Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN Latar Belakang Talas merupakan tanaman pangan yang dibudidayakan di Indonesia dan dapat dikonsumsi sebagai makanan

pokok maupun makanan tambahan, karena memiliki kandungan berupa karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah daunnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun, sisa umbi dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara langsung maupun setelah difermentasi. Kota Bogor terkenal sebagai kota penghasil talas yang cukup berpotensi di Indonesia. Pada kondisi optimal produktivitas talas dapat mencapai 30 ton/ha. Namun dalam kegiatan budidayanya sering dijumpai berbagai kendala, salah satunya adalah serangan hama dan penyakit tanaman. Hama yang biasanya menyerang talas antara lain kutu daun, Empoasca sp., Tungau, dan larva Spodoptera litura. Sedangkan penyakit penting yang dijumpai pada talas adalah hawar daun. Upaya pengendalian yang dilakukan oleh petani saat ini yaitu dengan menggunakan pestisida kimia yang tidak ramah lingkungan. Oleh sebab itu diperlukan suatu cara pengendalian hama dan penyakit yang aman dan ramah lingkungan, yaitu dengan menerapkan sistem PHT. Sistem PHT melibatkan semua komponen yang berpeluang untuk menekan atau mencegah hama untuk mencapai ambang batas populasi merusak secara ekonomi (economic injury level/ economic threshold) (Willson 1990). Sistem PHT yang bertujuan mengupayakan agar OPT tidak menimbulkan kerugian melalui cara-cara pengendalian yang efektif, ekonomis, dan aman bagi khalayak, produsen, dan lingkungan menjadi acuan dasar dalam pengendalain OPT agar petani tidak bergantung pada pestisida atau bahan kimia lainnya.

Tujuan 1. Mengetahui jenis hama dan penyakit di ekosistem pertanaman. 2. Mengetahui kelimpahan arthropoda yang menghuni pertanaman dan

mengelompokkannya berdasarkan perannya. 3. Menerapkan teknik sampling dan teknik pengamatan pada beberapa ekosistem pertanaman. 4. Menganalisis kelimpahan arthropoda yang menghuni ekosistem pertanaman dan kaitannya dengan intensitas kerusakan dan praktek budidaya. 5. Menentukan tingkat kejadian dan keparahan penyakitdan kaitannya dengan praktek budidaya.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Pengamatan dilakukan selama 5 minggu (27 September-25 Oktober 2011) di pertanaman talas yang ada di Desa Situgede. Pengamatan lebih lanjut dilakukan di Labdik Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah lubang perangkap (pitfall traps), jaring serangga, kaca pembesar, kertas label, kantong plastik, alat tulis, dan mikroskop stereo. Bahan yang digunakan yaitu pertanaman talas beserta hama dan penyakit utamanya yang terdapat dilapang.

Metode 1. Menentukan petak pengamatan (memilih petak yang representatif) 2. Menentukan unit tanaman contoh dan unit contoh 3. Menentukan pola persebaran unit contoh pada petak pertanaman 4. Melakukan pengamatan secara (a) langsung pada unit contoh, (b) mengggunakan jaring serangga pada petak pertanaman, dan (c) menggunakan lubang perangkap pada permukaan tanah 5. Menentukan kerapatan hama, musuh alami, dan tingkat serangan hama pada petak pertanaman. 6. Menentukan tingkat kejadian dan keparahan penyakit pada petak pertanaman 7. Menentukan jenis dan jumlah arthropoda yang tertangkap jaring serangga dan mengelompokan berdasarkan perannya. 8. Menentukan jenis dan jumlah arthropoda yang tertangkap lubang perangkap dan mengelompokkan berdasarkan perannya. 9. Pengamatan dilakukan mulai tanaman fase vegetatif sampai generatif

PEMBAHASAN
PROLOG :

Praktikum pengendalian terpadu hama dan penyakit tanaman kali ini dilakukan di lahan talas milik Pak Rahmat, yang berlokasi di Desa Situ Gede, Bogor Barat. Budidaya Talas tersebut dilakukan secara tumpang sari dengan ubi jalar. Pengamatan awal dilakukan saat talas berumur 18 MST. Saat dilakukan pengamatan, ditemukan beberapa hama dan penyakit penting yang menyerang talas. Hama yang menyerang meliputi kutu daun (Aphis gossypii), Empoasca sp., Tetranychus cinnabarinus, dan Spodoptera litura. Sedangkan penyakit pentingnya adalah hawar daun yang disebabkan oleh patogen Phytophtora colocasiae.

Dapus : Willson, H.R. 1990. Soybean Pest Management. The OHIO STATE University Extension. 5 p. http://ohioline.osu.edu/icm-fact/fc-21.html [13 November 2011]

Anda mungkin juga menyukai