Anda di halaman 1dari 15

I. KONSEP MEDIS INFEKSI SALURAN KEMIH A.

Defenisi Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau tanpa disertai gejala (Smeltzer & Bare, 2002). ISK lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, penyebabnya adalah karena jarak anus dengan meatus uretra dan uretra wanita lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah masuk ke kandung kemih (Potter & Perry, 2005). Menurut Smeltzer & Bare (2002), infeksi saluran kemih diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1. Infeksi saluran kemih bawah a. Uretritis Merupakan suatu inflamasi pada uretra, kuman penyebab tersering adalah kuman gonorrhoe atau kuman lain yang biasanya terjadi karena infeksi asending b. Sistitis dan prostatitis Merupakan peradangan pada vesika urinaria. Pada wanita menginfeksi uretra distal veriko urinaria dinamakan sistitis sedangkan pada

pria menginfeksi bagian prostat dan vesika urinaria yang disebut prostatitis 2. Infeksi saluran kemih atas a. Ureteritis Suatu peradangan pada ureter. Penyebabnya adalah adanya infeksi pada ginjal maupun kandung kemih. Aliran urine dari ginjal ke buli-buli dapat terganggu karena timbulnya fibrosis pada dinding ureter menyebabkan striktura dan hydronephrosis, selanjutnya ginjal menjadi rusak, dan mengganggu peristaltik ureter. b. Pyelonefritis Inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena
Infeksi Saluran Kemih | 1

adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai parenkim maupun renal pelvis (pyelum=piala ginjal) dan bakteri menyebar melalui limfatik. B. Etiologi 1. Mikroorganisme a. Bakteri : Escherichia Coli, Pseudomonas, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci. b. Jamur dan virus 2. Faktor predisposisi a. Obstruksi saluran kemih : Batu saluran kemih, hipertrofi prostat, tumor. b. Refluks vesikoureter : congenital, disfungsi neuropathy, striktur, tuberculosis saluran kemih. c. Penyakit kronis d. Iatrogenic e. Kehamilan f. PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman. 2. Faktor presipitasi a. Salah cebok. Kurang menjaga kebersihan dan kesehatan daerah seputar saluran kencing, bisa memicu ISK. Apalagi dengan cara cebok seperti iniu sama saja menarik kotoran ke daerah vagina atau saluran kencing. b. Kebiasaan menahan kencing. Pada perempuan, jika menahan kencing, uretra jadi semakin pendek dan memungkinkan kuman masuk ke dalam saluarn kencing. Sedangkan pada pria, meski dia menahan kencing, uretranya tetap panjang. : Diabetes Melitus, Gout, penyakit ginjal. : keteterisasi, nefrostomi, sistokopi

Infeksi Saluran Kemih | 2

c. Tidak kencing sebelum melakukan hubungan seks. Hal ini menyebabkan uretra penuh. Jika uretranya pendek, terkena gesekan saat berhubungan seks, bisa menyebabkan kuman-kuman gampang terdorong masuk ke saluran kencing dan mengakibatkan infeksi yang disebut sistitis. Hal ini banyak terjadi pada pasangan yang baru menikah, karena itu disebut honeymooners cystitis. Keluhannya seperti kencing skait dan anyanganyangan d. Penyakit kelamin. Yaitu berhubungan seksual dengan orang yang punya penyakit kelamin seperti penyakit kencing nanah. Hal ini akan menyebabkan infeksi pada uretra dna menghasilkan nanah. Karena itu disebut kencing nanah. Kadang-kadang pada perempuan tidak terlihat gejalanya, tidak seperti pada pria. Pada pria 3-4 hari setelah terkena penyakit kelamin, gejalanya bisa terasa dan terlihat, seperti sakit dan mengeluarkan nanah. Karena itu pria yang terkena penyakit kelamin bisa cepat berobat. e. Batu di daerah saluran kencing. Keberadaan batu di saluran kencing bisa menjadi fokus infeksi dan menyebabkan infeksi berulang. Misalnya ada infeksi berulang pada slauran kencing, kemungkinan disebabkan adanya infeksi di batu di saluran kencing. Batu tersebut dan bisa menjadi sumber infeksi dan sumber kuman. C. Patofisiologi Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui meatus uretra bisa karena terkontaminasi dengan feses, kateterisasi, sistoskopi maupun berasal dari infeksi darah dan limfe yang terinfeksi mikroorganisme). Pada normalnya kandung kemih mampu membersihkan dirinya dari sejumlah besar bakteri dalam 2 hari sejak masuknya bakteri kedalam kandung kemih. Akan tetapi infeksi dapat terjadi karena bakteri mencapai kandung kemih,

Infeksi Saluran Kemih | 3

melekat pada mukosa dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan kandung kemih. Distensi kandung kemih mengurangi aliran darah ke lapisan mukosa dan submukosa sehingga jaringan menjadi lebih rentan terhadap bakteri. Urine yang tersisa di dalam kandung kemih menjadi lebih basa sehingga kandung kemih merupakan tempat yang yang ideal untuk pertumbuhan organisme. Kolonisasi organisme tersebut mengiritasi dan menimbulkan peradangan pada mukosa yang selanjutnya menyebar ke sistem urinarius. Bila jaringan yang

mengalami inflamasi dialiri urine maka akan menimbulkan nyeri dan rasa terbakar selama berkemih. Demam, menggigil, mual, muntah serta kelemahan terjadi ketika infeksi memburuk. Kandung kemih yang teriritasi menyebabkan timbulnya sensasi ingin berkemih yang mendesak dan sering. Iritasi pada kandung kemih dan uretra yang sering menyebabkan darah bercampur dalam urine. Ketika infeksi tidak teratasi dan menetap akan menyebar ke traktus urinarius bagian atas (ginjal) yang mengiritasi jaringan-jaringan ginjal yang terjadi secara berulang yang kemudian akan menimbulkan jaringan parut pada ginjal. Adanya obstruksi penimbunan aliran kemih proksimal yang mengakibatkan

cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut

sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah jaringan parut ginjal, batu, neoplasma, dan hipertrofi prostate. D. Manifestasi Klinis 1. Infeksi saluran kemih bawah a. Dysuria (panas dan nyeri pada saat berkemih), b. urgency c. polakisuria d. nokturia e. nyeri /spasme pada area kandung kemih dan supra pubis f. urine keruh
Infeksi Saluran Kemih | 4

g. pada pemeriksaan urine ditemukan adanya eritrosit, leukosit, dan bakteri dalam urine. 2. Infeksi saluran kemih atas Pielonefritis akut : a. Demam dan menggigil, b. Nyeri pinggang, c. Nyeri tekan pada sudut kostovertebral (CVA), d. Leukositosis, bakteri, leukosit, dan eritrosit dalam urine, e. Gejala ISK bawah seperti dysuria dan sering berkemih

umumnya terjadi kadang disertai dengan mual dan muntah akibat reflek reno intestinal. f. Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal. Pielonefritis kronis : a. Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai gejala yang spesifik. b. Adanya keletihan. c. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun. d. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun. e. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal. f. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks. g. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan. E. Pemeriksaan Penunjang 1. Urinalisis a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih.
Infeksi Saluran Kemih | 5

b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis 2. Metode tes a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat) Tes esterase leukosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit. b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek). c. Tes- tes tambahan Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan

ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten. F. Komplikasi 1. Pembentukan abses ginjal atau perirenal 2. Gagal ginjal G. Penatalaksanaan 1. Terapi tanpa obat pada ISK. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces. 2. Terapi antibiotik idealnya harus dapat ditoleransi dengan baik, mencapai konsentrasi tinggi dalam urin dan mempunyai spektrum aktivitas terhadap
Infeksi Saluran Kemih | 6

mikroorganisme

penyebab pada

infeksi. tingkat

Pemilihan keparahan,

antibiotik tempat

untuk terjadinya

pengobatan didasarkan

infeksi dan jenis mikroorganisme yang menginfeksi. Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat dibedakan atas: a. Terapi antibiotika dosis tunggal b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu d. Terapi dosis rendah untuk supresi 3. Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan preventif dosis rendah. 4. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang dan sterilisasi urin, terapi

ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi. Pemakaian obat yang berkelanjutan perlu dipikirkan kemungkinan adanya: a. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan b. Interansi obat c. Efek samping obat d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya

melalui ginjal seperti efek nefrotosik obat dan Efek toksisitas obat. H. Prognosis ISK tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis lebih baik bila dilakukan pengobatan pada fase akut yang adequat dan disertai pengawasan terhadap kemungkinan infeksi berulang. Prognosis jangka panjang pada sebagian besar penderita dengan kelainan anatomis umumnya kurang
Infeksi Saluran Kemih | 7

memuaskan meskipun telah diberikan pengobatan yang adequat dan dilakukan koreksi bedah. Hal ini terjadi terutama pada penderita dengan nefropati refluk. Deteksi dini terhadap adanya kelainan anatomis, pengobatan yang segera pada fase akut. kerjasama yang baik antara dokter, ahli bedah urologi dan orang tua penderita sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya perburukan yang mengarah pada terminal gagal ginjal kronis I. Pencegahan Ada beberapa upaya yang dapat anda lakukan untuk mencegah infeksi saluran kemih ini, antara lain : 1. Minumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air putih sehari). 2. Buang air kecil sebelum dan setelah melakukan hubungan seks dapat flush setiap bakteri yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan seksual. 3. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran dari dubur tidak masuk ke salam saluran kemih. 4. Periksa air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan tersebut akan dapat segera diketahui apakah anda terinfeksi atau tidak 5. Jangan terlalu lama menahan keinginan buang air kecil 6. Vitamin C membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri berbahaya dalam sistem saluran kemih. 7. Hindari pemakaian celana dalam yang dapat membuat keadaan lembab dan berpotensi berkembang biaknya bakteri.

Infeksi Saluran Kemih | 8

II. KONSEP KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH A. Pengkajian 1. Aktivitas/Istirahat Gejala : sukar tidur Tanda : palpebra hitam 2. Eliminasi Gejala : Perubahan pola berkemih biasanya , peningkatan frekuensi, poliuria, oliguria, Disuria, ragu-ragu, dan retensi Abdomen kembung Tanda : Perubahan warna urine 3. Makanan/Cairan Gejala : Peningkatan BB (edema), penurunan BB, (dehidrasi) Tanda : Edema bagian pelvis 4. Nyeri/Kenyamanan Gejala : Nyeri, hipertermi Tanda : Gelisah 5. Neurosensori Gejala : Keram otot/kejang.

Infeksi Saluran Kemih | 9

B. Patofisiologi Pentimpangan KDM Escherichia coli, Pseudomonas, Enterobacter, staphylococcus, Enterococci.

Melekat pada mukosa vesika urinaria mengkolonisasi epitelium traktus urinarius

Inflamasi mukosa Pelepasan eritrosit, leukosit, & sel2 inflamasi Disuria, hematuria, obstruksi Netrofil, PMN` Gangguan pola eliminasi

Pelepasan endotoksin

Pelepasan mediator nyeri: bradikinin & serotonin Saraf aferen

Nyeri

Set point termoregulator Perubahan status kesehatan Anoreksia

Thalamus Saraf eferen

Aktivitas metabolic

Produksi panas Kurang pengetahuan/informasi Hipertermi Reaksi psikologis

Intake -

Glukosa

ATP Nutrisi kurang


Infeksi Saluran Kemih | 10

Ansietas

C. Diagnosa 1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos

sekunder terhadap infeksi. 2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi 3. Ganguan pola eliminasi berhubungan dengan nyeri ketika miksi ( dysuria ) 4. Perubahan anoreksia 5. Kecemasan berhubungan dengan kurangya informasi mengenai penyakit klien. D. Intervensi 1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos skunder terhadap infeksi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien merasa nyaman dan nyerinya berkurang. Kriteria hasil : a. Tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih b. Kandung kemih tidak tegang c. Klien nampak tenang Intervensi : a. Kaji intensitas, lokasi, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri. Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi. b. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat ditoleran. Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan ototototnya. c. Berikan teknik relaksasi Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri d. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

Infeksi Saluran Kemih | 11

Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan menjaga hidrasi, serta untuk membantu klien dalam berkemih e. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri. 2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi Tujuan : Suhu tubuh klien dalam rentang normal yaitu 36, 5 37, 2 oC.

Kriteria hasil : a. Tanda vital dalam batas normal b. Klien menunjukan termoregulasi c. Klien tidak demam. Intervensi :

a. Kaji saat timbul demam Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam klien b. Obervasi tanda-tanda vital Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien c. Berikan kompres hangat pada pasien Rasional : Kompres hangat menyebabkan vasodilatasi sehingga terjadi perpindahan panas secara evaporasi d. Health education kepada klien dan kelurganya untuk tidak memakai pakaian yang tebal Rasional : Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan e. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antipiretik Rasional : Pemberian obat antipiretik dapat membantu penurunan suhu tubuh. 3. Ganguan pola eliminasi berhubungan dengan nyeri ketika miksi (dysuria) Tujuan : Klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Infeksi Saluran Kemih | 12

Kriteria hasil : a. Klien mampu toileting secara mandiri b. Tidak ada infeksi saluran kemih c. Berkemih > 1500 cc per hari Intervensi : a. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input dan out put. b. Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman Rasional : Memudahkan proses BAK c. Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 jam Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria. d. Ajarkan perawatan perianal Rasional : Menjaga kebersihan dan mengurangi infeksi. 4. Perubahan anoreksia. Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

Kriteria hasil : a. Klien rajin makan b. Mampu menghabiskan makanan sesuai porsi yang dibutuhkan. Intervensi : a. Kaji cara bagaimana makanan dihidangkan Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan klien. b. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.

Infeksi Saluran Kemih | 13

c. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sedang Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah d. Berikan health education mengenai manfaat makanan/nutrisi bagi klien Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat. e. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat-obatan antasida Rasional : Obat antasida membantu klien mengurangi mual dan muntah .

5. Kecemasan berhubungan dengan kurangya informasi mengenai penyakit klien Tujuan : Klien tidak memperlihatkan tanda-tanda cemas dan gelisah.

Kriteria hasil : Klien tampak tenang dan tidak gelisah. Intervensi :

a. Kaji tingkat kecemasan klien Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan c. Beri penjelasan tentang penyakitnya Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya. d. Beri dorongan spiritual Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME. E. Evaluasi 1. Nyeri klien berkurang ditandai dengan klien tampak tenang dan tidak ada keluhan nyeri saat berkemih.

Infeksi Saluran Kemih | 14

2. Suhu tubuh klien dalam rentang normal yaitu 36, 5 37, 2 oC dan tidak ada demam. 3. Klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat ditandai dengan klien mampu toileting secara mandiri dan tidak adanya infeksi saluran kemih. 4. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi ditandai dengan menghabiskan makanan sesuai porsi yang dibutuhkan. 5. Kecemasan klien berkurang ditandai dengan klien tampak tenang dan tidak gelisah. klien mampu

Infeksi Saluran Kemih | 15

Anda mungkin juga menyukai