003:20) menjelaskan bahwa belajar merupakan aspek penting pada individu yang dapat memunculkan proses pemahaman tentang kebudayaan. 2. Jenis-jenis belajar Block (Winkel, 2004:69) menjelaskan bahwa terdapat jenis belajar berdasarkan kegunaan pada individu, yakni: a. Belajar berdasarkan fungsi jiwa, yakni: 1) Belajar dinamik. Belajar dinamik merupakan jenis belajar berdasarkan keinginan yang terdapat dalam diri individu. Keinginan yang dimiliki individu akan mendorong individu untuk menyelesaikan permasalahan dengan baik tanpa pemaksaan dari faktor eksternal. 2) Belajar kognitif. Belajar kognitif merupakan jenis belajar berdasarkan pengalaman masa lalu yang dialami oleh individu. Pengalaman yang terjadi pada individu akan tersimpan dalam memori individu, sehingga individu dapat menceritakan pengalaman masa lalu yang dialami tanpa melakukan proses mengulang kejadian. 3) Belajar afektif. Belajar afektif merupakan jenis belajar berdasarkan penilaian individu terhadap kejadian yang melibatkan perasaan. Individu akan

melakukan proses belajar dari kejadian-kejadian yang dialami, kemudian mengelompokkan kejadian dalam kategori positif dan negatif. 4) Belajar motorik. Belajar motorik merupakan jenis belajar berdasarkan objek fisik yang dihadapi oleh individu. Indera dan motorik memiliki peran penting dalam proses belajar motorik karena individu akan berhubungan dengan objek nyata yang membutuhkan respon gerakan dan pengamatan. b. Belajar berdasarkan materi, yakni: 1) Belajar teori merupakan jenis belajar yang menggunakan konsep fakta dalam proses kognitif. Fakta yang terdapat dalam kognitif individu akan diubah menjadi serangkaian informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan individu. 2) Belajar teknis merupakan jenis belajar pada individu yang mengandalkan motorik. Lingkungan akan memberi individu sebuah masalah yang dapat diselesaikan ketika menggunakan kemampuan teknis, seperti menyusun balok dengan rapi. Individu akan menggunakan motorik dalam belajar teknis agar dapat menyelesaikan permasalahan nyata yang dihadapi individu. 3) Belajar interaksi merupakan jenis belajar yang melibatkan kehidupan bermasyarakat. Individu hidup dalam kebersamaan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi kesenjangan sosial. Belajar interaksi dapat memberikan individu kemampuan untuk berinteraksi dengan spontan kepada masyarakat. 4) Belajar estetika merupakan jenis belajar yang melibatkan keindahan dari objek. Individu yang memahami proses belajar estetika akan memiliki pandangan yang indah tentang seni.

c. Belajar yang kurang disadari Belajar yang kurang disadari merupakan jenis belajar yang terjadi pada individu tanpa sengaja. Contoh, individu ingin mencari lowongan kerja yang terdapat dalam iklan koran. Individu membaca berita pada saat yang sama di koran tentang kasus korupsi yang dilakukan oleh salah seorang anggota DPR-RI. Satu minggu setelah membaca koran, masyarakat di sekitar lingkungan individu sedang membicarakan masalah korupsi yang dilakukan anggota DPR-RI, pada saat yang bersamaan individu akan merespon pembicaraan sesuai dengan halaman koran yang tidak sengaja dibaca satu minggu yang lalu. 4.2.1.2 Perhatian 1. Pengertian perhatian Atkins dkk. (Cree, 2001:7) menjelaskan perhatian sebagai proses indera yang berinteraksi dengan lingkungan, kemudian menangkap informasi dengan jelas. Atkins menambahkan bahwa dalam perhatian terdapat proses mental yang menerima informasi baru dan menimbulkan sikap selektif pada individu. Chaplin (2009:43) menjelaskan bahwa perhatian merupakan kegiatan merespon pada stimulus dengan fokus yang tinggi, dan organ-organ indera menyesuaikan dengan stimulus yang menjadi fokus individu. James (1950:420) memaparkan bahwa perhatian merupakan fokus yang bertahan pada individu pada saat indera berinteraksi dengan lingkungan, fokus pada individu akan bertahan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Eysenck (2001:154) menjelaskan bahwa perhatian merupakan proses indera yang mengalami kontak langsung dengan lingkungan, sehingga menimbulkan fokus

pada individu yang mengarah pada stimulus. LaBerge & Samuels (Weiner, 2003:367) memaparkan bahwa perhatian merupakan fokus yang terjadi pada individu dimulai dari objek kecil menuju ke objek yang besar. Buss (Hill, Delpriore, & Vaughan, 2011:2) menyatakan bahwa perhatian merupakan fokus individu yang terjadi secara terikat pada lingkungan. King (2007:397) memaparkan bahwa perhatian merupakan fokus individu pada satu objek dan mengabaikan objek lain. Perhatian merupakan perilaku memilih individu dengan menggunakan indera karena kapasitas otak yang terbatas pada memori jangka pendek. 2. Proses tingkat perhatian Ragland (King, 2007:399) memaparkan bahwa perhatian merupakan terbagi menjadi tiga berdasarkan tingkat penyimpanan informasi dalam ingatan, yakni: a. Dangkal merupakan tingkat perhatian yang mampu dianalisis oleh individu melalui sensor fisik atau indera seperti mengolah frekuensi suara sehingga individu mampu mengelompokkan suara wanita dan pria. Indera lain ikut bekerja untuk mengelompokkan warna, bentuk, rasa dan jenis sentuhan. b. Tengah merupakan tingkat perhatian yang mampu memberi tanda pada objek yang sedang diperhatikan. Contoh, individu akan mampu melakukan proses perhatian dan penyimpanan informasi tentang anjing pada saat melihat hewan yang memiliki empat kaki dan menggonggong. c. Dalam merupakan tingkat perhatian yang tinggi pada individu karena pada tingkat ini individu melibatkan proses asosiasi. Perhatian pada tingkat mendalam akan diolah dalam proses kognitif individu berdasarkan makna yang

dipahami individu dari objek. Individu yang telah memahami makna objek tertentu, akan melakukan asosiasi sehingga perhatian yang tersimpan pada tingkat dalam memiliki informasi yang kompleks dan mampu bertahan lama dalam ingatan individu. 3. Gangguan pada perhatian Baihaqi (2007:76) memaparkan bahwa perhatian merupakan hal yang mutlak terdapat pada individu, karena perhatian dapat membantu individu untuk mengintegrasikan indera dengan lingkungan. Perhatian memiliki beberapa jenis gangguan, yakni : a. Distraktibilitas merupakan gangguan perhatian pada individu ketika individu sangat cepat berpindah fokus dari satu stimulus ke stimulus lain. Stimulus awal yang menjadi fokus individu, akan berpindah ke stimulus lain yang tidak terlalu memberikan sesuatu menarik kepada individu. b. Aprosexia merupakan gangguan perhatian pada individu dalam bentuk fokus yang tidak teratur dan didominasi oleh gangguan visual sperti halusinasi. Gangguan perhatian jenis aprosexia membutuhkan perawatan klinis yang serius. c. Hiperprosexia merupakan gangguan perhatian pada individu dalam bentuk fokus dan konsentrasi yang melewati batas normal. Gangguan hiperprosexia termasuk dalam gangguan klinis yang serius. Individu yang mengalami gangguan hiperprosexia akan memiliki halusinasi yang dapat membuat konsentrasi individu secara penuh menuju pada objek halusinasi.

Baihaqi melanjutkan bahwa perhatian yang hilang dari individu akan memiliki tingkat perkembangan yang serius pada saat individu mengalami gejala pada kehidupan sehari-hari, yaitu: a. Intensitas kegagalan dalam memberikan perhatian pada tugas yang serius sangat tinggi. Individu akan sering mengalami kegagalan perhatian dan selalu melakukan kesalahan. Kesalahan yang dilakukan individu terletak pada stimulus yang sama. b. Individu sering merasakan kesulitan pada saat fokus pada satu objek. Individu yang memberi perhatian pada satu objek, akan sulit mempertahankan perhatian karena terganggu oleh objek lain yang terdapat di lingkungan individu. c. Individu sering mengabaikan tugas-tugas penting dalam perkuliahan, kantor, atau sekolah. Individu tidak fokus pada tugas penting karena stimulus luar dalam bentuk halusinasi lebih mendominasi diri individu. 4.2.1.3 Transfer belajar 1. Pengertian transfer belajar Postman dkk. (Cree, 2001:3) memaparkan bahwa transfer belajar merupakan tahap latihan pada individu untuk meningkatkan kemampuan agar dapat

memahami sesuatu dengan baik. Winkel (2004:514) menjelaskan transfer belajar sebagai pemindahan hasil belajar yang dilakukan individu dari satu bidang menuju bidang lain atau lingkungan sekitar. Gentile (Santrock, 2011:379) menjelaskan bahwa transfer belajar adalah kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari dalam kelas menuju lingkungan

dan kehidupan sehari-hari. Haskell (2000:24) memaparkan bahwa transfer merupakan pemberian kode yang dilakukan individu pada objek tertentu agar dapat melakukan respon yang tepat untuk mengaplikasikan pembelajaran yang didapatkan dari pengalaman lain. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi transfer belajar Winkel (2004:525) memaparkan bahwa transfer belajar dipengaruhi beberapa faktor penting, yaitu: a. Proses belajar yang efektif akan memberikan individu pemahaman yang baik tentang suatu kondisi, sehingga individu dapat menggunakan proses belajar dari satu bidang studi ke kehidupan sehari-hari. b. Hasil belajar mempengaruhi transfer belajar dalam diri individu karena hasil dari pembelajaran akan memberikan pemahaman yang kuat kepada individu untuk diaplikasikan pada permasalahan yang akan dihadapi individu di masa depan. c. Materi pembelajaran yang sama akan direspon individu sebagai salah satu cara untuk mendapatkan jalan keluar dari permasalahn yang dihadapi. Materi pembelajaran yang sering diberikan kepada individu akan tersimpan dan menjadi konstruk dalam kognitif individu. d. Faktor subyektif individu menjadi faktor penting dalam transfer belajar. Setiap individu memiliki karakter, kemampuan kognitif dan kemampuan motorik yang beragam, sehingga perbedaan individu tidak dapat dipisahkan dengan transfer belajar.

4.2.2 Hipotesis 4.2.2.1 Individu 1. Ada perbedaan waktu pengerjaan pola I dengan pola II pada individu. 2. Ada perbedaan kesalahan pengerjaan pola I dengan pola II pada individu. 4.2.2.2 Kelompok 1. Ada perbedaan waktu pengerjaan pola I dengan pola II pada kelompok. 2. Ada perbedaan kesalahan pengerjaan pola I dengan pola II pada kelompok.

4.3 Metode Penelitian 4.3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan One GroupPretest-Posttest Design.

4.3.2 Sarana Penelitian Sarana yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kartu. 2. Pola Gambar. 3. Stopwatch. 4. Addo check.

10

4.3.3 Prosedur Penelitian Prosedur yang dijalankan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peneliti mempersiapkan segala sesuatunya termasuk sarana yang akan digunakan. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Observer menempati tempat duduk yang telah disediakan. Peneliti mempersilahkan subjek penelitian (OP) memasuki tempat penelitian. Peneliti memberikan instruksi awal berupa pengantar pada OP. Peneliti mengocok kartu sebanyak mungkin. OP menempatkan kartu sesuai dengan pola. Setelah selesai percobaan I (setelah diulang 3 kali) kemudian pola di ubah dan kartu di kocok kembali. 8. 9. Peneliti memberikan instruksi akhir berupa penutup pada OP. Peneliti mempersilahkan dan menemani OP keluar ruangan.

10. Peneliti masuk kembali ke dalam ruangan dan membenahi segala sesuatunya.

4.4 Hasil 4.4.1 Pencatatan Hasil 4.4.1.1 Individu Trial Pola I time 63 72 67 Pola II error 18 22 40

Time error 1 87 44 2 71 48 3 68 29 Keterangan: Waktu dinyatakan dalam satuan detik

11

4.4.2 Pengolahan Hasil 4.4.2.1 Individu 1. Waktu Xt1 Xt2 87 63 71 72 68 67 Jumlah Keterangan = Waktu dinyatakan dalam detik Xt1 = 22 Xt2 = 2 2 No. 1. 2. 3. D 24 -1 1 D2 576 1 1 578

D = 22

Xt1 =

Xt2 =

D2 = 578

Xt1 = 75,3 Uji t t=


2 D 2 D2

Xt2 = 67,3

t=

2 2

t=

t=

12

t=

t=

t=

t = 0,997 N Nilai t-hitung df =4 = 0,997 = N-1 =3 Nilai t-tabel 5% = 4,3

Nilai t-hitung < Nilai t-tabel 5% Tidak Signifikan 2. Kesalahan Xe1 Xe2 44 18 48 22 29 40 Jumlah Keterangan = Xe adalah kesalahan Xe1 = 2 Xe2 = No. 1. 2. 3. D 26 26 -11 D2 676 676 121 1473

D=

Xe1 =

Xe2 = Xe2 = 26,6

D2 = 1473

Xe1 = 40,3

13

Uji t t=
D2 2 D2

t=

-2
2

t=

t=

t=

t=

t=

t = 1,11 N Nilai t-hitung df =4 = 1,11 = N-1 =3

14

Nilai t-tabel 5%

= 4,3

Nilai t-hitung < Nilai t-tabel 5% Tidak Signifikan 4.4.2.1 Kelompok

4.4.3 Observasi 4.4.3.1 Kondisi Fisik 1. Subjek menggunakan kemeja hitam dan sendal jepit. 2. Subjek memiliki rambut di bagian pipi. 3. Jendela ruangan tertutup rapat. 4. Subjek berdiri pada saat melaksanakan praktikum. 5. Pendingin ruangan menunjukkan suhu 20 derajat celcius. 4.4.3.2 Kondisi Psikologis 1. Subjek menggelengkan kepala pada saat salah meletakkan kartu. 2. Subjek menggerakkan badan ke depan pada saat pola kedua dimulai. 3. Subjek kesulitan menyelesaikan pola pertama dengan baik, terbukti pada saat subjek menyampaikan kesan di akhir praktikum 4. Subjek merapikan lengan baju pada saat pola kedua akan dimulai. 5. Subjek mengangkat kedua ujung bibir pada saat praktikum selesai.

15

4.5 Pembahasan 4.5.1 Individu 1. Tidak ada perbedaan waktu pengerjaan pola I dengan pola II pada individu. Hasil tersebut dapat dilihat dari t-hitung = 0,96 dan t-tabel = 4,30 jadi, th < tt hasil tidak signifikan sehingga hipotesis ditolak. Hasil perhitungan sesuai dengan pemaparan Postman dkk. (Cree, 2001:3) bahwa transfer belajar merupakan tahap latihan pada individu untuk meningkatkan kemampuan agar dapat memahami sesuatu dengan baik. Waktu yang digunakan individu pada setiap pola tidak memiliki jarak yang berbeda terlalu jauh karena adanya proses belajar walau pola pertama dan kedua berbeda. 2. Tidak ada perbedaan kesalahan pengerjaan pola I dengan pola II pada individu. Hasil tersebut dapat dilihat dari t-hitung = 1,11 dan t-tabel = 4,30 jadi, th < tt hasil tidak signifikan sehingga hipotesis ditolak. Hasil perhitungan sesuai dengan pernyataan Block (Winkel, 2004) yang menyatakan bahwa belajar kognitif merupakan jenis belajar berdasarkan pengalaman masa lalu yang dialami oleh individu. Pengalaman yang terjadi pada individu akan tersimpan dalam memori individu. Individu memperhatikan dengan serius pola kedua pada saat praktikan memberi instruksi yang sama pada pola pertama. Individu mempelajari pola yang terbentuk sesuai dengan pemaparan kesan subjek di akhir praktikum.

4.5.2 Kelompok

16

4.6 Simpulan 4.6.1 Individu 1. Tidak ada perbedaan waktu pengerjaan pola I dengan pola II pada individu. Hasil tersebut dapat dilihat dari t-hitung = 0,96 dan t-tabel = 4,30 jadi, th < tt hasil tidak signifikan sehingga hipotesis ditolak. 2. Tidak ada perbedaan kesalahan pengerjaan pola I dengan pola II pada individu. Hasil tersebut dapat dilihat dari t-hitung = 1,11 dan t-tabel = 4,30 jadi, th < tt hasil tidak signifikan sehingga hipotesis ditolak.

4.6.2 Kelompok

4.7 Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari 1. Membantu anak-anak memahami nilai mata uang yang digunakan untuk belanja dengan mempelajari matematika di bangku sekolah. Gentile (Santrock, 2011:379) menjelaskan bahwa transfer belajar adalah kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari dalam kelas menuju lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Anak-anak yang belajar matematika dan perhitunga di sekolah, akan memahami tentang penjumlahan dan pengurangan, sehingga anak-anak mampu memahami penjumlahan dan pengurangan dalam nilai mata uang. 2. Mata pelajaran agama di sekolah hanya sebagai formalitas agar materi pendidikan agama diaplikasikan seperti sholat, membantu sesama manusia dan menjaga kelestarian alam. Winkel (2004:514) menjelaskan transfer belajar

17

sebagai pemindahan hasil belajar yang dilakukan individu dari satu bidang menuju bidang lain atau lingkungan sekitar. Individu yang memahami mata pelajaran agama dalam kehidupan sehari-hari akan menggunakan ilmu yang dipelajari untuk kehidupan sehari-hari seperti sholat dan menjaga kelestarian alam. 3. Membantu pekerja alat berat menggunakan kemampuan praktik di dalam ruangan ketika latihan menuju eksekusi tambang pada saat melakukan penggalian. Postman dkk. (Cree, 2001:3) memaparkan bahwa transfer belajar merupakan tahap latihan pada individu untuk meningkatkan kemampuan agar dapat memahami sesuatu dengan baik. Aplikasi yang digunakan pekerja alat berat dalam ruangan akan dimanfaatkan pekerja untuk memahami sistem kerja aplikasi pada saat berada di lapangan. 4. Membantu arsitek kapal menggunakan kemampuan membuat kapal dalam autocad menuju pembuatan kapal instruktur untuk penyesuaian kebutuhan kapal oleh masyarakat dengan menggunakan kode-kode manual yang terdapat dalam aplikasi autocad. Haskell (2000:24) memaparkan bahwa transfer merupakan pemberian kode yang dilakukan individu pada objek tertentu agar dapat melakukan respon yang tepat untuk mengaplikasikan pembelajaran yang didapatkan dari pengalaman lain. Arsitek kapal yang memahami penggunaan aplikasi komputer autocad akan menggunakan kemampua untuk menggunakan kapal sesuai dengan pemahaman autocad yang telah dipelajari di dalam kelas. 5. Transfer belajar membantu siswa menggunakan kemampuan bernalar pada saat belajar mata pelajaran logika di dalam kelas menuju lingkungan yang penuh

18

dengan pemikiran kritis dan logis. Winkel (2004) memaparkan bahwa proses belajar yang efektif akan memberikan individu pemahaman yang baik tentang suatu kondisi, sehingga individu dapat menggunakan proses belajar dari satu bidang studi ke kehidupan sehari-hari. Pelajaran logika yang diterima siswa di dalam kelas membuat siswa selalu berpikir kritis ketika melihat kondisi lingkungan yang bertentangan dengan pemikiran siswa. Makassar, 04 Juni 2013 Asisten Praktikum Peneliti

Kartika Cahyaningrum NIM. 107104055

Andi Fahrul Syarif NIM. 1171040073

19

DAFTAR PUSTAKA Baihaqi, M.I.F., Heryati, E., & Sunardi. (2007). Psikiatri (Konsep dasar & gangguan-gangguan). Bandung: Refika Aditama Chaplin, J.P. (2009). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Cree, V.E., & Macaulay, C. (2001). Transfer of learning in professional and vocational education. New York: Routledge. Eysenck, M.W. (2001). Principles of cognitive psychology. UK: Psychology Press Haskell, R.E. (2000). Transfer of learning. San Diego: Academic Press. Hill, S.E., Delpriore, D.J., & Vaughan, P.W. (2011). The cognitive consequences of envy: attention, memory, and self-regulatory depletion. Journal of personality and social psychology, 101 (4). 653-666 James, W. (1950). The principles of psychology. New York: Henry Holt & Co. King, L. A. (2007). Psikologi umum. Jakarta: Salemba Humanika Lewis, C., & Moje, E.B. (2003). Sociocultural perspectives meet critical theories. International journal of learning, 10. 1-23 Santrock, J.W. (2011). Psikologi pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group Weiner, I.B. (2003). Handbook of psychology. Canada: John Wiley & Sons. Winkel, W.S. (2004). Psikologi pengajaran. Yogyakarta: Universitas sanata darma.

19

20

Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar

LAMPIRAN TRANSFER BELAJAR 04/EXP/2013 Inisial OP Umur Pendidikan Terakhir Jenis Kelamin Tanggal Penelitian Waktu Penelitian Trial 1 2 3 :K : 21 Tahun : SMA : Laki-laki : 17 Mei 2013 : Pukul 15.00 16.00 WITA Pola I time 87 71 68 Error 44 48 29 time 63 72 67 Pola II error 18 22 40

Makassar, 17 Mei 2013 Peneliti

Andi Fahrul Syarif NIM. 1171040073

Anda mungkin juga menyukai