Anda di halaman 1dari 6

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

Pendahuluan Masalah yang kadang timbul dalam pengajaran bahasa inggris di universitas adalah pengajaran dengan metode kuliah atau ceramah, sehingga cenderung membuat mahasiswa merasa bosan. Padahal, yang mereka butuhkan adalah pembelajaran bahasa inggris yang dapat langsung mereka aplikasikan. Utamanya sebagai mahasiswa fakultas bahasa dan sastra yang tentunya dituntut untuk fasih berbicara bahasa inggris karena menjadi panutan atau role model bagi mahasiswa dari fakultas lain. Bukan hanya pengetahuan tentang bahasa inggris itu sendiri tetapi keahlian langsung yang dapat dilihat yaitu kemampuan berbicara. Dalam upaya peningkatan kemampuan berbicara bahasa inggris ini dapat dilakukan dengan berbagai teknik pendekatan. Salah satunya dengan teknik permainan, teknik ini dipilih karena melibatkan langsung mahasiswa dalam pembelajaran, dengan suasana yang fun learning. Sehingga materi dapat diterima dengan mudah.

Pengajar hanya sebagai fasilitator dan instruktur yang memberi pengarahan. Rumusan Masalah 1)Apakah permasalahan utama yang dialami mahasiswa dalam berbicara Bahasa Inggris? 2)Bagaimanakah mekanisme penerapan teknik permainan bahasa dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris (speaking) di jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Sawerigading Makassar? 3)Bagaimanakah hasil pembelajaran keterampilan berbicara Bahasa Inggris setelah tindakan (treatment) dilakukan? Landasan Teori Jeremy Harmer (Longman, 1995) menyatakan, salah satu masalah dalam pengajaran kosakata adalah pemilihan kosakata yang tepat untuk diajarkan pada suatu level tertentu dan siswa tertentu pula. Oleh karena itu permasalahan utama dalam pengajaran kosakata adalah bagaimana mengidentifikasi kosakata
132

Rezkiawati Nazaruddin

untuk diajarkan pada setiap jenjang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa. Prinsip umum dalam memilih kosakata adalah dengan mempertimbangankan faktor frequency (keseringan digunakannya kosakata tersebut). Lebih jauh Jeremy Harmer menambahkan untuk dapat mengusaai kosakata, seorang siswa seharusnya memiliki pengetahuan yang berikut ini tentang satu kata, yaitu: meaning (arti), word use, word formation dan word grammar. Meaning atau arti kata juga perlu penekanan, bahwa satu kata dalam bahasa Inggris artinya tidak hanya satu. Contoh yang High frequency saja, book bisa berati buku atau bisa juga memesan. Oleh karena itu seorang guru seharusnya juga melatih menetukan arti berdasarkan konteksnya dan juga mengenalkan synonym dan antonym. Menurut Hunt dan Beghlar (2003) menawarkan tiga pendekatan dalam pembelajaran kosakata: insidental learning (pembelajaran kosakata untuk menyertai pelajaran reading dan listening), explicit intruction dan strategi pengembangan kosakata yang indipendent. Sumber utama dari insidental learning adalah extensive reading, dimana Hunt dan Beghlar menganjurkan sebagai kegiatan yang teratur di luar kelas. Explicit instruction bergantung kepada pengindifikasian kosakata yang sesuai level pada siswa. Sebaliknya Nation (2003) menawarkan pendekatan yang sistimatis dibanding pendekatan insidental dalam pengajaran kosakata, dimana memfokuskan bagian-bagian yang esensial dari materi pembelajaran. Dia menunjukkan beberapa kelemahan dari insidental learning dan kenyataan siswa tidak bisa memanfaatkan pembelajaran kosakata sambil lalu melalui reading. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan, yaitu metode penelitian tindakan kelas (action research). Proses penelitian tindakan kelas ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Proses kegiatan tindakan kelas yang peneliti lakukan adalah bertolak dari permasalahan yang dipecahkan, kemudian peneliti merencanakan suatu tindakan dan melaksanakannya. Pada pelaksanaan tindakan peneliti melakukan penyampaian materi, tes perbuatan, dan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan. Tahap berikutnya, berdasarkan hasil observasi, dan jurnal peneliti merefleksi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Permasalahan yang muncul pada siklus I merupakan permasalahan yang harus dipecahkan pada siklus II. Selanjutnya, kegiatan dimulai lagi seperti kegiatan pada siklus I, yakni perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi dengan perubahanperubahan untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada tahap-tahap persiapan atau perencanaan tindakan yaitu: 1.Peneliti mendiskusikan jumlah mahasiswa, jadwal, pengajar, dan teknik pengajaran kepada dekan, dan dosen lainnya. 2.Membuat tes keterampilan awal yang terdiri dari keterampilan berbicara dengan menggunakan model Tagliente (1999). Menyiapkan teknik permainan yang digunakan dalam pengajaran keahlian berbicara Bahasa Inggris di universitas. 3.Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. 4.Membuat angket untuk melihat minat siswa dalam belajar keahlian berbicara bahasa Inggris, dan untuk mengetahui kesulitan, kesan dan saran yang dialami oleh siswa selama mengikuti pelajaran keahlian berbicara dengan menggunakan teknik permainan. 5.Membuat alat evaluasi harian dan akhir pembelajaran sesuai dengan tujuan penelitian. Observasi yang dilakukan yaitu pelaksanaan tindakan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pada tahap refleksi sesuai dengan data hasil observasi menyangkut rasa senang dalam melakukan tugas kelompok, rasa ingin tahu mahasiswa, minat belajar, dan partisipasi aktif termasuk hasil yang ingin dicapai maupun yang belum tercapai. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Berdasarkan hasil observasi langsung yang dilakukan terhadap mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Sawerigading Makassar ketika dilakukannya tes awal, ditemukan bahwa mahasiswa memiliki keterampilan berbicara yang kurang memadai. Hal ini disebabkan karena: 1)Pelafalan Bahasa Inggris Mahasiswa Pelafalan kata-kata bahasa Inggris yang tepat memiliki peranan yang penting dalam suksesnya komunikasi dengan bahasa tersebut. Namun, pelafalan kata dalam bahasa Inggris memiliki sifat tidak konsisten sehingga menjadi masalah bagi pembelajar. Bahasa Inggris memiliki 44 bunyi, yang terdiri dari bunyi vokal dan 24 bunyi konsonan. Contoh lambang bunyi yang secara tidak konsisten dibunyikan adalah oo yang dalam kata book dibaca [b? k], tetapi dalam kata flood dibaca [fl?d]; dan lambang bunyi u dibaca [u] pada put, tetapi dibaca [?] pada cut, dan dibaca [yu] pada university. 2)Tata Bahasa Inggris Mahasiswa Pada bagian ini dicermati kesalahan yang terjadi dalam tata bahasa Inggris yang
133

digunakan oleh mahasiswa. Misalnya: a)Ketidaksesuaian antara bentuk kata penunjuk dengan kata benda b)Tidak adanya penanda jamak (suffix s/ -es) pada kata benda jamak c)Terjadinya bentuk pengulangan 3)Kosa Kata Bahasa Inggris Mahasiswa Tes awal menunjukkan terjadinya kesalahan dalam pemilihan kosakata yang dikategorikan menjadi kesalahan penggunaan kosakata yang tidak tepat, hal seperti ini muncul dikarenakan kurangnya pemahaman yang benar terhadap makna suatu kata dan kesusahan yang dialami mahasiswa dalam memilih sinonimi kata tersebut. Kesalahan yang dimaksud bisa dilihat pada data yang ditampilkan dalam contoh berikut ini. T: My brother is little short. St: My brother is quite short. Digunakannya kata pada data di atas jika dihubungkan dengan konteks kalimat-kalimat tersebut sangat tidak tepat karena sudah ada kata atau istilah yang benar seperti tampak pada kalimat bahasa Inggris standar yang dihadirkan setelah bahasa Inggris hasil transkripsi yang diutarakan oleh mahasiswa. Hasil Tes Awal Topik-topik permainan yang diajarkan pasa siklus I ini antara lain: kategori kata (vocabularies), media gambar (image), pekerjaan dan profesi (profession), pertanyaan jawaban pendek (questionsresponses), cerita berantai, cerita pendek (short story). Dalam proses pembelajaran bahasa inggris, dosen dosen peneliti memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk banyak latihan dengan menggunakan dan menambah kosa kata dari kalimat-kalimat yang lebih diproduksi oleh teman-temannya dengan bantuan dosen peneliti. Dosen peneliti bertugas membimbing dan mengamati mahasiwa dalam memberikan jawaban. Apabila ada jawaban yang salah dosen dosen peneliti langsung mengoreksi pengucapan, struktur, dan pilihan kosakata, sehingga diperoleh kalimat yang tepat dan benar dalam menjawab pertanyaan. Pada kegiatan belajar mengajar semua mahasiswa berpartisipasi aktif untuk berbicara, karena dosen peneliti langsung menunjuk mahasiswa untuk menjawab pertanyaan setiap permainan yang akan digunakan ditentukan oleh dosen dosen peneliti berdasarkan tingkat keterampilan mahasiswa. Nilai yang diperoleh mahasiswa dalam keterampilan berbicara bahasa Inggris pada pemberian tes awal (pre-test) adalah 20% dan nilai ini sangat jauh

dari nilai target, yaitu 65 %. Sedangkan sebanyak 8 orang mahasiswa memperoleh nilai cukup (32%), dan yang mendapatkan kategori kurang sebanyak 9 orang atau 36%. Dan kategori sangat kurang diperoleh 12 % mahasiswa. Berdasarkan tabel hasil tes awal di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan berbicara bahasa Inggris mahasiswa berada dalam kategori yang cukup. Rata-rata mahasiswa kurang mampu menguasai topik yang dibicarakan, hal ini dikarenakan minimnya informasi seputar topik yang diberikan pada saat tes awal. Setelah pemberian tes awal (pre-test) selesai, mahamahasiswa diberikan kuesioner dengan beberapa intruksi terkait dengan pengisian kuesioner tersebut. Setelah diberikan instruksi, mahamahasiswa mengisi kuesioner tersebut dalam waktu 10 menit.Tujuan dari dilaksanakan pemberian kuesioner pada saat tes awal adalah untuk mengetahui permasalahan apa yang dihadapi mahamahasiswa dalam berbicara dengan bahasa Inggris. Ada 8 (delapan) pertanyaan dalam kuisioner ini, 4 (empat) pertanyaan untuk mengetahui Ada 8 (delapan) pertanyaan dalam kuisioner ini, 4 (empat) pertanyaan untuk mengetahui sikap mahasiswa terkait dengan keterampilan berbicara bahasa Inggris dan 4 (empat) pertanyaan lagi untuk mengetahui gambaran dan tanggapan mahasiswa tentang teknik dosen dalam mengajarkan keterampilan berbicara (speaking). Diantara 25 (dua puluh lima siswa), 22 mahasiswa (88%) mengatakan bahwa berbicara bahasa Inggris sangat susah dan tidak satupun dari mahasiswa yang menyatakan bahwa berbicara dalam bahasa Inggris itu mudah. Ketika mahasiswa diminta untuk berbicara dengan mengemukakan pendapatnya dalam bahasa Inggris, 22 mahasiswa (88%) merasa kurang suka dan tidak satupun yang antusias dalam berbicara bahasa Inggris. 25 mahasiswa (100%) menga-takan bahwa sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat tes awal, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: minat dan kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Inggris masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa dalam tes awal. Siswa masih mengalami kebingungan, apa yang harus mereka katakan pada saat berbicara lisan. Sehingga proses belajar mengajar dirasakan berjalan kurang kondusif. Sebenarnya masalah sesungguhnya yang dihadapi siswa adalah stigma mereka akan keterampilan berbicara yang susah. Mereka cenderung berpikiran bahwa berbicara bahasa Inggris itu sangat susah dan mereka sangat takut salah dalam berbicara. Karena hal itulah mahasiswa menjadi
134

Rezkiawati Nazaruddin

berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris. Diharapkan dengan menggunakan teknik permainan mahasiswa menjadi lebih termotivasi dan senang dalam mengembangkan kosakata serta teknik speaking mereka. Hasil dari tes awal menunjukkan bahwa keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa dikategorikan rendah. Keterampilan berbicara berhak mendapatkan perhatian penting karena berbicara memiliki tujuan utama yaitu untuk berkomunikasi. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada setiap pertemuan di setiap siklus, kuesioner dan jurnal kegiatan, dapat disimpulkan hal-hal yang merupakan permasalahan utama yang dihadapi siswa dalam berbicara bahasa Inggris sebagai berikut: 1) Dosen tidak pernah mengecek kesalahan mahasiswa. Kadang-kadang karena disibukkan dengan nilai yang harus dicapai pada mata kuliah bahasa Inggris yang diajarkan, dosen cenderung menganggap remeh tata bahasa pada aspek keterampilan berbicara mahasiswa. 2) Metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa siswa dan dosen selama proses observasi, dapat disimpulkan bahwa metode dan teknik mengajar yang digunakan selama ini masih sangat konvensional. Teknik dan metode pengajaran yang konvensional, seperti siswa diberikan topik untuk dikembangkan menjadi dialog, atau diberi situasi dengan teknik roleplay ataupun group discussion yang pada akhirnya dipresentasikan, seolah-olah sangat membosankan dan kurang menantang bagi mahasiwa. Selain itu, selama ini proses belajar mengajar keterampilan berbicara (speaking) juga sangat jarang menggunakan media atau fasilitas yang dapat mencerahkan atmosfer pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dirasakan sangat monoton. 3) Motivasi belajar mahasiwa yang masih rendah Dari hasil pengamatan selama proses pemberian tes awal, baik sebelum maupun sesudah pemberian tes awal, ditemukan bahwa motivasi mahasiwa selama proses belajar dan mengajar juga kurang baik. Kalau sedang tidak diperhatikan, mereka lebih memilih untuk berbicara dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dan yang dibicarakan umumnya adalah topiktopik di luar mata pelajaran. Ketika seorang dari mereka mempresentasikan sesuatu di depan kelas, mahasiwa yang lainnya cenderung untuk kurang memperhatikan presentasi. 4) Anggapan mahasiwa terhadap bahasa Inggris itu sukar

Sebagian besar mahasiwa diselimuti oleh sebuah pemikiran bahwa pelajaran Bahasa Inggris yang mereka anggap sukar untuk dikuasaisehingga mereka dipenuhi semacam perasaan enggan mempelajari bahkan, mengucapkan bahasa Inggris. 5) Kesulitan memilih kata-kata yang padanan bahasa Indonesianya sama Sama halnya dengan Bahasa Indonesia, bahasa Inggris juga memiliki padanan kata. Hal ini membuat mahasiwa sulit dalam menentukan kosakata yang tepat dalam berkomunikasi lisan. Misalnya saja kata tall dan high, kedua kata itu memiliki padanan yang sama dalam bahasa Indonesia, kadang-kadang mahasiwa masih salah dalam menggunakan kedua kata tersebut. Untuk mengatasi permasalahanpermasalahan di atas terutama dalam penguasaan keterampilan berbicara mahasiwa yang masih sangat rendah, telah dilakukan treatment dengan metode debat plus yang terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiwa fakultas bahasa dan sastra Inggris Universitas Sawerigading Makassar. Pelaksanaan Siklus II Fase pelaksanaan di siklus II ini merupakan fase dimana penelitian yang telah direncanakan tersebut dilaksanakan di kelas. Siklus II terdiri atas tiga pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua diisi dengan pemberian tindakan, sedangkan pertemuan ketiga diisi dengan pemberian tes akhir I. Peningkatan yang cukup signifikan, ada peningkatan pada kategori baik dan cukup, sementara itu dalam kategori sangat kurang tinggal 1 orang mahasiswa (4%). Walaupun kategori sangat baik belum tercapai, tetapi peningkatan kategori baik menjadi 8 mahasiswa (32%) cukup terlihat di dalam kelas. Sementara yang berkategori cukup lumayan meningkat dengan 48% atau 12 orang. Sementara kategori kurang juga semakin menurun persentasenya, yaitu 4 orang (16%). Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara umum teknik permainan memberikan perkembangan hasil belajar yang signifikan dalam ppembelajaran berbicara. Ini menunjukkan bahwa teknik permainan ini dapat meningkatkan keterampilan berbicara dengan rentangan 15%-30% dari keterampilan awal yang mereka miliki. Perkembangan hasil belajar melalui metode permainan dapat dilihat dari garfik peningkatan yang terus meningkat secara konsisten. Peneliti dan kolaborator mengamati keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa pada setiap kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa pada setiap pertemuan di dalam kelas. Dalam siklus II ini beberapa mahasiswa sudah melakukan percakapan
135

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

dengan teman-temannya dengan baik dan tidak malumalu. Mereka berusaha berbicara bahasa Inggris walaupun masih mengalami kesalahan dari segi struktur bahasa maupun pilihan kosakata. Mahasiswa sudah dapat mempersiapkan dialog dengan baik bersama temannya didalam kelompok maupun di luar kelompok. Pengucapan kosa kata, tata bahasa dan kelancaran di dalam berbicara sedikit demi sedikit dibandingkan pada siklus I. walaupun masih ada beberapa mahasiswa yang masih melakukan kesalahan pada umumnya mahasiswa sudah mampu memahami isi pesan yang disampaikan lawan bicara. Mahasiswa juga sudah dapat mempuat dan menjawab perta-nyaan secara terbuka dan tertutup, dan menyusun kalimat dengan menggunakan profesi, benda, dan tem-pat. Mahasiswa termotivasi dalam membuat kalimat bahasa Inggris sehubungan dengan kegiatan situasi sehari-hari dalam bentuk permainan sehingga kelas menjadi dinamis dan terkesan aktif. Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan tindakan yang diberikan pada siklus II peneliti mengetahui bahwa ada 3-4 orang yang masih melakukan keslahan pengucapan dan tata bahasa di dalam bahasa Inggris. Peneliti mengamati pengucapan mahasiswa masih terpengaruh pada dialek bahasa daerahnya masingmasing. Peneliti berusaha untuk memperbaiki cara pengucapan mahasiswa. Skor rata-rata keterampilan berbahasa Inggris mahasiswa pada siklus II mencapai 80%. Artinya mahasiwa sudah mengalami peningkatan keterampilan berbicara yang lebih baik dibandingkan siklus I yang hanya berkisar 52%. Walaupun dari kategori baik keterampilan berbicara belum mencapai target yaitu 65 %, sedangkan yang dicapai hanya 48%. Tapi dari keseluruhan kategori dari baik cukup hasilnya cukup memuaskan yaitu 80%. Pengajaran berbicara dengan menggunakan teknik permainan dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Mahasiswa menyatakan bahawa mereka mengalami peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris ketika pengajaran menggunakan teknik permainan (23 orang atau 92%) sisanya menyatakan tidak ada peningkatan (3 orang atau 8 %). Kendala yang dialami mahasiswa dalam mengikuti pelajaran yaitu hamper sama dengan kendala pada keterampilan berbicara bahasa Inggris yaitu, pengucapan, kosakata ( 20 orang atau 80 %) dan 22 orang atau 88% mengalami kendala pada struktur dan pengucapan. Berdasarkan hasil penelitian ini siswa mengalami peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris dengan menggunakan teknik permainan oleh

karena itu teknik pengajaran teknik permainan merupakan salah stau teknik pengajaran yang tepat diterapkan dalam mata kuliah speaking. Mahasiswa pun member saran dalam angket agar teknik permainan dapat digunakan dalam pengajaran speaking tetapi topiknya lebih dikembangkan lagi agar lebih menarik dan tidak membosankan. Sehingga dapat memotivasi mahasiswa Fakultas Bahasa Dan Sastra Inggris Universitas Sawerigading Makassar agar dapat meningkatkan kemampuan speaking mereka. Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, ada beberapa kesimpulan yaitu: 1)Keterampilan awal berbicara mahasiswa sebelum diberi perlakuan rata-rata mencapai kategori kurang, atau dibawah 30%. 2)Setelah diberi tindakan selama 1 siklus dalam beberapa pertemuan, maka rata-rata keterampilam berbicara siswa meningkat mencapai 80% yaitu di kategorikan cukup, 3)Setelah siklus II berakhir kenaikan persentase cukup signifikan mencapai %. Saran Berdasarkan simpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain: 1)Teknik permainan hendaknya menjadi slah satu alternative utama pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan keterampilan berbicara 2)Dalam menerapkan teknik permainan, hendaknya dosen benar-benar menerapkan secara konsisten dan memperhatikan situasi dan kondisi kelas yang ada, dan 3)Hendaknya para dosen atau pengajar selalu berusaha dan mencari dan memodifikasi model lain yang sesuai dengan keadaan mahasiswa,. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal.(2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yama Widya. Baker And Westrup. 2003. Essential Speaking Skills. Continuum International Publishing Group. Brumfit, C.J. And K, Johnson, Ed. 1979. The Communication Approach To Language Teaching. Oxford: Oxford University Press. Burns. 2009 Aug; 35(5): 677-80. Epub 2009 Mar 20. Brown, H.D. 2001. Teaching By Principles: An Interactive Approach To Language Pedagogy (Second Edition). New York: Pearson Education. Bygate, Martin (1987/1995). Speaking. Oxford: Oxford University Bygate, Martin (2004). Speaking. In: Byram, Michael, Ed. Routledge Encyclopedia Of Language Teaching And Learning. London: Routledge. 563-566.
136

Rezkiawati Nazaruddin Johnson, Keith (Ed). 1981. Communication In The Classroom. Burnt Mill : Longman. Tarigan, Henry Guntur. 1987. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Petty, Geoff. (2004). Teaching Today, third edition. United Kingdom: Nelson Thornes. Ltd. Ur, Penny.1996. A Course In Language Teaching. University Press Wiriaatmaja, Rochiati. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya. Harmer, Jeremy (2001). The practice of English Language Teaching. London: Longman. (Chapter 2 D. 1622) Hunt, Alan, David Beglar (2002). Current Research and practice in Teaching Vocabulary. In: Richards, Jack C. and Willy A. Renandya, eds. Methodology in Language Teaching. An Anthology of Current practice. Cambridge: cambrige University Press.258-266. Nation, Paul (2003). Learning Vocabulary in Another Language. Cambridge: Cambridge University Press. Poerwadarminta, W . J . S. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sugandi, Ahmad dan Haryanto. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK Unnes. Suparno, Paul. 2008. Filsafat Konstruktivisme dalam pendidikan. Yogyakarta Trianto. 2011. Desain Pembangunan Pembelajaran Tematik bagi anak usia dini TK/RA & anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta. Kencana Ur, Penny.1996. A Course in Language Teaching.University Press.

137

Anda mungkin juga menyukai

  • Hipo Daftar Isi DLL Revisi
    Hipo Daftar Isi DLL Revisi
    Dokumen6 halaman
    Hipo Daftar Isi DLL Revisi
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 5
    Buku Hipo 5
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 5
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 2
    Buku Hipo 2
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 2
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 3
    Buku Hipo 3
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 3
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 30
    Buku Hipo 30
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 30
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 4
    Buku Hipo 4
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 4
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 28
    Buku Hipo 28
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 28
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 32
    Buku Hipo 32
    Dokumen4 halaman
    Buku Hipo 32
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Cover Buku Hipotetis 2013
    Cover Buku Hipotetis 2013
    Dokumen1 halaman
    Cover Buku Hipotetis 2013
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 30
    Buku Hipo 30
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 30
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 31
    Buku Hipo 31
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 31
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 14
    Buku Hipo 14
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 14
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 33
    Buku Hipo 33
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 33
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 29
    Buku Hipo 29
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 29
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 18
    Buku Hipo 18
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 18
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 24
    Buku Hipo 24
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 24
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 27
    Buku Hipo 27
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 27
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 20
    Buku Hipo 20
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 20
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 21
    Buku Hipo 21
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 21
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 22
    Buku Hipo 22
    Dokumen7 halaman
    Buku Hipo 22
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 17
    Buku Hipo 17
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 17
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 15
    Buku Hipo 15
    Dokumen4 halaman
    Buku Hipo 15
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 19
    Buku Hipo 19
    Dokumen4 halaman
    Buku Hipo 19
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 23
    Buku Hipo 23
    Dokumen8 halaman
    Buku Hipo 23
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 13
    Buku Hipo 13
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 13
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 12
    Buku Hipo 12
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 12
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 11
    Buku Hipo 11
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 11
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 8
    Buku Hipo 8
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 8
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 9
    Buku Hipo 9
    Dokumen4 halaman
    Buku Hipo 9
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat