Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Listrik sudah merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehingga permintaan sambungan listrik setiap saat terus meningkat. Kebutuhan listrik meningkat jauh lebih cepat. Kebutuhan pembangkit listrik Indonesia hingga 2018 akan didominasi oleh pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara (PLTU) yaitu sebesar 34.240 MW, kemudian Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) sekitar 8.714 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) sekitar 5.006 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 4.740 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) sebesar 4.372 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Matahari (PLTM) sebesar 192 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sekitar 179 MW. Meskipun kebutuhan pembangkit listrik didominasi oleh pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara, . Indonesia sebagai negara berkembang sangat membutuhkan pasokan listrik yang bisa memenuhi semua sektor dan tidak akan habis. Solusi terbaik adalah dengan membuat pembangkit listrik dengan bahan bakar yang bisa bertahan lama dan terbarukan seperti air yang juga didukung oleh letak geografis Indonesia. Begitu besarnya jumlah kebutuhan pembangkit listrik di Indonesia menyebabkan listrik menjadi faktor pendukung kehidupan manusia yang amat penting. Ketersediaan listrik dapat berpengaruh pada aspek pertumbuhan penduduk, peridustrian bahkan aspek perindustrian di Indonesia. Salah satu jenis pembangkit listrik dan sangat potensial di Indonesia adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pembangkit listrik tenaga air adalah suatu bentuk perubahan tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu untuk dikonversi menjadi tenaga listrik. Pembangkit dengan tenaga air tergantung pada kondisi geografis, keadaan curah hujan dan area aliran. Selain itu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) hanya membutuhkan debit air yang cukup, head yang memadai, pipa aliran air, turbin air, generator, dan power house serta jaringan distribusi. Prinsip kerjanya sederhana, yaitu air yang telah dibendung atau mengalir, dialirkan melalui pipa pesat yang kemudian mengenai sudu-sudu turbin (runner), sehingga turbin berputar. Turbin yang telah dikopel langsung dengan generator melalui poros, jika turbin berputar

maka generator bisa menghasilkan listrik. Power house berfungsi untuk meningkatkan daya yang dihasilkan oleh generator. Lalu listrik yang telah dihasilkan didistribusikan melalui jaringan distribusi listrik. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mempunyai kelebihan dibandingkan pembangkit tenaga listrik lainnya. Beberapa keunggulan PLTA di antaranya adalah proses start-up yang cepat yaitu sekitar 10 15 menit, sistem pengoperasiannya lebih mudah diatur (pengaturan beban dan frekuensi lebih mudah), biaya produksi listriknya murah karena air diperoleh dengan gratis, ramah lingkungan

(tidakmenghasilkan polusi), reservoir air dapat digunakan untuk banyak keperluan seperti untuk perikanan, irigasi dan pengendalian banjir, tidak rawan kerusakan (karena bagian-bagian yang bergeraknya dioperasikan dalam kondisi dingin), masa guna melebihi 50 tahun dan dapat diperpanjang lagi melalui renovasi kerena PLTA termasuk jenis energi yang terbarukan, tingkat efisiensi dapat di atas 90 %, dan juga peran PLTA dalam jaringan listrik disamping untuk substitusi tenaga termal juga dapat berfungsi sebagai pemikul beban puncak karena dapat cepat mengikuti perubahan beban tanpa harus mengorbankan efisiensi. Selain berbagai macam keunggulan dari PLTA yang telah dijelaskan sebelumnya, pemilihan PLTA sebagai lokasi kerja praktek juga dilatar belakangi oleh materi-materi tentang PLTA yang memang dipelajari Jurusan Teknik Konversi Energi, sehingga dengan pemilihan lokasi kerja praktek di PLTA diharapkan dapat menambah ilmu lebih dalam lagi mengenai pembangkitan listrik tenaga air dan membandingkan proses pembangkitan secara teori yang sudah dipelajari dengan proses yang berlangsung di lapangan. Indonesia sangat berpotensi dalam pengembangan pembangkitan listrik tenaga air karena letak geografisnya yang sangat strategis. Pengembangan.Salah satu pembangkitan listrik tenaga air yang ada di Jawa Barat adalah Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling. PLTA Saguling terletak di area pegunungan pada hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung. PLTA ini sendiri mampu menghasilkan daya maksimal 700,72 MW yang dihasilkan oleh 4 turbin dengan masing-masing daya yang dihasilkan adalah 175,18 MW. Pada PLTA Saguling ini juga terdapat 4 unit generator yang masing-masing mempunyai kapasitas terpasang 206,10 MVA dengan tegangan nominal 16,5 kV. Masing-masing generator ini akan menghasilkan panas tinggi akibat berbagai gaya yang bekerja di dalamnya. Oleh sebab itu generator di PLTA Saguling menggunakan media pendingin udara

yang bersirkulasi dalam satu ruangan tertutup melalui sistem pendingin udara (air cooler) jenis compact heat exchanger yang berjumlah 8 buah tiap unitnya. Sistem pendingin udara (air cooler) pada generator berfungsi untuk mendinginkan udara disekitar ruang generator dengan fluida pendinginmya berupa air (water cooler system). Udara panas dari stator akan diserap oleh air yang mengalir pada pipa-pipa kecil (tube) di dalam air cooler, sehingga udara yang keluar dari air cooler menjadi dingin. Air cooler terdiri dari tube-tube dengan berbagai material. Pada air cooler di generator unit 2 terdapat material pipa atau material tube CuZn, CuNi dan material yang terbaru adalah menggunakan stainless steel. Masing-masing material memiliki nilai perpindahan panas yang berbeda-beda. Oleh karena itu pada laporan ini akan dibahas mengenai perbandingan perpindahan panas pada tiap-tiap material tube dan juga perawatan air cooler generator di PLTA Saguling.

1.2

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, identifikasi masalah dalam penyusunan laporan kerja praktek ini adalah steam turbine.

1.3

Tujuan Pelaksanaan serta penyusunan laporan kerja praktek ini memiliki beberapa tujuan yaitu tujuan umum maupun tujuan khusus. Tujuan umum pelaksanaan serta penyusunan laporan kerja praktek ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kerja Praktek di Jurusan Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung dan juga untuk memperoleh pengalaman dari suatu industri yang sesuai dengan bidang keilmuan Teknik Konversi Energi, sedangkan tujuan khususnya adalah :

Mempelajari sistem air pendingin (water cooler system) di PLTA Saguling. Menghitung dan membandingkan perpindahan panas yang terjadi pada masing-masing material tube air cooler generator Unit 2 di PLTA Saguling. Mengetahui dan mempelajari tentang perawatan air cooler generator di PLTA Saguling.

1.4

Metode Pengumpulan Data Dalam rangka penyusunan laporan, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap dan objektif. Metode-metode tersebut adalah : Wawancara Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung kepada pembimbing lapangan dan para staf karyawan PT Indonesia Power UBP. Saguling. Studi Lapangan Metode ini dilakukan melalui pengamatan langsung ke lapangan bersama pembimbing lapangan dan mengamati proses produksi serta instrumeninstrumen yang terkait dengan proses produksi. Studi Pustaka Metode ini dilakukan dengan melakukan pencarian informasi melalui bukubuku bacaan, manual yang diberikan oleh pembimbing lapangan serta para staf PTIndonesia Power UBP. Saguling.

1.5

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktek ini dilaksanakan mulai tanggal 19 Juli sampai dengan 2 September 2010 di Power House PT Indonesia Power UBP. Saguling Jawa Barat.

1.6

Sistematika Penulisan Dalam laporan kerja praktek ini terdapat beberapa bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN Bab I pada laporan ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penulisan laporan baik secara umum maupun secara khusus, metode pengumpulan data, waktu dan tempat pelaksanaan serta sistematika penulisan laporan kerja praktek ini.

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Bab II pada laporan ini membahas tentang pengenalan industri atau perusahaan tempat kerja praktek dilakukan yaitu PT Indonesia Power secara umum, selain itu secara khusus juga membahas Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Saguling yang merupakan salah satu unit bisnis pembangkitan di PT Indonesia Power, baik mengenai profilnya, proses produksi listrik hingga peralatan utama yang ada di PLTA Saguling.

BAB III SISTEM AIR PENDINGIN Bab III pada laporan ini membahas tentang objek kerja praktek yang dipilih saat kerja praktek yaitu tentang sistem air pendingin di PLTA Saguling sehingga dapat memberikan gambaran mengenai fokus kerja praktek mengenai pendingin udara (air cooler) pada generator. Selain membahas tentang sitem air pendingin, pada bab ini juga membahas tentang penggunaan dan komponen utama sistem air pendingin di PLTA Saguling.

BAB IV LANDASAN TEORI Bab IV pada laporan ini membahas tentang teori-teori yang mendukung pembahasan mengenai fokus kerja praktek, yaitu mengenai proses perpindahan panas, alat penukar kalor dan jenis-jenisnya, juga mengenai parameter-parameter penting dalam perhitungan nilai perpindahan panas pada penukar kalor. BAB V PERHITUNGAN DATA AIR COOLER Bab V pada laporan ini membahas tentang data-data mengenai air cooler pada generator, perhitungan perpindahan panas yang terjadi pada tube air cooler dan juga hasil perhitungan perpindahan panas material tube air cooler di generator unit 2 yaitu pada material CuZn, CuNi dan stainless steel.

BAB VI PEMBAHASAN FOKUS KP Bab VI pada laporan ini membahas tentang analisa terhadap hasil perhitungan yang dilakukan yaitu mengenai pembahasan nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan dan nilai laju perpindahan panas total pada masing-masing material tube juga membahas tentang perawatan pada air cooler yang dilakukan di PLTA Saguling.

BAB VII PENUTUP

Bab VII pada laporan ini membahas tentang simpulan dan saran. Pada bagian simpulan, semua materi yang telah dibahas akan disimpulkan dan pada bagian saran berisi saran yang berkaitan dengan judul laporan kerja praktek ini.

Anda mungkin juga menyukai