Anda di halaman 1dari 5

ASPILET Komposisi : Asam asetilsalisilat, aspirin Kimia dan Farmakokinetik Asam salisilat adalah asam organik sederhana dengan

pKa 3,0. Aspirin (asam asetilsalisilat, ASA) mempunyai pKa 3,5. Ini kira-kira 50% lebih kuat daripada natrium salisilat, walaupun senyawa ini kurang mengiritasi lambung. Salisilat cepat diabsorbsi dari lambung dan usus halus bagian atas, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam. Suasana asam di dalam lambung menyebabkan sebagian besar dari salisilat terdapat dalam bentuk nonionisasi, sehingga memudahkan absorbs. Walaupun begitu, bila salisailat dalam konsentrasi tinggi memasuki sel mukosa. Jika pH lambung ditingkatkan oleh penyangga yang cocok sampai pH 3,5 atau lebih, maka iritasi terhadap lambung berkurang. Aspirin diabsorbsi begitu saja dan dihidrolisis menjadi asam asetat dan salisilat oleh esterase di dalam jaringan dan darah. Salisilat terikat albumin, tetapi karena konsentrasi salisilat dalam serum meningkat, sebagian besar tetap tidak terikat dan terdapat dalam jaringan. Salisilat yang ditelan dan yang berasal dari hidrolisis aspirin diekskresikan dalam bentuk tidak berubah, tetapi sebagian besar dikonversi menjadi konjugat yang larut dalam air, yang cepat dibersihkan oleh ginjal. Jika jalur di atas telah jenuh, maka sedikit peningkatan dosis aspirin akan mengakibatkan peningkatan besar dalam kadar plasma. Farmakodinamik Mekanisme kerja Efektivitas aspirin terutama disebabkan oleh kemampuannya menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel (prostaglandin sintetase), yang mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi senyawa endoperoksida, pada dosis yang tepat,obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2, tetapi tidak leukotrien. Sebagian besar dari dosis anti-inflamasi aspirin cepat dideasetilasi

membentuk metabolit aktif salisilat. Salisilat menghambat sintesis prostaglandin secara reversibel. Efek terhadap trombosit Aspirin mempengaruhi hemostasis. Aspirin dosis tunggal sedikit memanjangkan waktu perdarahan dan menjadi dua kali lipat, bila diteruskan selama seminggu. Perubahan ini digambarkan dengan penghambatan agregasi trombosit sekunder akibat penghambatan sintesis tromboksan. Karena kerja ini bersifat irreversible, aspirin menghambat agregasi trombosit sampai selama 8 hari yaitu sampai sampai terbentuk trombosit baru. Aspirin telsh terbukti menurunkan insiden serangan iskemik selintas (Transient Ischemic Attacks) dan angina tak stabil pada laki-laki serta telsh digunakan sebagai obat profilaksis pada keadaan ini. Aspirin mungkin juga efektif dalam mengurangi insiden thrombosis pada cangkokan pintas arteria koronaria. Hasil dari beberapa penelitian pada penderita dengan risiko atau penyembuhan infark miokard telah membuktikan bahwa aspirin menurunkan insiden trombosis arteri koronaria. Dosis Prevensi sekunder infark otak/jantung 1 dd 100 mg p.c., prevensi TIA 1 dd 30-100 mg p.c.. pada infark jantung akut 75-160 mg sebelum infuse dengan streptokinase. Pada angina pectoris 1 dd 75-100 mg. Anti nyeri 3 dd 500 mg, antiradang 3-4 g sehari. Efek samping Efek terhadap saluran cerna : pada dosis yang biasa, efek samping utama adalah gangguan pada lambung (intoleransi). Efek ini dapat diperkecil dengan penyangga yang cocok ( minum aspirin bersama makanan yang diikuti oleh segelas air atau antasida). Gastritis yang timbul pada aspirin mungkin disebabkan oleh iritasi mukosa lambung oleh tablet yang tidak larut, karena penyerapan salisilat nonionisasi di dalam lambung atau karena penghambatan prostaglandin pelindung. Efek susunan saraf pusat : dengan dosis lebih tinggi, penderita bisa mengalami salisilisme- tinnitus, penurunan pendengaran, dan vertigo yang reversible dengan

pengurangan dosis. Dosis salisilat yang lebih besar lagi dapat menyebabkan hiperpnea melalui efek langsung terhadap medulla oblongata. Pada kadar salisilat toksik yang rendah, bisa timbul respirasi alkoholisme sebagai akibat peningkatan ventilasi. Interaksi obat Obat yang meningkatkan intoksikasi salisilat meliputi asetazolamid dan ammonium klorida. Alcohol meningkatkan perdarahan saluran cerna akibat salisilat. Aspirin menggeser sejumlah obat dari tempat ikatannya dengan protein di dalam darah. Ini meliputi tolbutamid, klorpropamid, abat anti-inflamasi non steroid, metotreksat, fenitoin, dan probenesid. Kortikosteroid dapat menurunkan konsentrasi salisilat. Aspirin menurunkan aktivitas farmakologi spironolakton, berkompetisi dengan penisilin G dalam sekresi di tubulus ginjal, dan menghambat efek urikosurik sulfinpirazon dan probenesid.

FARMAKOLOGI

Diltiazem adalah turunan benzodiazepin yang merupakan prototip dari antagonis kalsium. Mekanisme kerja Diltiazem adalah mendepresi fungsi nodus SA dan AV, juga vasodilatasi arteri dan arteriol koroner serta perifer. Dengan demikian maka diltiazem akan menurunkan denyut jantung dan kontraktilitas otot jantung, sehingga terjadi keseimbangan antara persediaan dan pemakaian oksigen pada iskhemik jantung. Diltiazem efektif terhadap angina yang disebabkan oleh vasospasme koroner maupun aterosklerosis koroner. Pemberian diltiazem akan mengurangi frekuensi serangan angina dan menurunkan kebutuhan pemakaian obat nitrogliserin. Pada pemberian dengan oral Diltiazem diabsorpsi kira-kira 80 90 % dan berikatan dengan protein plasma. Efek mulai tampak kurang dari 30 menit setelah pemberian dan konsentrasi puncak dalam plasma tercapai setelah 2 jam dengan dengan waktu paruh 4 jam. Senyawa ini dikeluarkan dalam bentuk metabolit melalui urin (35 %) dan feses (60 %).

INDIKASI

Penderita angina pektoris, menurunkan serangan angina pada penderita variant angina. Aritmia.

KONTRAINDIKASI

Penderita blok AV tingkat 2 3, hipotensi (tekanan sistole kurang dari 90 mmHg) dan syok kardiogenik. Pasien dengan gejala gangguan irama sinus, kecuali bila ada alat pacu jantung ventikuler yang berfungsi. Wanita hamil, wanita yang diduga usia subur. Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap diltiazem. Penderita dengan infark miokardial akut dan kongesti paru-paru yang dibuktikan dengan sinar X.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


Dosis untuk orang dewasa adalah 4 x 30 mg sehari, bila perlu dapat ditingkatkan sampai 360 mg sehari. Diltiazem sebaiknya diberikan sebelum makan dan waktu hendak tidur.

EFEK SAMPING

Efek samping Diltiazem jarang terjadi, hanya 2 10 % pasien yang mengalami nyeri kepala, pusing, gangguan saluran cerna dan bradikardia. Kadang-kadang dapat meningkatkan enzim fungsi hati seperti SGOT, SGPT dan fosfatase alkalin. Reaksi hipersensitivitas atau alergi seperti erupsi, eritemat multiforme (dalam kasus demikian pengobatan harus dihentikan). Pernah dilaporkan : rash, pruritus

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Pemberian diltiazem tidak boleh dikombinasi dengan beta-bloker atau digoxin. Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan bradikardia berat (dibawah 50 denyut/menit) atau hambatan atrioventrikuler tingkat 1. Bila pengobatan dengan diltiazem hendak dihentikan, dosis harus diturunkan secara bertahap dan gejala-gejala yang mungkin timbul diawasi secara teliti. Penderita diperingatkan untuk tidak menghentikan pengobatan tanpa petunjuk dokter. Hati-hati bila diberikan pada penderita payah jantung kongestif. Penurunan tekanan darah sehubungan pengobatan dengan diltiazem kadang-kadang dapat menimbulkan hipotensi simptomatik. Keamanan pemakaian pada anak-anak belum diketahui dengan pasti. Hati-hati bila diberikan pada wanita menyusui

INTERAKSI OBAT

Diltiazem dapat meningkatkan kadar digoxin dalam darah. Dengan obat penghambat beta : dapat terjadi bradikardia, sinus berat, hipotensi, gagal jantung kongestif dan meningkatkan resiko penghambat A-V. Obat antihipertensi : dapat meningkatkan efek obat antihipertensi.

Carbamazepine : dapat menaikkan tingkat plasma carbamazepine yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala toksik oleh carbamazepine.. Anestesi : dapat terjadi potensiasi penurunan kontraktilitas, konduktifitas dan otomatisitas jantung seperti dilatasi vaskuler.

Anda mungkin juga menyukai