Anda di halaman 1dari 3

Bromobenzene Biotransformasi dari dari bromobenzene dan berbagai jenis halogen benzene, mempunyai peranan penting pada nefrotoksis.

Sitokrom hati P450 memetabolisme bromobenzene dan mengkonjugasinya menjadi glutathione, dan melepaskannya sebagai zat yang bias menimbulkan nefrotoksik. Digluthatione yang merupakan hasil konjugasi dari hydroquinone memiliki pptensi kirakira seribu kali lipat lebih poten dalam menghasilkan nefrotoksik dibandingkan dengan bromobenzene., menghasilkan perubahan patologis yang sama si segmen S3, dan meningkatkan jumlah protein, glukosa, dan enzyme selular ke urin. MYOTOXIN Myaotoxin merupakan hasil produksi dari jamur dan sejenisnya yang biasanya ditemukan pada jagung dan produk-produk jagung. Fumonisin B1 dan B2 merupakan myotoxin yang dikenal menghasilkan nefrotoksik pada tikus dan kelinci. Perubahan pada fungsi renal, yaitu peningkatatn volum urin, penurunan osmolaritas, dan peningkatan low- dan high-molekular weight protein. Fumonisin memberikan efek toxic dengan mempengaruhi metabolism shingolipid. THERAPEUTIC AGENTS Acetaminophen- Nefrotoksis Acetaminophen (APAP) , dikarakterisasi dengan nekrosis tubulus proksimal dengan disertai peningkatan BUN dan creatinin plasma, penurunan pada GFR dan clearance dari para-aminohippurate, peningkatan fraksi eksresi dari air, sodium, dan potassium, dan peningkatan glukosa urin, protein, dan enzim-enzim. Walau sitokron P450 dari hati, memainkan peran pada pengaktivasian APAP dan nefrotoksik, glutathione yang terkonjugasi dari APAP juga berkontribusi pada nefrotoksi oleh APAP. Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAID)- Setidaknya ada tiga zat yang berbeda, yang dikaitkan dengan pemberian NSAID. ARF mungkin muncul dalam beberapa jam dalam pemberian NSAID dalam dosis besar, biasanya proses ini bersifat reversible, dan ditandai dengan penurunan RBF dan GFR dan juga oligouria. Ketika produksi normal dari zat vasodilator (prostaglandin) dihambat oleh NSAID, vasokonstriksi yang dipicu oleh catecholamine dan angiotensin II yang ada di sirkulasi tidak ikut berubah, menghasilkan penurunan RBF dan iskemia. Produksi kronis dari NSAID dan atau APAP lebih dari 3 tahun, biasanya sering menghasilkan nefrotoksisistas yang ireversibel yang dikenal dengan analgesic nefropaty.Lesi primer pada hal ini ada apda nekrosis papil dengan nefritis interstitial kronis.Mekanisme NSAID memicu analgesi nefropati masih tidak diketahui, tapi dapat disebabkan dari iskemia medulla/papil yang kronis,setelah vasokonstriksi renal, yang menginisiasi stress oksidatif atau berikatan secara kovalen ke molekul selular.

Tipe ketiga,meskipun jarang, tipe nefrotoxksisits yang berkaitan dengan NSAID adalah nefritis interstitial. Pasien biasanya dating dengan peningkatan kadar serum creatinin da protein uria. Jika pemakain NSAID dihentikan, fungsi renal akan meningkat dalam 1 sampai 3 bulan. AMINOGLYCOSIDA Disfungsi renal oleh aminoglycoside dikarakterisasi oleh gagal ginjal tanpa oligouria dengan penurunan GFR, dan peningkatan kadar serum creatinin dan BUN, dan polyuria. Berdasarkan hasil observasi secara klinis, dengan penggunaan aminoglycoside dengan dosis yang relevan, adalah peningkatan ukuran dan jumlah dari lisosom, yang mengandung fosfolipid. Produksi phospholipidosis renal oleh aminoglycoside muncul dengan penghambatan dari lisosom hydrolase, seperti sphingomyelinase, dan phospholipase. Amphotericin B- Amphotericin B adalah agen antifungal yang efektif, dapat menyebabkan nefrotoksisitas yang dikarakterisasi oleh ADH-resisten polyuria, asidosis tubulus renal, hypokalemia, dan gagal ginjal akut atau kronis.Integritas fungsional dari glomerulus dan bagian proksimal dan distal dari nefron terganggu, yang membawa pada penurunan RBF dan GFR karena vasokonstriksi arteriol renal, atau aktivasi dari tubuloglomerular feedback. Cyclosporine- Nefrotoksisitas yang di sebabkan oleh Cyclosporin dapat bermanifestasi 1) disfungsi renal akut yang reversible, 2) vasculopathy, dan 3) nephropati kronis dengan fibrosis interstitial. Disfungsi renal akut dikarakteristikan dengan penurunan pada RBF dan GFR dan peningkatan BUN dan serum creatinin dengan doserelated. Penurunan RBF dan GFR berkaitan dengan vasokonstriksi yang dipacu oleh penggunaan cyclosporine. Vaskulopati akut atau thrombosis mikroangiopati yang timbul setelah pemberian cyclosporine, mempengaruhi arteriole dan kapiler glomerulus, tanpa adanya component inflamasi. Lesi ini terdiri dari fibrin-platelet thrombi dan fragmen-fragmen sel darah yang menyumbat pembuluh darah. TErapi cyclosporine jangka panjang dapat menimbulkan nefropati kronis dengan fibrosis interstitial. Cisplatin- Nefrotoksisitas oleh Cisplatin menyebabkan gagal ginjal akut dan kronis, mengeluaran berlebih dari magnesium, dan polyuria. Pasien yang diterapi dengan Cisplatin secara permanen kehilangan 10-30 persen dari fungsi ginjalnya. ARF ditandai dengan penurunan RBF dan GFR, enzymuria, Beta2-microglobinuria, kadar magnesium yang tinggi dalam urin. Target primer yang diasosiakan dengan ARF adalah pada tubulus proksimal. Gagal ginjal kronis yang disebabkan oleh pemakaian Cisplatin jangka panjang,

dikarakteristikan dengan nekrosis fokal pada sejumlah segmen nefron tanpa efek signifikan pada glomerulus. Cisplatin berpengaruh dengan menghibisi sintesis DNA, dan juga fungsi transportnya. Agen Radiocontrast- Kontras Iodin yang digunakan pada pemeriksaan imaging jaringan, memiliki osmolaritas yang tinggi (>1200 mOsm/L) dan berpotensi sebagai nefrotoksik, terutama pasien dengan gangguan ginjal yang nyata, diabetes atau gagal jantung, atau pasien lain yang sedang menggunakan obat-obatan yang bersifat nefrotoksik. Zat kontras nonionic yang terbaru (iotrol dan iopamidol) mempunyai efek nefrotoksis yang lebih rendah. Efek nefrotoksisitasnya muncul dengan mempengaruhi hemodinamik (vasokonstriksi) dan kerusakan tubulus (via ROS).

Anda mungkin juga menyukai