Anda di halaman 1dari 2

Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa

yang dipelajari. Apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalamandemi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Selanjutnya, piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar,1989 : 159) menegaskan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti: 1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada. 2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka. 3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.

Pada teori konstruktivisme ini konsekuensinya adalah siswa harus memiliki ketrampilan untuk menyesuaikan diri atau adaptasi secara tepat. Berkaitan dengan siswa dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marylin, dan Tony, 1995 : 222) mengajukan karakteristik sebagai berikut: 1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan. 2. Belajar mengoptimalkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa. 3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal. 4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengethauan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas. 5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.

Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa perancangan diskusi online bagi satuan pendidikan yang lokasinya kami ambil yaitu pada SMK Rekayasa Denpasar yang notabene merupakan sekolah teknologi, kami dapat simpulkan dapat dilaksanakan pembelajaran secara online (e-learning) namun dalam batas wilayah pada kelas yang mengambil jurusan informatika yaitu kelas TKJ (Teknik Komputer Jaringan) dan MM (Multi Media). Mengapa demikian, seperti penjelasan yang telah dipaparkan diatas, jika ingin merancang diskusi online minimal siswa sudah memiliki pengetahuan atau pengalaman terdahulu tentang dunia informatika agar proses belajar mencapai titik seoptimal mungkin melalui proses keterlibatan siswa. Disamping itu juga, kesiapan tenaga pendidik dan pengajar lebih berkompeten pada guru TKJ dan MM dibandingkan dengan guru pada prodi lainnya semisal otomotif yang pada kenyataannya masih jauh kemampuannya memahami tentang informatika khususnya diskusi online. Lebih lanjut, dengan ketersediaan layanan WIFI di SMK Rekayasa Denpasar begitu juga dengan SDM yang dimilki baik dari tenaga pengajar maupun siswa, fasilitas jaringan dan website yang dimiliki oleh Sekolah Menengah Kejuruan Rekayasa Denpasar (SMK Rekayasa Denpasar) yang mungkin dapat diterapkannya sistem pendukung e-learning berbasis web dengan menggunakan sistem synchronous (aplikasi yang berjalan secara waktu nyata dimana seluruh pemakai bisa berkomunikasi pada yang sama, contohnya: Chatting, Video Conference dan sebagainya) dan asynchronous (aplikasi yang tidak bergantung pada waktu dimana seluruh pemakai bisa mengakses sistem dan melakukan komunikasi antar mereka dengan penyesuaian waktunya masing-masing, contohnya: e-mail dan sebagainya). Jika sistem synchronous tidak terlaksana dengan baik, maka setidaknya sistem asynchronous dapat diterapkan karena masingmasing siswa sudah memiliki e-mailnya tersendiri. Dari pembahasan diatas maka kami yakin diskusi online di SMK Rekayasa Denpasar dapat terlaksana dengan baik walaupun dalam ruang lingkup pada prodi TKJ dan MM.

Anda mungkin juga menyukai